• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stenosis Pulmonal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stenosis Pulmonal"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : ISWAN IBRAHIM NIM : NH0111175 KELAS : A2

STENOSIS PULMONAL (SP)

A. TINJAUAN MEDIS 1. Pengertian

Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis. Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan hipertrofi ventrikel knan dan penurunan aliran darah paru. Stenosis arteri pulmonal bisa terjadi pada begian valvuler, supra valvuler maupun infundibuler. Sangat jarang kelainan ini disebabkan oleh reaktivasi rema, tapi umumnya merupakan kelainan jantung konginental, yang dibawa sejak lahir. Stenosis pulmonal tipe valvuler lebih banyak ditemukan pada anak dibandingkan dengan tipe infundibuler. Sementara itu, stenosis pulmonal tipe infundibuler jarang sekali ditemukan sebagai kelainan yang berdiri sendiri, tetapi biasanya menyertai kelainan jantung yang lain, seperti pada tetralogi fallot. Demikian pula stenosis pulmonal tipe supravalvuler sangat jarang ditemukan tersendiri, tapi justru merupakan salah satu bagian dari suatu kelainan konginental yang lebih kompleks, seperti sindrom noonan, sindrom wiliam, atau rubella konginental.

Pada stenosis pulmonal yang ringan, umumnya pasien asimptomatik dan tidak memburuk oleh bertambahnya usia. Tumbuh kembang pun tidak terganggu. Tapi sebagaimana halnya dengan kelainan jantung konginental yang lain, profilaksis antibiotic terhadap endokarditis bacterial perlu diperhatikan. Pada stenosis pulmonal yang moderat atau cukup berat, berbagai keluhan dan komplikasi dapat berkembang lebih buruk di waktu-waktu mendatang.

2. Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :

1. Faktor endogen

 Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom

 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

 Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.

(2)

2. Faktor eksogen

 Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)

 Ibu menderita penyakit infeksi : rubella  Pajanan terhadap sinar –X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

3. Patofisiologi

Karena stenosis yang terjadi pada katup pulmonal ( tipe valvuler ), atau pada pangkal arteri pulmonal ( tipe supravalvuler ), atau pada infundibulum ventrikel kanan ( tipe subvalveler ), maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan berlebihan yang kronis. Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal merupakan pertanda yang karakteristik bagi stenosis pulmonal tipe valvuler dan tidak ditemukan pada tipe stenosis pulmonal yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu systole, tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai klasifikasi. Jika ditemukan proses klasifikasi, biasanya disebabkan oleh infiksi endokarditis bacterial.

Adanya hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup signifikan. Bagian infundibuler akan mengalami hipertrofi pula dan hal ini akan memperberat stenosis pulmonal. Tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kanan pun meninggi. Elastisitas miokard berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung kanan.

Severitas stenosis pulmonal umumnya dibedakan sebagai stenosis pulmonal yang ringan, yang moderat dan yang berat, walaupun perbedaan ini hanya bersifat arbitrer dan sering overlapping, bahkan mengalami perubahan yang progresif. Pada stenosis pulmonal yang ringan, tekanan sistolik di ventrikel kanan biasanya kurang dari 50 mmHg dan itu berarti kurang dari 50% tekanan sistemik. Pada stenosis pulmonal yang moderat, tekanan sistolik ventrikel kanan berkisar antara 75% dari tekanan sistemik, atau antara 50-75mmHg. Dan stenosis pulmonal dianggap berat, apabila tekanan sistolik ventrikel kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih dari 75 mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis apabila tekanan sistolik ventrikel kanan melebihi tekanan sistemik.

Pada pasien PS, tentu dapat dilakukan upaya agar pembukaannya dapat lebih lebar. Pertama dengan jalan operasi. Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini dapat dilakukan pula dengan upaya non-bedah yakni dengan balonisasi katup untuk melebarkan katup yang sempit tersebut (pasien datang pagi hari, dan pulang keesokan harinya). Dapat dilakukan di RS2 yang ada fasilitas kateterisasi dan dilakukan dokter jantung yang berpengalaman melakukan tindakan ini.

(3)

4. Manifestasi Klinik

Pasien stenosis pulmonal biasanya asimtomatik, kecuali keluhan cepat capek karena curah jantung berkurang. Apabila stenosis pulmonal cukup berat, disertai dengan defek septum atrium atau defek septum ventrikel, maka kelainan seperti itu dapat memberikan gejala sianosis yang signifikan, yang disebabkan oleh terjadinya pirau aliran darah dari kanan ke kiri.

Pada pemeriksaan fisik, komponen pulmonal bunyi jantung ke-2 terdengar lemah atau bahkan tidak terdengar sama sekali, sehingga bunyi jantung ke-2 terdengar seperti tunggal. Murmur ejeksi sistolik dapat di deteksi di daerah pulmonal, pada sela iga 2-3 kiri parasternal, didahului sebelumnya oleh klik ejeksi sistolik dan dapat diraba sebagai thrill.

Elektrokardiografi menunjukkan adanya hipertrofi ventikel kanan karena beban tekanan berlebih. Gelombang P tampak tinggi, karena hipertrofi atrium kanan. Foto thorak pada stenosis pulmonal tanpa kelainan konginental yang lain, biasanya memberikan gambaran jantung yang relative normal, dengan vaskulerisasi paru yang normal pula. Pada stenosis pulmonal yang sangtat berat apalagi disertai pirau dari kanan ke kiri-vaskularisasi paru bisa tampak oligemik. Hanya konus pulmonal tampak sangat menonjol, yang disebabkan oleh dilatasai pasca stenotik. Apabila hipertrofi ventrilkel kanan sudah begitu lanjut, bahkan mulai timbul gejala gagal jantung kanan, maka rekaman foto thorak menunjukkan dilatasi ventrikel kanan dean atrium kanan, disertai tanda-tanda bendungan pada paru.

Pada stenosis pulmonal yang ringan, elektrokardiografi dan foto torak mungkin tidak berubah dan masih berada dalam batas-batas normal. Kadang-kadang beberapa kelainan memberikan gejala yang mirip dengan stenosis pulmonal, seperti straight back syndrome, dilatasi ideopatik arteri pulmonal, dan sebagainya.

Manifestasi klinis pada stenosis pulmonal

1. Gangguan fungsi miokard :

 Takikardia

 Perspirasi ( yang tidak tepat )

 Penurunan haluaran urine

 Keletihan

 Kelemahan

 Gelisah

 Anoreksia

 Ekstrimitas pucat dan dingin

 Denyut nadi perifer lemah

 Penurunan tekanan darah

 Irama gallop

(4)

2. Kongesti paru

 Takipnea

 Dispnea

 Retraksi ( bayi )

 Pernapasan cuping hidung

 Intoleransi terhadap latihan fisik

 Ortopnea

 Batuk, suara serak

 Sianosis

 Mengi

 Suara seperti mendengkur ( grunting ) 3. Kongesti vena sistemik

 Pertambahan berat badan

 Hepatomegali

 Edema perifer, periorbital

 Asites

 Distensi vena leher ( pada anak-anak )

5. Diagnosis

A.Keluhan Pokok

 Pada lesi minimal dan sedang biasanya tanpa gejala  Keluhan gagal jantung kanan

 Sesak pada kegiatan (Dispnu d’effort)

 Nyeri dada (chest pain )mirip angina pectoris  Anak sianosis kalau menangis

 Rasa lelah yang berlebihan

 Sinkop, tetapi jarang menyebabkan kematian.

B.Tanda Penting

 Habitus sindrom Nooman :

o Badan pendekDada seperti perisai

o Leher berselaput

o Suara jantung dua pecah

 Bising sistolik yang jelas pada garis sternal sela iga 2-3 kiri  Thrill (getaran) pada garis parasternalis, sela iga 2-3 kiri  Teraba implus ventrikel kanan pada parasternal

(5)

 Mungkin bagian dari Tetralogi Fallot :

o Stenosis pulmonal

o Hipertrofi ventrikel kanan

o Dekstroposisi aorta

o Defek septal ventrikel.

C.Pemeriksaan Laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.

D.Pemeriksaan Khusus

EKG : Kalau berat-hipertrofi atrium dan ventrikal kanan Radiologis :

 Pulmonalis membesar  Ventrikel kanan membesar Ekokardiografi : hipertrofi ventrikel kanan

Kateterisasi jantung,dapat menentukan luasnya stenosis.

6. Penatalaksanaan Medik Terapi Umum 1.Istirahat 2.Diet 3.Medikamentosa Obat pertama :  Digitalis Obat alternative : - 4.Operasi Operasi (valvulotomi) Terapi Komplikasi

(6)

B. TINJAUAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Keluhan Umum

Pada fase awal, keluhan utama biasanya sesak nafas, nyeri dada bahkan kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.

b. Riwayat Penyakit Saat Ini

1. Riwayat kehamilan : Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).

2. Riwayat tumbuh: Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.

3. Riwayat psikososial/ perkembangan

 Kemungkinan mengalami masalah perkembangan  Mekanisme koping anak/ keluarga

 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya 4. Pemeriksaan fisik

 Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.

 Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.

 Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

 Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

 Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi

 Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

 Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan

 Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik 5. Pengetahuan anak dan keluarga :

 Pemahaman tentang diagnosis.

 Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis  Regimen pengobatan

(7)

 Kesiapan dan kemauan untuk belajar c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh klien. Riwayat inum obat, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga pengkajian adanya riwayat alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Perlu dicermati sering kali klien mengkacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.

d. Riwayat Keluarga

Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.

e. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : keadaan atau penampilan klien secara umum. Misalnya klien

terlihat lemas, lemah, gelisah, sakit berat, atau sakit ringan.

TTV : Suhu : 36,2 º C TD : 110/70 mmHg

Nadi : 79 x/menit RR : 25 x/menit

B1 (Respirasi)

Apabila gangguan sudah terkait dengan tranposisi biasanya klien terlihat sesak nafas, pola nafas tidak teratur, frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini terjadi akibat pengeluaran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Biasanya disertai dengan retraksi oto bantu nafas, ada suara nafas tambahan/abnormal seperti wheezing atau ronchi.

B2 (Kardiovaskuler)

Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan adanya nyeri dada, kaji juga apakah iramanya teratur atau tidak, adanya sianosis central maupun perifer. CRT > 2 detik atau 3 detik. Adanya clubbing finger. Biasanya disertai pula dengan adanya suara tambahan S3/S4

B3 (Persyarafan)

Kesadaran biasanya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji adaya nyeri kepala atau tidak

(8)

Pada pengkajian ini kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, cacat frekeunsi berkemih, teratur atau tidak, berapa jumlahnya, bagaimana bau dan warnanya, kaji apakah klien memakai alat bantu atau tidak.

B5 (Pencernaan)

Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, berat badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri tekan abdomen. Kaji adanya bising usus. Kaji kebersihan mulut.

B6 (Muskuloskeletal dan Integumen)

Meliputi pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah takitardia dan dispnea pada saat aktifitas. Akral dingin,klien kesulitan melakukan tugas perawatan diri sendiri, adanya oedema didaerah perifer.

B7 (Pengindraan)

Konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur. Pada hidung kaji adanya epistaksis atau tidak, bagaimana ketajaman penciumannya apakah normal atau tidak,adanya sekret atau tidak. Kaji pada telinga normal atau tidak, simetris atau tidak, bagaimana ketajaman pendengarannya. Bagaimana klien dapat merasakan rasa asin, pahit, asam, manis. Normal atau tidak indra perabanya klien.

2. Intervensi

Pada kondisi peningkatan curah jantung, adanya pirau dari kiri ke kanan darah yang mengalilr ke bilik kanan menjadi lebih banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot ventrikel kanan yang otonya tidak setebal ventrikel kiri akan menjadi lebih berat.

Tgl/ Jam

Dx Tujuan & K.H Intervensi Rasional

21/12/ 2010 09:30

Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan RR 25x/menit. Ds: pasien mengatakan sesak nafas Efektifnya pola nafas setelah tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit dibuktikan dengan: Suhu : 36,5-37,5 º C TD : 110-120/70-80 mmHg Pengkajian:

Pantau adanya pucat atau sianosis

Pucat atau sianosis merupakan tanda bahwa klien kekurangan O2

Pantau kecepatan irama, kedalaman, usaha respirasi

Untuk mengetahui apakah keluhan pasien sudah berkurang setelah tindakan keperawatan dilakukan.

(9)

Do: Suhu : : 36,2º C TD : 110/70 mmHg Nadi : 79 x/menit RR : 25 x/menit Sianosis (+) Konjungtiva pucat Wheezing + Nadi : 80-100 x/menit RR : 16-20 x/menit Sianosis (-) Konjungtiva normal Wheezing (-)

Kaji kebutuhan insersi jalan nafas.

Untuk mengetahui seberapa tingkat kebutuhan klien terhadap oksigen yang akan diberikan.

Auskultasi bunyi nafas, kaji adanya bunyi nafas tambahan

Untuk mengetahui sebab dari sesak nafas.

HE :

Informasikan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk

meningkatkan pola pernafasan

Teknik relaksasi akan mempermudah klien untuk mengurangi sesak nafasnya serta memberikan rasa yang tenang.

Informasikan pada klien dan keluarga bahwa meraka harus

memberitahukan pada perawat saat terjadi ketidakefektifan pola pernafasan Untuk melakukan pertolongan dengan segera. Kolaborasi:

Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi

Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium untuk melawan efek hipoksia / iskemi Aktifitas lain :

Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan

Posisi yang tepat akan membantu

pengoptimalan pernafasan klien

Tgl/ Jam

Dx Tujuan & K.H Intervensi Rasional

21/12/ 2010 09:30 Penurunan curah jantung yang berhubungan Penurunan curah jantung teratasi setelah tindakan

Palpasi nadi perifer Tanda penurunan curah jantung dapat

(10)

dengan penurunan volume sekuncup yang ditandai dengan TD : 110/70 mmHg Ds: pasien mengatakan nyeri dada Do: Suhu : : 36,2 ºC TD : 110/70 mmHg Nadi : 79 x/menit RR : 25 x/menit Akral dingin Sianosis Konjungtiva pucat Wheezing + Oedema CRT ≥ 3 detik keperawatan selama 3 x 24 jam dibuktikan dengan: Suhu : 36,5-37,5 º C TD : 110-120/70-80 mmHg Nadi : 80-100 x/menit RR : 16-20 x/menit Akral normal Sianosis (-) Konjungtiva normal Wheezing (-) Tidak ada oedema CRT < 3 detik

ciri menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan post-tibial, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan

gangguan pulsasi (denyut kuat disertai dengan denyut lemah) mungkin ada.

Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi, cemas dan depresi

Penurunan curah jantung dapat

mengakibatkan tidak efektifnya perfusi serebral

Berikan istirahat semi recumbent pada tempat tidur atau kursi, kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi

Istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan

menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigen miokardium dan kerja berlebihan.

Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan dengan tenang, menjelaskan manajemen medis atau keperawatan, membantu klien menghindari stress, mendengar/berespons terhadap ekspresi perasaan takut.

Stress emosi

menghasilkan respon vasokontriksi, yang terkait langsung dengan peningkatan tekana darah, frekuensi, dan kerja jantung.

Batasi aktifitas seperti BAB dan BAK di samping tempat tidur, hindari maneuver valsava: mengejan, defekasi, menahan nafas selama

Pispot digunakan untuk mengurangi aktifitas ke kamar mandi atau kerja keras menggunakan beban. Maneuver

(11)

perubahan posisi. valsava menyebabkan rangsang vagal di ikuti dengan takikardia yang selanjutnya

berpengaruh pada fungsi jantung/curah jantung.

Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi

Meningkatkan sediaan oksigen untuk

kebutuhan miokardium untuk melawan efek hipoksia / iskemi Pantau serial EKG EKG merupaka

indicator utama terhadap perubahan konduksi elektrikal jantung. adanya perubahan dapat di pantau dengan serial EKG

Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi, hindari cairan garam.

Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri klien tidak dapat menoleransi peningkatan beban wal (preload) klien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokardium. Kolaborasi untuk dilakukan

pembedahan

TGA dengan regurgitas aorta yang berat

memerlukan koreksi TGA dan rekonstruksi katub aorta pada usia muda.

(12)

3. Implementasi

Tgl/Jam No. Dx Implementasi Paraf f

21/12/ 2010 10:00

1 Pengkajian:

Memantau adanya pucat atau sianosis Hasil : sianosis (-)

Memantau kecepatan irama, kedalaman, usaha respirasi Hasil : RR : 19 x/menit

Mengkaji kebutuhan insersi jalan nafas. Hasil :

Mengauskultasi bunyi nafas, mengkaji adanya bunyi nafas tambahan

Hasil : Wheezing masih terdengar namun sudah berkurang

HE :

Menginformasikan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan

Respon : pasien dan keluarga tahu dan paham serta dapat melakukan teknik relaksasi yang telah diajarkan.

Menginformasikan pada klien dan keluarga bahwa meraka harus memberitahukan pada perawat saat terjadi ketidakefektifan pola pernafasan

Respon : klien dan keluarga mau melaporkan jika terjadi ketidakefektifan pola pernafasan

Kolaborasi:

Memberikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi

Hasil : sesak nafas berkurang

Aktifitas lain :

Memposisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan Hasil : klien merasa nyaman dengan posisi yang diberikan padanya.

(13)

Tgl/Jam No. Dx Implementasi Paraf f

21/12/ 2010 10:00

2 Melakukan palpasi nadi perifer Hasil : nadi : 100 x/ menit

mengkaji perubahan pada sensorik, contoh letargi, cemas dan depresi Hasil : pasien masih agak sedikit cemas dengan kedaan fisiknya Memberikan istirahat semi recumbent pada tempat tidur atau kursi, mengkaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi

Respon : pasien merasa nyaman dengan posisi tersebut.

Memberikan istirahat psikologis dengan lingkungan dengan tenang, menjelaskan manajemen medis atau keperawatan, membantu klien menghindari stress, mendengar/berespons terhadap ekspresi perasaan takut.

Hasil : Pasien sudah mulai membaik dengan keadaan psikologisnya Membatasi aktifitas seperti BAB dan BAK di samping tempat tidur, hindari maneuver valsava: mengejan, defekasi, menahan nafas selama perubahan posisi

Hasil : pasien mau melakukan apa yang diinginkan perawat yaitu menghindari maneuver valsava

Memberikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi

Hasil : sesak nafas sudah berkurang Memantau serial EKG

Hasil : EKG masih menunjukkan hasil yang sama

Memberikan cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi, hindari cairan garam.

Hasil : pasien masih terlihat lemas.

Mengkolaborasikan untuk dilakukan pembedahan

Hasil : Tim medis mau melakukan pembedahan sesegera mungkin untuk menghindari keparahan penyakit.

4. Evaluasi

Pada kasus stenosis pulmonal, setelah dilakukan pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan dan intervensi selama 3 hari pada diagnosa pertama dan kedua, maka dilakukan evaluasi dan diperoleh hasil :

1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan RR 25x/menit, tujuan belum tercapai karena klien masih terlihat sesak saat bernapas.

(14)

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume sekuncup yang ditandai dengan TD : 110/70 mmHg, tujuan belum tercapai karena pemompaan jantung belum stabil, sehingga curah jantung belum normal.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran kepada pihak Kantor Pusat PT.”X” Bandung agar dapat mengembangkan program family gathering yang dapat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa variabel pemberian kompensasidan disiplin kerja secara bersama-sama mempengaruhi kinerja

Sedangkan, untuk proses pengiriman data dari Gateway ke Database Antares digunakan dua metode pengujian yaitu yang pertama Protokol Komunikasi MQTT (Message

Uji disolusi intrinsik (hakiki) adalah penetapan zat yang terdisolusi dalam suatu sistem yang luas permukaannya dibuat selalu konstan. •Uji

Mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai masalah-masalah sosial dari sudut pandang gereja dan masyarakat, yang akan ditampilkan melalui presentasi paper dan keaktivan

Dengan basis eksperimen fraud yang telah disebutkan, maka pada pengerjaan Tugas Akhir ini penulis mencoba melakukan implementasi penggunaan metode Model Markov

Data diambil dari daftar pasien lumbal stenosis yang belum menjalani operasi di poliklinik tulang belakang RSO Prof.Dr. R Soeharso.Data dasar pasien diambil dari

bahwa dalam rangka menindaklanjuti pasal 8 ayat (1) Peraturan Presiden nomor : 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan pelaksanaan anggaran