• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BOLDING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MURID KELAS V SD INPRES PERUMPUTAN KECAMATAN PA JUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BOLDING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MURID KELAS V SD INPRES PERUMPUTAN KECAMATAN PA JUKUKANG KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Sulrifka Tunnisa

10540 1111 116

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)

iv

SURAT PERNYATAAN

Nama : Sulrifka Tunnisa

NIM : 10540 11111 16

Program Studi : Strata Satu (S1)

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Efektivitas penggunaan media Bolding (Bola

bergelinding) Terhadap Keterampilan Menulis pantun Murid Kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 16 Agustus 2020 Yang Membuat Pernyataan

(4)

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sulrifka Tunnisa

NIM : 10540 11111 16

Program Studi : Strata Satu (S1)

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Efektivitas penggunaan media Bolding (Bola

bergelinding) Terhadap Keterampilan Menulis pantun Murid Kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiblakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 16 Agustus 2020 Yang Membuat Pernyataan

(5)

vi (Ali Bin Abi Thalib)

Kupersembahkan karya ini buat: Kedua orang tuaku tercinta, saudaraku, keluargaku, Guru, dan teman-teman atas keikhlasan dan doanya dalam Mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(6)

vii

studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitam Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh A. Rahman Rahim sebagai Pembimbing I dan Muhammad Akhir sebagai Pembimbing II.

Masalah utama dalam penelitian yaitu apakah penggunaan media Bolding (Bola bergelinding) efektif terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan kecamatan Pa'jukukang kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui keefektifan penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Pre-Eksperimental Design menggunakan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Prosedur penelitian tahap persiapan, tahap pelaksanaan, menganalisis data keterampilan menulis pantun, aktifitas dan respon murid. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Perumputan sebanyak 20 orang .Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil kemampuan menulis pantun 11 murid (55 %) yang belum tuntas hasil belajarnya dan 9 murid (45 %) yang telah tuntas belajarnya. Ini berarti ketuntasan belajar tidak memuaskan secara klasikal karena nilai rata-rata 63 tidak mencapai KKM yang diharapkan yaitu 70. Sedangkan pada hasil Posttest hasil belajar terdapat 3 murid (15 %) yang belum tuntas hasil belajarnya dan 17 murid (85 %) yang telah tuntas belajarnya.

Ini berarti ketuntasan belajar memuaskan secara klasikal karena nilai rata-rata 76 telah mencapai KKM yang diharapkan yaitu 70. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media Bolding (Bola Bergelinding) efektif digunakan terhadap keterampilan menulis pantun Murid Kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Kata kunci : Media pembelajaran Bolding (Bola bergelinding), keterampilan menulis pantun

(7)

viii

Puji syukur panjatkan kehadiran Allah swt., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai tugas dalam rangka penyelesaian studi pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Bolding (Bola bergelinding) Terhadap Keterampilan Menulis Pantun Murid Kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

Sebagai manusia yang tak luput dari berbagai kekurangan, banyak kendala yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini, penulis ini telah banyak mendapat bantuan dalam bentuk bimbingan, saran maupun dorongan dari berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, selayaknya apabila dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda tercinta M Nasrun HL dan Ibunda tersayang Salmiyah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu, saudara-saudaraku, serta seluruh keluargaku yang telah memberikan motivasi dan doa restunya selama penyusunan skripsi, serta

(8)

ix skripsi.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyiapkan sarana dan prasarana sehingga kegiatan perkuliahan dapat dilaksanakan dengan baik, Erwin Akib,S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis, Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd Ketua Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sejak masuk kuliah sampai sekarang.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman seperjuangan kelas C angkatan 2016 PGSD, yang selalu memberikan bantuan serta dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan, Semoga segala bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak senantiasa mendapatkan berkah dan rahmat dan ilahi rabbi.

Makassar, 16 Agustus 2020

(9)

x

HALAMAN PENGESAHAN ... .... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... .... iii

SURAT PERNYATAAN ... .... iv

SURAT PERJANJIAN ... .... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... .... vi

ABSTRAK ... ... .... vii

KATA PENGANTAR ... .... viii

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL... ... .... xii

DAFTAR GAMBAR . ... .... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... .... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Hasil Penelitian yang Relevan ... 8

2. Efektifitas Pembelajaran ... 9

3. Kajian Keterampilan Menulis Pantun... 14

4. Hakikat Media Pembelajaran... 26

5. Media Bolding ... 29

B. Kerangka Pikir ... 32

(10)

xi

2. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi ... 37

2. Sampel ... 38

C. Definisi Operasional Variabel ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Belajar ... 45

2. Observasi Aktivitas Murid ... 54

3. Angket Respon Murid ... 57

B. Pembahasan ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. SIMPULAN ... 63

B. SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA………. 69 LAMPIRAN

(11)

xii

Tabel 3.2 Sampel Penelitian SD Inpres Perumputan ... 38

Tabel 3.3 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 42

Tabel 4.1 Statistik Skor Kemampuan Hasil Belajar ... 45

Tabel 4.2 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar... 46

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pre-Test ... 47

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar ... 48

Tabel 4.5 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Post-Test ... 49

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Post-Test ... 50

Tabel 4.7 Analisis Skor Pre-Test dan Post-Test... 51

Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Murid ... 54

(12)
(13)

xiv Lampiran III Pretest & Postest

Lampiran IV Daftar Hadir Lampiran V Skor Nilai Pretest

Lampiran VI Perhitungsn untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Pretest Lampiran VII Penilaian Keterampilan Menulis Pantun Pretest

Lampiran VIII Skor Nilai Posttest

Lampiran IX Perhitungsn untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Posttest Lampiran X Penilaian Keterampilan Menulis Pantun Posttest

Lampiran XI Analisis skor pretest dan postest Lampiran XII Distribusi Nilai ttabel

Lampiran XIII Deskriptor Penilaian Keterampilan Menulis pantun Lampiran XIV Hasil Analisis Data Aktivitas

Lampiran XV Persuratan

Lampiran XVI Hasil Kerja Murid Lampiran XVII Dokumentasi

(14)

1 A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia termasuk kedalam negara berkembang. Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah mutu pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang handal dan berkompeten. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam usaha mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya.

Pendidikan adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan, baik secara formal melalui sekolah maupun secara informal dari pendidikan di dalam rumah dan masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar murid secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Raka Joni (Tola Fatimah, 2015 : 145) mengatakan “ ahli pendidikan Indonesia yang mengungkapkan titik pusat hakikat belajar sebagai pengetahuan pemahaman yang terwujud dalam bentuk pemberian makna secara kontruktivistik oleh pembelajar kepada pengalamannya melalui

(15)

berbagai bentuk pengkajian yang memerlukan pengarahan berbagai keterampilan kognitif di dalam mengolah informasi yang diperoleh melalui indra manusia. Proses belajar mengajar di dalam kelas harus didukung dengan sistem pembelajaran yang terorganisir oleh guru. Dalam penyusunan pembelajaran, guru setidaknya menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih mempertimbangkan murid. Seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang dapat memberikan gairah dan motivasi kepada para murid.

Di Indonesia sekarang berlaku kurikulum 2013 adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia terangkum dalam 4 (empat) kompetensi inti yaitu kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.

Agar murid aktif dalam pembelajaran, maka harus dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, murid perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, murid perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya suatu media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

(16)

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, efektif dan menyenangkan. Salah satunya yakni dengan menggunakan media pembelajaran Bolding (Bola Bergelinding) dalam proses pembelajaran. Bolding (Bola Bergelinding) digunakan agar anak bersemangat dan gembira dalam belajar dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga murid memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar.

Kesalahan yang sering dijumpai pada pantun yang dibuat murid meliputi: ketidaksesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk, ketidaksesuaian pantundengan syarat pantun dari segi isi dan kesalahan dalam penulisan ejaan dan tanda baca. Nuratikah (2018: 139) mengatakan bahwa pemahaman murid mengenai syarat pantun yang baik masih kurang. Menulis pantun merupakan salah satu materi yang dianggap rumit oleh murid, hal ini dikarenakan murid mengalami kesulitan dalam menyamakan sajak pada tiap akhir kalimat. Selain itu, murid juga tidak mempunyai inspirasi yang memadai dalam membuat pantun. Hal ini membuat hasil belajar murid tentang menulis pantun belum mencapai target atau di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan observasi hasil awal yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa murid kesulitan dalam memulai pembuatan pantun. Sebagian murid menghabiskan waktu dengan membolak-balik buku paket atau mengingat-ingat contoh pantun yang diberikan guru sebelum akhirnya mulai menulis pantun. Ada yang mengawali dari sampiran, ada pula yang mengawali dari bagian isi pantun.Motivasi yang dimiliki murid untuk menulis pantun juga sangat rendah.

(17)

Beberapa murid terlihat putus asa kemudian menuliskan pantun yang ada di buku atau yang diingat dengan sedikit perubahan. Bahkan terdapat murid yang hanya menuliskan pantun yang ada di buku (Laila, 2018: 2383).

Pembelajaran menulis pantun disajikan dengan pola tradisional yang belum memberikan porsi lebih bagi murid untuk aktif. Metode yang digunakan masih terbatas pada ceramah dan penugasan. Penjelasan pengetahuan tentang pantun, seperti pengertian pantun dan aturan-aturan pantun disampaikan dengan metode ceramah. Tugas yang diberikan adalah membaca pantun di buku paket kemudian menulis pantun bebas secara individu.

Pembelajaran menulis pantun yang dilakukan belum memanfaatkan media pembelajaran. Beberapa contoh pantun dari buku paket hanya dituliskan di papan tulis. Tidak adanya penggunaan media menjadi penyebab kegagalan murid dalam menulis pantun. Penyajian pantun dengan media pembelajaran yang jelas dan dekat dengan kehidupan murid dapat memperjelas dan menarik murid.

Pembelajaran menulis pantun masih belum sepenuhnya dimengerti oleh murid yang disebabkan oleh pembelajaran yang terkesan membosankan dan guru tidak menggunakan media. Sehingga murid mengalami kesulitan dalam menulis sebuah pantun yang baik.

Untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun, guru harus pandai memilih media pembelajaran yang menarik. Bahan pelajaran yang dikemas dalam media pengajaran dapat menulis anak belajar sambil bermain dan

(18)

belajar. Pemanfaatan media gambar diharapkan dapat membantu efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran menulis pantun.

Murid kelas awal memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid kelas lanjutan. Pembelajaran menulis di kelas memerlukan alat atau media yang dapat membantu murid dalam mengoptimalkan keterampilan menulisnya. Media pembelajaran yang menarik seperti gambar, grafik, video atau objek yang menarik perhatian akan mampu membantu proses belajar menulis murid kelas lanjutan dengan optimal.

Media berpengaruh terhadap antusias murid untuk belajar, selain itu media juga membantu guru untuk menyampaikan suatu materi kepada murid pada proses pembelajaran berlangsung. Menurut Gerlach dan Ely (Arsyad, 2019: 3) mengatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas Penggunaan media Jugkat Jungkit Ball terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah keefektifan penggunaan media Bolding (Bola

(19)

Bergelinding) terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar, aktivitas murid dan keterampilan murid dalam menulis pantun.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dapat diambil beberapa manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya untuk dijadikan bahan informasi dan menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) terhadap keterampilan menulis pantun murid.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru mengenai media Bolding (Bola Bergelinding) dan dapat mengimplikasikan media tersebut dalam

(20)

kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh pengalaman langsung melalui penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding). b. Bagi Murid

Dapat mempermudah murid dalam belajar dan memahami menulis pantun dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding). c. Bagi Sekolah

Digunakan sebagai bahan informasi dan kajian untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) dalam kegiatan pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan masukan sekaligus pengetahuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) terhadap materi menulis pantun kelas V SD.

e. Bagi pembaca

Pembaca mampu menambah wawasan dan motivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembuatan media terhadap materi menulis pantun kelas V SD.

(21)

8 A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelusuran yang dilakukan terhadap hasil-hasil kajian yang telah ada, nampaknya penelitian ini bukan pertamakali dilakukan, tetapi telah banyak penelitian yang mengkaji tema tentang media pembelajaran. Diantara hasil kajian telah banyak dipublikasikan baik melalui buku, jurnal maupun makalah. Media pembelajaran memang menjadi kajian yang menarik pemerhati pendidikan, karena perananya yang begitu besar yaitu menyampaikan informasi belajar sekaligus dapat memperlancar interaksi antara guru dengan murid sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Penelitian mengenai media pembelajaran pendidikan banyak diteliti oleh para peneliti antara lain: Subekti (2014) dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Murid Kelas V SD Negeri Nglarang, Sleman”. Dari hasil penelitian keterampilan menulis pantun merupakan kegiatan mengungkapkan gagasan dan pikiran serta perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan pantun.

Nikmah (2018) dengan judul “Efektivitas Media Ritatoon Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Pantun Kelas V SDN

(22)

Bangkingan Ii/442 Surabaya Tulangan”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis pantun adalah keterampilan mengungkapkan ide, gagasan dalam bentuk tulisan, bukan secara langsung tapi melalui teks. Melalui keterampilan menulis murid di harapkan dapat meluapkan ide, gagasan dan kreativitas yang berbentuk tulisan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis pantun mempunyai kegiatan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran bahasa.

Terdapat persamaan dan perbedaan dari hasil penelitian relevan yang telah diteliti dan penulis ingin teliti yaitu, persamaan terdapat pada penelitian tentang keterampilan menulis pantun murid kelas V SD. Sedangkan perbedaannya terdapat pada penggunaan media pembelajaran yang berbeda. Media yang digunakan penulis adalah media Bolding (Bola Bergelinding). Berdasar pengetahuan penulis media ini belum pernah dijadikan sebagai media dalam penelitian tentang keterampilan menulis pantun di sekolah dasar. Media Bolding (Bola Bergelinding) merupakan modivikasi terbaru dari media sebelumnya yang akan penulis uji coba pada penelitian ini.

2. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus umum bahasa Indonesia istilah efektivitas berasal dari kata efektif. Kata efektif mempunyai dua arti, yakni:

a. Efektif diartikan sebagai mempunyai efek, pengaruh, atau akibat. b. Efektif juga diartikan memberikan hasil yang memuaskan.

Memberikan suatu defenisi tentang efektivitas bukan suatu hal yang mudah. Istilah efektivitas biasanya digunakan dalam manajemen pendidikan.

(23)

Efektivitas individu dapat dipandang dari suatu pencapaian sasaran yang ditargetkan, secara khusus dalam konteks pembelajaran di sekolah menengah. Ada beberapa defenisi belajar yang disampaikan para ahli. Berikut dikemukakan beberapa defenisi tersebut. Ariantoni (2015: 21) mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan rill yang berlangsung di kelas bahasa dan sastra Indonesia, yang melibatkan murid, guru, bahan ajar, media, dan proses penilaian. Menurut Corey (Baso, 2017: 25) menjelaskan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga”. Huda (2010: 110) mengatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Dari defenisi di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara sistematis untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan murid untuk belajar. Dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan pembelajaran yang akan digunakan harus memperhatikan materi yang akan dipelajari dan kondisi realitas murid yang akan belajar.

(24)

Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan murid terhadap materi pelajaran setelah proses pembelajaran berlangsung. Efektivitas pembelajaran merupakan tolak ukur keberhasilan guru mengelolah kelas, efektivitas yang dimaksud akan tergambar melalui hasil belajar murid. Adapun indikator efektivitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ketuntasan Hasil Belajar Menulis Pantun

Ketuntasan belajar merupakan kemampuan yang diperoleh murid setelah melalui kegiatan belajar, yang mencakup segala hal yaitu yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan . Purwanto (Putri, 2018: 49) mengatakan bahwa hasil belajar seringkali digunakan untuk ukuran dalam mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Setyosari (Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, 2017: 240) mengatakan bahwa adapun faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar adalah :

1. Sifat belajar (pesrta didik)

Sifat atau karakteristik murid adalah hal yang menentukan seberapa jauh pembelajaran dilaksanakan. Perbedaan karakteristik murid akan menentukan pemilihan media apa yang akan digunakan dalam kelas.

(25)

2. Perbedaan tugas belajar (murid)

Tugas yang diberikan murid dapat memenngaruhi hasil belajar mereka, dengan kata lain hasil belajar yang diperoleh murid tergantung pada tugas yang diberikan guru.

3. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran berimplikasi terhadap hasil belajar murid. Guru yang kreatif dalam menggunakan metode terbukti dapat memberikan stimulus murid dalam belajar, dengan demikian dapat dikataan bahwa penerapan metode yang variatif berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar murid.

Untuk mengetahui apakah ketuntasan belajar telah dicapai dapat diamati dengan cara membandingkan prestasi belajar murid yang pengambilan datanya dari metode tes. Jika prestasi belajar lebih atau sama dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) maka murid dinyatakan telah tuntas belajar. Namun, jika prestasi belajar murid kurang dari KKM maka murid tersebut dinyatakan belum tuntas belajar.

b. Aktivitas Murid dalam Pembelajaran Menulis Pantun

Aktivitas diartikan sebagi “keaktifan, kegiatan, kesibukan”. Aktivitas adalah bagian kriteria ketuntasan belajar . Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan melalui prosedur tertentu (Kunandar, 2015: 83).

(26)

Keaktifan murid selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi murid untuk belajar. Murid dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya pada guru atau murid lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Indikator kinerja penelitian ini adalah aktivitas murid, meningkatkan aktivitas murid selama proses belajar mengajar menulis pantun, yaitu sedikitnya terjadi peningkatan murid yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

c. Respon Murid dalam Pembelajaran Menulis Pantun

Respon merupakan gerakan-gerakan yang terkoordinasi oleh presepsi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa luar dalam lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa respon merupakan pendapat atau keterangan seseorang terhadap sesuatu yang diketahui. Sehingga respon murid terhadap pembelajaran dapat diartikan sebagai pendapat murid mengenai pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan media pembelajaran Bolding (Bola Bergelinding). Sedangkan respon guru terhadap pembelajaran adalah pendapat guru mengenai pembelajaran yang diterapkan di kelas uji coba yaitu pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding).

(27)

3. Kajian keterampilan menulis pantun a. Pengertian Pantun

Widya (2017: 5) mengemukakan beberapa pendapat tentang asal kata pantun. Kata pantun berasal dari bahasa Jawa, yaitu pantun atau pari yang berarti padi. Kata pantun juga bisa berasal dari kata vtun, yang berasal dari bahasa Kawi tuntun atau tuntunan yang berarti mengatur. Sedangkan Nursito (Subekti, 2014: 10) mengemukakan bahwa pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama atau laksana. Haru Mat Piah (Muryanto, 2017: 3) mengatakan bahwa pantun merupakan quatrain yang terdiri atas baris-baris pendek dan mempunyai irama ujung tetap yang berfungsi sebagai ungkapan pikiran dan perasaan secara ringkas dan padat.

Dalam sastra Indonesia kata “pantun” mengacu terhadap salah satu bentuk puisi lama dengan susunan tertentu (Sabastian, 2010: 1). Fau (2018) mengatakan bahwa pada dasarnya, pantun dibuat untuk memberi imbauan dan anjuran terhadap seseorang ataupun masyarakat. Pantun merupakan salah satu karya sastra klasik yang berkembang sebelum masuknya pengaruh bangsa barat ke Indonesia. Pantun oleh masyarakat Indonesia dipergunakan untuk menyatakan perasaan cinta atau kebencian, nasehat atau pendidikan, dakwah agama, bisnis atau perdagangan, hiburan, propaganda dan lain-lain.

Menurut Soetarno (Subekti, 2014: 11) pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat larik yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab),

(28)

dan biasanya tiap larik terdiri atas empat perkataan. Dua larik pertama disebut sampiran, sedangkan dua larik berikutnya disebut isi pantun.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pantun adalah suatu bentuk puisi lama dalam karya sastra yang terdiri atas empat baris yaitu dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris kedua merupakan isi. b. Ciri-Ciri Pantun

Wendi Widya (Subekti, 2014: 11) mengemukakan ciri-ciri puisi lama sebagai berikut.

a) Puisi rakyat yang bersifat anonim artinya, dikenal oleh masyarakat luas namun tidak dikenal nama pengarangnya.

b) Sangat terikat aturan-aturan tertentu.

c) Merupakan karya sastra lisan. Ini berarti puisi lama disampaikan dari mulut ke mulut.

Pantun memiliki ciri tertentu yang membedakannya dari puisi lama yang lain. Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut.

a. Satu bait pantun terdiri atas empat baris. b. Satu baris pantun terdiri atas 8-12 suku kata. c. Satu bait bersajak ab-ab atau aa-aa.

d. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran e. Baris ketiga dan keempat merupakan isi. f. Isi pantun mengungkapkan suatu perasaan.

Sutan Takdir Alisyahbana (Subekti, 2014: 10) mengemukakan bahwa perhubungan antara kedua baris awal dengan kedua baris

(29)

berikutnya hendaknya dipandang dalam hubungan cara manusia menyampaikan pikiran atau perasaan. Sampiran berlaku sebagai persiapan untuk menyampaikan pikiran atau perasaan yang disediakan oleh tiga pasal berikut.

Pertama, oleh irama. Dalam dua baris pantun pertama disediakan atau dibayangkan irama yang akan mengikat pikiran atau perasaan yang hendak diucapkan pada dua baris yang berikutnya.

Kedua, bunyi. Bunyi kata-kata yang dipakai menyediakan kalbu pembaca untuk menerima isi pikiran atau perasaan yang diucapkan pada kedua baris berikutnya seperti contoh berikut:

Upi Ipin mengadu bekisar, Bekisar merah Ahmad Tohir. Kami ini bugis Makassar, Pantang menyerah sampai akhir.

Ketiga, isi kedua baris yang pertama bisa pula menyiapkan kedua baris yang berikutnya seperti pada contoh pantun berikut.

Ke Batujaju membeli mentimun, Mentimun muda tipis kulitnya. Kalau belajar jangan melamun, Melamun itu tidak ada gunanya.

Umumnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola ab-ab dan aa-aa (tidak boleh aa-bb atau ab-ba). Semua

(30)

bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran biasanya tak punya hubungan dengan bagian isi selain hanya untuk mengantarkan rima/sajak.

Berdasarkan pemaparan di atas, keterampilan menulis pantun yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis dalam bentuk pantun, yaitu puisi lama yang terdiri atas empat baris dalam satu baitnya. Setiap baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempatnya adalah isi. Bunyi terakhir pada kalimat-kalimat dalam pantun berpola ab- ab.

Winarni (2010: 7-8) mengatakan bahwa pantun melatih seseorang untuk berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-bahasa lain. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

(31)

c. Perkembangan Pantun

Lahirnya pantun diawali dengan kebiasaan masyarakat Melayu yang senang menggunakan kiasan. Bagi mereka kiasan itu penting untuk menyampaikan maksud. Pantun merupakan alat komunikasi yang sangat penting . Oleh karena itu, dahulu pantun dijadikan sebagai alat untuk mengukur kepandaian (Raharja, 2017: 2).

Eko Sugiarto (Subekti, 2014: 13) mengemukakan bahwa pada zaman dahulu, peran pantun sangat penting bagi masyarakat Melayu. Pantun digunakan pada upacara adat dan dalam percakapan sehari-hari. Kesempatan berpantun yang sangat luas menulis setiap orang harus mempersiapkan diri untuk dapat berpantun. Semakin tua umur dan semakin tinggi status sosial seseorang maka semakin dituntut untuk menguasai pantun dengan berbagai tema. Jika seseorang menjabat sebagai orang yang dituakan, pantun nasehat harus dikuasai. Pemangku adat harus menguasai pantun adat. Tokoh agama harus menguasai pantun agama.

Para remaja Melayu pada zaman dulu juga dituntut untuk menguasai pantun agar diterima dalam pergaulan. Kegiatan berbalas pantun antara muda-mudi juga sering disisipkan dalam berbagai acara. Kesempatan untuk ikut “menjual dan membeli” pantun diberikan kepada remaja orang Melayu. Dengan begitu, kreativitas berpantun dapat berkembang dan keberanian tampil di depan umum semakin terasah.

(32)

Saat ini tradisi berpantun mulai memudar. Namun dibandingkan dengan puisi lama yang lain, pantun adalah jenis puisi lama yang paling lestari. Pantun sering disisipkan dalam pidato atau ceramah. Beberapa acara di televisi dan radio masih menampilkan penggalan dialog berbalas pantun. Pantun juga bisa dijumpai di surat kabar, tabloid dan majalah.

d. Jenis-Jenis Pantun

Eko Sugiarto (Subekti, 2014: 14) membagi pantun menjadi tiga kelompok berdasarkan maksud/isi/temanya yaitu pantun anak-anak, pantun remaja/dewasa dan pantun orang tua. Pantun anak-anak menggambarkan dunia anak-anak yang biasanya berisi rasa senang dan sedih. Pantun remaja/dewasa berisi kehidupan remaja/dewasa. Pantun orang tua berisi pendidikan dan ajaran agama.

Wendi Widya (Subekti, 2014: 15) menyatakan bahwa berdasarkan isinya, pantun dapat dikelompokkan menjadi lima jenis sebagai berikut:

1. Pantun anak-anak

Pantun anak-anak berisi tentang dunia anak-anak. Umumnya pantun anak-anak digunakan pada saat bermain atau bersendau gurau. Pantu anak-anak menggambarkan perasaan yang dialami anak-anak. Pantun anak dibagi menjadi pantun sukacita dan pantun dukacita. Pantun sukacita, berisi ungkapan yang menyatakan perasaan kegembiraannyang bisa terjadi dalam semua kejadian dan

(33)

perristiwa. Misalnya, kegembiraan saat bertemu keluarga, mendapat barang baru, bermain atau saat mengungkapkan rasa sayang pada keluarga. Contoh:

Ke Surabaya beli permata, belinya pake uang bu Siti. Selain elok dipandang mata, senyumanmu bisa tenangkan hati.

Pantun dukacita, berisi ungkapan yang menyatakan perasaan sedih. Misalnya, saat ditinggal orang tua, tidak punya uang,

dimusuhi teman. Contoh : Buah mangga buah manggis, kumakan sambil bertanya. Kamu jangan menangis, aku sedih melihatnya.

2. Pantun Remaja (Muda) atau Dewasa

Pantun remaja atau dewasa menggambarkan kehidupan orang remaja dan dewasa. Tema pantun ini biasanya tentang cinta dan perjuangan hidup.

(1) Pantun perkenalan, berisi tentang ungkapan perasaan hati atau pujian terhadap orang yang ingin diajak berkenalan. Dahulu pantun perkenalan digunakan oleh pemuda untuk berkenalan dengan pemudi. Contoh:

(34)

pasminah pinjaman dari lulu.

Anak IMM berjilbab merah,

ingin berkenalan tetapi malu.

(2) Pantun berkasih-kasihan, berisi curahan hati, perasaan senang, perasaan tidak ingin berpisah, rindu, pujian dan sanjungan

Contoh:

Aku terkenang sebuah lagu,

lagu indah syair ternama.

Kalau cinta janganlah ragu,

hidup dan mati kita bersama.

(3) Pantun perpisahan atau pantun perceraian dibuat untuk menyatakan akhir dari hubungan berkasih-kasihan. Pantun ini berisi kenangan indah yang pernah dilalui, perasaan sedih, atau tidak ingin berpisah. Contoh:

Ajak ayah main layang, Terhempas jauh putus tali. Jangan bimbang adikku sayang, aku pasti akan kembali.

(4) Pantun beriba hati, menyatakan perasaan sedih saat ditinggal atau ditolak kekasih. Berisi penyesalan, kekecewaan, atau mengancam. Contoh:

Harum sungguh bunga melati,

kembang setangkai di waktu pagi.

(35)

sedang berkasih ditinggal pergi.

(5) Pantun dagang atau pantun nasib ditulis orang untuk mengenang nasibnya. Bisa mengungkapkan perasaan sedih, tertekan, merana karena harus jauh dari kampung halaman. Contoh:

Terbang jauh si burung jalak,

sakit kakinya kena duri.

Rejeki tidak saya tolak,

musuh tidak saya cari. 3. Pantun Orang Tua

Pantun orang tua berisi tentang pengajaran yang diberikan orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda. Selain pengajaran, pantun orang tua berisi nasehat, ibarat (perumpamaan) atau sindiran. (1) Pantun adat, berisi pengajaran untuk menjaga adat yang berlaku

sehingga anak muda diharapkan tidak menyimpang dari adat. Contoh:

Tutup pintu rapat-rapat, karena ibu sedang ke pasar. Berpegang teguh menjanga adat, Adat Tabe’ orang Makassar.

(2) Pantun nasehat, dibuat agar anak selalu ingat nasehat yang diberikan. Contoh:

Jalan-jalan ke kota Makassar, jangan lupa membeli semangka .

(36)

Kalau anda orang terpelajar, jangan suka berburuk sangka.

(3) Pantun agama, berisi pengajaran untuk taat pada agama yang dianut. Contoh:

Pergi ke apotik beli obat, beli obat untuk mbak idah. Dunia akhirat tidak akan selamat, Jika kamu tidak beribadah.

(4) Pantun kepahlawanan, digunakan untuk memberi semangat seseorang dalam melakukan sesuatu atau untuk menunjukkan jasa pahlawan. Contoh:

Dari jauh nampak beruang, Beruang nyinyir makan talas. Ayo kawan terus berjuang, Berjuang terus janganlah malas. 4. Pantun Teka Teki

Pantun teka-teki berisi pertanyaan yang bisa dijawab. Pantun ini biasa digunakan anak-anak untuk bermain tebak-tebakan atau berbalas pantun. Contoh:

Burung nuri burung dara, terbang jauh sampai kayangan. Cobalah tebak wahai saudara, Semakin diisi semakin ringan.

(37)

5. Pantun Jenaka

Pantun jenaka digunakan untuk menghibur hati, bersenang-senang,dan akan menulis orang lain tertawa . Contoh:

Teman aku semakin sombong, suka menghina yang jelek. Masih kecil telah ompong, Mirip dengan nenek-nenek.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan dalam penelitian ini murid menjadi terampil untuk menulis pantun dengan berbagai jenis yang ada.

e. Tujuan Menulis Pantun

Menulis merupakan proses komunikasi tidak langsung sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menulis, yaitu pokok bahasan, karakteristik kelompok pembaca, maksud dan tujuan menulis. Hugo Hartig (Subekti , 2014: 20) membagi 7 jenis tujuan menulis sebagai berikut:

1. Assignment purpose (tujuan penugasan), artinya menulis dilakukan karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri.

2. Altruistic purpose (tujuan altruistik), artinya menulis ditujukan untuk menyenangkan, menghibur, menulis hidup pembaca lebih mudah.

(38)

3. Persuasive purpose (tujuan persuasif), artinya menulis untuk meyakinkan para pembaca kana kebenaran gagasan yang disampaikan.

4. Informational purpose (tujuan informasional), artinya menulis untukmemberi informasi atau penerangan kepada pembaca.

5. Self-ekspressive purpose ( tujuan pernyataan diri), artinya tulisan ditujukan untuk perkenalan atau pernyataaan diri sang pengarang. 6. Creative purpose (tujuan kreatif), artinya tulisan bertujuan

mencapainilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7. Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah), artinya penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti dengan cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima pembaca.

f. Langkah-Langkah Menulis Pantun

Hal utama yang harus kita lakukan dalam penulisan pantun yaitu memahami ciri dan syarat pantun. Setelah itu, kita dapat menulis pantun dengan cara:

1. Menentukan tema pantun agar pantun yang akan ditulis lebih terarah sesuai dengan maksud yang diharapkan. Pemilihan tema pantun haruslah bijaksana, tema yang dipilih harus padat dan sempit agar tidak mengekang kreativitas.

(39)

2. Menentukan jenis pantun yang akan dibuat dengan beragam jenis pantun misalnya, pantun sukacita, pantun nasihat, atau pantun jenaka.

3. Membuat isi pantun yang terletak pada baris ketiga dan keempat sesuai dengan ciri dan syarat pantun.

4. Membuat sampiran pantun yang terletak pada baris pertama dan kedua sesuai dengan ciri dan syarat pantun.

5. Menggabungkan sampiran dan isi pantun sesuai dengan ciri dan syarat pantun.

6. Menyunting pantun dengan memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam pantun agar menjadi pantun yang baik sesuai dengan ciri dan syarat pantun.

4. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian media pembelajaran

Media adalah alat penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Noor, 2010: 2). Gerlach dan Ely, 1997 ( Arsyad, 2019 : 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang menulis murid mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media merupakan wahana penyuluhan informasi belajar atau penyaluran pesan berupa materi ajar oleh guru kepada murid sehingga murid menjadi tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan (Baso, 2017 :

(40)

65) Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu instruction yang diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan murid yang berlangsung secara dinamis. Pembelajaran adalah proses interaksi murid dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat tetjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercaayaan pada murid. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu murid agar dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaiakan dan menyalurkan pesan secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif, dimana penerima pesan dapat melakukan proses belajar yang efektif dan efisien.

b. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

Menurut Hamalik (Arsyad, 2019: 19) mengatakan “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

(41)

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap murid”. Media berfungsi untuk tujuan intrruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan murid baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata hingga pembelajaran dapat terjadi.

Encyclopedia of Education Reseacrch dalam Hamalik (Arsyad, 2019: 28-29) merincikan manfaat media sebagai berikut:

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir , oleh karena itu mengurangi verbalisme.

2. Memperbesar perhatian murid.

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh kerena itu menulis pelajaran lebih mantap.

4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan murid.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur terutama melalui gambar hidup. 6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan

kemampuan berbahasa.

7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Penggunaan media dalam mengkomunikasikan pesan kepada murid mengalami perkembangan yang lebih lanjut dari fungsi komunikasi bergeser kepada fungsi keterlibatan langsung dan interaksi

(42)

antara murid dengan media pengajaran yang sering disebut sumber belajar. Walaupun tanpa didampingi guru murid dapat melibatkan diri secara langsung (berinteraksi) dengan media sebagai sumber belajar untuk mengkaji pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

5. Media Bolding (Bola Bergelinding)

a. Pengertian Media Bolding (Bola Bergelinding)

Krisyanti ( Afni: 2011) Bidang bola adalah bidang lengkung yang terjadi jika sebuah setengah lingkaran diputar sekeliling garis tengahnya. Bidang bola juga didefinisikan sebagai himpunan semua titik yang mempunyai jarak tetap terhadap sebuah titik. Titik ini disebut titik pusat. Jarak antara titik pusat dan sebuah titik pada bidang bola disebut jari-jari. Bola adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang bola. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gelinding adalah gelindingan, berguling-guling, menggelinding. Oleh sebab itu bergelinding juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan benda yang bergelinding, berguling-guling, memutar, bahkan menggelinding terhadap benda lainnya.

Menurut Krisyanti (2016: 8) media Bolding (Bola Bergelinding) adalah media pembelajaran berupa permainan. Dalam media Bolding (Bola Bergelinding) ini terdapat sebuah papan miring yang di bagian bawahnya terdapat 3 kotak warna yang masing-masing kotak terdapat kartu kuis tentang materi yang dipelajari yang nantinya menjadi bahan untuk diskusi saat pembelajaran. Guru akan mengarahkan cara permainan

(43)

media Bolding (Bola Bergelinding) dan peraturan yang harus dijalankan peserta didik, guru membentuk menjadi beberapa kelompok yang kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok satu peserta didik untuk maju kedepan kelas dan menggelindigkan bola dari atas papan yang diarahkan kekotak yang peserta didik inginkan. Pada akhirnya perwakilan kelompok yang sudah mengambil kartu di dalam kotak terdapat kuis yang harus didiskusikan dengan kelompoknya.

b. Keuntungan Menggunakan Media Bolding (Bola Bergelinding)

Media pembelajaran pasti mempunyai keuntungan yang berbeda-beda. Keuntungan guru menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) ini yaitu guru dapat menulisnya sendiri dan dapat menentukan topik yang sesuai dengan kepeminatan murid atau disesuaikan dengan tema pelajaran. Beberapa keuntungan menggunakan Bolding (Bola Bergelinding) yang meliputi :

1. Karena Bolding (Bola Bergelinding) berukuran besar, murid dapat melihat dan mengamati dengan jelas. Hal tersebut akan menarik bagi murid.

2. Bolding (Bola Bergelinding) merupakan suatu media permainan yang menulis murid tertarik dalam menggunakannya.

3. Murid akan dibantu berpikir kritis untuk menulis sebuah pantun

4. Bolding (Bola Bergelinding) memfasilitasi murid untuk melengkapi sampiran maupun isi dari pantun.

(44)

5. Bolding (Bola Bergelinding) merupakan hal baru yang akan menulis murid tertarik dan mempunyai rasa ingi tahu yang tinggi terhadap apa yang ada di dalamnya.

c. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan Media Bolding (Bola Bergelinding)

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) memilliki perbedaan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Bolding (Bola Bergelinding) meliputi:

1. Guru menulis pantun sendiri dapat menentukan tema dan potongan dari pantun yang akan disediakan

2. Setelah menentukan tema dan potongan pantun, guru menyimpan potongan kertas yang berisi potongan pantun kedalam beberapa kotak yang ada pada media Bolding (Bola Bergelinding).

3. Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding).

4. Saat Bolding (Bola Bergelinding) digunakan untuk mengajar, pertama-tama guru memperlihatkan media kepada murid.

5. Selanjutnya, guru memperlihatkan cara menggelindingkan bola melewati beberapa jungkat jungkit hingga bola menyentuh warna yang terdapat pada wadah.

6. Setelah bola menyentuh salah satu warna maka murid mengabil potongan kertas yang memuat isi maupun sampiran dari pantun.

(45)

7. Kemudian melengkapi potongan pantun hingga pantun tersebut lengkap dari sampiran sampai isi pantun.

d. Berikut adalah langkah-langkah membuat Bolding (Bola Bergelinding) selain langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas : 1. Menyiapkan kertas maket, balok, paku, kertas warna.

2. Kemudian, potong kertas maket dan balok sesuai dengan ukuran.

3. Kertas maket dan balok yang telah di potong kemudian dirakit dan di bentuk persegi panjang.

4. Pasang beberapa jungkat jungkit dari potongan balok pada tripleks yang telah di potong memanjang.

5. Menyediakan wadah dari kertas maket yang di dalamnya terdapat beberapa kertas berwarna sebagai titik finsh bola bergelinding.

6. Menempelkan beberapa kotak sesuai jumlah warna pada wadah yang diguanakan untuk menyimpan potongan pantun.

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran Bahasa Indonesia utamanya keterampilan menulis di sekolah dasar selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan bahan atau materi yang sebanyak mungkin, sehingga suasana belajar bersifat kaku, dan terpusat pada satu arah serta tidak memberikan kesempatan bagi murid untuk belajar lebih aktif.

Disusunlah kerangka pikir untuk memudahkan peneliti. Pembelajaran keterampilan menulis pantun, terlebih dahulu dilakukan dalam penelitian

(46)

adalah melakukan pretest kepada subjek yang diteliti sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) dalam meningkatkan keterampilan menulis murid. Setelah diketahui hasil keterampilan menulis pantun sebelum menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding), selanjutnya peneliti menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) dalam meningkatkan keterampilan menulis murid. Kemudian dilakukan Posttest untuk mengetahui hasil keterampilan menulis cerita menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) dalam menulis pantun. Pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) dapat menulis murid lebih antusias dalam pembelajaran, murid lebih mudah untuk menyusun sampiran mupun isi pantun yang baik dan runtut sesuai dengan penulisan pantun yang benar, suasana pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.Penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) dalam pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) ini diharapakan murid lebih termotivasi untuk belajar sehingga konsep-konsep pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan media Bolding (Bola Bergelinding) utamanya dalam peningkatan keterampilanmenulis murid dapat tertanam dengan baik dan ini akan berpengaruh terhadap hasil keterampilan menulis murid.

Setelah itu dilakukan uji tes untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan hasil keterampilan menulis cerita menggunakan

(47)

media Bolding (Bola Bergelinding) dalam meningkatkan keterampilan menulis murid dari pretest dan posttest.

Skema KerangkaPikir

……

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Pantun

Pretest

Media pembelajaran Bolding (Bola Bergelinding) Posttest Analisis Hasil Efektif Kurikulum 2013 Keterampilan Menyimak Keterampilan Berbicara Keterampilan Membaca Keterampilan Menulis Tidak Efektif

(48)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) efektifterhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

(49)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu jenis Pre-Eksperimental Disign. Dikatakan Pre-Eksperimental Disign karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (Sugiyono, 2017: 109). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian, serta diadakannya kontrol terhadap variabel tertentu (Misbahuddin dan Iqbal Hasan, 2013: 12)

2. Desain Penelitian

Adapun jenis desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest- Posttest Design, yang dikenal dengan desain pra-eksperimental. Penelitian ini hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperiment tanpa adanya kelompok pembanding (kelas kontrol). Pada desain penelitian ini terdapat pretest dan posttest. Dengan demikian hasil penelitian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan.

(50)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Variabel terikat Posttest

O1 X O2

Sumber : Sugiyono (2017: 111)

Keterangan :

X : Perlakuan diberikan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding). O2 : Sebelum diberikan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding). O1 : Setelah diberikan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding). Model ekdperimen ini melalui tiga langkah yaitu:

a) Memberikan pretest untuk mengukur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan.

b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

c) Memberikan posttest untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan dilakukan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut sugiyono (2017: 117), menyatakan bahwa populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik

(51)

kesimpulannya. Populsi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng tahun ajaran 2020/2021.

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2017: 118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel yang dilakukan dengan cara purposive (purposive sample). Murid yang dijadikan sampel adalah seluruh murui kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian SD Inpres Perumputan

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Murid

Laki-Laki Perempuan

V 11 9 20

(Sumber: Dokumentasi jumlah murid SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng)

C. Defenisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah ketuntasan hasil belajar murid, aktivitas murid dan respon murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng melalui media pembelajaran Bolding (bola bergelinding).

(52)

1. Hasil belajar Bahasa Indonesia

Hasil belajar Bahasa Indonesia (membuat pantun) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai aktif yang diperoleh setelah menjawab soal-soal tes hasil belajar yang diberikan sebelum mendapatkan pengajaran materi (pretest) dengan menggunakan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding) dan setelah mendapatkan pengajaran materi (postest) dengan menggunakan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding) dalam jangka waktu tertentu pada murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

2. Aktivitas murid

Yang dimaksud dengan aktivitas murid adalah kegiatan murid/proses aktif murid dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding) dalam jangka waktu tertentu pada murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

3. Respon Murid

Respon murid yang dimaksimalkan adalah ukuran kesukaan, minat, ketertarikan, atau pendapat murid tentang cara mengajar guru, LKS, bahan ajar, dan suasana kelas dengan menggunakan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding) dalam jangka waktu tertentu pada murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

(53)

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tes Hasil Belajar Membuat Pantun

Tes hasil belajar dengan jenis Pretest dan Posttest. Pretest yang digunakan sebelum penerapan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding), sedangkan posttest digunakan setelah murid mengikuti pembelajaran dengan penerapan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding).

b. Lembar Observasi Aktivitas Murid

Lembar Observasi Aktivitas Murid untuk memperoleh data tentang aktivitas murid selama menggunakan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding).

c. Angket Respon Murid terhadap Pembelajaran Membuat Pantun

Angket respon murid untuk mengetahui tanggapan murid selama pembelajaran dengan penerapan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding) dan sebelum penerapan media pembelajaran Bolding (bola bergelinding). Aspek respon murid menyangkut suasana belajar, minat mengikuti pelajaran berikutnya, dan cara-cara guru mengajar serta saran – saran.

(54)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah ketetapan cara-cara yang digunakan oleh peneliti. Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan data yang sudah ada. Dalam peneliti mengumpulkan data umum sekolah

2. Metode Observasi

Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tujuan tertentu.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest Posttest Design adalah sebagai analisis data deskriftif . Analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data

(55)

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

a) Rata-rata (Mean) ̅ = ∑

Sumber: Prasetyo (2017: 10)

b) Persentase (%) nilai rata-rata = x 100%

Dimana:

P = Angka persentase

f = frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel responden.

Dalam analisis ini penelitian menetapkan tingkat kemampuan murid dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh Dekdikbud (2003) yaitu :

Tabel 3.3 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

0 – 54 55 – 64 65 – 79 80 – 89 90– 100 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(56)

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji t). Dengan tahapan sebagai berikut:

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus: Md = ∑

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest = jumlah dari gain (posttest dan pretest)

N = subjek pada sampel

b. Mencari harga “∑ ” dengan menggunakan rumus: ∑ = ∑ (∑ )

Keterangan :

∑ = jumlah kuadrat deviasi

∑ = jumlah dari gain (posttest dan pretest) N =subjek dari sampel

c. Menentukan harga thitung dengan menggunakan rumus t-test

√ ∑ ( ) Keterangan:

t = perbedaan dua mean

(57)

= deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑ = jumlah kuadrat deviasi

N = jumlah subjek pada sampel d. Menentukan harga ttabel

Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan ( )

e. Konsultasikan thitung dengan ttabel

tHitung > tTabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, dan tHitung < tTabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak.

Kriteria pengujian jika :

a) Jika t Hitung > t Tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, berarti penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) efektif terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

b) Jika t Hitung < t Tabel maka Ho diterima, berarti penggunaan media Bolding (Bola Bergelinding) tidak efektif terhadap keterampilan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

(58)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar a. Pre Test

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Inpres Perumputan mulai tanggal 15 Juli – 23 Juli 2020, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui hasil belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan.

Adapun deskripsi secara kuantitatif skor hasil belajar Pre Test sebelum diberikan perlakuan (treatment) dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Statistik Skor Kemampuan Hasil Belajar Murid kelas V SD Inpres Perumputan

Statistik Nilai Statistik Jumlah murid Nilai ideal Nilai maksimum Nilai minimum Rentang nilai Nilai rata-rata 20 100 87,5 50 37,5 63

Sumber: Data Statistik Skor kemampuan hasil belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan

(59)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) kemampuan hasil belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan setelah dilakukan Pre Test adalah 63 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Skor maksimum 87,5 dari skor ideal 100, skor minimum 50 dari skor ideal 100, dan rentang skor 37,5 dari skor ideal 100 yang mungkin di capai. Skor rata-rata tersebut menunjukkan bahwa hasil kemampuan belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan berada dalam kategori sangat rendah.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian murid terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Apabila skor kemampuan hasil belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan murid dikelompokkan kedalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Murid Kelas V SD Inpres Perumputan

No Skor Kategori Frekuensi Persentase % 1 2 3 4 5 0 – 54 55 – 64 65 – 79 80 – 89 90– 100 Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 9 2 6 3 - 45% 10% 30% 15% JUMLAH 20 100%

Sumber: Data Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan

(60)

47

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa dari 20 orang jumlah murid kelas V SD Inpres Perumputan Terdapat 9 murid (54 %) yang berada pada kategori sangat rendah, 2 murid (10%) yang berada pada kategori rendah, dan 6 murid (30%) yang berada pada kategori sedang dan 3 murid (15%) yang berada pada kategori tinggi, dan tidak ada murid yang berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya minat dan perhatian belajar murid serta proses pembelajaran yang tidak menggunakan media pembelajaran.

Berdasarkan data hasil penelitian yang tercantum pada lampiran maka persentase hasil belajar murid kelas V SD Inpres Perumputan pada Pre-test dapat di lihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pre-test

Persentase Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) ≤ 70 ≥ 70 Tidak tuntas Tuntas 11 9 55% 45% JUMLAH 20 100 %

Sumber: Data Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pre-test

Berdasarkan tabel 4.3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun murid kelas V SD Inpres Perumputan setelah dilakukan Pre-test hasil kemampuan menulis pantun 11 murid (55 %) yang belum tuntas hasil belajarnya dan 9 murid (45 %) yang telah tuntas belajarnya. Ini berarti ketuntasan belajar tidak memuaskan secara klasikal karena nilai rata-rata 63 tidak mencapai KKM yang diharapkan yaitu 70.

Gambar

Tabel 3.2 Sampel Penelitian SD Inpres Perumputan
Tabel 4.1 Statistik Skor Kemampuan Hasil Belajar Murid kelas V SD  Inpres Perumputan
Tabel 4.2 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Murid  Kelas V SD Inpres Perumputan
Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pre-test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tahapan yang panjang dan dengan biaya yang cukup besar, pada setiap kegiatan pemugaran terdapat cerita yang sangat menarik untuk diungkapkan, cerita tersebut bagian dari

a) Perbankan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

Pengaruh penilaian rasio laba terhadap total asset dengan criteria sehat adalah BPR Shinta Daya telah memenuhi standar penilaian tingkat kesehatan bank dari Bank

Hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel pendidikan, upah, insentif, dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga

Suomen suorite digitalouden yrittäjyysdynamii- kassa on kokonaisuutena ottaen keskivertoa verrokkimaihin nähden (Suomi, Ruotsi, Tanska, Saksa, Alankomaat ja Yhdistynyt

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti paparkan maksud dari Bapak B.H.R bahwa strategi pemasaran yang di lakukan oleh Bank Muamalat Indonesia KC

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Fimela (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek yang digunakan. Berbeda

Pada Gambar 3 merupakan contoh rangkaian pengkondisi sinyal sensor gas elektrokimia. Rangkaian ini berfungsi untuk mengaktifkan sensor dan mengubah arus menjadi