• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Dan Askep Ckr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Dan Askep Ckr"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

CIDERA KEPALA RINGAN

CIDERA KEPALA RINGAN

1.

1. DEF

DEFINI

INISI

SI

Ci

Cide

dera

ra ke

kepa

pala

la ya

yait

itu

u ad

adan

anya

ya de

defo

form

rmasi

asi be

beru

rupa

pa pe

peny

nyim

impa

pang

ngan

an be

bent

ntuk

uk at

atau

au

 penyimpangan garis

 penyimpangan garis pada tulang

pada tulang tengkorak, percepatan

tengkorak, percepatan dan perlambatan

dan perlambatan (accelerasi

(accelerasi

-

- dec

decele

elerasi

rasi )

) yan

yang

g mer

merupa

upakan

kan per

peruba

ubahan

han ben

bentuk

tuk dip

dipeng

engaru

aruhi

hi ole

oleh

h per

peruba

ubahan

han

 peningkatan

 peningkatan pada

pada percepatan

percepatan faktor

faktor dan

dan penurunan

penurunan kecepatan,

kecepatan, serta

serta notasi

notasi yaitu

yaitu

 pergerakan

 pergerakan pada

pada kepala

kepala dirasakan

dirasakan juga

juga oleh

oleh otak

otak sebagai

sebagai akibat

akibat perputaran

perputaran pada

pada

tindakan pencegahan.

tindakan pencegahan.

Cidera kepala ringan adalah gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai

Cidera kepala ringan adalah gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai

ata

atau

u tan

tanpa

pa dis

diserta

ertai

i per

perdar

daraha

ahan

n int

interst

erstisia

isial

l dal

dalam

am sub

substan

stansi

si ota

otak

k tan

tanpa

pa dii

diikut

kutii

terputusnya kontinuitas otak.

terputusnya kontinuitas otak.

2.

2. ET

ETIOL

IOLOGI

OGI

1)

1) Traum

Trauma oleh

a oleh bend

benda tajam

a tajam yang

yang mente

mentebabka

babkan cid

n cidera sete

era setempat

mpat

2)

2) Trauma oleh benda tumpul yang menyebabkan cidera

Trauma oleh benda tumpul yang menyebabkan cidera menyeluruh

menyeluruh

3.

3. PATO

PATOFISI

FISIOLOG

OLOGII

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa

da

dapa

pat

t te

terp

rpen

enuh

uhi,

i, en

ener

ergi

gi ya

yang

ng di

diha

hasi

silk

lkan

an di

di da

dala

lam

m sel

sel –

– sel

sel sya

syara

raf

f ha

hamp

mpir 

ir 

seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,

seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,

 jadi

 jadi kekurangan

kekurangan aliran

aliran darah

darah ke

ke otak

otak walaupun

walaupun sebentar

sebentar akan

akan menyebabkan

menyebabkan

gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan

gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar 

bakar 

metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan

metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan

ko

koma

ma,

, ke

kebu

butu

tuha

han

n gl

gluk

ukosa

osa seb

seban

anya

yak

k 25

25 %

% da

dari

ri se

selu

luru

ruh

h ke

kebu

butu

tuha

han

n tu

tubu

buh,

h,

sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – 

sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – 

gejala permulaan disfung

gejala permulaan disfungsi

si cerebra

cerebral.

l. Pada saat

Pada saat otak mengalam

otak mengalami

i hipo

hipoksia, tubuh

ksia, tubuh

 berusaha

 berusaha memenuhi

memenuhi kebutuhan

kebutuhan oksigen

oksigen melalui

melalui proses

proses metabolisme

metabolisme anaerob

anaerob

yang dapat menyebabkan dilatasi

yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia

pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia

atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme

atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme

anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan

anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan

men

menyeb

yebabk

abkan

an asid

asidosi

osis

s met

metaba

ababol

bolik.

ik. Dal

Dalam

am kea

keadaa

daan

n nor

normal

mal Cere

Cerebra

bral

l Blo

Blood

od

Flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15

Flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15

% dari cardiac output.

% dari cardiac output.

Tr

Trau

auma

ma ke

kepa

pala

la me

meny

nyeb

ebab

abka

kan

n pe

peru

ruba

baha

han

n fu

fung

ngsi

si ja

jant

ntun

ung

g sek

sekun

uncu

cup

p

akt

aktifi

ifitas

tas aty

atypic

pical

al myo

myocard

cardial

ial,

, per

peruba

ubahan

han tek

tekana

anan

n vas

vaskul

kuler

er dan

dan ude

udema

ma par

paru.

u.

Perubahan otonim pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P

Perubahan otonim pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P

aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi.

(2)
(3)

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,

dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah

arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik 

 pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

4. KLASIFIKASI

Berdasarkan mekanisme

·

Trauma tumpul

·

Trauma tembus

Berdasarkan keparahan cidera

·

Cidera kepala ringan

GCS 13-15

Hilang kesadaran <30 menit

Tidak ada fraktur 

·

Cidera kepala sedang

GCS 8-12

Hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit sampai 24 jam

Dapat mengalami fraktur 

·

Cidera kepala berat

GCS 3-8

Hilang kesadaran >24 jam

Meliputi kontusio serebral atau adanya hematum

5. TANDA DAN GEJALA

1.

Fase emergency

Tampak laserasi

Memar 

Hematom

Keluar darah dari telinga

Fraktur tulang tengkorak 

Gangguan sensori

Hipertensi/hipotensi

2.

Fase akut

Cidera kepala ringan-sedang

Disorientasi ringan

Amnesia post trauma

Sakit kepala

Gangguan pendengaran

Kelemahan motoric

Penurunan kesadaran

(4)
(5)

Tidak sadar dalam waktu lama (>24 jam)

Cidera otak 

Gangguan akibat kerusakan saraf cranial

3.

Fase penyembuhan

Sakit kepala, konsentrasi menurun

Gangguan memori

Insomnia

Penyembuhan dalam waktu lama

Epilepsy

Kerusakan permukaan

4.

Fase post koma

Tidur lebih lama

Tidak berinisiatif 

Bicara sedikit

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1)

CT- Scan ( dengan tanpa kontras )

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan

 perubahan jaringan otak.

2)

MRI

Digunakan sama dengan CT – Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.

3)

Cerebral Angiography

Menunjukkan anomaly sirkulasi serebral seperti : perubahan jaringan otak 

sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.

4)

Serial EEG

Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.

5)

X – Ray

Mendeteksi perubahan struktur tulang ( fraktur ) perubahan struktur 

garis ( perdarahan / edema ), fragmen tulang.

6)

BAER  

Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.

7)

PET

Mendeteksi perubahan aktifitas metabolisme otak.

8)

CFS

Lumbal punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan

subarachnoid.

(6)
(7)

9)

ABGs

Mendeteksi keradangan ventilasi atau masalah pernapasan ( oksigenisasi )

 jika terjadi peningkatan tekanan intra cranial.

10) Kadar elektrolit

Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan

intrakranial.

11) Screen Toxicologi

Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan

kesadaran.

7. PENATALAKSANAAN

Konservatif :

-

Bedres total

-

Pemberian obat – obatan

-

Observasi tanda – yanda vital ( GCS dan tingkat kesadaran).

Prioritas Masalah :

1). Memaksimalkan perfusi / fungsi otak 

2). Mencegah komplikasi

3). Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal.

4). Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga

5). Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana,

 pengobatan dan rehabilitasi.

Tujuan :

1). Fungsi otak membaik, defisit neurologis berkurang/ tetap

2). Komplikasi tidak terjadi

3). Kebutuhan sehari – hari dapat terpenuhi sendiri atau dibantu oleh orang

lain

4). Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan

5). Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh

(8)
(9)

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan :

Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang

Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat  penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.

Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien. 3. Pemeriksaan Fisik 

Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.

 Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.

4. Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala : Obat-obatan :

∫  Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.

∫  Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.

∫  Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.

∫  Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.

(10)
(11)

apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.

∫  Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya.

∫  Pembedahan.

5. Pemeriksaan Penujang

CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.

MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.

Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan  jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.

Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis

X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur  garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.

BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil

PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak 

CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.

ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika

terjadi peningkatan tekanan intrakranial

Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat  peningkatan tekanan intrkranial

Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.

Penatalaksanaan Konservatif:

Bedrest total

(12)
(13)

Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

Prioritas Perawatan:

1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak  2. Mencegah komplikasi

3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal 4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga

5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.

Tujuan:

1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap 2. Komplikasi tidak terjadi

3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain 4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan

5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:

1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. 2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum. 3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak 

4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)

5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak  adekuatnya sirkulasi perifer.

INTERVENSI

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak . Tujuan :

Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.  Kriteria evaluasi :

Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.

 Rencana tindakan :

Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.

(14)
(15)

Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.

Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.

Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.

Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak  adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.

Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang

adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum. Tujuan :

Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi  Kriteria Evaluasi :

Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena  peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.

 Rencana tindakan :

1. Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan  pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.

2. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.

3. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia. 4. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan

memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak  Tujuan :

Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.  Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.  Rencana tindakan :

1) Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.

Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.

Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks  batang otak.

(16)
(17)

Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.

2) Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.

Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.

3) Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.

Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

4) Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.

Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial. 5) Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.

Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.

6) Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien. Dapat menurunkan hipoksia otak.

7) Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).

Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik  untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid

(dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari

 peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.

 Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma ) Tujuan :

Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.  Kriteria hasil :

Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi s esuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.

 Rencana Tindakan :

1) Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.

Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja s ama yang dilakukan  pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.

2) Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.

Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.

3) Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk  menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik   jumlah, kalori, dan waktu.

4) Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.

(18)
(19)

Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan  perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.

5) Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan. Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.

 Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien. Tujuan :

Kecemasan keluarga dapat berkurang  Kriteri evaluasi :

Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien

Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.  Rencana tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya.

Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.

Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.

2. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.

3. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien. Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.

4. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.

Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.

 Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

Tujuan :

Gangguan integritas kulit tidak terjadi Rencana tindakan :

1. Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.

2. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.

3. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol. 4. Ganti posisi pasien setiap 2 jam

5. Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.

6. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali. 7. Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.

8. Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.

9. Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.

(20)
(21)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (200) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (2001) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (2003) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses dan dampak informasi dari iklan bersambung Pond’s Flawless White versi 7 Days to Love hanya sampai pada dimensi afeksi.. Iklan bersambung

Perhitungan resiko relatif (RR) yang dilakukan Dirgawati (2007) menunjukkan bahwa resiko terjadinya penyakit ISPA atas pada masyarakat yang tinggal di kawasan padat lalu lintas

Dengan kualitas yang didapatkan setelah hasil pengujian dan adanya penurunan cost tersebut, dengan menggunakan metode value analysis terjadi peningkatan value

Penelitian yang dilakukan oleh Emi fadhilah fitriani yaitu dengan melakukan observasi secara langsung di lapangan dan mengambil data sekunder hasil laboratorium

Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetepkan

Teknis analisis data yang digunkan merupakan anaisis data kualitatif dan data kuantitatif.Pengembangan modul matematika berbasis masalah untuk kelas VIII SMP/ MTs

Manfaat penelitian di tinjau seacara teoritis dan praktis adalah sebagai : 1. Hasil penelitian dapat meberikan teori dalam perkembangan ilmu hukum khususnya mengenai

Pada awal hingga akhir penelitian Optimasi PSO Untuk Metode Clustering Fuzzy C-Means Dalam Pengelompokan Kelas dengan variabel nilai akademik dan variabel nilai perilaku atau