• Tidak ada hasil yang ditemukan

180_draft Pedoman Penulisan Modul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "180_draft Pedoman Penulisan Modul"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DAPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN PELATIHAN KEUANGAN

JAKARTA 2009

2009

(2)

DAPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN PELATIHAN KEUANGAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNYA, sehingga Pedoman Penulisan Modul Diklat Keuangan dapat tersusun dengan baik.

Sesuai dengan visi Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan (BPPK), yaitu menjadi pusat unggulan dan terdepan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang profesional di bidang kauangan negara, maka perlu dilakukan peningkatan kualitas pelaksanaan diklat-diklat di lembaga keuangan negara

Salah satu kegiatan yang diprioritaskan untuk menunjang seluruh pelaksanaan diklat-diklat adalah penyusunan buku pedoman penulisan modul, pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan arahan/informasi kepada fasilitator/Widyaiswara dan unit/instansi pelaksana kegiatan pelatihan keuangan dalam menyusun dan mengembangkan modul. Penulisan modul merupakan bagian awal terpenting dari kegiatan diklat, yang nantinya akan bermuara pada kualitas hasil lulusan dan kepuasan dari seluruh stakeholders umumnya dan pengguna khusus.

Dengan telah selesai disusunnya Buku Pedoman Penulisan Modul, diharapkan kualitas pelaksanan diklat selanjutnya akan semakin meningkat, sehingga BPPK dapat menjadi kebanggaan bukan saja oleh lingkungan BPPK maupun departemen keuangan sendiri, tetapi juga seluruh masyarakat yang menggunakan dan mempercayakan BPPK sebagai tempat memperdalam ilmu pengetahuan dibidang keuangan negara. Diharapkan juga buku ini dimanfaatkan sebaik mungkin dalam penulisan modul diklat-diklat di lembaga keuangan negara.

Buku pedoman penulisan modul ini juga merupakan hasil kegiatan awal yang baik dari kerjasama seluruh pusdiklat dan sekretariat untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi BPPK dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan pedoman ini. Penyempurnaan maupun perubahan pedoman di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain bahwa pedoman ini dapat memberikan manfaat.

(4)

DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR ... .. i DAFTAR ISI ... .. ii DAFTAR GAMBAR ... .. iv DAFTAR TABEL ... .. v DAFTAR LAMPIRAN ... .. vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2 C. Sasaran ... 2 D. Lingkup Bahasan ... 2 E. Manfaat ... 2

BAB II. PENGENALAN MODUL A. Pengertian Modul ... 3

B. Tujuan Modul ... 4

C. Karakteristik Modul ... 5

D. Perbedaan Modul Dan Bahan Ajar Lainnya a. Perbedaan modul dengan buku teks ... 7

b. Perbedaan modul dengan slide persentasi ... 8

c. Perbedaan modul dengan handout ... 9

d. Perbedaan modul dengan LKS ... 9

BAB III. PERSYARATAN PENYUSUNAN MODUL ... .. 10

BAB IV. SISTEMATIKA PENULISAN MODUL A. Merencanakan penulisan modul ... 11

B. Strategi dalam penulisan modul ... 11

C. Membentuk isi modul dalam satu unit ... 12

D. Pengaturan muatan konsep modul ... 12

E. Penulisan modul yang optimal ... 13

F. Bahasa modul ... 13

(5)

BAB V. STRUKTUR FORMAT MODUL A. Format modul a. Halaman judul ... 15 b. Kata Penganta ... 15 c. Daftar Isi ... 15 d. Daftar Tabel ... 15 e. Daftar Gambar ... 15 f. Daftar Lampiran ... 15

g. Petunjuk Penggunaan Modul ... 15

h. Peta Konsep ... 16

i. Pendahuluan 1) Deskripsi singkat ... 17

2) Prasyarat kompetensi ... 18

3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar ... 18

4) Relevansi modul ... 19

j. Kegiatan Belajar ... 20

k. Judul ... 20

l. Indikator ... 20

m. Uraian Materi dan Contoh ... 21

n. Latihan ... 21

o. Rangkuman ... 22

p. Tes Formatif dan Tes Sumatif ... 22

q. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 22

r. Kunci Jawaban ... 22

s. Daftar Istilah ... 22

t. Daftar Pustaka ... 22

B. Dalam penulisan modul juga harus diperhatikan hal-hal a. Pengorganisasian dalam penampilan modul ... 23

b. Daya tarik ... 23

c. Bentuk dan ukuran huruf ... 23

d. Ruang (spasi kosong) ... 24

e. Naskah dan Penggandaan ... 24

f. Penulisan Tabel dan Gambar ... 24

(6)

BAB VI. PROSEDUR PENULISAN MODUL A. Prosedur Penulisan Modul

a. Jalur prioritas

1. Jalur Prioritas bagi widyaiswara di Pusdiklat ... 27

2. Jalur Prioritas bagi widyaiswara di Balai Diklat Keuangan 27 b. Jalur inisiatif ... 28

B. Mekanisme ... 28

BAB VI. SEMINAR MODUL A. Umum ... 30

B. Tim penilai ... 30

C. Penilaian dan Rekomendasi ... ` 30

BAB VI. PELAKSANAAN SEMINAR MODUL A. Umum ... 32

B. Susunan acara ... 32

C. Peserta Seminar ... 32

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur format modul ... 14

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Buku teks dan modul ... 3 Tabel 2 standar kompetensi dan kompetensi dasar ... 18 Tabel 3 indikator ... 20

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Taksonomi bloom

Lampiran 2. Teknik penulisan daftar pustaka Lampiran 3. Contoh halaman judul

Lampiran 4. Contoh study tips Lampiran 5. Contoh peta konsep Lampiran 6. Contoh penulisan tabel

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standarategi peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan berbagai standarategi antara lain melalui pembelajaran berbasiskan kompetensi (competency based training). Pelaksanaan standarategi tersebut dilakukan melalui:

(1) penataan kurikulum (2) penyusunan modul

(3) penyusunan standar pelayanan minimal

(4) penyelenggaraan diklat berbasiskan produksi (production based training). Mewujudkan peningkatan kompetensi kerja aparatur dan non aparatur Departemen Keuangan, dapat dilakukan melalui pembinaan antara lain melalui diklat yang terencana/terstandaruktur. Pelatihan yang berdaya guna dan barhasil guna dapat dicapai secara optimal dengan dukungan tenaga fasilitator/Widyaiswara, sarana dan prasarana pelatihan, termasuk di antaranya modul pelatihan yang memadai. Setiap pelatihan terdiri dari beberapa mata pelatihan/pelajaran, dan setiap mata pelajaran mengandung satu atau beberapa kompetensi kerja yang dipersyaratkan untuk memangku jabatan atau pekerjaan bagi peserta pelatihan.

Modul diklat merupakan salah satu bentuk pengorganisasian bahan ajar yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan diklat. Modul disusun sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi kegiatan belajar peserta pelatihan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara sistematis dan bertahap. Lebih jauh modul diperlukan oleh para peserta sebagai acuan atau pedoman dalam melaksanakan tugas sesudah kembali bekerja.

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 66 tahun 2005, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, dinyatakan bahwa salah satu kompetensi Widyaiswara adalah mampu menyusun modul pendidikan dan pelatihan (diklat), dalam rangka memfasilitasi proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam rangka menyamakan pemahaman terhadap modul pelatihan di lingkungan Departemen Keuangan, Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan menyusun buku Pedoman Penulisan Modul Diklat Departemen Keuangan.

(11)

Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah RI No 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan merupakan suatu Instansi Pembina Diklat Fungsional dan Diklat Teknis Departeman Keuangan (pasal 11 dan 12), sehingga pedoman ini akan diberlakukan untuk penyusunan modul diklat fungsional dan diklat teknis keuangan.

B. Tujuan

Tujuan pedoman penulisan modul ini adalah untuk memberikan kemudahan penulisan modul dan sebagai acuan teknis dalam penulisan Modul Diklat Dapartemen Keuangan di Pusdiklat/STAN dan Balai Diklat.

C. Sasaran

Sasaran pedoman penulisan modul ini adalah tersusunnya Modul Diklat Dapartemen Keuangan yang sesuai dengan standar.

D. Lingkup Bahasan

Pedoman ini mempunyai lingkup bahasan sebagai berikut :

1. Pendahuluan (latar belakang, tujuan, sasaran, lingkup bahasan, dan manfaat). 2. Modul dalam manajemen Diklat.

3. Sistematika penulisan modul.

4. Penulisan modul diklat berbasis kompetensi.

E. Manfaat

(1) Bagi Pusdiklat/STAN dan Balai Diklat

Dapat menstandarisasi modul-modul yang digunakan untuk proses diklat dan alat evaluasi penulisan modul oleh widyaiswara.

(2) Bagi Widyaiswara

Sebagai acuan yang jelas dalam penulisan modul sehingga proses pembelajaran diklat lebih efektif.

(3) Bagi peserta diklat

Secara tidak langsung mendapat jaminan mengikuti diklat yang lebih efektif.

(12)

BAB II

PENGENALAN MODUL

A. Pengertian Modul

Modul adalah suatu sistem pengorganisasian proses belajar mengajar yang disusun sedemikian rupa sehingga peserta diklat dapat belajar secara sistematis dan bertahap untuk mencapai kompetensi kerja yang diinginkan.

Modul menurut Depdiknas merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Pengertian modul berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia online (pusatbahasa.diknas.go.id) adalah komponen dari suatu sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang program dari sistem itu; unit kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri; kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran.

Modul juga bisa didefinisikan sebagai uraian terkecil bahan belajar yang akan memandu fasilitator/pelatih menyampaikan bahan belajar dalam proses pembelajaran yang sesuai secara terperinci. Agar praktis dan mudah penggunaannya, modul menurut pedoman ini berisi uraian dari pokok-pokok bahasan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang masing-masing dilengkapi dengan metode dan media pembelajaran, petunjuk penugasan, diskusi, kasus, latihan-latihan, dan evaluasinya.

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh peserta diklat untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penyusunan modul mengacu pada kompetensi yang terdapat di kurikulum, atau unit kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Pengembangan modul diklat mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu kompetensi. Satu kompetensi disarankan dapat dikembangkan menjadi

(13)

satu modul, tetapi mengingat karakteristik khusus, keluasan dan kompleksitas kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari satu modul.

Isi sebuah modul itu harus lengkap sehingga dengan mempelajari dan memahami modul itu saja peserta diklat sudah dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Artinya semua isi pelajaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran diklat yang telah ditentukan harus ada dalam modul itu peserta diklat tidak perlu mencari isi pembelajaran di buku lain, untuk dapat memahami isi pembelajaran itu dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tentu saja penulis modul dapat memberikan saran kepada peserta diklat untuk membaca buku rujukan atau acuan lain. Namun demikian saran itu dimaksudkan hanya untuk memperkaya atau memperluas wawasan Peserta diklat mengenai topik yang sedang dipelajari.

Modul tidak selamanya berbentuk cetakan. Modul juga bisa dilengkapi dan bisa ditransfer ke media lainnya seperti program audio, video, film bingkai/(slide), film, multimedia interaktif . Media utamanya biasanya modul cetakan, tetapi pada modul-modul tertentu yang berupa aplikasi bisa dibuat sebuah media seperti audio, video, dll sehingga peserta diklat bisa mendengarkan atau mempelajari isi pembelajaran melalui program media lain.

B. Tujuan Modul

Modul sebagai sarana kegiatan belajar mengajar memiliki beberapa tujuan dalam penyusunannya. Secara lengkap tujuan penyusunan modul adalah sebagai berikut.

a. Sebagai medium referensi materi

Modul harus merupakan suatu paket pengajaran yang disusun secara sistematis, terarah dan lengkap sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

b. Sebagai medium referensi belajar

Mengingat modul dipakai sebagai pegangan bagi Peserta diklat atau mahasiswa, modul harus dapat dipakai sebagai referensi belajar atau pengganti tatap muka antara widyaiswara /dosen dan peserta diklat/mahasiswa.

(14)

Pendalaman lanjutan (jika diperlukan) terhadap suatu obyek studi tertentu seharusnya juga disajikan di dalam modul dalam bentuk catatan kaki atau kepustakaan. Oleh karena itu di dalam modul harus ada catatan kaki atau kepustakaan.

d. Sebagai medium motivator

Modul digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penyajian pesan atau materi agar tidak terlalu bersifat verbal. Selain itu modul juga dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi mahasiswa/peserta diklat, serta mengembangkan kemampuan peserta diklat dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan.

e. Sebagai medium evaluator

Modul digunakan oleh Peserta diklat untuk mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya, karena dengan modul memungkinkan Peserta diklat/mahasiswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

f. Sebagai media pembelajaran yang fleksibel

Dengan penggunaan modul dapat mengatasi masalah keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta diklat/mahasiswa maupun widyaiswara/dosen, mengingat latar belakang peserta diklat adalah pegawai yang mempunyai kewajiban bekerja pada unit masing-masing.

C. Karakteristik Modul

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunanya, maka modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu. Karakteristik1 untuk pengembangan modul antara lain :

a. Self instandaructional

Self instandaructional yaitu melalui modul, seseorang atau peserta diklat mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain, karena peserta diklat diharapkan mampu belajar mandiri.

Untuk memenuhi karakter self instandaructional, maka modul harus : 1) Merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan

jelas.

2) Mengemas materi pembelajaran ke dalam unit-unit kecil/spesifik sehingga memudahkan peserta diklat belajar secara tuntas.

1

(15)

3) Menyediakan contoh dan ilustandarasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.

4) Menyajikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan Peserta diklat memberikan respon dan mengukur penguasaannya.

5) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan Peserta diklat;

6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) Menyajikan rangkuman materi pembelajaran;

8) Menyajikan instandarumen penilaian/assessment, yang memungkinkan Peserta diklat melakukan ‘self assessment’.

9) Menyajikan instandarumen yang dapat digunakan Peserta diklat mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi diri sendiri;

10) Menyajikan umpan balik atas penilaian Peserta diklat, sehingga Peserta diklat mengetahui tingkat penguasaan materi;

11) Menyediakan informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

b. Self Contained

Yang dimaksud dengan self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan Peserta diklat mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai oleh Peserta diklat.

c. Stand alone (berdiri sendiri)

Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Dengan menggunakan modul, Peserta diklat tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika Peserta diklat

(16)

yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

d. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

e. User friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah ‘user friendly’ atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instandaruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

D. Perbedaan Modul Dan Bahan Ajar Lainnya.

Bahan belajar mandiri atau dalam hal ini modul berbeda dengan catatan perkuliahan, artikel dalam jurnal, paper, handout, LKS, atau buku teks. Catatan perkuliahan, artikel jurnal, paper, handout, LKS, atau buku teks ditulis bagi Peserta diklat yang senantiasa dekat dengan gurunya. Malahan tidak jarang tulisan-tulisan semacam itu hanya dijadikan penunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas.

a. Perbedaan modul dengan bahan buku teks :

Berdasarkan pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia buku teks merupakan naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang; kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan; bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato; diskursif teks yang mengaitkan fakta secara bernalar; ekspresif teks yang mengungkapkan perasaan dan pertimbangan dalam diri pengarang; evaluatif teks untuk mempengaruhi pendapat dan perasaan pembaca; informatif teks yang hanya menyajikan berita faktual tanpa komentar; naratif teks yang tidak bersifat dialog, dan isinya merupakan

(17)

suatu kisah sejarah, deretan peristiwa, dan sebagainya; persuasif teks yang fungsi utamanya mempengaruhi pendapat, perasaan, dan perbuatan pembaca.

Dari pengertian diatas dapat diketahui jika buku teks lebih menyajikan “kutipan” langsung dari narasumber atau suatu kejadian yang faktual (data-data empiris) tanpa berusaha untuk menyederhanakan dengan tujuan untuk mempermudah transfer pengetahuan. Sebaliknya jika modul, terdapat usaha-usaha yang “meringkas” dan menyuguhkan kepada pemakainya agar lebih mudah dipahami.

Kesimpulan dari perbedaan diantara buku teks dan modul sebagai berikut :

Tabel 1. Perbedaan Buku teks dan modul

No Buku Teks Modul

1. Komunikasi satu arah Komunikasi dua arah

2. Peserta diklat pasif Peserta diklat terlibat aktif

3. Metode ceramah Metode dialog

4. Standarukturnya tidak jelas Standarukturnya jelas

5. Belajarnya diatur sendirinya Belajarnya dibimbing

6. Tidak mengenai orang tertentu Bersahabat dan mampu memotivasi

7. Sedikit menerapkan pengetahuan dan keterampilan

Menerapkan pengetahuan dan keterampila yang baru didapatkan.

8. Latihannya hanya ada diakhir tes Latihan di setiap kegiatan pembelajaran

9. Materi terbagi dalam penggalan yang besar

Materi terbagi dalam penggalan yang kecil

10. Tidak ada tugas/latihan Ada tugas dan latihan yang terkait dalam teks

(18)

b. Perbedaan modul dengan slide presentasi :

Slide presentasi merupakan alat bantu ajar untuk memudahkan proses mengajar secara interaktif di kelas. Slide presentasi bukan merupakan bahan ajar yang mandiri, melainkan sebuah pokok pikiran yang memerlukan penjelasan dan penjabaran lebih lanjut oleh presenter (widyaiswara atau dosen). Peserta diklat tidak diharapkan dapat memahami secara langsung slide presentasi dengan self-learning. Selain itu sangat jarang dijumpai slide presentasi yang memberikan soal-soal sebagai acuan penilaian tingkat pemahaman Peserta diklat terhadap suatu materi tertentu.

c. Perbedaan handout dengan modul :

Handout diartikan sebagai buku pegangan siswa yang berisi tentang suatu materi pelajaran secara lengkap serta sebagai dasar penyamaan persepsi terhadap bahan ajar yang akan diberikan. Berbeda halnya dengan modul yang isinya disajikan per unit terkecil dari materi, maka handout menyajikan keseluruhan materi yang harus dipelajari. Biasanya bahasa dalam handout kaku dan tidak komunikatif, juga terdapat di dalamnya kutipan langsung dari narasumber (menyerupai buku teks). Selain itu handout juga menambahkan ikhtisar maupun tambahan penjelasan dari widyaiswara/dosen. Handout digunakan sebagai pendukung slide presentasi sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh pengajar. Handout memerlukan tatap muka dengan widyaiswara/dosen karena beberapa keterbatasan yang dimilikinya.

d. Perbedaan LKS dengan modul :

Lembar Kerja Siswa (LKS). Berbeda dengan modul dan handout, bahan pembelajaran cetak berbentuk LKS (lembar kerja siswa) dikemas dengan menekankan pada latihan, tugas atau soal-soal saja. Walaupun hanya menekankan pada hal tersebut, LKS tetap menyajikan uraian materi namun disajikan secara singkat. Soal-soal yang disajikan dalam LKS harus benar-benar dikembangkan berdasarkan pada analisis kompetensi dasar yang telah dijabarkan kedalam indikator pencapaian.

(19)

BAB III

PERSYARATAN PENYUSUNAN MODUL

Persyaratan Penyusunan Modul:

1. Modul dapat disusun oleh widyaiswara/dosen serta pegawai standaruktural Dapertemen Keuangan atau orang yang berkompeten di bidangnya baik secara individu maupun tim;

2. Modul yang disusun berdasarkan mata diklat yang diajarkan;

3. Sumber pustaka minimal 5 referensi (bisa dari buku atau jurnal penelitian) dan minimal tahun terbitnya 5 tahun terakhir , termasuk peraturan dan perundangan yang relevan/terbaru, kecuali yang 5 tahun terakhir belum ada edisi baru.

4. Modul harus meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif; 5. Modul yang dibuat harus up to date;

6. Modul yang disusun harus berpedoman pada Pedoman Penulisan Modul terbaru.

(20)

BAB IV

SISTEMATIKA PENULISAN MODUL A. Merencanakan Penulisan Modul

Dalam penulisan modul yang harus menjadi perhatian utama adalah Peserta diklat. Dengan demikian maka modul akan berisi antara lain:

• Petunjuk yang harus dilakukan Peserta diklat dalam mempelajari modul. • Materi pelajaran yang lalu sebagai pemantapan, terutama yang berkaitan

dengan materi yang akan diberikan.

• Nasehat bagaimana cara belajar memanfaatkan waktu yang tersedia dengan lebih efektif.

• Tujuan dan materi pelajaran yang akan dipelajari Peserta diklat. • Penjelasan materi baru yang disajikan bagi Peserta diklat.

• Petunjuk pemecahan masalah untuk membantu dalam memahami materi yang disajikan.

• Motivasi bagi Peserta diklat agar senantiasa aktif dalam belajar. • Contoh, latihan dan kegiatan yang mendukung materi.

• Tugas dan umpan balik yang dapat mengukur keberhasilan penguasaan materi

• Kesimpulan modul yang akan dipelajari berikutnya.

Dalam penulisan modul sebaiknya memperhatikan waktu yang dibutuhkan Peserta diklat untuk mempelajarinya. Peserta diklat harus menyisihkan waktu untuk mencatat, atau untuk menjawab pertanyaan. Peserta diklat juga harus menghubungkan materi pelajaran yang ada dalam teks dengan keadaan lingkungan atau pengalaman.

B. Standarategi Dalam Penulisan Modul

Penulisan bahan belajar mandiri berupa modul bukan hal yang mudah tetapi memerlukan kiat tertentu. Sebuah modul yang baik tidak hanya terdiri dari

(21)

halaman-halaman tercetak namun terdiri dari berbagai alat dan cara yang dapat membantu proses belajar.

Sebuah modul yang baik meliputi hal-hal : 1. Pendahuluan

2. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar 3. Uraian materi dan contoh

4. Latihan 5. Umpan balik 6. Rangkuman

7. Informasi visual, mungkin berupa diagram, grafik, chart, tabel, dan gambar.

8. Tes formatif dan tes sumatif Hal-hal lain yang harus diperhatikan :

9. Prasyarat Kompetensi 10. Petunjuk waktu 11. Nasehat belajar

12. Petunjuk penggunaan modul

C. Membentuk Isi Modul dalam Satu Unit Ada beberapa cara lain dalam membentuk isi:

1. Pendekatan logis

Dalam menulis modul dapat menggunakan metode deduktif atau metode induktif. Bila menggunakan metode deduktif maka penulisan modul dimulai dari umum ke khusus, atau dari keseluruhan ke bagian-bagian. Penulisan dapat juga dimulai dari hal abstandarak ke konkrit. Metode induktif penulisan modul dimulai dari hal khusus ke hal umum.

2. Pendekatan Masalah (studi kasus)

Pendekatan masalah dimulai dengan permasalahan yang nyata (studi kasus). Pendekatan masalah membantu Peserta diklat dalam menganalisa, mendiagnosa, kemudian mencari alternatif solusi.

D. Pengaturan Muatan Konsep Modul Ada tiga cara mengatur muatan konsep:

(22)

Penulisan modul diawali dari materi yang diketahui ke materi yang belum diketahui, pemberian daftar kata sukar, penyajian konsep secara konkrit yang disertai dengan contoh.

2. Simulasi Tambahan

Pembuatan tulisan harus dapat memberikan rangsangan dengan menambahkan pertanyaan dan kegiatan yang dapat dianalisis dan dikerjakan oleh Peserta diklat.

E. Penulisan Modul yang optimal

Ada dua saran yang seyogyanya diperhatikan: 1. Penggunaan dialog dalam modul

Penulisan modul hendaknya menggunakan bahasa yang komunikatif dan interaktif bukan asertif. Peserta Diklat seolah bisa berkomunikasi langsung dengan widyaiswara.

2. Kesesuaian metode penyampaian dengan materi Diklat

Metode yang dipilih harus cocok dengan materi pelajarannya. Simulasi dapat ditambahkan dalam modul untuk materi Diklat yang sulit untuk diuraikan dengan bahasa verbal.

F. Bahasa Modul

Bahasa yang gunakan seyogyanya jelas dan mudah dimengerti dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Paragraf hanya memuat satu atau dua ide pokok yang berhubungan. 2. Kalimatnya harus pendek

3. Penggunaan induk kalimat agar Peserta Diklat lebih mudah memahami materi Diklat.

4. Penggunaan beberapa anak kalimat dalam satu kalimat sebaiknya dihindari. 5. Penggunaan kata kerja pasif sebaiknya dihindari.

6. Penggunaan kata ganti terlalu banyak sebaiknya dihindari. 7. Penggunaan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami

G. Penggunaan Ilustandarasi dalam Modul

Ilustandarasi berupa grafik, diagram, dan visual lainnya dapat mengungkapkan sesuatu meskipun tanpa diuraikan dengan kata-kata.

(23)

variasi penyajian dan membantu dalam menciptakan imajinasi Peserta Diklat terhadap materi.

BAB V

STANDARUKTUR FORMAT MODUL

A. Format modul HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL2 DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL3 PETA KONSEP MODUL4

A. PENDAHULUAN5 1. Deskripsi Singkat 2. Prasarat Kompetensi

3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) 4. Relevansi Modul

B. KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1

a. Judul b. Indikator

c. Uraian dan Contoh d. Latihan

e. Rangkuman f. Tes Formatif 1

g. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 2. Kegiatan Belajar 2

a. Judul b. Indikator

c. Uraian dan Contoh d. Latihan

2

Rekomendasi penyesuaian karakteristik modul

3

Rekomendasi berdasarkan karakteristik modul user friendalamy

4

(24)

e. Rangkuman f. Tes Formatif 2

g. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 3. Kegiatan Belajar 3 dan seterusnya PENUTUP

TES SUMATIF

KUNCI JAWABAN (Tes Formatif dan Tes Sumatif) DAFTAR ISTILAH

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 1. Standaruktur Format Modul

Dari sistematika penulisan modul di atas, dapat diuraikan sebagai berikut. a. Halaman Judul

Halaman judul dapat dicantumkan kalimat-kalimat sebagai berikut : 1). Jenis diklat, contoh: DTSS, DTSD, dll.

2). Judul Modul.

3). Nama dan unit penyusun modul. Contoh:

Ari Wibowo, S.E., M. M.

Widyaiswara Madya Pusdiklat ……… 4). Nama instansi, kota dan tahun penyusunan modul.

5). Diharapkan improvisasi desain halaman judul lebih menarik dan komunikatif (contoh halaman judul ada di lampiran).

b. Kata Pengantar

Kata Pengantar berisi tentang kedudukan modul dalam suatu diklat, ruang lingkup materi modul, kaitan antara kompetensi satu dengan kompetensi lainnya, dan sebagainya. Kata Pengantar disusun oleh Kepala Pusdiklat yang bersangkutan.

c. Daftar Isi

Memuat kerangka isi modul disertai dengan nomor halaman. d. Daftar Tabel

Memuat judul tabel yang terdapat pada modul disertai dengan nomor halaman.

e. Daftar Gambar

Memuat judul gambar yang terdapat pada modul disertai dengan nomor halaman.

(25)

Memuat judul lampiran yang terdapat pada modul disertai dengan nomor halaman.

g. Petunjuk Penggunaan Modul

Bagian ini merupakan bagian yang memuat cara penggunaan modul yang tepat supaya Peserta diklat dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh penyusun modul. Penjelasan bagi Peserta diklat tentang tata cara belajar dengan modul antara lain:

1) Langkah-langkah belajar yang ditempuh. 2) Perlengkapan yang harus dipersiapkan.

3) Target waktu dan pencapaian dalam pembelajaran menggunakan modul.

4) Hasil evaluasi self assessment.

5) Prosedur peningkatan kompetensi materi.

6) Peran instandaruktur atau widyaiswara dalam proses pembelajaran. 7) Penambahan study tips khusus untuk materi yang dirasakan sulit bagi

Peserta diklat, study tip digunakan untuk mempermudah pemahaman peserta diklat dalam menerima materi modul (format study tips ada di lampiran).

h. Peta Konsep

Pengertian Peta Konsep Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan sebagai jaringan konsep yang perlu dikonstandaruk dan jaringan konsep hasil konstandaruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep. Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi. menurut Williams (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman konseptual

(26)

suatu program pengajaran yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Selain itu, suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.

Dahar (1988: 153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: 1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk

memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi.

2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep.

3) Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.

4) Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui alur pembelajaran atau materi apa saja yang akan dipelajari, dapat menetukan posisi pengetahuan yang telah dimiliki Peserta diklat dalam pemahaman materi.Menyusun Peta Konsep, Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tentukan dahulu topiknya,

2. Membuat daftar konsepkonsep yang relevan untuk konsep tersebut, 3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,

(27)

4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,

5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat. (Contoh peta konsep dapat dilihat pada lampiran).

i. Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan ini harus dapat membantu Peserta diklat dengan menyajikan informasi mengenai pendidikan yang akan diikuti dalam modul.

Bagian pendahuluan berisi: 1) Deskripsi singkat

Penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul. Deskripsi singkat disajikan dalam satu atau dua paragraf. Dengan membaca deskripsi tersebut, Peserta diklat diharapkan dapat mempunyai gambaran umum tentang modul yang akan mereka pelajari.

2) Prasarat Kompetensi

Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah ‘bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam standaruktur kognitif siswa. Prasarat yang dimaksud di sini adalah kemampuan awal yang harus dimiliki oleh Peserta diklat, yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul, baik berdasarkan bukti penguasaan modul lain maupun dengan menyebut kemampuan spesifik yang diperlukan.

3) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun standar kompetensi adalah:

a) Standar kompetensi dirumuskan sesuai dengan kurikulum.

b) Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kompetensi dasar adalah:

(28)

b) Kompetensi dasar berbentuk pernyataan tentang maksud yang menggambarkan kemampuan tertentu pada Peserta diklat setelah menyelesaikan pengalaman belajar tertentu.

c) Kompetensi dasar dibuat dengan menggunakan kata kerja yang mengandung rumusan tingkah laku yang bersifat umum, mencakup materi yang luas dan dicapai dalam beberapa tahap. d) Kata kerja tingkah laku yang dimaksud, misalnya : Mengetahui,

mengerti, memahami, menafsirkan, memperkirakan, menanggapi, meyakini, memamerkan dan sebagainya.

Contoh dari standar kompetensi dan kompetensi dasar:

Tabel 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar

Standar kompetensi Kompetensi dasar 1. Pemahaman konsep, pola

pikir dan standaruktur keilmuan yang

mendukung materi Bahasa Inggris

1.1. Menguasai unsur bahasa: tata bahasa, tata bunyi, ejaan dan tanda baca. 1.2. Menguasai makna dan

fungsi komunikatif bahasa 1.3. Menguasai berbagai standarategi komunikasi dalam berbahasa inggris 1.4. Memahami unsur penanda

wacana

1.5. Menggunakan unsur penanda wacana

2. Penguasaan kompetensi dasar bidang Bahasa Inggris

2.1 Memahami komunikasi lisan dan tertulis sesuai dengan tuntutan topik dan teks dalam pembelajaran. 2.2 Berkomunikasi secara

lisan dan tertulis sesuai topik dan teks dalam pembelajaran.

2.3 Memahami makna interaktif dari teks tertulis maupun lisan dari segi interpersonal dan transaksional.

2.4 Memahami makna secara lisan dan tertulis dalam berbagai genre

(29)

yang digunakan sehari-hari.

2.5 Memahami standarategi dan teknik komunikasi empat keterampilan berbahasa 2.6 Memahami tujuan pembelajaran empat keterampilan berbahasa (Mendengarkan, Berbicara, Membaca, Menulis 4) Relevansi Modul

Uraian relevansi modul berisi:

a) Kegunaannya bagi Peserta diklat bila Peserta diklat terjun dalam dunia kerja khususnya di bidang yang sesuai dengan mata diklat yang diambilnya.

b) Kegunaannya bagi Peserta diklat dalam mempelajari modul atau mata diklat lainnya, bila modul tersebut terkait dengan modul lain dalam mata diklat yang sama atau dengan mata diklat yang lainnya.

j. Kegiatan Belajar

Serangkaian belajar yang diorganisasikan dalam satu satuan aktivitas belajar dalam rangka mempermudah Peserta diklat dalam menguasai kompetensi yang dipelajari dalam satu modul. Dalam satu modul terdapat satu atau lebih kegiatan belajar.

k. Judul

Judul kegiatan belajar ditulis singkat dan padat sesuai dengan kegiatan belajar yang ada.

l. Indikator6

Indikator merupakan pencapaian yang lebih spesifik oleh Peserta diklat setelah pembelajaran dan merupakan uraian-uraian dari kompetensi dasar. Kata-kata operasional yang digunakan dalam indikator disesuaikan dengan Taksonomi Bloom yang dapat dilihat pada lampiran 1.

(30)

Contoh indikator dari standar kompetensi Bahasa Inggris di bagian I (3):

Tabel 3. Indikator

Indikator

1.1.1 Menjelaskan unsur bahasa: tata bahasa, tata bunyi, ejaan dan tanda baca

1.1.2 Mengelompokkan unsur bahasa: tata bahasa, tata bunyi, ejaan dan tanda baca

1.1.3 Menjawab pertanyaan tentang unsur bahasa: tata bahasa, tata bunyi, ejaan dan tanda baca

1.2.1 Menjelaskan makna dan fungsi komunikatif bahasa. 1.2.2 Mengelompokkan makna dan fungsi komunikatif bahasa. 1.2.3 Menjawab pertanyaan tentang makna dan fungsi komunikatif

bahasa

1.3.1 Menjelaskan berbagai standarategi komunikasi 1.3.2 Mengelompokkan berbagai standarategi komunikasi

1.3.3 Menjawab pertanyaan tentang berbagai standarategi komunikasi 1.4.1 Menjelaskan penggunaan unsur penanda wacana (p)

1.4.2 Mengelompokkan penggunaan unsur penanda wacana (p) 1.4.3 Menjawab pertanyaan tentang unsur penanda wacana (p) 1.5.1 Mengidentifikasi unsur penanda wacana dalam konteks 1.5.2 Memilih unsur penanda wacana dalam konteks

1.5.3 Menggunakan unsur penanda wacana dalam konteks

m. Uraian Materi dan Contoh

Uraian dan contoh diuraikan setelah di bawah judul uraian dan contoh ini diberikan judul sub-sub kegiatan belajar atau sub-sub pokok bahasan yang merupakan bagian dari sub kegiatan belajar. Setelah penulisan judul sub-sub kegiatan belajar yang merupakan unit terkecil materi pembelajaran, diberikan uraian yang disertai ilustandarasi atau contoh-contoh aktual. Uraian diberikan dengan gaya bahasa sederhana dan komunikatif dalam bentuk bertutur sehingga penulis seolah-olah hadir di depan pembaca dan tengah menjelaskan materi pembelajarannya. Contoh-contoh harus disertakan dalam uraian sehingga memperkuat penguasan terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

(31)

n. Latihan

Latihan diberikan dalam bentuk butir-butir pertanyaan yang berbentuk esei sebagai latihan untuk menguasai materi pembelajaran yang disajikan dalam uraian dan contoh. Latihan juga disertai dengan petunjuk cara menyelesaikan butir-butir pernyataan dalam latihan tersebut. Jumlah soal latihan essay minimal 10 soal pada setiap kegiatan pembelajaran.

o. Rangkuman

Rangkuman berisi tentang rangkuman materi pembelajaran yang disajikan dalam uraian.

p. Tes Formatif7 dan Tes Sumatif8

Tes formatif diberikan dalam rangka mengukur kemajuan hasil belajar yang dicapai dalam 1 (satu) unit kegiatan belajar. Butir-butir pertanyaan yang diberikan dalam rangka tes formatif berbentuk tes obyektif (Benar Salah, pilihan g, menjodohkan, melengkapi) sehingga memudahkan proses pengukuran (memberikan nilai). Tes yang baik mempunyai berbagai jenjang kesulitan, yaitu sukar, sedang, dan mudah yang diasumsikan berdistandaribusi normal yang disusun dari pertanyaan yang mudah ke sukar dan jelas bahasanya. Tes sumatif adalah tes yang disajikan setelah keseluruan kegiatan belajar dalam satu modul selesai dipelajari. Jumlah soal tes formatif untuk pilihan ganda setiap kegiatan pembelajaran adalah 15 soal, sedangkan untuk soal sumatif adalah 25 soal pilihan ganda, dan 10 soal B/S.

q. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Umpan balik dan tindak lanjut menggunakan rumus yang dapat digunakan untuk memaknai pencapaian hasil belajar sehingga dapat diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh Peserta diklat.

r. Kunci Jawaban

7

Perbedaan tes formatif format baru yaitu dimunculkan untuk setiap kegiatan belajar sebagai self assessment untuk menuju ke kegiatan belajar selanjutnya berdasarkan standar ketuntasan minimal yang telah ditentukan

(32)

Kunci jawaban diberikan sebagai jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam tes formatif dan tessumatif agar mahasiswa dapat melakukan proses pengukuran oleh diri sendiri.

s. Daftar Istilah

Memuat istilah-istilah yang tidak familiar maupun istilah asing dan disertai dengan penjelasan singkat.

t. Daftar Pustaka

Daftar pustaka yang digunakan sebagai sumber belajar dicantumkan dengan menuliskan nama lengkap pengarang buku, judul buku, kota penerbitan buku, nama penerbit buku, tahun penerbitan buku dan halaman sumber belajar tersebut diacu. Cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada lampiran 2.

B. Dalam penulisan modul juga harus diperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Pengorganisasian dalam penampilan modul

 Tampilkan bagan, tabel, diagram, gambar yang mendukung isi modul.

 Urutan dan susunan yang sistematis.

 Tempatkan naskah, gambar dan ilustandarasi yang menarik.

 Antar bab, antar sub bab dan antar paragraf dengan susunan dan alur yang mudah dipahami.

 Judul, sub judul (kegiatan belajar), dan uraian yang mudah diikuti.

b. Daya Tarik

 Mengkombinasikan warna, gambar (ilustandarasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.

 Menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustandarasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.

 Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta diklat lebih tertarik untuk mengerjakannya.

(33)

 Bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca, hurufnya Arial 12 atau disesuaikan.

 Jarak Baris

a. Jarak antar baris adalah 1,5 spasi.

b. Kutipan langsung, judul dan isi tabel, gambar dan daftar pustaka diketik 1 spasi.

c. jarak bab ke subbab atau teks adalah 4 spasi.  Batas Tepi

a. Tepi atas: 4 cm b. Tepi bawah: 3 cm c. Tepi kiri: 4 cm d. Tepi kanan: 3 cm

e. Alinea baru dimulai 1 cm dari batas tepi kiri  Perbandingan huruf yang proporsional.

 Penggunaan huruf kapital sesuai dengan EYD atau kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar.

d. Ruang (spasi kosong)

Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa teks atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul.

e. Naskah dan Penggandaan 1. Naskah Modul

Naskah modul dibuat di atas kertas HVS 70/80gr/m2 dan bolak-balik dengan ukuran kertas F4.

2. Sampul dan Jilid.

Sampul modul menggunakan hardcover. 3. Jumlah Penggandaan.

Modul digandakan sesuai dengan kebutuhan.

f. Penulisan Tabel dan Gambar 1. Tabel

a) Judul tabel diletakkan simetris di atas tabel. Jarak judul tabel ke tabel adalah 2 spasi, sedangkan jarak teks dalam tabel adalah 1 spasi. Ukuran huruf dalam tabel dapat disesuaikan.

(34)

b) Tabel diletakkan di antara naskah, tetapi dapat diletakkan pada halaman tersendiri. Jarak naskah ke judul tabel dan tabel ke naskah adalah 2 spasi.

c) Sedapat mungkin dihindari pemenggalan tabel. (Contoh penulisan tabel ada di lampiran).

2. Gambar

a) Yang termasuk gambar adalah bagan, grafik, peta dan foto.

b) Gambar diletakkan di antara naskah, tetapi dapat diletakkan di satu halaman tersendiri. Jarak naskah ke judul gambar dan gambar ke naskah 2 spasi.

c) Judul gambar diletakkan simetris di atas gambar dan keterangan gambar diketik di dalam gambar tidak di halaman lain.

Jika tabel dan gambar berasal dari sumber eksternal, perlu disebutkan sumbernya di bagian bawah tabel dan/atau gambar, dengan cara penulisan sebagai berikut (terdapat pada lampiran)

g. Penulisan Catatan Kaki dan Kutipan 1. Catatan Kaki

a) Penulisan catatan kaki diperkenankan dengan tujuan memberikan keterangan yang mungkin diperlukan untuk memperjelas suatu kalimat dalam naskah.

b) Penulisan catatan kaki dilakukan dengan jarak 1 spasi, menjorok 1 cm dari tepi kiri dan ditulis dengan ukuran huruf 9 pt Arial.

c) Dengan adanya penggunaan metode penulisan sumber acuan dalam naskah, maka catatan kaki tidak lagi digunakan sebagai tempat mencantumkan acuan yang ditulis dalam naskah.

2. Kutipan

a) Kutipan dalam bahasa asing ditulis miring (italic) dan tidak diterjemahkan.

b) Kutipan langsung yang tidak lengkap (elips), bagian yang tidak dimunculkan dalam kutipan adalah bagian yang tidak relevan dan tidak berpengaruh jika dihilangkan.

1). Jika bagian yang dibuang adalah bagian depan/awal, maka mulailah kutipan tersebut dengan tiga titik.

(35)

2). Jika yang dihilangkan adalah bagian tengah, berikan tiga titik sebagai pengganti bagian tengah yang dihilangkan tersebut.

3). Jika bagian yang dibuang adalah bagian belakang atau bagian akhir, maka akhiri kutipan tersebut dengan empat titik: tiga titik pertama menunjukkan bagian yang dibuang dan satu titik sisanya menunjukkan tanda baca penutup.

c) Kutipan langsung yang terdiri dari lima baris atau lebih ditulis sebagai berikut:

1) Tersendiri, tidak masuk ke dalam kalimat.

2) Menjorok ke dalam 1 cm dari marjin kiri, dan jika awal kutipan tersebut adalah awal suatu alinea, maka baris pertama kutipan dimulai dari 1,5 cm dari marjin kiri.

3) Dengan jarak baris 1 spasi.

d) Kutipan langsung yang kurang dari lima baris ditulis dalam tanda petik menyatu dengan teks.

(36)

BAB VI

PROSEDUR PENULISAN MODUL

A. Prosedur Penulisan Modul a) Jalur Prioritas:

1. Jalur Prioritas bagi widyaiswara di Pusdiklat:

1) Kepala Pusdiklat menentukan judul modul sesuai dengan program pusdiklat;

2) Penulis modul diusulkan oleh subbidang kurikulum, mata diklat berdasarkan data base kesanggupan widyaiswara dari subbidang tenaga pengajar;

3) Kapusdiklat menerbitkan surat tugas untuk Widyaiswara sekaligus menunjuk narasumber (dari instansi pengguna/universitas/pakar di bidangnya).

4) Widyaiswara atau tim yang ditunjuk mengajukan outline modul kepada Kepala Pusdiklat yang selanjutnya disampaikan kepada narasumber untuk mendapatkan masukan dan atau rekomendasi. 5) Berdasarkan outline yang telah disetujui, Widyaiswara/tim

melakukan penyusunan modul

6) Modul disusun selama 4 bulan setelah outline disetujui.

7) Modul yang telah selesai disusun harus diseminarkan sebelum mendapatkan penilaian

8) Pusdiklat memfasilitasi secara formal kebutuhan pencarian data/materi modul dan pelaksanaan seminar atas modul yang telah selesai disusun.

2. Jalur Prioritas bagi widyaiswara di Balai Diklat Keuangan:

1) Kepala Pusdiklat menentukan judul modul sesuai dengan program pusdiklat;

2) Penulis modul diusulkan oleh subbidang kurikulum, mata diklat berdasarkan data base kesanggupan widyaiswara dari subbidang tenaga pengajar;

3) Kapusdiklat memberitahukan kepada Kepala Balai Diklat Keuangan tentang penunjukkan widyaiswara untuk penulisan modul di balai yang bersangkutan.

(37)

4) Kapusdiklat menerbitkan surat tugas untuk Widyaiswara sekaligus menunjuk narasumber (dari instansi pengguna/universitas/pakar di bidangnya).

5) Widyaiswara atau tim yang ditunjuk mengajukan outline modul kepada Kepala Pusdiklat yang selanjutnya disampaikan kepada narasumber untuk mendapatkan masukan dan atau rekomendasi. 6) Berdasarkan outline yang telah disetujui, Widyaiswara/tim

melakukan penyusunan modul

7) Modul disusun selama 4 bulan setelah outline disetujui.

8) Modul yang telah selesai disusun harus diseminarkan sebelum mendapatkan penilaian

9) Pusdiklat memfasilitasi secara formal kebutuhan pencarian data/materi modul dan pelaksanaan seminar atas modul yang telah selesai disusun.

b) Jalur Inisiatif;

1. Judul modul ditentukan oleh Widyaiswara/tim sesuai dengan tema yang sudah ditentukan oleh Kapusdiklat berdasarkan analisis kebutuhan pusdiklat.

2. Widyaiswara/tim mengajukan judul beserta outline modul kepada Kapusdiklat.

3. Kapusdiklat beserta narasumber yang ditunjuk melakukan penilaian atas konsep modul (judul+outline) yang diajukan.

4. Apabila disetujui, Kapusdiklat menerbitkan surat tugas untuk Widyaiswara/tim

5. Berdasarkan outline yang telah disetujui, Widyaiswara melakukan penyusunan modul

6. Modul yang telah selesai disusun harus diseminarkan sebelum mendapatkan penilaian

7. Pusdiklat memfasilitasi secara formal kebutuhan pencarian

data/materi modul dan pelaksanaan seminar atas modul yang telah selesai disusun

(38)

B. Mekanismenya sebagai berikut;

1. Kapusdiklat membentuk tim penilai Modul yang beranggotakan nara sumber dan pejabat standaruktural serta perwakilan Widyaiswara

2. Modul yang telah selesai disusun harus diseminarkan di hadapan tim penilai modul dengan menghadirkan Widyaiswara lain

3. Penyusun melakukan revisi berdasarkan hasil seminar 4. Modul yang telah direvisi di edit oleh editor bahasa.

5. Penyusun menyerahkan hasil akhir modul kepada Kapusdiklat dengan melampirkan surat pernyataan “hasil karya murni”

6. Tim penilai modul melakukan penilaian berdasarkan ketentuan yang telah disepakati

7. Kepala Pusdiklat mengesahkan modul yang telah dinilai

8. Modul yang telah disahkan dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan bahan ajar

(39)

BAB VII SEMINAR MODUL

A. Umum

1. Widyaiswara menyerahkan modul kepada Kapusdiklat untuk dibahas dalam seminar modul.

2. Seminar modul diselenggarakan Pusdiklat setelah penyerahan hasil modul. 3. Aspek yang dinilai dalam seminar modul adalah:

a. Materi modul

b. Kesesuaian dengan kaidah penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

c. Sistematika penulisan modul.

d. Unsur-unsur dalam penulisan, yaitu halaman judul, kata pengantar penulis, dan daftar isi.

e. Unsur-unsur dalam setiap bab, yaitu pokok bahasan, standart kompetensi, kompetensi dasar, rangkuman/kesimpulan, daftar pertanyaan, referensi.

B. Tim Penilai

1. Tim penilai ditunjuk dengan surat tugas Kapusdiklat. 2. Tugas tim penilai adalah sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian terhadap modul yang disusun penulis.

b. Memberikan rekomendasi kepada Kapusdiklat atas modul yang telah dievaluasi.

c. Tim penilai adalah ahli yang menguasai substansi materi modul dan ahli bahasa.

d. Tim penilai dapat berasal dari lingkungan BPPK, unit kerja lain di lingkungan Departemen Keuangan ataupun di luar Departemen Keuangan.

C. Penilaian dan Rekomendasi

1. Hasil penilaian tim penilai dituangkan dalam lembar penilaian penulisan modul.

(40)

2. Dalam penilaian modul ini tim penilai memberikan saran dan perbaikan serta menuangkannya dalam lembar saran dan perbaikan modul untuk kemudian diserahkan kepada pembuat modul untuk melakukan perbaikan pada modul. 3. Pembuat modul berkonsultasi dengan tim penilai untuk mengkonfirmasikan

(41)

BAB VIII

PELAKSANAAN SEMINAR MODUL

A. Umum

1. Penyelenggaraan seminar hasil penulisan modul dilaksanakan oleh Pusdiklat.

2. Persyaratan administandaratif yang harus dilampirkan sebelum pelaksanaan seminar adalah:

a. Naskah hasil penulisan modul.

b. Persetujuan atas hasil penulisan modul untuk diseminarkan.

B. Susunan Acara

Tata cara pelaksanaan seminar modul adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan oleh Kepala Pusdiklat. 2. Pengantar acara oleh moderator.

3. Penyajian hasil penulisan modul oleh widyaiswara. 4. Pembahasan hasil penulisan modul oleh nara sumber. 5. Diskusi dan kesimpulan.

6. Penutupan.

C. Peserta Seminar

Seminar modul dihadiri oleh widyaiswara, pejabat standaruktural di lingkungan BPPK, penilai merangkap pembahas, moderator, dan dapat pula dihadiri oleh pakar/narasumber.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Muhammad. 2005. Teori Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Direktorat Pendidikan Kejuruan Depdiknas RI. 2003.

muliadinur.files.wordpress.com. 2008. Teknik Penulisan Bibliografi.

Pusdiklat Kesehatan Depkes RI. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Berorientasi Pembelajaran.

Pusdiklat DeptanRI. Pedoman Penyusunan Modul Pelatihan.

Suareski, Rio. 2008. Penyusunan Modul Berbasis Konstandaruktivisme Pada Pembelajaran Kimia. Padang: UNP.

Tim Kerjasama Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 2000. Pedoman Penulisan Modul. Jakarta: BPPK.

www.geocities.com.

(43)

Lampiran 1 TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF KATEGORI JENIS PERILAKU KEMAMPUAN INTERNAL KATA KERJA OPERASIONAL Pengetahuan (C 1) Mengetahui ………. misalnya: Istilah Fakta Aturan Urutan Methoda Mengidentifikasikan Menyebutkan Menunjukkan Memberi nama pada Menyusun daftar Menggarisbawahi Menjodohkan Memberikan definisi Menyatakan Pemahaman (C 2) Menterjemahkan Menafsirkan Memperkirakan Menentukan……… misalnya: Methoda Prosedur Memahami……… misalnya: Konsep Kaidah Prinsip Kaitan antara Fakta Isi pokok Mengartikan/menginterpretasikan misalnya: Tabel Grafik Bagan Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Merangkum Mengubah Memberikan contoh tentang Menyadur Meramalkan Menyimpulkan Memperkirakan Menerangkan Menggantikan Menarik kesimpulan Meringkas Mengembangkan Membuktikan Penerapan (C 3) Memecahkan masalah Membuat bagan dan grafik Menggunakan ……… Misalnya: Methode/Prosedur Konsep Mendemonstrasikan Menghitung Menghubungkan Memperhitungkan Membuktikan Menghasilkan Menunjukkan

(44)

Kaidah Prinsip Melengkapi Menyediakan Menyesuaikan Menemukan Analisis (C 4) Mengenali kesalahan Membedakan ……… misalnya:

Fakta dari interpretasi data kesimpulan Menganalisis ……… Misalnya: Struktur dasar bagian-bagian Hubungan antara Memisahkan Menerima Menyisihkan Menghubungkan Memilih Membandingkan Mempertentangkan Membagi Membuat diagram Menunjukkan hubungan antara Membagi Sintesa (C 5) Menghasilkan ……… misalnya: Klasifikasi Karangan Kerangka teoritis Menyusun ……… misalnya: Rencana Skema Program kerja Mengkategorikan Mengkombinasikan Mengarang Menciptakan Mendesain Mengatur Menyusun kembali Merangkaikan Menghubungkan Menyimpulkan Merancangkan Membuat pola Evaluasi (C 6)

Menilai berdasarkan norma internal ………

misalnya:

Hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program penataran Memperbandingkan Menyimpulkan Mengkritik Mengevaluasi Memberikan argumentasi Menafsirkan RANAH PSIKOMOTORIK

(45)

KATEGORI JENIS PERILAKU KEMAMPUAN INTERNAL KATA KERJA OPERASIONAL Persepsi (P 1) Menafsirkan rangsangan Peka thd. Rangsangan Mendiskriminasikan Memilih Membedakan Mempersiapkan Menyisihkan Menunjukkan Mengidentifikasikan Menghubungkan Kesiapan (P 2) Berkonsentrasi Menyiapkan diri (mental dan fisik)

Memulai Mengawali Bereaksi Mempersiapkan Memprakarsai Menanggapi Mempertunjukkan Gerakan tertimbang (P 3)

Meniru contoh Mempraktekkan

Memainkan Mengikuti Mengerjakan Membuat Mencontoh Memperhatikan Memasang Membongkar Gerakan terbiasa (P 4) Berketrampilan Berpegang pada pola

Mengoperasikan Membangun Memasang Membongkar Memperbaiki Melaksanakan Mengerjakan Menyusun Menggunakan Mengatur Mendemonstrasikan Memainkan Menangani RANAH AFEKTIF

(46)

PERILAKU INTERNAL OPERASIONAL Penerimaan (A 1) Melaksanakan Membantu Menawarkan diri Menyambut Menolong Menunjukkan ……… misalnya: Kesadaran Kemauan Perhatian Mengakui……… misalnya: Kepentingan Perbedaan Menanyakan Memilih Mengikuti Menjawab Melanjutkan Memberi Menyatakan Menempatkan Partisipasi (A 2) Mematuhi……… misalnya: Peraturan Tuntutan Perintah

Ikut serta secara aktif … misalnya:

di laboratorium dalam diskusi dalam kelompok: belajar tentir Mendatangi Melaporkan Menyumbangkan Menyesuaikan diri Menampilkan Membawakan Mendiskusikan Menyelesaikan Menyatakan persetujuan Mempraktekkan Penilaian/penentuan (A3)

Menerima suatu nilai Menyukai Menyepakati Menghargai ….. . misalnya: Karya seni Sumbangan ilmu Pendapat

Bersikap (positif atau negatif) Mengakui Menunjukkan Melaksanakan Menyatakan pendapat Mengikuti Mengambil prakarsa Memilih Ikut serta Menggabungkan diri Mengundang Mengusulkan Membela Menuntun Membenarkan Menolak Mengajak Organisasi (A 4)

Membentuk sistem nilai Menangkap relasi antara nilai Bertanggung jawab Mengintegrir nilai Merumuskan Berpegang pada Mengintegrasikan Menghubungkan Mengkaitkan Menyusun Mengubah

(47)

Melengkapi Menyempurnakan Menyesuaikan Menyamakan Mengatur Memperbandingkan Mempertahankan Memodifikasikan Pembentukan pola ( A 5) Menunjukkan ……… misalnya: Kepercayaan diri Disiplin pribadi Kesadaran Mempertimbangkan Melibatkan diri Bertindak Menyatakan Memperlihatkan Mempraktekkan Melayani Mengundurkan diri Membuktikan Menunjukkan Mempertahankan Mempertimbangkan Mempersoalkan

(48)

Lampiran 2

Teknik Penulisan Daftar Pustaka (Bibliografi Method)

Kompilasi oleh Muliadi Nur

Secara umum daftar pustaka disusun secara alfabet berdasarkan nama akhir penulis setiap

buku. Data pustaka diketik dari margin kiri; jika lebih dari satu baris, maka baris kedua dan

seterusnya diketik satu spasi dengan jarak 1,2 cm dari margin kiri. Gelar dan titel akademik

tidak harus dicantumkan, baik dalam kepustakaan maupun dalam catatan kaki. Contoh:

Agustian, Ary Ginanjar, ……… Gunawan, Adi W., ……….

Al‐Syafi’iy, Muhammad bin Idris, ……….. Al‐Zuhayliy, Wahbah, ………...

Nama penulis yang lebih dari satu kata

Nama penulis yang lebih dari satu kata, ditulis nama akhirnya diikuti dengan tanda koma,

kemudian nama depan yang diikuti nama tengah dan seterusnya, Contoh:

Nama: Ary Ginanjar Agustian, ditulis: Agustian, Ary Ginanjar, Nama: Adi W. Gunawan, ditulis, Gunawan, Adi W.,

Nama penulis yang menggunakan Alif lam ma’rifah (al

‐‐‐‐

)

Nama penulis yang menggunakan Alif lam ma’rifah (al

), maka “al” pada nama akhirnya

tidak dihitung, yang dihitung adalah huruf sesudahnya, contoh: nama Muhammad ibn Idris

al‐Syafi’iy diletakkan dalam kelompok huruf S dan ditulis: Al‐Syafi’iy, Muhammad ibn Idris.

(49)

Nama penulis yang menggunakan singkatan

Nama penulis yang menggunakan singkatan, ditulis nama akhir yang diikuti tanda koma,

kemudian diikuti dengan nama depan lalu nama berikutnya, Contoh:

Nama: William D. Ross Jr, ditulis: Ross, W. D. Jr.

UNSUR‐‐‐‐UNSUR YANG HARUS DIMUAT DALAM KEPUSTAKAAN:

a. Nama penulis yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog dalam perpustakaan, contoh: seperti pada poin 2 di atas.

b. Judul buku (dengan huruf italic) sebagaimana yang tercantum pada sampul buku atau pada halaman judul buku, kemudian diikuti dengan jilidnya (kalau ada).

c. Data penerbitan, yaitu cetakan atau edisi, tempat penerbit, nama penerbit dan tahun terbitnya. Jika data penerbitan tidak ada atau salah satu datanya tidak ada, maka digunakan singkatan berikut:

[t.d.] jika sama sekali tidak ada data yang tercantum; [t.t.] jika tempat penerbitan tidak ada;

[t.p.] jika nama penerbit tidak ada; [t.th.] jika tahun penerbitan tidak ada.

UNTUK REFERENSI DARI SURAT KABAR ATAU MAJALAH

Unsur‐unsur yang perlu dicantumkan untuk referensi dari surat kabar atau majalah adalah:

1. Nama Pengarang (jika ada);

2. Untuk artikel yang tidak disertai nama pengarang (anonim) maka dicantumkan Judul Artikel dalam tanda kutip, yang diikuti dengan keterangan dalam kurung siku ([]) tentang jenis tulisan seperti berita atau tajuk;

3. Nama Surat Kabar/Majalah (dengan huruf italic); dan

4. Data Penerbitan, yakni: nomor, bulan dan tahun, kemudian halaman‐halaman di mana artikel itu dimuat.

Contohnya: 6

Suryohadiprojo, Sayidman. “Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan.” Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. ‐8.

(50)

Sanusi, Bachrawi. “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi.” Panji Masyarakat, No. 808, 1‐10 Nopember 1994, h. 30‐31 dan 45.

ARTIKEL DAN ENSIKLOPEDIA

Unsur referensi esiklopedia yang perlu dicantumkan adalah: 1. Nama Penyusun Artikel,

2. Judul Artikel dalam tanda kutip, 3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada), 4. Judul Ensiklopedia (dengan huruf italic), 5. Jilid,

6. Data Penerbitan, dan

7. Halaman yang memuat artikel itu. Contohnya:

Edgel, Beatrice. “Conception.” Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion and Ethics. Jilid 3. New York: Charles Schribner’s Son, 1979, h. 796‐797.

REFERENSI PERUNDANG‐‐‐‐UNDANGAN

Penerbitan yang dapat dijadikan sebagai referensi kepustakaan adalah naskah resmi yang

diterbitkan oleh lembaga pemerintahan himpunan peraturan perundang‐undangan yang diterbitkan secara khusus. Dalam hal ini dicantumkan:

1. Nama Lembaga Pemerintahan yang berwenang mengeluarkan peraturan bersangkutan,

2. Judul undang‐undang atau peraturan dan materinya, 3. Data Penerbitan.

Contohnya:

Republik Indonesia. Undang

Undang Dasar 1945.

Republik Indonesia. “Undang‐undang RI Nomor I Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 1969.” Dalam Undang‐Undang Keormasan (Parpol & Golkar) 1985. Jakarta: Dharma Bakti, t.th.

Referensi seperti tersebut dalam contoh kedua di atas tidak dapat dipakai terutama untuk penulisan tesis/disertasi karena merupakan sumber sekunder.

(51)

Untuk sumber‐sumber yang tidak diterbitkan, misalnya tesis magister, atau disertasi doktor,

maka unsur‐unsur yang perlu dicantumkan adalah: 1. Nama Penyusun,

2. Judul (dalam tanda petik), kemudian

3. Keterangan menganai disertasi, tempat dipertahankannya, dan tahunnya. Contohnya:

Halim, H. M. Arief. “Konsep Metode Dakwah dalam Al‐Qur’an.” Tesis. Ujung Pandang: Program Pascasarjana IAIN Alauddin, 1993.

Salim, Abdul Muin. “Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al‐Qur’an.” Disertasi. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1989.

PUSTAKA DISUSUN OLEH DUA ATAU TIGA ORANG

Jika pustaka disusun oleh dua atau tiga orang, maka semua nama pengarang disebutkan secara lengkap, kecuali nama penyusun yang pertama disebut sesuai ketentuan di atas. Nama penyusun kedua dan ketiga ditulis seperti biasa. Jika penyusun lebih dari tiga orang,

maka hanya nama penyusun pertama saja yang disebutkan sesuai ketentuan di atas, diikuti

oleh istilah et al. (kata et bukan singkatan, jadi tidak pakai titik, sedang al. adalah singkatan

dari alii). Arti istilah et alii adalah “dan kawan‐kawan.” Contohnya:

Al‐Sayutiy, Jalal al‐Din ibn ‘Abd al‐Rahman ibn Abi Bakr, dan Jalal al‐Din Muhammad ibn Ahmad al‐Mahalliy. Tafsir al‐Qur’an al

‘Azim. Juz I. Beirut: Dar al‐Fikr, 1401 H/1981 M.

Benjamin, Roger W., et al. Patterns of Political Development: Japan, India, Israel.New York: David McKay, 1972.

Sumber kedua di atas (Benjamin, Roger W., et al.) disusun oleh empat orang. Tiga penulis lainnya adalah Allan Adrian, Richard N. Blue, Stephen Coleman, yang telah diwakili oleh kata et al.

(52)

1. Nama Pengarang Buku Asli,

2. Judul Buku Asli (Italic), diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, yang langsung diikuti oleh Nama Penerjemah, kemudian diikuti dengan kalimat: dengan judul, yang langsung diikuti oleh judul terjemahan (italic), dan

3. Data Penerbitan.

Note: Kalau buku terjemahan itu tidak diketahui judul aslinya, maka setelah nama pengarang, disebutkan judul terjemahannya, diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, lalu nama penerjemah, tanpa menyebutkan lagi judul terjemahannya, karena telah disebut sebelumnya.

Contohnya:

Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al

Karim, Bunyatuh al

Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh al

Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan Muhammad Fuad Hariri dengan judul Al

Qur’an: Paradigma Hukum dan Peradaban. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

Jika tidak diketahui judul aslinya:

Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al

Karim, Bunyatuh al

Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh al

Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan Muhammad Fuad Hariri. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

SEORANG PENGARANG YANG MEMPUNYAI DUA BUKU ATAU LEBIH Nama seorang pengarang yang mempunyai dua buku atau lebih yang digunakan dalam penulisan, disebutkan lengkap hanya sekali. Untuk bukunya yang kedua dan seterusnya, namanya diganti dengan garis sepanjang tujuh ketukan diikuti oleh titik, diikuti nama bukunya (italic), jilidnya (kalau ada), kumudian data penerbitannya.

Contohnya:

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900

1942. Cet. II; Jakarta: LP3ES, 1982.

______, Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Rajawali, 1982.

PUSTAKA YANG MENUMPANG PADA BUKU LAIN

Jika pustaka yang dipakai menumpang pada buku lain (sebagai hamisy), maka unsur yang

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Buku teks dan modul
Gambar 1. Standaruktur Format Modul
Tabel 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar  Standar kompetensi  Kompetensi dasar  1
Tabel 3. Indikator  Indikator
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok domba dengan perlakuan diimplan HA-TKF secara umum memiliki rataan suhu tubuh, frekuensi jantung dan frekuensi nafas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pada lanjut usia dengan gangguan mobilitas fisik di UPT PSLU Blitar di

Pada tahap akhir gadai, yang di kerjakan adalah sebelum berakhirnya gadai, pihak murtahin (Pegadaian Syariah) memberikan informasi kepada rahin bahwa pinjaman

Judul peta ditulis di bagian bawah peta, rata kiri (bukan center), ditulis menggunakan font Times New Roman ukuran 10. Peta diberi nomor urut sesuai keterangan di dalam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari, Kabupaten

Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar keilmuan mahasiswa yang dijabarkan dan didefinisikan secara operasional sebagai berikut : (1) “

PTK; (3) masalah yang akan diteliti merupakan masalah nyata yang terjadi di dalam PBM disertai data faktualnya dan diagnosisnya; (4) menyinggung teori yang melandasi

Semua bentuk melodi yang dihasilkan oelh talempong dan rebab harus dikombinasikan dengan pola ritme dari alat-alat perkusi itu, disini perlu kejelian untuk