• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Berdasarkan Depdiknas (2001) dalam Ahmad Susanto (2014:184), “kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran”. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Sedangkan menurut Adas dan Hamm dalam Ariyadi Wijaya (2012:5) menyebutkan ada empat macam pandangan tentang matematika, salah satunya adalah “matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan (pattern and relationship), artinya siswa perlu menghubungkan suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki”.

Ibrahin dan Suparni (2012:5) mengemukakan :

Matematika adalah ilmu tentang pola hubungan, sebab dalam matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model-model yang merupakan representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

Berdasarkan definisi matematika di atas, dapat disimpulkan matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan penalaran oleh individu. Penalaran ini digunakan untuk memahami konsep dan pengetahuan tentang matematika itu sendiri, baik dari pengetahuan yang baru maupun pengetahuan yang telah dimiliki dan diketahuinya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika yaitu pada umumnya siswa tidak suka, bahkan takut terhadap mata pelajaran matematika. Siswa menganggap mata pelajaran matematika sulit, tidak menarik, dan membosankan, akibatnya siswa tidak memperhatikan bahkan asik sendiri dengan dunianya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini

(2)

menunjukan bahwa minat belajar siswa kurang dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan bersama guru. Keluhan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Tinggi rendahnya minat belajar yang dimiliki siswa akan mempengaruhi hasil belajarnya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan pokok bahasan sehingga menciptakan pembelajaran yang menarik dan efektif. Dengan demikian siswa tidak hanya belajar menghafal tetapi juga dapat memahami materi yang telah diajarkan. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangatlah berpengaruh terhadap efektivitas dalam pembelajaran, karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru berkaitan erat dengan ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu kompetensi. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang salah akan mampu membuat efektivitas dari pembelajaran menurun, sehingga perlu adanya perhatian terhadap model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajarannya. Apabila model pembelajaran yang diterapkan kurang sesuai, akan terjadi suatu bentuk kebosanan dari siswa dan cenderung untuk mengabaikan pelajaran yang diberikan, pada akhirnya hasil belajar yang diperoleh kurang sesuai dengan harapan.

Ada beberapa model pembelajaran kreatif menurut Muhsetyo (2009) yang berpotensi meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran matematika, diantaranya adalah Problem Solving, Problem Based

Learning, Mathematical Investigation , Cooperative Learning, Open-Ended (multiple solution and multiple method solution), Realistic Mathematic

Education, Guided Discovery, Contextual Teaching Learning (CTL),

Manipulative Material, Concept Map, Quantum Teaching and Learning dan Writing in Mathematic.

Dari berbagai model pembelajaran tersebut, model pembelajaran yang dirasa sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran matematika adalah model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual Teaching Learning

(CTL). Kedua model pembelajaran ini mempunyai kesamaan yaitu mengacu pada masalah dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan.

(3)

Didasarkan pada anggapan Arends dalam Hosnan (2014:295) Problem Based Learning (PBL) merupakan “model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri”. Sementara itu, Barrow dalam Miftahul Huda (2015:271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning) sebagai “pembelajaran yang diperoleh

melalui proses menuju pemahaman akan solusi suatu masalah, masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem

Based Learning adalah model yang menyajikan masalah dihadapan siswa untuk dipecahkan menurut kemampuannya sendiri guna melatih keterampilan siswa dalam pemecahan masalah tersebut.

Sementara itu Johnson dalam Rusman (2014:189) mengatakan bahwa : Contextual Teaching Learning enables students to connect the content of academic subject with the immediate context of their daily lives to discover meaning. It enlarges their personal context furthermore, by providing students with fresh experience that stimulate the brain to make new connection and consequently, to discover new meaning.

(CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru).

Di sisi lain, Howey R, Keneth dalam Rusman (2014:190) mendefisiniskan CTL sebagai berikut: “Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with other”.

(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam

(4)

berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama).

Jadi model pembelajaran kontekstual adalah sebuah model pembelajaran yang membantu siswa melihat makna dari pelajaran mereka di sekolah melalui hubungan antara pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan pemecahan masalah baik secara pribadi maupun sosial.

Karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan

Contextual Teaching Learning (CTL) hampir memiliki persamaan yaitu siswa mampu berkolaborasi, berpikir kritis, dan aktif. Sejalan dengan karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual Teaching Learning (CTL), dalam pembelajaran matematika yang menggunakan penalaran untuk pemecahan masalah membutuhkan keaktifan dari siswa dengan berpikir kritis dan berkolaborasi agar siswa dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung.

Penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning efektif menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang semula terhitung terhitung rendah. Penelitian ini dilakukan oleh Eka Zuliana (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Model

Problem Based Learning Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar. Kenyataan di lapangan siswa cenderung menghafal konsep dan tidak mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah kontekstual yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Bahkan siswa cenderung tidak mampu menentukan apa masalahnya dan bagaimana merumuskannya. Kondisi ini menyebabkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terhitung rendah. Secara khusus peneliti mengamati pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran geometri yang ada di kelas V SD Negeri Ngaluran 3. Setelah melakukan diskusi dengan guru kelas dapat disimpulkan bahwa siswa lemah dalam penguasaan konsep dan kurang mampu memecahkan masalah matematika. Ditunjukkan dengan rata-rata pemecahan masalah matematika siswa yang hanya mencapai nilai 55, dan masih sangat jauh dari KKM.

(5)

Selain itu, penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa model

pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) efektif digunakan dalam

meningkatkan hasil belajar yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pra Pajarini, Semara Putra, Surya Manuaba (2014) dengan judul Pengaruh Penerapan

Pembelajaran Kontekstual Berbasis Mind Mapping terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas V SD Gugus Budi Utomo. Model pembelajaran matematika yang biasa digunakan oleh guru di SD nampaknya kurang merangsang aktivitas belajar siswa, semangat serta motivasinya dalam belajar. Sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan siswa tidak mendapat kesempatan untuk menemukan sendiri konsep materi pelajaran.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas muncul ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual Teaching

Learning (CTL), dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dan Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas V Gugus Hasanudin Salatiga”.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah perbedaan hasil belajar matematika antara model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual Teaching Learning (CTL) pada siswa SD kelas V Gugus Hasanudin Salatiga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dan Contextual Teaching Learning (CTL) pada siswa SD kelas V Gugus

Hasanudin Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh beberapa manfaat penelitian, diantaranya adalah :

(6)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual

Teaching Learning (CTL) relevan untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar pada materi pecahan dalam pemecahan masalah, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ada beberapa manfaat yang diperoleh, yaitu:

a. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.

2) Menumbuhkan penguasaan materi matematika pada siswa, memberi

kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, kreatif, bekerjasama, dan pembelajaran yang bermakna.

b. Bagi guru

1) Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran yang bermakna.

2) Dapat memberi dorongan kepada guru untuk lebih kreatif dalam

memilih model pembelajaran agar dapat berjalan lebih efektif dan tidak membuat siswa bosan dan malas dalam kegiatan belajar, khususnya dalam pelajaran matematika.

c. Bagi sekolah

Bermanfaat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Gugus Hasanudin Salatiga.

Referensi

Dokumen terkait

rendah yg dihasilkan oleh kombinasi dari mesin kapal, getaran tali selambar (warps), pintu bukaan ( otter boards) yang bergesekan dgn dasar laut , dan kontak jaring trawl

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

Namun demikian, ternyata roman detektif seringkali dikritik, tidak dianggap sebagai karya sastra yang utuh dan sederajat dengan jenis karya sastra lain seperti : puisi, drama,

Kontrak/surat perjanjian/SPMK/referensi kerja dan pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis sesuai LDK, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan serta bukti setor pajak PPN

Struktur bangunan gedung dapat mengalami kerusakan akibat gempa utama dan diperparah dengan adanya gempa susulan pada struktur yang berkurang kekuatannya akibat mengalami

Bencana lumpur panas yang menyembur dari sepetak sawah di Desa siring, kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, membawa kerugian yang sangat besar bagi penduduk yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel X 1 aspek pengetahuan, X 2 aspek keterampilan, X 3 aspek sikap dengan Y kesiapan Praktik Kerja Industri