• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikatur pojok Mang Usil dalam Surat Kabar Kompas edisi Juli - September 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implikatur pojok Mang Usil dalam Surat Kabar Kompas edisi Juli - September 2011"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. IMPLIKATUR POJOK MANG USIL DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JULI – SEPTEMBER 2011. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Disusun oleh: Chyntia Radeani 08 1224 076. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. IMPLIKATUR POJOK MANG USIL DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JULI – SEPTEMBER 2011. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Disusun oleh: Chyntia Radeani 08 1224 076. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. IMPLIKATUR POJOK MANG USIL DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JULI – SEPTEMBER 2011. Oleh: Chyntia Radeani 08 1224 076. Telah disetujui oleh:. Pembimbing I. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.. Pada tanggal: 29 April 2015. Pembimbing II. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.. Pada tanggal: 29 April 2015. ii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SKRIPSI. IMPLIKATUR POJOK MANG USIL DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JULI – SEPTEMBER 2011. Dipersiapkan dan disusun oleh: Chyntia Radeani 08 1224 076. Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 11 Mei 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat. SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Lengkap. Tanda Tangan. Ketua. : Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.. ........................ Sekretaris. : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.. ........................ Anggota. : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.. ........................ Anggota. : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.. ........................ Anggota. : Dr. B. Widharyanto, M.Pd.. ........................ Yogyakarta, 11 Mei 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,. iii.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. “ ... mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.” ( Mazmur 139: 16 ). “In the middle of every difficulty lies opportunity” ( Albert Einstein ). iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Tanda bakti untuk kakek dan nenekku tercinta Untuk calon pendamping yang selalu ada setiap waktu Dan untuk para pejuang pendidikan yang tak pernah lelah berkorban. dengan cinta dan syukur.. v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.. Yogyakarta, 24 Maret 2015 Penulis,. Chyntia Radeani 08 1224 076. vi.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama. : Chyntia Radeani. Nomor Induk Mahasiswa. : 08 1224 076. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul: IMPLIKATUR POJOK MANG USIL DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JULI – SEPTEMBER 2011 Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 24 Maret 2015 Yang menyatakan,. vii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK Radeani, Chyntia. 2015. Implikatur Pojok Mang Usil dalam Surat Kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Percakapan dapat berjalan dengan baik dan lancar jika penutur dan mitra tutur memiliki latar belakang pemahaman yang sama terhadap pokok pembicaraannya. Penelitian ini menjawab dua masalah, yakni (1) bagaimana wujud implikatur yang terdapat dalam wacana pojok surat kabar KOMPAS edisi Juli – September 2011? dan (2) apakah maksud implikatur yang terdapat dalam wacana pojok surat kabar KOMPAS edisi Juli – September 2011? Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle (1975), yakni tindak tutur deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Kelima tindak tutur tersebut itulah yang nantinya akan menjadi pendukung untuk menganalisis wujud dan maksud implikatur. Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dan data penelitian ini adalah surat kabar KOMPAS yang terbit pada bulan Juli – September 2011. Data penelitian ini berupa tuturan tertulis yang terdapat dalam wacana pojok Mang Usil yang muncul setiap hari Senin – Sabtu. Sesuai dengan kedua rumusan masalah di atas, hasil dari penelitian ini adalah pertama, wujud implikatur dari data wacana pojok berupa tindak tutur. Peneliti menemukan tiga wujud implikatur, yakni: (1) implikatur representatif, (2) implikatur ekspresif, dan (3) implikatur direktif. Kedua, peneliti menemukan empat belas maksud implikatur yang terdapat dalam data wacana pojok, yakni: (1) berspekulasi, (2) memberikan kesaksian, (3) mengakui, (4) menunjukkan, (5) melaporkan, (6) mengungkapkan, (7) menyatakan, (8) kritik, (9) mengeluh, (10) memberikan selamat, (11) memuji, (12) menyarankan, (13) mengajak, dan (14) meminta.. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT Radeani, Chyntia. 2015. The Implicature of Mang Usil Column in KOMPAS Newspaper Periode July – September 2011. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University. The communication will going well and smooth if speaker and hearer have the same background understanding of the main matter. This study is to answer on two problems, namely: (1) how the implicature form used in Mang Usil Column KOMPAS Neswpaper Edition July – September 2011? and (2) what is the implicature purpose contained in KOMPAS Newspaper Edition July – September 2011? The theories used in this study are speech act theory stated by Searle (1975), namely declarative speech act, representative speech act, expressive speech act, directive speech act, and commisive speech act. That five speech acts will support to analyzing implicature form and implicature purpose. Based on the methods, this study is included to the qualitative descriptive research. The data source and the data research are from KOMPAS Newspaper Edition July – September 2011. The data research are 91 Mang Usil words which is printed every Monday – Saturday. According to the problems formulation above, the result of this study are first, the Mang Usil word data implicature form is a speech act. The researcher found three the implicature forms, namely: (1) representative implicature, (2) expressive implicature, and (3) directive implicature. Second, the researcher found fourteen implicature purposes, namely: (1) speculating, (2) giving witnesseth, (3) confessing, (4) indicating, (5) reporting, (6) revealing, (7) declaring, (8) criticism, (9) complaining, (10) congratulationing, (11) giving praise, (12) giving suggestion, (13) inviting, and (14) requiring.. ix.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Penolong Abadi, karena rahmat dan berkat-Nya telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Implikatur Pojok Mang Usil dalam Surat Kabar Kompas Edisi Juli – September 2011”, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu, yaitu: 1.. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Sanata Dharma.. 2.. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, selama ini menjadi Pembimbing Akdemik yang baik.. 3.. Bapak Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi I yang sabar dan selalu mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.. 4.. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi II yang terus memberikan semangat dan masukan kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi.. 5.. Robertus Marsidiq, selaku staf Sekretariat Program Studi PBSI yang turut membantu kelancaran skripsi ini.. 6.. Ibu Agnes Lusia Budi Asri, Bapak Ant. Irianto Sukendar, dan Bapak Ag. Sariyanta, selaku staf Dekanat FKIP yang dengan tulus memberikan izin tidak masuk kerja bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. 7.. Segenap dosen PBSI yang selama ini telah membagi ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.. 8.. Kakek dan Nenek penulis (Bapak Tan Ik Djoen dan Ibu Kusiyem) yang selalu sabar dan tidak pernah lelah untuk mendukung dan memanjatkan doa bagi penulis.. x.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9.. Kedua kakak penulis, Titin Supriyatin dan Slamet Susanto, terima kasih atas dukungan dan doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. 10. Yohanes Galih Ari Pinundhi, terima kasih telah menjadi teman yang begitu setia hingga detik ini. Terima kasih atas bantuan, dukungan, doa, serta kesabarannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 11. Maria Ika Noventin Andriasari, terima kasih untuk waktunya selama menjadi teman di kos Grinjing 5a, serta untuk semua teman kos Grinjing 5a yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 12. Teman-teman PBSI yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kerjasamanya selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu. Semoga kebaikan dan doa yang dipanjatkan untuk penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yesus Kristus. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Walaupun demikian, besar harapan penulis bahwa penelitian ini berguna dan menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya.. Yogyakarta, 20 Maret 2015. Penulis. Chyntia Radeani. xi.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....... vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 1.5 Batasan Istilah ................................................................................... 1.6 Sistematika Penyajian ........................................................................ 1 5 5 5 7 8. BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 10 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 2.2 Kajian Pustaka .................................................................................. 2.2.1 Pragmatik ............................................................................ 2.2.2 Fenomena-Fenomena Pragmatik ........................................ 2.2.2.1 Praanggapan (Presupposition) .............................. 2.2.2.2 Tindak Tutur .......................................................... 2.2.2.3 Kesantunan Berbahasa .......................................... 2.2.2.4 Ketidaksantunan Berbahasa ................................... xii. 10 12 12 15 15 16 22 24.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.2.2.5 Deiksis .................................................................. 2.2.3 Implikatur sebagai Fenomena Pragmatik ........................... 2.2.3.1 Implikatur Konvensional ........................................ 2.2.3.2 Implikatur Non-Konvesional/ Implikatur Percakapan ............................................ 2.2.4 Konteks ............................................................................... 2.2.5 Pojok ................................................................................... 2.2.6 Surat Kabar ......................................................................... 2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 24 25 26 27 30 33 34 35. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 37 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6. Jenis Penelitian .................................................................................. Sumber Data dan Data Penelitian ..................................................... Instrumen Penelitian ......................................................................... Teknik Pengumpulan Data ................................................................ Teknik Analisis Data ......................................................................... Triangulasi Data ................................................................................. 37 38 39 40 41 42. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 44 4.1 Deskripsi Data ................................................................................... 4.2 Hasil Analisis Data ........................................................................... 4.2.1 Wujud Implikatur dalam Pojok .................................................. 4.2.1.1 Implikatur Representatif .................................................... 4.2.1.2 Implikatur Ekspresif .......................................................... 4.2.1.3 Implikatur Direktif ............................................................ 4.2.2 Maksud Implikatur dalam Pojok ................................................ 4.2.2.1 Maksud Implikatur Berspekulasi ................................... 4.2.2.2 Maksud Implikatur Memberikan Kesaksian .................. 4.2.2.3 Maksud Implikatur Mengakui ........................................ 4.2.2.4 Maksud Implikatur Menunjukkan .................................. 4.2.2.5 Maksud Implikatur Melaporkan ..................................... 4.2.2.6 Maksud Implikatur Mengungkapkan ............................. 4.2.2.7 Maksud Implikatur Menyatakan .................................... 4.2.2.8 Maksud Implikatur Memuji ........................................... 4.2.2.9 Maksud Implikatur Kritik .............................................. 4.2.2.10 Maksud Implikatur Mengucapkan Selamat ................... 4.2.2.11 Maksud Implikatur Mengeluh ........................................ 4.2.2.12 Maksud Implikatur Menyarankan .................................. 4.2.2.13 Maksud Implikatur Mengajak ........................................ 4.2.2.14 Maksud Implikatur Meminta .......................................... 44 45 45 46 47 49 50 50 54 57 59 60 61 63 65 67 69 70 72 74 75. 4.3 Pembahasan ....................................................................................... 4.3.1 Implikatur Representatif .......................................................... 4.3.2 Implikatur Ekspresif ................................................................ 4.3.3 Implikatur Direktif .................................................................... 77 79 83 86. xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V PENUTUP ......................................................................................... 88 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 88 5.2 Saran ................................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 94 LAMPIRAN 1 ................................................................................................ 95 LAMPIRAN 2 ................................................................................................ 117. xiv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1: Lima Fungsi Tindak Tutur Searle ..................................................... 21 Tabel 2: Tabel Tuturan Pojok beserta Wujud dan Jenis Implikatur ................ 41 Tabel 3: Wujud dan Maksud Implikatur Pojok Mang Usil dalam Surat Kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011 .............. 89. xv.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR BAGAN Bagan 1: Kerangka Berpikir ............................................................................ 36. xvi.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Daftar Tuturan Pojok Mang Usil ........................................................... 95 Lampiran 2: Tabel Triangulasi Data Pojok Mang Usil .............................................. 117. xvi i.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia, karena bahasa. dapat. menjadi. alat. antarmanusia. untuk. menyampaikan. atau. mengungkapkan suatu ide, gagasan, perasaan, atau informasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh para anggota dalam suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,1992:2). Secara singkat, bahasa merupakan unsur paling penting dalam suatu proses komunikasi antarmanusia dalam bentuk lisan maupun tertulis. Dalam suatu proses komunikasi, penutur dan mitra tutur diharapkan mempunyai konsep kebahasaan serta kerangka berpikir atau latar belakang pemahaman yang sama terhadap situasi tertentu. Tujuan itu dimaksudkan agar pesan yang disampaikan oleh penutur dapat diterima baik oleh mitra tutur. Pemahaman mengenai latar belakang tersebut dapat berupa penyampaian informasi secara lisan maupun tertulis. Ada banyak media atau alat untuk melakukan atau menciptakan komunikasi, salah satunya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan jenis alat komunikasi yang dapat digunakan dan mudah ditemui oleh masyarakat. Melalui surat kabar, masyarakat dapat mengetahui informasi yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, surat kabar juga dapat memberikan informasi secara runtun mengenai. 1.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. suatu peristiwa. Di samping fungsinya sebagai pemberi informasi, surat kabar juga berperan dalam memberikan hiburan. Menurut Effendy (1993), salah satu fungsi jurnalistik adalah memberikan hiburan, yaitu adanya konten yang bersifat menghibur dan sering dimuat pers untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) serta artikel-artikel yang berbobot. Beberapa isi dari surat kabar atau majalah yang bersifat menghibur dapat berupa cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar atau karikatur, teka-teki silang (TTS), pojok, permainan sudoku, dan lain sebagainya. Salah satu contoh isi surat kabar yang menghibur adalah kolom pojok. Kolom pojok berisikan komentar mengenai suatu keadaan yang sedang terjadi, hangat dibicarakan, tuturan diungkapkan dengan gaya humoristis dan menyindir (Junaedhi, 1991:214). Kalimat-kalimat yang disajikan dalam pojok cenderung pendek dan bebas (tidak terikat). Penulisan gaya bahasa humor, sindiran, atau ejekan dimanfaatkan oleh redaksi untuk menarik minat para pembaca. Sindiran berasal dari kata sindir yang berarti celaan; ejekan, sedangkan sindiran yaitu perkataan (gambar) yang bermaksud menyindir orang; celaan (ejekan) yang tidak langsung (KBBI, 2008:1311). Setidaknya dengan membaca pojok, pembaca akan tertawa atau tersenyum setelah membacanya. Lahirnya kolom pojok dalam persuratkabaran di Indonesia dapat memberikan makna dan suasana yang berbeda dari rubrik yang lain..

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Salah satu contoh surat kabar yang menyajikan kolom pojok adalah surat kabar KOMPAS. Berikut adalah contoh pojok dalam surat kabar KOMPAS. Perhatikan data tuturan pojok di bawah ini. Ratusan pohon hilang dari Ibu Kota setiap tahun. Gantinya mal dan gedung menuding langit! (KOMPAS, Jumat, 29 Juli 2011). (Konteks: Tuturan tersebut merupakan pemberitaan mengenai minimnya ruang terbuka hijau (RTH) akibat banyaknya pembangunan di Ibu Kota. Tahun 2011, setidaknya 40 batang pohon ditebang di jalan Casablanca. Rencananya, 477 pohon akan ditebang, serta 348 pohon akan dipindahkan guna memperlancar pembangunan jalur Trans Jakarta).. Pada baris pertama merupakan gambaran isi berita yang sedang terjadi pada hari sebelumnya atau topik yang sedang hangat untuk dibicarakan. Pada baris kedua, merupakan tanggapan yang ditulis oleh Mang Usil untuk menanggapi berita tersebut. Data pojok di atas menggambarkan situasi atau konteks tentang banyaknya penebangan pohon di Jakarta yang lahannya digunakan untuk pembangunan gedung-gedung baru yaitu mal, kantor, jalur untuk bus Trans Jakarta, dan apartemen. Mengingat populasi di Ibu Kota sangat padat, berarti Ibu Kota memerlukan kebutuhan oksigen lebih banyak. Namun, dengan adanya penebangan pohon secara terus menerus, jumlah produksi oksigen akan semakin berkurang. Tuturan pojok di atas mengimplikasikan bahwa pemerintah masih kurang memperhatikan keadaan Ibu Kota. Pemerintah masih kurang peduli terhadap kesehatan masyarakatnya. Kalimat pada baris kedua merupakan tanggapan yang bersifat mengkritik pemerintah agar dapat melakukan tindakan untuk Ibu Kota semakin baik. Pemerintah hendaknya turun tangan agar dapat.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. mengatur tata kota dengan bijaksana, sehingga perbandingan jumlah antara ruang terbuka hijau dan gedung-gedung seimbang. Berangkat dari penjelasan di atas, penelitian ini dikhususkan pada analisis pragmatik, dengan fokus analisis pada penelitian implikatur dari tuturan-tuturan pojok. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari berbagai macam bentuk dan fungsi ujaran, serta fungsi bahasa daripada bentuk dan strukturnya. Pragmatik termasuk dalam cabang ilmu linguistik yang tidak hanya terbatas pada kerangka teori, tetapi juga ada dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Penerapan ilmu pragmatik dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dengan cara meneliti atau menganalisis bentuk-bentuk penggunaan bahasanya, baik secara lisan maupun tertulis. Implikatur adalah kajian yang menjelaskan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur itu sendiri. Dengan kata lain, implikatur adalah sebuah kajian yang berusaha untuk menemukan maksud dari sebuah ujaran yang dinyatakan secara implisit oleh penutur. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini menganalisis implikatur yang terdapat pada tuturan pojok surat kabar KOMPAS edisi Juli – September 2011. Dipilihnya pojok dalam penelitian ini karena peneliti ingin menjelaskan wujud dan maksud implikatur dari setiap tuturan yang ada di pojok. Peneliti hanya mengambil tiga bulan untuk penelitiannya karena menurut peneliti, data selama tiga bulan sudah cukup representatif untuk dianalisis. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti implikatur yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS edisi bulan Juli – September 2011..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian yang berjudul “Implikatur Pojok Mang Usil dalam Surat Kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011” adalah: 1) Bagaimanakah wujud implikatur yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011? 2) Apakah maksud implikatur yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang berjudul “Implikatur Pojok Mang Usil dalam Surat Kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011” adalah: 1) Mendeskripsikan wujud implikatur yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011. 2) Mendeskripsikan maksud implikatur yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011.. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis bagi para pembaca..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. (1) Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini ilmu kebahasaan (Linguistik). Hasil dari. penelitian. ini. diharapkan. dapat. memberikan. tambahan. pengetahuan mengenai model analisis pragmatik, dengan fokus penelitiannya implikatur. (2) Manfaat Praktis Secara garis besar, manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai fenomena kebahasaan implikatur, terutama jenis implikatur yang terdapat pada tuturan-tuturan pojok. Secara luas, manfaat praktis ini dibagi menjadi tiga, yaitu: bagi pembaca, pembelajaran bahasa, dan peneliti lain. Pertama, manfaat bagi pembaca adalah sebagai tolok ukur kekritisan dalam memahami dan memaknai sebuah tuturan atau pernyataan yang tertuang dalam pojok surat kabar. Kedua, manfaatnya bagi pembelajaran bahasa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa untuk mempelajari ilmu kebahasaan (Pragmatik). Ketiga, manfaat bagi peneliti lain adalah sebagai pembelajaran. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar atau dapat dijadikan.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. sumber atau bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis. 1.5 Batasan Istilah Pembatasan istilah peneliti lakukan agar tidak mengalami penyimpangan atau keluar dari topik serta tujuan penelitiannya. Pembatasan istilah penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Implikatur Implikatur. berarti. sesuatu. yang. diimplikasikan. dalam. suatu. percakapan (Nadar, 2009:60). Salah satu alasan penting yang diberikannya adalah implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan (Levinson dalam Nadar, 2009:61). Maksudnya, implikatur dapat memberikan penjelasan secara terus terang dan tegas, sehingga pembaca atau pendengar dapat menangkap maksudnya dengan mudah dan tidak mempunyai gambaran yang kabur mengenai suatu informasi atau berita. (2) Konteks Dalam pragmatik, konteks berarti adanya pengetahuan yang samasama dimiliki oleh pembicara dan pendengar, sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 2008:134)..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. (3) Pojok Lajur di sudut surat kabar tempat karangan pendek, berisikan hal-hal yang humoris, tetapi mengandung kritik atau sindiran (KBBI, 2008:1087). (4) Surat Kabar Surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita dan sebagainya, koran (KBBI, 2005:1109). Surat kabar adalah pemberitaan tercetak yang diterbitkan dan dijual secara tetap (Siddle, 1975:2). (5) Wujud Dalam KBBI Offline, wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba; adanya sesuatu ; dan benda yang nyata (bukan roh, dan sebagainya). (6) Maksud Dalam KBBI, maksud adalah (1) yang dikehendaki; tujuan (2) niat; kehendak (3) arti; makna (dari suatu oerbuatan,perkataan, peristiwa, dan sebagainya). Dalam penelitian ini, yang arti dari maksud yang digunakan adalah yang ketiga.. 1.6 Sistematika Penyajian Skripsi ini berisi lima bab, yakni bab I adalah pendahuluan yang berisi enam subbab yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Keenam hal.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. tersebut melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Implikatur dalam Pojok Mang Usil Surat Kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011”. Bab II adalah landasan teori yang berisi tiga subbab, yaitu penelitian terdahulu, kajian pustaka, dan kerangka berpikir. Penelitian terdahulu yang dipilih harus memiliki relevansi atau hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, sedangkan kajian pustaka berisi teori-teori yang akan peneliti gunakan untuk menganalisis data. Kerangka berpikir berfungsi sebagai gambaran peneliti untuk melakukan analisis. Bab III metodologi penelitian yang berisi lima subbab, yaitu jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV berisi analisis data dan pembahasan mengenai wujud implikatur dan maksud implikatur yang terdapat pada pojok surat kabar KOMPAS edisi Juli – Sepetember 2011. Bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diberikan peneliti untuk para pembaca – guru dan/atau dosen Bahasa Indonesia, pembelajar atau peneliti bahasa, serta peneliti yang lain..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut peneliti, tiga penelitian yang dipilih memiliki keterkaitan dengan topik yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian pertama oleh Kety Virginia Margaretha (2009), mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul “Implikatur dan Penanda Kesantunan Tuturan di dalam Surat Kabar”. Penelitian kedua oleh Chusni Hadiati (2007) dari Universitas Diponegoro dengan tesisnya “Tindak Tutur dan Implikatur Percakapan Tokoh Wanita dan Laki-laki dalam Film The Sound of Music”. Penelitian ketiga diambil dari disertasi Rustono (1998), mahasiswa Universitas Indonesia, yang meneliti mengenai “Implikatur Percakapan sebagai Penunjang Pengungkapan Humor di dalam Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia”. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Kety Virginia Margaretha dengan judul “Implikatur dan Penanda Tingkat Kesantunan di dalam Surat Kabar”, peneliti berusaha untuk menemukan jawaban terhadap dua masalah, yaitu jenis implikatur dan penanda-penanda tingkat kesantunan yang terdapat dalam tuturan di surat kabar. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan dua hasil temuannya yaitu, ditemukan adanya tiga jenis implikatur dalam tuturan di surat kabar dan ditemukan adanya enam jenis penanda tingkat kesantunan tuturan. Ketiga jenis implikatur yang ditemukan berupa tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langung tidak. 10.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. literal. Untuk jenis penanda tingkat kesantunan adalah tuturan diksi, keterangan modalitas, gaya bahasa, penyebutan nama orang, bentuk tuturan, dan analogi. Penelitian kedua oleh Chusni Hadiati, dalam tesisnya yang berjudul “Tindak Tutur dan Implikatur Percakapan Tokoh Wanita dan Laki-laki dalam Film The Sound of Music” bertujuan untuk menemukan implikatur percakapan yang timbul akibat pelanggaran prinsip percakapan dan menemukan perbedaan tuturan antara tokoh wanita dan laki-laki. Dalam penelitiannya, peneliti menemukan empat jenis implikatur, yakni implikatur representatif, implikatur direktif,. implikatur komisif, dan implikatur ekspresif. Selain itu, ditemukan. adanya perbedaan tuturan pada wanita dan laki-laki, yakni adanya question tag yang berfungsi sebagai epistemic tag, facilitative tag, dan softening tag pada wanita. Sementara pada laki-laki, question tag berfungsi sebagai challenging tag. Penelitian ketiga dalam disertasi Rustono dengan judul “Implikatur Percakapan sebagai Penunjang Pengungkapan Humor di dalam Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia”, peneliti memaparkan dan memberikan argumen dalam penemuannya mengenai pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang menimbulkan implikatur. Pelanggaran kerja sama tersebut berupa maksim ketimbangrasaan, kemurahatian, keperkenaan, kerendahatian, kesetujuan, dan kesimpatian. Selain itu, peneliti juga menemukan implikatur berupa implikatur representatif, implikatur direktif, implikatur evaluatif, implikatur komisif, dan implikatur isbati..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. Tiga penelitian di atas merupakan penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, yakni meneliti mengenai implikatur. Berdasarkan judulnya, ketiga penelitian tersebut bersifat deskriptif kualitatif dan berkaitan dengan teori pragmatik, dalam hal ini fenomena implikatur. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan implikatur yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS edisi bulan Juli – September 2011, sedangkan ketiga penelitian terdahulu, masing-masing peneliti menganalisis pada tuturan dalam surat kabar, tuturan antara tokoh wanita dan laki-laki dalam film The Sound of Music, dan wacana humor verbal lisan. 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu bahasa linguistik. Berbeda dengan cabang ilmu bahasa fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang mempelajari struktur bahasa secara internal, pragmatik mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Dengan kata lain, pragmatik memberikan penjelasan eksplisit mengenai cara bagaimana dapat mengimplikasikan sesuatu. Leech (1983, dalam Rahardi, 2003:10) menyatakan bahwa fonologi, sintaksis, dan semantik merupakan bagian dari tata bahasa atau gramatika, sedangkan pragmatik pada hakikatnya merupakan bagian dari pemakaian atau penggunaan tata bahasa atau gramatika itu dalam aktivitas komunikasi yang sesungguhnya. Yule (2006:3-4) mendefinisikan pragmatik ke dalam empat ruang lingkup. Ruang lingkup tersebut yakni: pertama, pragmatik adalah studi tentang.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. maksud penutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji mengenai bahasa yang digunakan dalam sebuah komunikasi, terutama dalam hubungannya dengan kalimat dan konteks yang terjadi dalam sebuah percakapan, yaitu bagaimana seseorang dapat menangkap maksud dari pembicara atau penutur dan dapat mengerti maksud apa yang ingin disampaikan oleh pembicara atau penutur. Berikut adalah pengertian pragmatik sesuai uraian tersebut. Pragmatics is the study of the use language in communication, particularly the relationship between sentences and the context and situations in which they are used (Richards, et al., 1985:225 dalam Rahardi, 2005:5). Sebagai contoh, perhatikan kalimat di bawah ini. A: “Apakah SBY sudah memberikan santunan pada keluarga korban?” B: “(1) Beliau masih meminta laporan yang konkret.” “(2) Tentu. Dan santunan itu telah diberikan oleh Beliau secara langsung kepada para korban.” Dari kalimat di atas dapat diimplikasikan bahwa jawaban (B1) mengandung makna SBY belum memberikan santunan karena masih menunggu laporan mengenai situasi yang konkret. Dalam jawaban (B2) tidak terdapat implikasi, karena pada (B2) menjawab dengan jelas bahwa SBY telah memberikan santunan kepada keluarga korban. Konsep lain yang dikemukakan oleh David R. dan Dowty (1981) dalam Rahardi, menjelaskan bahwa pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional antara penutur dan mitra tutur. Lebih singkat, Levinson (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut: “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language”. Jadi, pragmatik adalah sebuah ilmu bahasa yang mempelajari mengenai tuturan dan konteks yang tergramatisasi dan terkodifikasi dalam sebuah bahasa. Dilihat dari objek kajiannya, ada tiga jenis orientasi pragmatik. Pertama, pragmatik yang berorientasi pada teori tindak tutur yang dikemukakan oleh para filsuf Amerika seperti Austin (1962), Searle (1969), dan Grice (1975). Objek kajian pragmatik yang pertama antara lain jenis-jenis tindak tutur (speech act), implikatur. (implicature),. praanggapan. (presupposition),. prinsip-prinsip. pertuturan, dan sebagainya. Pragmatik jenis ini disebut sosio-pragmatik (sociopragmatics) oleh Leech (1993:14). Kedua, pragmatik yang berorientasi pada teori linguistik fungsional yang dikemukakan oleh Mathesius (1975), Halliday (1972), dan Givon, (1983). Objek kajian yang berorientasi pada teori fungsional ini antara lain status informasi (informasi lama, informasi baru) dan urgensi informasi (tema, rema, latar depan, latar belakang). Pragmatik jenis ini disebut sebagai pragmalinguistik (pragmalinguistics) oleh Leech (1993:16) atau pragmatik tekstual (textual pragmatics) oleh Givon (1983 dalam Baryadi, 2007:61). Ketiga, pragmatik yang berorientasi pada teori tanda, yaitu deiksis (deixis) yang dimuat dalam Baryadi (2007:62). Ketiga jenis orientasi pragmatik itu.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. akhirnya disatukan oleh Leech menjadi pragmatik umum (general pragmatics) yang objek kajiannya adalah keseluruhan objek kajian dari ketiga jenis pragmatik tersebut.. 2.2.2 Fenomena-Fenomena Pragmatik Studi mengenai pragmatik bertujuan untuk mengajak seseorang dalam memahami tuturan orang lain saat berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, secara tidak sadar terkadang seseorang melakukan suatu fenomena kebahasaan yang masih termasuk dalam ilmu studi pragmatik. Fenomena-fenomena pragmatik dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini. 2.2.2.1 Praanggapan (Presupposition) Dalam berkomunikasi, terkadang seseorang menganggap informasi tertentu sudah diketahui oleh pendengarnya. Oleh karena itu, informasi tertentu yang sudah diketahui tersebut biasanya tidak akan dinyatakan. Yule (2006:43) mendefinisikan praanggapan (presupposition) sebagai suatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Dalam hal ini, penuturlah yang memiliki praanggapan, bukan kalimatnya. Konsep lain datang dari Huang (2007:43) mendefinisikan presuposisi sebagai berikut: “presupposition can be informally defined as an inference or proposition whose truth is taken for granted in the utterance of a sentence”. Berdasarkan uraian di atas mengenai praanggapan atau presuposisi, dapat disimpulkan bahwa praanggapan merupakan suatu makna atau maksud tersirat dari tuturan dan belum diungkapkan kepada mitra tuturnya..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. 2.2.2.2 Tindak Tutur Austin serta Searle (1975 dalam Nadar, 2009:14) membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran. Ketiga ujaran tersebut adalah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Penjelasan mengenai jenis-jenis tindakan tersebut telah peneliti rangkum sebagai berikut. (1) Tindak lokusioner (locutionary) yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan makna kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata di dalam kamus (makna yang sesungguhnya) dan makna sintaksis kalimat menurut kaidah sintaksisnya. Secara singkat, tujuan dari tindak tutur ini untuk menyatakan sesuatu dan hanya bersifat informatif. Contoh: (a) Anjing merupakan binatang mamalia. (b) Kucing suka makan ikan. (c) Jari tangan manusia berjumlah sepuluh. (2) Tindak ilokusioner (illocutionary) yaitu tindak melakukan sesuatu. Dalam hal ini dibicarakan mengenai maksud, fungsi, atau daya ujar yang bersangkutan, serta bertanya “untuk apa ujaran itu dilakukan” atau “apa tujuan dari ujaran itu. Secara singkat, tindak ilokusioner adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan digunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh:.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. (a) Tono, rambutmu sudah panjang. Analisis: Dari segi lokusi, jika tuturan ini diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya, tuturan ini mempunyai tujuan memberitahu kepada Tono bahwa rambutnya sudah panjang. Dari segi ilokusi, tuturan. ini. mempunyai. tujuan. agar. Tono. memangkas. rambutnya karena sudah panjang. (b) Seminggu lagi kita akan menghadapi ujian, lho. Analisis: Dari segi lokusi, jika tuturan ini diucapkan oleh seorang guru kepada murid-muridnya, tuturan ini bertujuan untuk memberitahu bahwa seminggu lagi ujian akan dimulai. Namun, secara ilokusi, tuturan ini memiliki tujuan agar murid-murid belajar karena ujian sudah hampir tiba. (c) Awas, ada anjing! Analisisnya: Dari segi lokusi tuturan tersebut memiliki tujuan memberikan informasi bahwa di tempat tersebut ada anjing. Dari segi ilokusi, tuturan tersebut memiliki tujuan agar orang yang jalan di sekitar tempat itu untuk berhati-hati atau memilih jalan lain karena ada anjing. (3) Tindak perlokusioner (perlocutionary) yaitu tindak yang mengacu pada efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu. Dengan kata lain, suatu tuturan yang dapat memberikan efek bagi yang mendengarnya. Contoh:.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. (a) Tono, tulisanmu bagus sekali. Analisis: Dari segi ilokusi, tuturan ini bisa berarti pujian atau mengejek. Pujian jika memang benar tulisannya itu bagus, sehingga Tono akan merasa senang. Tetapi, akan menjadi ejekan apabila tulisannya itu tidak bagus, sehingga Tono akan merasa sedih atau malu. Efek senang dan sedih itulah yang disebut sebagai perlokusi. (b) Kemarin ibu aku sakit. Analisisnya: Tuturan ini diucapkan oleh Adi karena tidak dapat menghadiri undangan temannya. Dari segi ilokusi, tuturan ini memiliki makna untuk meminta maaf secara tidak langsung. Dari segi. perlokusi,. memiliki. maksud. agar. orang. yang. mengundangnya harap maklum dengan keadaan tersebut (turut simpati). (c) Aku sedang lelah. Analisisnya: Bayu meminta tolong kepada temannya untuk membantu mengerjakan tugas. Dari segi ilokusi, tuturan tersebut bertujuan untuk memberitahu bahwa yang dimintai tolong sedang lelah. Dari segi perlokusi, diharapkan Bayu tidak jadi meminta tolong untuk membantu mengerjakan tugasnya. Berdasarkan pada ketiga tindak tutur di atas, Searle mengembangkan teori tindak tuturnya dengan berpusat pada tindak ilokusioner (illocutionary). Searle.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. (Yule, 2006:92) mengklasifikasikan tindak tutur berdasarkan fungsinya ke dalam lima macam, yakni deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. (a) Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga tindak tutur isbati. Yang termasuk dalam tindak tutur jenis ini adalah tuturan dengan maksud memutuskan, membatalkan,. mengabulkan,. mengizinkan,. menggolongkan,. mengangkat, dan memaafkan. Contoh: (i) Saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2 di bidang Linguistik  tuturan memutuskan. (ii) Ayah tidak jadi membelikan adik sepeda terbaru  tuturan membatalkan. (b) Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Tindak tutur jenis ini disebut juga tindak tutur asertif. Yang termasuk tindak tutur jenis ini adalah tuturan mengungkapkan, mengakui, menuntut, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, melaporkan, dan sebagainya. Contoh: (i) Tina selalu unggul di kelasnya. Analisisnya: Kalimat pernyataan di atas menjadi tanggung jawab dari penutur. Menurut penutur, Tina memang selalu unggul di.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. kelasnya. Hal ini dibuktikan dengan Tina yang selalu mendapat nilai bagus di kelas. (ii) Bapak Gubernur telah meresmikan Gedung Olah Raga itu pada tanggal 30 Juni 2011. Analisisnya: Bapak Gubernur memang telah meresmikan Gedung Olah Raga tersebut. Ini bisa dibuktikan dengan penutur yang berada di lokasi saat peresmian gedung tersebut. (c) Ekspresif adalah jenis tindak tutur untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur ini disebut juga tindak tutur evaluatif. Yang termasuk dalam tindak tutur ini adalah jenis tuturan dengan maksud mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, mengkritik, dan sebagainya. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, kesengsaraan, dan lain sebagainya. Contoh: (i) Sudah kerja keras siang dan malam, tapi hasilnya tetap saja tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan  tuturan mengeluh. (ii) Semua ini gara-gara Yono, kelompok kita didiskualifikasi dari lomba ini!  tuturan menyalahkan. (d) Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur ini disebut juga tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. antara lain, tuturan dengan maksud meminta, mengajak, memaksa, menyarankan,. mendesak,. menyuruh,. menagih,. memerintah,. menantang, dan memberikan aba-aba. Contoh: (i) Mana, katanya mau traktir aku, nih  tuturan menagih. (ii) Belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas  memberikan aba-aba. (e) Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini dapat berupa tuturan dengan maksud mengucapkan. sumpah,. berjanji,. mengancam,. menyatakan. kesanggupan, dan berkaul. Contoh: (i) Jika nanti sore tidak hujan, saya akan main ke rumah Danang  tuturan berjanji. (ii) Kalau kamu tidak mendengarkan kata ibumu, lihat saja nanti  tuturan mengancam.. Tabel 2.1 Lima Fungsi Tindak Tutur Searle Tindak Tutur Deklarasi Representatif Ekspresif Direktif Komisif. Arah Penyesuaian Kata mengubah dunia Kata disesuaikan dengan dunia Kata disesuaikan dengan dunia Dunia disesuaikan dengan kata Dunia disesuaikan dengan kata. P= penutur X= situasi P menyebabkan X P meyakini X P merasakan X P menginginkan X P memaksudkan X.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. 2.2.2.3 Kesantunan Berbahasa Dalam berkomunikasi, akan lebih mudah dan nyaman untuk diterima apabila penutur menggunakan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Ada yang mengatakan bahwa bahasa merupakan cerminan pribadi dari seseorang. Oleh karena itu, seandainya penutur menggunakan bahasa yang sopan dan santun saat berkomunikasi, tidak peduli pada usia di bawah atau di atasnya, maka akan tercipta komunikasi yang baik dan mudah untuk diterima tanpa menimbulkan kekacauan. Yule (2006:104) menjelaskan bahwa sudah lazimnya apabila kita memperlakukan kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan atau etiket yang terdapat dalam budaya. Kesopanan dalam suatu komunikasi didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan agar lebih enak untuk diterima. Fraser (1990) menunjukkan adanya empat macam pandangan terkait kesantunan berbahasa mayarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, pandangan kesantunan yang berkaitan dengan norma-norma sosial (the socialnorm view). Kedua, pandangan kesantunan sebagai maksim percakapan (conversational maxim) dan sebagai sebuah upaya penyelamatan muka (facesaving). Ketiga, kesantunan berbahasa sebagai tindakan untuk memenuhi persyaratan agar terpenuhinya sebuah fakta kontrak percakapan (conversation contract). Keempat, kesantunan berbahasa dipandang sebagai sebuah indeks sosial (social indexing)..

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. Rustono (1997:71) mengemukakan teori kesantunan yang lebih difokuskan pada prinsip kesantunan (politeness principle), yakni yang mencakup sejumlah bidal atau pepatah yang berisi nasehat yang harus dipatuhi oleh penutur agar tuturan lebih santun. Bidal-bidal tersebut adalah: biaya (cost) dan keuntungan (benefit), celaan atau penjelekan (dispraise) dan pujian (praise), kesetujuan (agreement), serta kesimpatian dan keantipatian (simpathy/antipathy). Agar pesan dari penutur dapat sampai dengan baik kepada mitra tutur, maka diperlukan prinsip-prinsip kerjasama. Grice (1975) mengelompokkan prinsip-prinsip kerjasama dalam empat maksim, yakni: maksim kuantitas (the maxim of quantity), maksim kualitas (the maxim of quantity), maksim relevansi (the maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (the maxim of manner). Konsep lain mengenai prinsip kesantunan juga dicetuskan oleh Leech (1983) yang mengelompokkannya ke dalam enam maksim, yakni: maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaa, maksim pemufakatan, dan maksim simpati (Rahardi, 2005:59-60). Sementara itu, Brown dan Levinson (1978) mengemukakan mengenai kesantunan berbahasa yang menyangkut lima strategi, yakni: (1) melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa-basi, dengan mematuhi prinsip kerjasama Grice; (2) melakukan tindak tutur dengan kesantunan positif; (3) melakukan tindak tutur dengan kesantunan negatif; (4) melakukan tindak tutur secara off record; dan (5) tidak melakukan tindak tutur atau diam saja (Rustono, 1999:69-70)..

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. 2.2.2.4 Ketidaksantunan Berbahasa Ketidaksantunan berbahasa merupakan salah satu dari lima fenomena pragmatik. Pandangan mengenai ketidaksantunan berbahasa oleh Mariam A. Locher (2008:3) dipahami sebagai berikut, “... a behaviour that is faceaggravating in a particular context”. Dapat disimpulkan, ketidaksantunan berbahasa menunjuk pada perilaku penutur yang tidak “mengindahkan” muka (face-aggravating) pada situasi tertentu. Dalam pandangan Bousfield (Bousfield & Mariam A. Locher, 2008:3), ketidaksantunan berbahasa dipahami sebagai berikut, “the issuing of intentionally gratuitous and conflictive face-threatening acts (FTAs) that are purposefully performed”. Sementara itu, Culpeper Bousfield (Bousfield & Mariam A. Locher, 2008:3) memahami ketidaksantunan berbahasa sebagai “impoliteness, as I would define it, involves communicative behaviour intending to cause the “faces loss” of a target or perceived by the target to be so”. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori ketidaksantunan berbahasa adalah suatu perilaku dalam tuturan yang menimbulkan efek negatif bagi mitra tuturnya. Efek tersebut karena tidak digunakannya prinsip-prinsip kesantunan dalam berbahasa. 2.2.2.5 Deiksis Penafsiran seseorang mengenai suatu ujaran tergantung pada konteks, maksud penutur, dan ungkapan-ungkapan yang ditunjukkan melalui bahasa. Keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi tergantung pada pemahaman deiksis yang digunakan oleh seseorang..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. Deiksis merupakan istilah teknis dari bahasa Yunani yang berarti penunjukkan melalui bahasa. Deiksis mengacu pada bentuk yang terkait dengan konteks penutur (Yule, 2006:13-14). Konsep lain mengenai deiksis oleh Nadar (2009:54-55), yaitu seorang penutur yang berbicara mengenai laan tuturnya seringkali menggunakan kata-kata yang menunjuk baik pada orang, tempat, atau waktu. Levinson (1983:62) menyebutkan bahwa deiksis diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Nababan (1995:40) mengklasifikasikan deiksis ke dalam lima macam, yakni: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Jadi, deiksis merupakan penunjukkan melalui bahasa mengenai tuturan untuk menyampaikan maksud atau pesan kepada mitra tutur.. 2.2.3 Implikatur sebagai Fenomena Pragmatik Dalam. teori. implikatur. akan. dijelaskan. bagaimana. seseorang. mempergunakan suatu tuturan. Sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi atau pernyataan yang bukan merupakan bagian dari tuturan yang bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur (Wijana, 1996:36-37). Istilah implikatur (implicature) digunakan oleh Grice untuk menjelaskan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur (Brown dan Yule, 1996:31). Nababan (1987:28) menyatakan bahwa implikatur berkaitan erat dengan konvensi kebermaknaan yang terjadi dalam proses komunikasi..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. Levinson (dalam Rani, dkk., 2006:173) mengemukakan ada empat kegunaan konsep implikatur, yaitu: (a) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta yang tidak terjangkau oleh teori linguistik. (b) Dapat memberikan suatu penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa. (c) Dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama. (d) Dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora). Berdasarkan penjelasan mengenai implikatur di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa implikatur adalah sebuah kajian yang berusaha untuk menemukan maksud dari sebuah ujaran yang dinyatakan secara implisit oleh penutur.. 2.2.3.1 Implikatur Konvensional Implikatur konvensional merupakan implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang digunakan (Grice, 1975 dalam Rani, 2006:171-182). Menurut Yule (2006:78) implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerjasama atau maksim-maksim. Sementara itu, Lusia (2011:29) memahami implikatur konvensional memiliki makna yang bersifat lebih lama, tidak seperti implikatur percakapan yang hanya memiliki makna temporer, yakni suatu makna.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. yang hanya ada saat terjadi percakapan pada situasi tertentu. Secara singkat, implikatur konvensional adalah sebuah tuturan yang memiliki arti paten pada suatu daerah tertentu. Agar dapat memahami implikatur konvensional, perhatikan contoh di bawah ini: (a) Si Tigor orang Medan, jadi nada bicaranya seperti orang marahmarah. (b) Masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di pedalaman mengalami buta aksara. Implikatur tuturan (a) menyatakan bahwa nada bicara Tigor seperti orang yang sedang marah merupakan konsekuensinya sebagai orang Medan. Jika Tigor bukan orang Medan, tentu tuturan tersebut tidak berimplikatur bahwa nada bicara Tigor seperti orang marah karena ia orang Medan. Pada tuturan (b) menyatakan bahwa masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di pedalaman belum bisa membaca dan menulis. Buta aksara sudah diketahui maknanya oleh masyarakat sebagai belum bisa membaca dan menulis.. 2.2.3.2 Implikatur Non-konvensional/Implikatur Percakapan Implikatur percakapan memiliki lebih banyak pengertian dan makna. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap sesuatu yang dimaksudkan sangat bergantung pada konteks (situasi) terjadinya percapakan. Implikatur percakapan ini hanya memiliki makna yang temporer, yaitu makna yang hanya terjadi ketika percakapan tersebut terjadi..

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. Dalam suatu dialog, sering terjadi bahwa seorang penutur tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin diucapkan justru “disembunyikan” atau diucapkan secara tidak langsung. Perhatikan contoh berikut. (c) P1: “Selamat siang, Pak! Apakah Bapak puas dengan pelayanan kami semalam?” P2: “Ya, saya sangat puas.” Percakapan di atas terjadi antara P1 dan P2 pada sebuah bagian reservasi di hotel. P1 menanyakan pada mitra tuturnya (P2) mengenai kepuasan menikmati layanan di hotel. Dikatakan memiliki makna yang temporer karena peristiwa ini hanya terjadi saat itu, pada orang yang mengalami, dan di tempat terjadinya peristiwa itu. Jika tuturan tersebut diulang, maka maksud yang ingin disampaikan tidak akan sama seperti saat tuturan tersebut diungkapkan di hotel. Implikatur percakapan merupakan implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan yang timbul sebagai terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Menurut Grice (1975:43) dan Gazdar (1979:38), implikatur percakapan adalah pernyataan implikatif, yakni apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur, berbeda dari apa yang dikatakan dalam ucapannya. Sementara itu, Purwo (1990:20) menyatakan bahwa implikatur percakapan adalah hubungan atau keterkaitan antartuturan penutur dengan mitra tutur yang maknanya tidak terungkap secara literalpada tuturan itu sendiri. Pandangan lain mengenai implikatur percakapan oleh Grice (1975 dalam Rani, 2006:171) yang menambahkan bahwa implikatur percakapan mengutip.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. prinsip kerjasama atau kesepakatan bersama, yakni bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling terkait. Yule (2006:70-75) menjelaskan bahwa implikatur percakapan dibagi menjadi dua macam, yakni implikatur percakapan umum dan implikatur percakapan khusus. Implikatur percakapan umum adalah implikatur yang memperhitungkan makna tambahan. Implikatur percakapan khusus adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pembaca mengasumsikan informasi secara lokal. Selain itu, ada juga implikatur percakapan berskala yang masih termasuk dalam. implikatur. percakapan. umum.. Implikatur. percakapan. berskala. memperhitungkan sebuah kata yang mengandung skala jumlah atau kjuantitas, karena penggunaannya akan mempengaruhi maksud yang dituturkan. Skala nilai adalah tingkatan kuantitas yang dilambangkan oleh sebuah kata seperti, semua, banyak, sebagian besar, beberapa, sedikit, dan lain sebagainya. Perhatikan contoh di bawah ini. (d) Dea sedang memilih beberapa jenis kain untuk dijadikan baju. (e) Semua mahasiswa PBSI angkatan 2008 harus lulus pada bulan Mei 2015. Implikatur percakapan berskala dalam tuturan (d) ditandai dengan adanya penggunaan kata beberapa yang berarti kain yang akan dipilih Dea tidak lebih dari kata banyak. Implikaturnya adalah, kain yang akan dibeli Dea tidak banyak. Kemudian dala tuturan (e) menggunakan kata semua. Penutur ingin mengatakan bahwa mahasiswa PBSI angkatan 2008 harus lulus tanpa ada yang tersisa..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. 2.2.4 Konteks Dalam memahami suatu ujaran yang dikatakan seseorang, pendengar, atau pembaca diperlukan adanya konteks untuk menjelaskan atau mengartikan dari ujaran atau pernyataan seseorang. Teks, konteks, dan wacana merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena bahasa selalu berada dalam konteks, dan tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi, dan sebagainya (Eriyanto, 2009:9). Dalam buku yang berjudul Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing oleh Sobur, menerangkan bahwa konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan lain sebagainya. Mey (1994:39) mengartikan: “... context is more than a matter of reference and for understanding what things are about, practically speaking. Context is also what gives our utterances their deeper meaning”. Jadi, konteks menjadi suatu “alat” yang penting dalam sebuah tuturan, karena konteks dapat memberikan arti yang lebih dari sekadar tuturannya. Melalui konteks, sebuah tuturan dapat memberikan arti yang lebih jelas. Verschueren (1998:76) menyebutkan empat dimensi konteks yang sangat mendasar dalam memahami makna sebuah tuturan. Apa yang disampaikan oleh seorang utterer (penutur) kepada interpreter (lawan tutur). Keempat dimensi.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. tersebut yaitu: (a) linguistic context (konteks linguistik), (b) physical world of the utterance (latar belakang fisik), (c) social world of the utterance (latar belakang sosial), dan (d) mental world of the utterance (latar belakang mental). Malinowsky pada tahun 1932, berbicara mengenai konteks yang berdimensi situasi (context situation). Malinowsky menggatakan (mengutip dari Vershueren, 1998:75) konteks sebagai: “exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistucs context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context situation”. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya konteks situasi menjadi suatu yang mutlak dalam sebuah tuturan agar tuturan tersebut benar-benar bermakna. Leech (1983) menjelaskan bahwa dalam suatu tuturan mengandung beberapa aspek. Leech membaginya ke dalam lima aspek tutur (speech situation). Kelima aspek tersebut adalah: (1) Speaker and Hearer (penutur dan pedengar), aspek ini dikatakan berdekatan dengan dimensi usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, latar belakang kultur, latar belakang sosial, latar belakang ekonomi, dan jugha latar belakang fisik, psikis atau mental. (2) Setting (Latar), pada aspek kedua ini mencakup sejumlah seting waktu dan tempat (spasio-temporal setting) bagi terjadinya sebuah pertuturan. Aspek waktu, tempat, dan fisik serta aspek-aspek sosial lainnya tidak adapat dipisahkan..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. (3) Tujuan tuturan. Sebuah tuturan akan selalu mengandung maksud dan tujuannya. Jadi, dalam prgamatik, bertutur selalu berorientasi pada tujuan dan maksud. (4) Tindak verbal (verbal acts). Inilah yang menjadi titik fokus pada kajian pragmatik. Seperti yang disampaikan oleh Leech (1983) bahwa tuturan itu harus selalu dianggap sebagai tindak verbal. (5) Produk tindak verbal. Dalam hal ini, sebuah tuturan dapat mempengaruhi lawan tutur untuk melakukan sesuatu melalui ujaran yang disampaikan oleh penutur. Dell Hymes dalam Nababan (1991:7) lebih terperinci menjelaskan mengenai konteks wacana atau konteks komunikasi. Hymes mengartikan konteks komunikasi sebagai unsur-unsur nonverbal yang mempengaruhi suatu proses komunikasi. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan singkatan SPEAKING, yang meliputi: (1) Setting and scene, yaitu latar dan suasana. (2) Participants (peserta tuturan), yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik langsung maupun tidak langsung. (3) Ends (hasil), yaitu hasil atau tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur (ends as outcomes) dan tujuann akhir pembicaraan itu sendiri (ends in views goals). (4) Act sequences (pesan/amanat) terdiri dari bentuk pesan (message form) dan isi pesan (message content)..

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. (5) Key meliputi cara, nada, sikap, atau semangat dalam melakukan percakapan. Semangat percakapan antara lain: serius, santai, akrab, dan laion sebagainya. (6) Instrumentalities (sarana) yaitu sarana percakapan, maksudnya dengan media apa percakapan tersebut disampaikan. (7) Norms (norma) menunjuk pada norma atau aturan yang membatasi percakapan. (8) Genres (jenis) yaitu jenis atau bentuk wacana. Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa konteks dapat memberikan arti yang lebih dalam akan suatu hal daripada hanya mendengar atau membaca dari tuturannya saja. Konteks dapat menjelaskan suatu ujaran dengan lebih terperinci. 2.2.5 Pojok Pojok adalah lajur di sudut surat kabar tempat karangan pendek, berisikan hal-hal yang humoris, tetapi mengandung kritik atau sindiran (KBBI, 2008:1087). Pojok merupakan salah satu rubrik yang ditempatkan atau diletakkan pada sudut kanan atau bawah, tetapi ada juga yang ditulis pada sisi bawah kiri atau kanan. Menurut Umi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pojok adalah sudut, penjuru, tempat pertemuan dua garis; lajur di sudut surat kabar tempat tulisan singkat dan padat. Menurut Naomi (1996:287), pojok merupakan jendelanya sebuah penerbitan. Pojok memiliki dua karakteristik, yaitu (1) umumnya tidak memiliki kesan serius, dan (2) pojok bisa menjadi siapa saja di antara kita. Pojok memiliki.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. kesan sebagai suara pinggiran atau arus bawah dalam sebuah media cetak (koran), sebab ruangnya yang kecil dan tema-tema tidak penting yang kadang diangkatnya. Pojok merupakan ide yang dicetuskan oleh redaksi surat kabar dan biasanya akan diberikan nama tertentu untuk pojok tersebut. Pemberian nama untuk pojok bertujuan sebagai penanda atau ikon dalam surat kabar. Pojok yang terdapat dalam surat kabar berisi kritik, fakta, ataupun opini mengenai sebuah peristiwa atau kejadian yang berkembang pada saat itu. Pemilihan kata yang digunakan untuk membuat pojok antara media cetak (koran) yang satu dan yang lainnya berbeda. Dari rangkaian kata yang mudah dipahami hingga yang rangkaian kata di mana pembaca harus membuka kamus untuk mengerti artinya. Pemberian nama untuk kolom pojok juga berbeda, sebagai contoh: Rehat untuk harian umum Republika, Mang Usil untuk surat kabar KOMPAS, Mat Cawang untuk harian umum Sinar Harapan, Mr. Pecut untuk Jawa Pos, Nuwun Sewu untuk surat kabar SOLOPOS, Sirpong untuk surat kabar Suara Merdeka, dan lain sebagainya. Persamaan antara kolom pojok yang satu dengan yang lainnya terletak pada gaya bahasa yang digunakan, yakni berupa sindiran dan makna yang dihasilkan berupa kritik, saran, atau hanya sekadar informasi. Pojok merupakan seruan kritik atau opini di mana penyampaiannya dikemas secara singkat. 2.2.6 Surat Kabar Surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita dan sebagainya, koran (KBBI, 2005:1109). Surat kabar adalah pemberitaan tercetak yang diterbitkan dan dijual secara tetap (Siddle, 1975:2)..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. Berdasarkan terbitnya, surat kabar dibagi menjadi dua, yaitu surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari, sedangkan surat kabar mingguan adalah surat kabar yang terbit seminggu sekali. Berdasarkan peredarannya, surat kabar dibagi menjadi dua, yaitu surat kabar lokal dan surat kabar nasional. Surat kabar lokal adalah surat kabar yang hanya diterbitkan pada daerah tertentu saja, sedangkan surat kabar nasional adalah surat kabar yang diedarkan secara luas hingga ke penjuru tanah air. Surat kabar memiliki tiga tujuan, yaitu: (a) memberikan berita kepada para pembaca, kapan saja dan di mana saja; (b) surat kabar berusaha mengartikan sebuah berita dengan memberikan ulasan, pendapat orang terkait, dan menjabarkan fakta-fakta; dan (c) surat kabar juga bertujuan untuk memberikan hiburan kepada para pembacanya, seperti gambar-gambar, karikatur, dan cerita yang menarik. 2.3 Kerangka Berpikir Berdasarkan perincian teori di atas, peneliti menyusun kerangka berpikir sebagai dasar untuk memudahkan dalam mengklasifikasikan dan menganalisis rumusan masalahnya. Penelitian ini meneliti pojok yang terdapat di dalam surat kabar KOMPAS edisi Juli – September 2014. Fenomena yang terdapat dalam ilmu pragmatik terdiri dari: praanggapan (presupposition), tindak tutur (speech act), kesantunan berbahasa (politeness language), ketidaksantunan berbahasa (impoliteness language), deiksis (deixis),.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. dan implikatur (implicature). Aspek yang digunakan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada aspek tindak tutur dan implikatur. Aspek tindak tutur adalah bagaimana seseorang tidak semata-mata menggunakan kalimat hanya untuk menyampaikan sesuatu, namun terdapat tindakan dalam ujarannya tersebut, sedangkan aspek implikatur adalah maksud yang tersirat (terkandung) dalam sebuah ujaran. Atas dasar teori tersebut, jika digambarkan dalam bagan kerangka berpikir penelitian akan tersusun sebagai berikut. Bagan 2.1 Kerangka Berpikir. Tuturan Pojok Surat Kabar KOMPAS Edisi Juli – September 2011. Teori Implikatur. Jenis Tindak Tutur. Konteks. Hasil Analisis. Kesimpulan.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini terdiri dari enam subbab, yaitu: jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi data. Keenam hal tersebut akan dijelaskan secara terperinci dalam subbab berikut ini. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode kualitatif. Syamsudin (2007:74) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah untuk menganalisis objek kajian agar diperoleh informasi pelaku, perasaan, ide, bentuk pemikiran, serta dapat menghasilkan sebuah teori. Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan, yakni: pertama, peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata (eye witness). Kedua, data pustaka bersifat siap pakai (ready mode). Ketiga, data pustaka umumnya sumber sekunder, artinya peneliti memperoleh data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, berhadapan dengan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis.. 37.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Bogdant dan Tylor, 1975 dalam Moleong (2002:3)). Penelitian ini bersifat deskriptif karena peneliti akan mendeskripsikan implikatur apa saja yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS edisi Juli – September 2011. 3.2 Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data dalam penelitian ini adalah surat kabar KOMPAS yang terbit pada bulan Juli sampai September 2011. Sumber data itu termasuk sumber data sekunder, yaitu berupa data teks yang terdapat dalam pojok surat kabar KOMPAS edisi Juli – September 2011. Data sekunder secara umum berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun rapi dalam sebuah arsip yang dapat dipublikasikan atau tidak dapat dipublikasikan. Di samping itu, peneliti juga menggunakan buku-buku lain yang berhubungan dengan kajian ilmu pragmatik dan implikatur untuk mendeskripsikan penelitian ini. Sudaryanto (1988:10) menjelaskan bahwa data penelitian adalah bahan penelitian itu sendiri. Data dalam penelitian ini peneliti mengambil data berupa pojok yang terdapat dalam surat kabar KOMPAS edisi bulan Juli – September 2011..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah fasilitas atau alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Dalam arti lebih cermat, cepat, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis data, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2007:168). Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan penelitian sendiri dalam menganalisis data pojok tersebut dengan berbekal ilmu Pragmatik dan Linguistik. Berikut ada beberapa rambu-rambu dalam pengumpulan data pojok tersebut, yaitu: (a) tuturan yang terdapat dalam pojok yang diduga mengandung implikatur dan menyertakan konteks di bawah data pojok dan (b) peneliti menginventaris pojok berdasarkan jenis tindak tutur. Berikut ada beberapa syarat bahwa peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data (Moleong, 2006:169): (1) Responsif artinya, peneliti bersifat interaktif terhadap orang dan lingkungan. (2) Dapat menyesuaikan diri artinya, sikap menyesuaikan terhadap keadaan dan situasi pengumpulan data. (3) Menekankan keutuhan artinya, peneliti berkepentingan dengan konteks dalam keadaan utuh..

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. (4) Mendasarkan diri atas pengetahuan, artinya peneliti sebagai pengumpul data dengan menggunakan berbagai metode. (5) Memproses secepatnya artinya, peneliti setelah mendapatkan data segera diproses secepatnya. (6) Memanfaatkan. kesempatan. untuk. mengklarifikasikan. dan. mengikhitisarkan artinya, peneliti mempunyai kemampuan lebih dalam, menghaluskan, atau menguji silang informasi yang mulanya meragukan baginya.. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 1990:134). Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang tersusun rapi dan sistematis guna memperoleh data penelitian yang dibutuhkan. Penelitian ini mengharuskan peneliti untuk selalu membaca dan mencatat data yang berupa tulisan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik simak, yaitu dengan menyimak data berupa tuturan tertulis dalam pojok surat kabar KOMPAS edisi bulan Juli – September 2011. Teknik catat juga diperlukan dalam penelitian ini guna mencatat deskripsi percakapan, sehingga peneliti dapat menganalisisnya berdasarkan berita yang terbit pada hari itu atau berita yang masih ada hubungannya dengan pojok. Teknik catat dalam penelitian ini dimulai dengan menginventarisasi setiap data yang telah.

Gambar

Tabel 1: Lima Fungsi Tindak Tutur Searle  ....................................................
Tabel 2.1 Lima Fungsi Tindak Tutur Searle
Tabel 3.1 Tabel Data Pojok beserta Wujud dan Jenis Implikatur  No.  Data Mang Usil  Wujud
Tabel 5.1 Wujud dan Maksud Implikatur
+2

Referensi

Dokumen terkait

ternormalisasi berdasarkan nilai hasil belajar ( pretest dan postest ) adalah 0,6 termasuk kriteria sedang, hal tersebut berarti keefektifan media digunakan sebagai

Tujuan khususnya ialah: (1) menganalisis faktor manusia pada kesiapsiagaan safety driving pengemudi mobil pribadi di rute Tol Cipali; (2) menganalisis faktor

This work discusses influences of Heidegger’s ontology and Nietzsche’s overman in the main character in Sartre’s The Flies since interpretations of this play are dominated either

akan menjadi sumber protein yang jauh lebih baik dari. pada protein

Puji syukur atas kasih yang telah diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul : “KONSUMSI IKAN ASIN LAYUR

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat ada beberapa masyarakat yang melakukan penyimpangan terhadap pelaksanaan rujuk yang mana tidak sesuai dengan yang tercatat

1) Pemasaran menurut Fisk (1969) adalah segala usaha bisnis sehingga dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang diinginkan oleh semua konsumen.. 2) Pemasaran menurut

Kesalahan ini disebabkan karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia(personal) itu sendiri, seperti dalam pembacaan skala alat ukur serta kesalahan dalam penaksiran