• Tidak ada hasil yang ditemukan

Warnailah Dunia Dengan Keceriaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Warnailah Dunia Dengan Keceriaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

28 September 2014 Tahun V – No.39

Warnailah Dunia Dengan Keceriaan

Seorang bayi yang baru lahir terbaring di ruang ICU dengan tubuh penuh dengan selang. Matanya terpejam, yang menandakannya sedang tidur nyenyak. Orang tidak akan menyangka bahwa hidup bayi itu secara medis sudah dinyatakan tiada harapan. Bayi itu hidup karena mesin bantu yang dikenakannya pada tubuhnya. Orangtuanya tidak menyerah dengan keadaan bayinya. Mereka mengusahakan bayinya selamat di kala orang sudah angkat tangan. Orangtuanya mengatakan: “Kuasa Tuhan melebihi para dokter di dunia. Tuhan sanggup memulihkan anak kami ketika para ahli sudah tidak sanggup melakukannya. Kami percaya akan kuasa doa”.

Aku membaptisnya, pada tanggal 14 Maret 2014. Semua yang menyaksikan pembaptisannya itu tersentak. Ketika aku menuangkan sedikit air di dahinya, bayi itu membuka matanya dan mulutnya bergerak. Tanda-tanda kehidupan dari sang bayi ini mengingatkan aku akan perkataan Ayub kepada Tuhan: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayub 42:2).

Bayi yang baru lahir itu kemudian harus berkali-kali menghadapi meja operasi. Ia lebih dari tiga bulan berada di rumah sakit. Biaya untuk perawatannya sudah tak terhitung banyaknya. Akan tetapi, bagi orang

JADWAL MISA

Misa Harian: Senin s/d Jumat 06.00 wib

Hari Sabtu : 17.00 wib Hari Minggu : 06.30 - 09.00 - 17.00 wib

Misa Jumat Pertama : 06.00 - 12.00 - 19.30 wib

Adorasi Ekaristi : Setiap hari Senin 15.00 s/d 22.00 di Kapel ditutup pukul 22.00 dengan ibadat penutup (completorium)

PENYELIDIKAN KANONIK (dengan perjanjian) Hari Senin, 17.00 – 18.30 wib

Romo A.S. Gunawan, Pr. Hari Kamis, 17.00 – 18.30 wib

Romo Anton Baur, Pr.

Website: www.parokisanmare.or.id

Mailing-list:

sanmare_news@yahoogroups.com

Facebook Group: SanMaRe

Untuk kontribusi berita, artikel, pengumuman atau iklan baris,

silakan email ke : komsos@parokisanmare.or.id

(2)

2

-tuanya, biaya dan kelelahan tidak sebanding dengan pertumbuhan iman yang mereka dapatkan dari bayinya itu: “Tuhan mengirimkan kepada kami seorang dokter Katolik yang baik hati. Ia senantiasa mendampingi kami dan memotivasi kami bahwa senantiasa ada harapan bagi bayinya yang mungil. Ketika kami hampir kehabisan biaya bagi bayi kami, pihak rumah sakit senantiasa memberikan berbagai potongan sehingga meringankan kami. Kami mensyukuri setiap perkembangan yang baik dalam diri bayi kami sekecil apapun sebagai kebaikan Tuhan yang sungguh nyata”.

Sabda Tuhan bahwa ia akan menolong umat-Nya diyakini dan telah dialami dari ibu itu: “Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati” (Ulangan 31:8). Ungkapan iman yang mendalam itu akan mengagetkan banyak orang karena ibu dari bayi itu ternyata belum dibaptis.

Ibu dari bayi itu, pada tanggal 09 Mei 2014, memintaku untuk datang ke rumah sakit. Ia menginginkan aku mendoakan bayinya yang akan pulang ke rumah dalam keadaan sehat. Sesampainya di rumah sakit, aku menggendong bayi itu. Mata bayi itu memandangku dan mulutnya komat-kamit seakan-akan ingin berbicara kepadaku. Aku tatap bayi itu sambil berkata: “Nak, teruslah tersenyum untuk ayah dan ibumu. Doa mereka yang paling menyayangimu itu telah menyembuhkanmu”.

Ibu dari bayi itu juga berkata dengan bangganya: “Nak warnailah dunia dengan keceriaanmu. Ceriamu adalah ceria ayah dan ibumu. Ceria kita adalah ceria Tuhan. Sejarah dunia telah engkau ubah dengan perjuangan dan kesembuhanmu”.

Bayi itu kini memang benar-benar telah sehat dan sangat lucu. Pancaran matanya memancing orang untuk mendekapnya karena semua kebaikan Tuhan terangkum di dalamnya. Imannya pada Tuhan akan bertumbuh dengan melihat bayi ini.

Pesan yang dapat kita renungkan dari peristiwa ini: Selimutilah saudara-saudari yang sakit dengan cinta dan iman sejati. Selimut cinta dan iman pasti akan mengalirkan kehangatan kasih Allah ke dalam hatinya. Kehangatan dari Sang Ilahi akan menegakkan semangat juang untuk hidup sampai Ia menghendakinya kembali ke dalam tangan-Nya yang suci. Karena itu, andalkanlah Tuhan dan taruhlan harapan kepadaNya ketika menghadapi penyakit, maka kita akan diberkati: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan” (Yeremia 17:7).

Tuhan Memberkati.

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC - http://katolisitas.org/13617/warnailah-dunia-dengan-keceriaan

* KURSUS INJIL MATIUS BAB 19-23 *

Mengundang bapak/ibu/saudara/i warga Sanmare utk ikut

kursus “Injil Matius Bab 19-23” bersama pastor Daniele

Cambielli, SX.

Setiap hari Kamis mulai tanggal 2 Oktober-27 November

(9x pertemuan) pukul 19.30 - 21.30 WIB

di Aula Leo Soekoto gedung Paroki Santo Matius Bintaro.

Mohon membawa Kitab Suci dan buku kursus akan dibagikan

gratis.

(3)

- 3 -

Terimakasih untuk pertanyaannya. Ya, sangat mungkin terjadi bahwa kita menganggap kotbah

dan homili itu adalah hal yang sama saja. Namun nyatanya, dua hal tersebut berbeda. Secara

sederhana, kita bisa memahami bahwa kotbah adalah sebuah ‘pidato’ yang berhubungan

dengan hal-hal keagamaan. Kata kotbah ini berasal dari kata predicare yang berarti mewartakan,

menunjukkan, atau memberitahukan.

Di sinilah, kita memahami bahwa kotbah adalah pewartaan tentang iman, yang muatan

detailnya bisa beragam, misalnya tentang Kitab Suci, ajaran moral, ajaran Gereja, dan

sebagainya. Intinya, kotbah itu tidak terikat dengan sebuah tata liturgi. Dengan kata lain, kotbah

ini bisa diberikan di mana saja.

Kotbah berbeda dengan homili. Homili berasal dari kata Yunani, yakni homilia yang berarti

percakapan, pembicaraan akrab, dan saling memahami. Dalam konteks ibadat dan liturgi Gereja,

homili itu selalu merupakan penjelasan atas bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam suatu

liturgi atau ibadat. Homili selalu berangkat dari Kitab Suci karena memang isi dari homili adalah

ulasan dan penjelasan tentang teks Kitab Suci tertentu sesuai dengan konteks hidup jemaat.

Jadi, homili itu selalu memiliki tema yang sesuai dengan isi bacaan Kitab Suci, bertolak dari Kitab

Suci, dan dilaksanakan atau berlangsung dalam suatu perayaan liturgi atau ibadat. Semoga

penjelasan ini membantu kita untuk memahami perbedaan kedua istilah yang kerap kali muncul

dan kita dengar bersama.

Romo, saya ingin bertanya hal teknis rasanya. Ada istilah KOTBAH

dan HOMILI. Apakah memang keduanya itu berbeda atau

sebenarnya sama?

Diasuh oleh Romo Anton Baur, Pr

Pertanyaan silakan dikirimkan ke: umatbertanya@parokisanmare.or.id

umat bertanya

(4)

4

-ALTAR: MEJA PERJAMUAN CINTA

Makna Dan Fungsi Altar

Di atas altar, Kurban Salib dihadirkan dalam rupa tanda-tanda sakramental. Altar adalah meja Tuhan, di sekelilingnya umat Allah berhimpun dan saling berbagi. Altar menjadi pusat kegiatan bersyukurnya umat. Altar sebagai meja perjamuan kudus, seharusnya menjadi tempat yang paling mulia dan paling indah. Hendaknya dirancang dan dibangun bagi keperluan kegiatan liturgis komunitas/umat. Altar adalah tanda Kristus. Altar adalah simbol Kristus, bahkan altar adalah juga Kristus sendiri. Itu memang makna simbolisasi liturgisnya.

Altar: Meja Kurban Dan Meja Perjamuan

Altar sebagai meja kurban adalah tempat bagi Kurban Salib yang diabadikan dalam misteri berabad-abad hingga kedatangan Kristus kembali. Altar sebagai meja perjamuan bagi warga Gereja yang berkumpul untuk bersyukur dan berterimakasih kepada Allah dan menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Dimana Letak Altar?

Altar adalah titik pusat perhatian jemaat yang berkumpul. Namun, itu tidak berarti bahwa altar harus berada di titik pusat bangunan gereja. Altar harus bisa dilihat oleh seluruh jemaat. Setiap kegiatan di sekitarnya harus terkomunikasikan dengan baik. Altar terletak di panti atau pelataran imam, yakni suatu area yang dikhususkan untuk pemimpin liturgi, dan membedakannya dengan area jemaat. Wilayah panti imam biasanya lebih tinggi daripada wilayah tempat jemaat berhimpun. Selain meja altar, di panti imam juga terdapat ambo (meja Sabda), kursi Imam (juga kursi Uskup jika di gereja katedral), kredens, mungkin juga tabernakel, dsb.

Satu Altar Dalam Satu Gereja

Hanya ada satu altar dalam satu gedung gereja supaya jelaslah makna Kristus sebagai satu-satunya Sang Penyelamat dan hanya ada satu Ekaristi dalam gereja. Satu altar melambangkan satu jemaat yang berkumpul dan bersyukur di sekitar Sang Penyelamat itu.

Pendupaan Altar

Pendupaan altar memang bukan keharusan. Namun, hendaknya dilakukan dalam perayaan meriah dan pada hari Minggu. Imam Selebran mendupai altar dengan mengitarinya, pada saat Ritus Pembuka dan awal Liturgi Ekaristi. Saat itu Imam melakukan penghormatan terhadap altar, simbol Kristus. Pendupaan Imam, petugas lain dan jemaat mau mengingatkan juga bahwa semuanya adalah altar spiritual yang terkait erat dengan altar utama, Kristus sendiri.

Putih, warna kain penutup altar

Kain atau penutup altar adalah berwarna putih. Ini seperti halnya baptisan baru yang menerima pakaian putih, yang melambangkan kebangkitan, hidup baru. Pemakaian warna lain sebagai ornamen (misalnya sesuai warna liturgi) pada altar tidak dilarang, meskipun demikian taplak penutup permukaan, tempat

(5)

- 5 - piala dan sibori diletakkan, hendaknya tetap berwarna putih. Simbol-simbol yang menghiasai taplak altar sudah semestinya mempunyai makna yang sejalan dengan hakikat altar.

Segala macam ornamen hendaknya tidak malah mengganggu konsentrasi jemaat atau mengalahkan keberadaan Tubuh dan Darah Kristus. Ini berkaitan juga dengan pelatakan rangkaian bunga, lilin, dll di sekitar altar. Unsur-unsur ini kalau bisa jangan diletakkan di atas meja altar.

Apa Saja Yang Boleh Diletakkan Di Atas Altar?

Altar bukan tempat menaruh sembarang benda. Sebaiknya altar hanya untuk menjadi tempat bagi benda-benda yang dipakai selama Liturgi Ekaristi, terutama yang berkaitan dengan keberadaan roti dan anggur, persembahan utama dalam Perayaan Ekaristi. Benda-benda itu adalah korporal, purifikatorium, piala (anggur), dan sibori (roti). Tentu buku Tata Perayaan Ekaristi dan Sakramentari juga perlu diletakkan di sana. Benda-benda lain diluar itu tidaklah perlu, apalagi kalau malah menghalangi benda-benda utama itu dari pandangan jemaat.

Sumber: Rupa dan Citra, CH. Suryanugraha

Buku Puji Syukur: Dari Kita untuk Kita Bersama

Bpk/Ibu dan Saudara/i terkasih, perayaan Ekaristi merupakan sumber dan sekaligus puncak kehidupan Kristiani kita. Penyelenggaraan perayaan Ekaristi yang baik serta peran aktif kita akan sangat membantu kita dalam menghayatinya.

Peran aktif kita wujudkan tidak harus dengan menjadi petugas liturgi seperti menjadi anggota paduan suara, lektor, ataupun petugas tata tertib, tetapi bisa dan sangat diharapkan dengan menanggapi ajakan imam melalui aklamasi serta memanjatkan doa dengan bernyanyi bersama seluruh umat memuji dan bersyukur kepada Allah.

Sebagian besar nyanyian diambil dari buku Puji Syukur yang sudah banyak kita miliki, bahkan tidak sedikit diantara kita yang memiliki lebih dari satu buku Puji Syukur. Buku tersebut akan sangat bermanfaat jika dapat kita pergunakan saat misa, oleh karena itu kami mengajak Bpk/Ibu dan Saudara/i sekalian untuk senantiasa membawa buku Puji Syukur saat menghadiri perayaan Ekaristi.

Ada gagasan kecil untuk meninggalkan salah satu buku Puji Syukur yang kita miliki di gereja, jika sebagian besar umat melakukan hal ini, maka umat tidak perlu membawa lagi buku Puji Syukur dari rumah setiap kali akan menghadiri perayaan Ekaristi, umat dapat menggunakan buku Puji Syukur milik siapa saja yang ditinggalkan di gereja, dari kita untuk kita juga. Mudah-mudahan dengan ini kita dapat semakin menghayati perayaan Ekaristi sebagai perayaan bersama dan sekaligus memperdalam iman. Tuhan memberkati.

(6)

6

-Ibu, Bapak dan Saudara/i yang terkasih dalam Kristus,

Syukur kepada Allah bahwasanya setelah melalui proses seleksi yang tidak singkat dan ketat yang melibatkan banyak pihak di paroki, akhirnya, kita, umat paroki Santa Maria Regina Bintaro Jaya, telah memiliki Prodiakon/es periode pelayanan 2014-2017 yang tangguh, berkomitmen, dan siap melayani Tuhan dan umat-Nya di Paroki kita tercinta.

Prodiakon/es yang baru ini telah diangkat oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Bapak Uskup KAJ, melalui suratnya tanggal 28 Agustus 2014. Setelah menjalani pembekalan berupa rekoleksi dan pengenalan akan tugas-tugas serta tanggung jawab seorang Prodiakon, maka Prodiakon/es ini akan dilantik oleh Pastor Kepala Paroki kita, Rm. Alphonsus Setya Gunawan, Pr, pada tanggal 28 September 2014. Prodiakon/es yang baru ini akan mulai tugas melayani tanggal 4 Oktober 2014.

Terima kasih banyak untuk pelayanan dan pengorbanan yang telah diberikan oleh para Prodiakon/es periode pelayanan 2011-2014 serta proficiat untuk para Prodiakon/es baru. Marilah kita berdoa bersama, semoga para Prodiakon/es kita ini agar selalu bersemangat melayani, setia selama masa pelayanan mereka, dan diberi kesehatan yang prima. Tuhan memberkati.

Berikut adalah nama-nama Prodiakon & Prodiakones yang dilantik pada tanggal 28 September 2014:

No. Lingkungan Nama Prodiakon/es No. Lingkungan Nama Prodiakon/es 1 Ignatius Columbanus Marianto 13 Katharina Willem Dagi

2 Ignatius Grace Theresia Supit 14 Katharina Raymond Stefanus Soetyoso 3 Ignatius Royandi Ernestus Dirk Paulus 15 Regina Anastasia Dwi Respati 4 Markus F. A. Soedjarno 16 Regina Ignatius Sudarmadi 5 Markus Florentina Lily Irene Tantra 17 Regina Andreas Ferry Kodrat 6 Markus Fr. Aloysius Agustono Widjaja 18 Ursula Albert George Pangemanan 7 Timoteus Gregorius Dion Noegroho

Tjiptorahardjo 19 Ursula Silvinus Soetojo Dharmadi 8 Timoteus Marcus B. Samosir 20 Yakobus Agnes Albertina Sayan

Rampisela 9 Yohanes de

Britto Lucas Hanifa Natahusada 21 Yakobus Arden Andreas Barus 10 Yohanes de

Britto Petrus Lazarus Mardjono 22 Yakobus

Stefanus Sagimin Hadi Susanto

11 Yohanes de

Britto Agnes Bertha Tabarani 23 Yakobus Tarcicia Hesti Purbaningsih

(7)

- 7 - 12 Yohanes de

Britto Johanes Sumardi 24 Beata Teresa Athanasius Gunawan Gunarso 25 Beata Teresa Joseph Saly Listiyadhi 61 Agatha Franciscus Xaverius Andri 26 Beata Teresa Maria Ingewati Kusuma 62 Agatha Maria Esther Meinelsa

Manurung

27 Beata Teresa Stefanus Didi Hartanto 63 Agatha Florentius Donanta Octaviardi 28 Damian Albertus Bambang Koes Rudiyanto 64 Beatrix Adrianus Nggala

29 Damian Maxentius Marjono Suwargo 65 Beatrix Aloysius Bambang Tedjo Nugroho

30 Damian Paul August Liqui 66 Beatrix Joseph Georgino Godong 31 Damian Ronald C. Sampayan 67 Beatrix Tjhong Vincentius 32 Helena Aloisia Metty Suprapti 68 Beatrix Agustinus Gatot Kusumo

Atmojo

33 Helena Athanasius Bambang Sulistyo P. 69 Beatrix Yasinta Fatmawati 34 Helena F. X. Josz Juswanto 70 Emanuel Heribertus Darno 35 Helena Albertus Sugianto Supriadi 71 Emanuel Daniel Bala Batti 36 Monika Agustinus Fadjar Anugrahono

Sulistyo 72 Emanuel Patricius Rinto Setiono 37 Monika MM Prima Widi Hatmi 73 Fransiskus

Maria Floribertus Rismantoro 38 Monika Paulus Heru Yuniriyanto 74 Fransiskus

Maria Romualdus Ponidjan 39 Theodorus Felicianus Purnawan Solihin 75 Fransiskus

Maria Yohannes Pudjiastoto 40 Theodorus Maria Immaculata Temmy Royani 76 Fransiskus

Maria Yustinus Tiberius Mudjihardjo 41 Theodorus Veronika Kani 77 Thomas Rasul Maria Cynthia Catharina 42 Theodorus Yohanes Budi Purwanto 78 Yosephine

Bakhita I. Y. Supriyanto

43 FX Anna Retno Hapsari 79 Andreas Constantius Agung Wahyu Wibowo N. P.

44 FX Joachim Sulistyo 80 Andreas F. X. Didik Wiryawan Adhi P. 45 FX Stephanus Ping Julianto W 81 Andreas Fransiskus Parsinta Narendra 46 FX Yoseph Martahan Sitorus 82 Andreas Heribertus Heru Santosa 47 FX Antonius Haryono Widarta 83 Andreas Joannes Suharno 48 FX Henry Probel Gultom 84 Andreas Johanes Indri Prijatmodjo 49 Gregorius Agustinus Darmawan 85 Andreas Thomas Erwin Kurniawan 50 Gregorius Aloysius Bayu Rajasa 86 Andreas Yosep Yendi

51 Gregorius Vincencius Hendrawan Thiodorus 87 Bartholomeus Antonius Edison Nelwan 52 Gregorius Martinus Elyas Yadi Djuhandi 88 Bartholomeus Christoporus Saras Damai

Susetyo

53 Theresia Andreas Wahid Gunawan 89 Bartholomeus F. X. Irwan Wijaya 54 Theresia Agustinus Rudyanto Gunawan 90 Bartholomeus Maria Yoke Edna 55 Theresia Diana Franscisca Fifi Amaliawaty 91 Bartholomeus Yustinus Fasis Irjayanto 56 Theresia Yohanes Soeryanto Santoso 92 Petrus Alfonsus Haryanto 57 Theresia Yuliana Yelly 93 Petrus FX Hartawan Makmur 58 Theresia Kamilus Arifin Lasimin 94 Petrus Helfina Martini Tisnakusuma 59 Theresia Florentina Ratna Supeni Hadiwono 95 Petrus Johannes Agus Munandar 60 Theresia Gregorius Suyanto Utomo 96 Petrus Thomas Moore Gunawan

(8)

8

-Empat Pokok dalam Pacem in Terris :

† Hubungan antara individu dan manusia, meliputi isu-isu hak asasi manusia dan kewajiban moral. † Hubungan antara manusia dan negara, pada

akhirnya diletakkan pada otoritas secara kolektif. † Perlunya kesetaraan antara negara -negara dan

kebutuhan bagi negara untuk tunduk pada hak dan kewajiban individu yang harus dipatuhi.

† Perlunya hubungan yang lebih baik antara negara, sehingga mengakibatkan negara kolektif membantu negara-negara lain.

† Desakan kepada umat Katolik untuk membantu mereka yang non-Kristen dan non-Katolik dalam aspek politik dan sosial.

Damai di Bumi, Damai di Hati . . .

(Mengenang Ensiklik Pacem in Terris dari Paus Yohanes XXIII)

“Dunia di ambang Perang Dunia III, karena kegilaan manusia”,

demikian seruan Paus Fransiskus baru-baru ini. Paus

menambahkan konflik bersenjata yang saat ini terjadi di

mana-mana pertanda peradaban manusia sedang digerakkan oleh

keserakahan yang dibumbui kejahatan, pembantaian dan

kehancuran. “Manusia perlu menangis atas persitiwa ini. Inilah

waktunya bagi kita semua untuk menangis”, ungkap Paus.

Pacem in Terris (Damai di Bumi) :

Pacem in Terris, ensiklik terakhir Bapa Suci Paus Yohanes XXIII. Melalui Ensiklik ini, Paus Yohanes

XXIII bereaksi atas situasi perang dingin antara blok AS dan blok Uni Sovyet. Ketika itu nyaris

terjadi perang nuklir akibat Krisis Misil Kuba yang menegangkan. Roma cenderung menyudutkan

Uni Sovyet (yang banyak melakukan represi terhadap Gereja Katolik). Tapi Paus intensif

berkomunikasi dengan Presiden AS, John F. Kenedy dan PM Uni Sovyet, Nikita Khurshchev untuk

mengupayakan damai. Majalah Time menobatkan Paus Yohanes XXIII sebagai ‘Man of the Year’

karena kepemimpinannya yang luar biasa.

Pacem in Terris mengangkat pentingnya

penghormatan atas hak manusia. Setiap

manusia berhak atas hidup, atas

keutuhan badannya dan atas segala

yang diperlukan untuk pengembangan

hidup wajar. Oleh karenanya dibutuhkan

perdamaian sebagai dasar kehidupan

bersama.

Pacem in Terris mengingatkan kita,

ketika ujung tongkat ketamakan dan

kekerasan diangkat, ujung tongkat

lainnya adalah korban mereka yang tak

bersalah, yang lemah dan tidak bisa

melindungi diri. *

Ajaran Sosial Gereja

“Perdamaian akan menjadi kata kosong, jika kita tidak berpijak pada kebenaran, keadilan, dijiwai oleh belas kasih dan dibimbing untuk hidup dalam kebebasan. Sumber daya manusia sendiri, meskipun diilhami oleh segala sesuatu yang patut dipuji dan baik, tidak bisa

mencapai apa yang diharapkan itu.Tuhan sendiri perlu datang untuk membantu manusia”. (Pacem in Terris, 167-8)

(9)

- 9 - Dibawakan oleh RD Y. Purbo Tamtomo, LIC Jumat, 19 September 2014

PERKAWINAN CAMPUR

“Dalam hidup berkeluarga, kalau masih ada yang kurang, itu lumrah. Tetapi tidak boleh karena kekurangan itu kemudian meninggalkan komitmen kita. Kekurangan bagi orang Katolik bahasanya hanya satu: "Kesempatan untuk mengalami berkat Tuhan". Bukan yang lain. Mukjizat pertama di Kana mau mengandaikan berkat Tuhan melimpah utk keluarga. Rumah tangga banyak kekurangan,

kekurangan anggur, apapun anggurnya. Cinta menjadi kering, bosan, rejeki susah. Itu bahasa kitab sucinya "kekurangan anggur". Kalau Anda, kita semua, sedang kekurangan anggur, kita datang kepada Tuhan. Biarlah apa yg ada diubah oleh Kasih Tuhan menjadi anggur baru. Itulah penghayatan iman kita sebagai murid-murid Tuhan, Amin. (Romo Purbo Tamtomo)

Data perkawinan campur di KAJ tahun 2013 mencatat bahwa diantara keluarga-keluarga baru yang menerima pemberkatan perkawinan di Gereja, ada 39,6% diantaranya menikah dalam situasi perkawinan campur (beda agama atau beda gereja), atau 1.754 pasangan. Sebuah realitas yang tidak bisa disembunyikan lagi bahwa pasangan hidup yang tidak seiman bisa merupakan alternatif dan konsekuensi yang tidak mungkin kita hindari di tengah-tengah kondisi sosial yang makin plural.

Sebuah pertanyaan sederhana pun terlontarkan, apakah kekatolikan masih menjadi prioritas dalam memilih pasangan? Beberapa jawaban pun bisa kita goreskan di sini, seperti: martabat keluhuran perkawinan tidak dirasakan, menipisnya kebanggaan untuk merayakan perkawinan di Gereja, munculnya rasa tidak ingin mengecewakan orang tua karena ingin cepat menimang cucu atau andaikata boleh, tapi tidak ingin.

Apa yang sebetulnya begitu membanggakan dalam perkawinan katolik? Pertama, perlu digarisbawahi martabat perkawinan sebagai sakramen (tanda kehadiran Allah dalam hidup manusia). Nilai pokoknya adalah penyertaan Tuhan dalam perjalanan yang mulai dijalani berdua (bdk. Mt 28:20). Karena ini sakramen, maka Tuhan hadir dan campur tangan! Berikutnya, sikap iman yang teguh perlu disertai dengan menumbuhkembangkan pertanggung-jawabannya. Kalau pengetahuan iman terbatas, aplikasinya pun akan sangat rendah. Ketiga, Sakramen perkawinan punya kekuatan luar biasa untuk mengatasi kesulitan yang timbul dalam perjalanan hidup suami istri. Kalau ada keyakinan akan martabat perkawinan sebagai sakramen, maka cara bertutur kata pun akan dipilih, sesuai dengan martabat sakramen.

Ada beberapa alasan yang kerap disodorkan di balik fakta kawin campur. Misalnya, dengan kawin campur kita mewartakan Yesus Kristus sehingga yang belum dibaptis nanti bisa menjadi katolik. Namun, faktanya ditengarai kerap tidak sesuai dengan idealisme awal tersebut. Lemahnya keyakinan iman katolik dari pihak katolik mengakibatkan kelalaian dalam pendidikan berkarakter katolik bagi anak-anak, bahkan perceraian pun mulai direncanakan terutama saat krisis dalam relasi. Ini membuat kita merenung, apakah untuk cerai Anda menikah?

Di hadapan berbagai kesulitan macam ini mengapa Gereja mengijinkan perkawinan campur? Kita ingat bahwa inti perkawinan katolik adalah perjanjian kasih yang secara kodrati terarah pada kesejahteraan suami-istri serta pada kelahiran dan pendidikan anak secara Katolik. Maka Gereja pun tidak meninggalkan mereka yang mengalami situasi kawin campur sendirian, apalagi dalam perkawinan campur kerap menimbulkan keprihatinan seperti rasa kekecewaan, karena ada sesuatu yang indah yang harus ditinggalkan. Demikian juga di tengah-tengah kebahagiaan pasangan, seringkali ada kesedihan ketika harus merayakan iman sendiri. Dalam pastoral perkawinan campur, Gereja mengantisipasi dua hal, yaitu

PIKAT 5 – Sesi 3

(10)

10

-bahwa setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya sesuai dengan hati nurani. Dan kedua, Gereja sangat menghormati kebebasan beragama. Ini adalah dua hak dasar – dua nilai yang harus dihormati. Bagaimana katekese keluarga dalam mengendalikan kawin campur? Cara-cara ini hanya bisa dibuat sebelum menikah. Perlu menyampaikan keindahan iman katolik dan informasi yang sesuai bagi anak-anak sejak dini seperti tentang pembekalan bagaimana bergaul, kriteria menentukan pasangan dan akhirnya pilihan hidup. Kemudian juga membagikan pengalaman bagaimana menghayati dan merayakan sakramen, terutama ekaristi, sebagai pegangan penting bagi umat kristiani.

Gereja Katolik memberikan membuka kemungkinan untuk perkawinan campur dalam rangka memberi pelayanan kepada umat, meski disadari bahwa ada fakta menemukan jodoh itu tidak selalu gampang. Entah karena orang tua tidak menyetujui, kepribadian yang tidak sesuai atau hal-hal yang lain, sehingga perkawinan campur tidak terhindari. Dalam hal ini, iman pihak katolik dan pendidikan anak-anak berkarakter katolik harus diperhatikan.

Semoga dengan uraian ini, masing-masing keluarga makin menghayati martabat luhur sakramentalitas perkawinan mereka, yang ditentukan oleh baptisnya kedua pasangan calon pengantin, dan bukan oleh ada atau tidaknya misa pada perayaan pemberkatan. (P. Alfons, SX)

KKS Bersama Dua Lingkungan: TEPAT SASARAN

Pada hari Minggu 21 September, Lingkungan St. Damian dan Lingkungan St. Helena ( Wilayah 3) membaca Kitab Suci Sesi 3 secara bersama-sama. Ide ini tercetus saat pembekalan di Paroki yang diadakan di akhir bulan Agustus lalu. Ini membuat pertemuan guyub dan tepat sasaran karena dihadiri oleh 30 orang dan pembahasan mengenai Petrus dalam Filipi 1.12-30 sangat menarik. Umat yang terlibat semakin banyak, aspek yang dibahas lebih kaya. Disamping itu semua umat ingin memberikan pendapat. Hal ini membuat kami semakin yakin akan kegunaan program 'membaca' Kitab Suci ini. Fasilitator juga sangat matang dalam memandu dan mengembangkan dialog. Kedua lingkungan ini sebenarnya kaitannya erat karena merupakan hasil pemekaran. St Helena menurunkan lingkungan lain sebanyak dua kali, dimana St. Damian dibentuk pada tahun 2010. Semoga rencana pemekaran lingkungan justru semakin mempererat dan acara-acara tetap dapat dilakukan secara bersama-sama dengan fleksibel. Minggu selanjutnya dalam sesi terakhir kedua lingkungan ini akan bertemu kembali. Tuhan Senantiasa Melindungi! Amin.

(11)

- 11 -

 JADWAL LITURGI 

MINGGU BIASA XXVII – 04 & 05 Okt

Bacaan: Yes. 5:1-7; Mzm. 80:9,12,13-14,15-16,19-20; Ul:Yes. 5:7a; Flp. 4:6-9; Mat. 21:33-43

Saran Lagu: PS 365, 366, 370, 682, 688, 690, 693, 851, 962

MINGGU BIASA XXVIII – 11 & 12 Okt

Bacaan: Yes. 25:6-10a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Ul:6cd; Flp. 4:12-14,19-20; Mat. 22:1-14

Saran Lagu: PS 319,325,335, 427, 428, 430, 431, 692, 841, 956 Sabtu, 04 Oktober, pukul 17.00

Koor dan Tatib: St. Ignatius – I

Petugas Lektor : Maria B Sri Mardyaningrum & Ista Anindita Putra/i Altar: Laurentius Melvin Pratama, Maria Lilian Dharmahutama, Elisabeth Novadiana Kurniasavitri T, Bernadette Claudia Kartikasari Sutandi, Elizabeth Erica Ratnasari Sutandi, Ignatius Arico Setya, Thomas Lasmono Wibowo, Aurelia Yashodara Nareswari, Michelle Daphne Haruman, Kristina Irmadani Darwin

Prodiakon: Bayu Rajasa, Gunawan Gunarso, Agung Wahyu Wibowo, Ferry Kordat, Columbanus Marianto, Floribertus Rismantoro, Lucas Hanifa Natahusada, Ronald C. Sampayan

Sabtu, 11 Oktober, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Sta. Khatarina - II

Petugas Lektor : Anggia Kandhi & Carin Faradina

Putra/i Altar: Kevin Bagas K., Theresia Avillia Revabelle Maharani, Benedictus Raymardi, Fransiska Yuka Yulia, Irenne Yudia Hagaina Tariga, Yohanes Purba Sangga Becik, Issabella Titta Iswadi, Shannon Wijaya, Felicitas Tania Elvina, Caroline Susan Mahadewi Gadis Amara

Prodiakon: Heru Santosa, Johanes Sumardi, Haryono Widarta, Rudyanto Gunawan, Albertus Sugianto Supriadi, Arden Andreas Barus, Didik Wiryawan AP, Lily Irene Tantra Minggu, 05 Oktober, pukul 06.30

Koor dan Tatib: St. Theodorus - III

Petugas Lektor : Kineta & Helena Hennywati Halim

Putra/i Altar: L. Melvin Pratama, M. Lilian Dharmahutama, E. Novadiana Kurniasavitri T, B. Claudia Kartikasari Sutandi, Elizabeth Erica Ratnasari Sutandi, Ignatius Arico Setya, Thomas Lasmono Wibowo, Aurelia Yashodara Nareswari, Michelle Daphne Haruman, Kristina Irmadani Darwin

Prodiakon: Georgino Godong, F. A. Soedjarno, Maria Yoke Edna, Ping Julianto W, Yohanes Soeryanto Santoso, Yustinus F. Irjayanto

Minggu, 12 Oktober, pukul 06.30 Koor dan Tatib: St. Bartolomeus - VII

Petugas Lektor : Mahendra & B. Diana Proditasari

Putra/i Altar: Stevanus Winata, Giacinta Maretha Prita Pradita, Benedicto Siswoko, Benigno Areli Siswoko, Albertus Alexander Goenawan, Christopher Satrio Binatoro, Patrechia Maureen Chika, Patricia Quina Gita Naviri, Theodorus Albert Winata, Stefani Nathania Sanchia

Prodiakon: Joannes Suharno, Kamilus Arifin, Rinto Setiono, Helfina M. Tisnakusuma, Esther Meinelsa Manurung, Soetojo Dharmadi

Minggu, 05 Oktober, pukul 09.00 Koor dan Tatib : Sta. Agatha – V

Petugas Lektor : Theresia Wahyunita & Yohana Apsari T Putra/i Altar : Clara Lourdessa Oryza, J. Atlanta Andieani Ati Puspita, E. Lovisia Eva Karensa, Ignas Deo Dedit, T. Aldi Adi Saputro, Y. Delbert Suryaatmaja, C. Jennifer Juwana, Efrem Kriste Prana Pangasta Mukti, F. Arya Kusuma Aji, Laurenzi Matthew, M. Sheren Angela Asroyo, V. Adrian Laurens Nestya Prodiakon: F.P. Narendra, Prima Widi H., Noegroho Tjiptorahardjo, Ingewati Kusuma, Heru Yuniriyanto, Gunawan Wibowo, Tjhong Vincentius, Hendrawan Thiodorus, Bambang K. Rudiyanto, A. Haryanto, F. Purnawan Solihin, Grace Theresia Supit, Cynthia Catharina, Venny Puspita, P.L. Mardjono, Y. Martahan Sitorus, Yuliana Yelly, A.A. Sayan Rampisela, G. Pangemanan, F.X Andri

Minggu, 12 Oktober, pukul 09.00 Koor dan Tatib : Beata Teresa - III

Petugas Lektor : Boyke Indrasakti Aveanti & Maria F. Kristiono Putra/i Altar : Michael David Christopher, Santos Ferdinand Tambunan, Gabriel Kineta, Dylan Alexander Christanto, Emilio Yudhatama, Jessica Nadia Agustin, Jonathan Stevandhy , Kevin Stevandhy, Gabriel Nathaniel Orion, Paulus Winton Fernandes Tambunan, Renaldo Antonius Putra, Graciella Antonius Putri

Prodiakon: Paul August Liqui, Hadi Susanto, Dwi Respati, Donanta Octaviardi, Probel Gultom, Indri Prijatmodjo, Temmy Royani, Romualdus Ponidjan, Andrianus Nggala, Gatot Kusumo Atmojo, Metty Suprapti, Wahid Gunawan, Agustono Widjaja, Agus Munandar, Saly Listiyadhi, Hesti Purbaningsih, Thomas Erwin Kurniawan, Bambang Sulistyo P., Fifi Amaliawaty, Marcus B. Samosir

Minggu, 05 Oktober, pukul 17.00 Koor dan Tatib: St. Petrus - VII

Petugas Lektor : Cicilia Nina & Theresia Michelle Alessandra Putra/i Altar: Brigitta Grace Simon, Elisabeth Anggitasari Hartawan, YM Jonathan Glenn Paskalis, Albertus Alexander Goenawan, Christopher Satrio Binatoro, Patrechia Maureen

Minggu, 12 Oktober, pukul 17.00 Koor dan Tatib: St. Fransiskus Maria - VI

Petugas Lektor : Rere & F. Heru Setiawan

Putra/i Altar: Christofer Rizal, Alexander Andi, Margaretha Yosilia Paskalovana, Benedict Matthew Sukieche, Helena Keren Imanuela, Christina Simamora, Brigieth Rungo Rata,

(12)

12

-Chika, Patricia Quina Gita Naviri, Theodorus Albert Winata, Eugenia Puspa Pitaloka, Claudia Michelle Ivane

Prodiakon: Anna Retno Hapsari, Gregorius Suyanto Utomo, Heribertus Darno, Hartawan Makmur, Supriyanto, Yadi Djuhandi, Royandi Ernestus DP, Yohanes Budi Purwanto

Hieronimus Raturangga, Thomas Ginta Tarigan, Yohanna Emarina

Prodiakon: Antonius E. Nelwan, Ignatius Sudarmadi, Joachim Sulistyo, Stephanus Soetyoso, Didi Hartanto, Yasinta Fatmawati, Yosep Yendi, Agnes Bertha Tabarani

PENGUMUMAN

1. Pembukaan Bulan Rosario

Hari Rabu tanggal 01 Oktober 2014 pukul 19.00 Wib diadakan Doa Rosario bersama sama di depan Gua Maria SanMaRe. Dan dilanjutkan dengan misa di dalam Gereja. Selama bulan Oktober, 40 menit sebelum misa dimulai akan diadakan Doa Rosario.

2. Latihan Koor Anak dan Remaja SanMaRe

Seluruh anak-anak dan remaja SanMaRe diundang untuk latihan koor bersama yang diadakan setiap hari SABTU pukul 15.00 s/d 16.30 di ruang kelas 301. Mohon bantuan umat dan pengurus lingkungan untuk menyampai undangan ini ke anak-anak dan remaja.

3. Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK)

PDKK mengundang untuk berdoa dan mendengarkan firman Tuhan pada hari Kamis 02 Okt 2014 jam 19:30 di aula Sanmare, yang akan dibawakan oleh Romo Yakobus, SX. Sangat diharapkan kehadiran umat.

DIJUAL: Tanah seluas 8.423 M2, di Jl.Ciater Raya Serpong, Lebar Jalan 24 M aspal, menghubungkan ke Pamulang 2 dan BSD, HGB. Letak strategis: 800m dari Pintu Tol ke Pamulang 2, 30m dari Pom Bensin Pertamina, 400m dari Shell. Dpn Restoran Jati. Cocok untuk Hi-Rise Building: Apartemen, Rusunami, Hotel, Rumah Sakit, Kampus, Kantor. Cocok untuk Investasi: Bisa dipakai untuk Pool Taxi, Gudang Konstruksi Baja dll. Hubungi Ibu Ayi HP. 085716890488

LOWONGAN PEKERJAAN: Gereja SanMaRe membutuhkan tenaga lulusan STM Listrik untuk pengelolaan gedung, laki-laki, pengalaman minimal 1 tahun, bisa mandiri, ulet berkepribadian baik. Diutamakan beragama Katolik, sehat jasmani dan rohani, loyal terhadap lembaga dan pekerjaan. CV & lamaran diserahkan langsung ke Sekretariat Paroki SanMaRe. Bpk. Mardi

DIJUAL: Tanah Sertifikat Hak Milik Luas : 324 m daerah Karang Timur (Joglo). Cocok untuk tempat tinggal. Hubungi : 0816 1318 527

LOWONGAN PEKERJAAN: Dibutuhkan Supir Pribadi berpengalaman. Umur min. 25 thn. Tinggal di Bintaro. Peminat hubungi: 0812 133 89678 atau 08164851041 dengan Anton untuk membuat perjanjian

IKLAN BARIS – Wahana bagi umat yang ingin mengiklankan informasi lowongan pekerjaan, mencari pekerjaan atau jasa usaha pribadi. Materi iklan diserahkan ke sekretariat paroki setiap hari kerja atau email ke:

s e k r e t a r i a t @ p a r o k i s a n m a r e . o r . i d

Dipanggil untuk Melayani : TIM 3S

Saudara saudara terkasih, kita berbahagia bahwa umat SanMaRe meningkat luar biasa, sehingga misa Minggu pukul 09.00 WIB kini harus menggunakan dua ruang kelas.

Seiring dengan kebahagiaan ini, kami tim Tata Suara Gereja yang dikenal dengan sapaan ‘Tim 3S’ (Sanmare Sound System) sangat mengharapkan saudara-saudara terkasih pemerhati atau

pehobi audio untuk bergabung bersama kami dalam melayani sistem tata suara Gereja. Mari bergabung, silakan menyampaikan niat Anda kepada:

1. Didik Wiryawan, 0811966674, email: didik.wiryawan@cbn.net.id

Referensi

Dokumen terkait

Pasal yang dimaksud adalah Pasal 281 ayat (1) yang menyatakan bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak.. diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas

 Pasal 28I ayat 1 UUD 1945 : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan

Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk

Pasal 28I Ayat 1 UUD NRI TAHUN 1945 selengkapnya menyatakan: “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak

Pasal 28I berbunyi sebagai berikut: 1 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui