• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya saing industri semen Indonesia periode 1978 - 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis daya saing industri semen Indonesia periode 1978 - 2005"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

PRISTIA WIDAYUNITA. Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005 (dibimbing oleh SRI MULATSIH).

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada sangat ketatnya persaingan dan cepat terjadinya perubahan lingkungan usaha. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Industri semen merupakan salah satu industri pengolahan non migas yang strategis diproduksi di Indonesia karena merupakan faktor penting dalam pembangunan fisik nasional. Komoditas semen merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak dan belum ada substitusinya. Pengembangan industri semen sebagai industri pengolahan strategis harus memiliki perencanaan pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang serta memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar domestik dan dipasar internasional. Kemajuan industri semen telah menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan nasional dan menjadi andalan dalam penciptaan kesempatan kerja.

(3)

Oleh

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Pristia Widayunita

Nomor Registrasi Pokok : H14103090 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978 - 2005

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 131 849 397

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(5)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pristia Widayunita lahir pada tanggal 13 September 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan H. Puwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH. Jenjang penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan pendidikan pada TK Islam Flamboyan pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Karang Tengah 2 dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 3 Tangerang dan lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan ke SMU Yadika 5 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 2003.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005”. Daya saing merupakan topik yang sangat menarik karena menunjukkan perkembangan suatu industri dalam menjalankan perekonomian di pasar domestik dan di pasar internasional yang diharapkan berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi jangka panjang serta menyerap tenaga kerja. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta penulis yaitu H. Purwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH, kakak tersayang Mas Dayu, adik tersayang Dek Annisa beserta keluarga besar atas doa, bimbingan, kesabaran, dukungan dan pengorbanannya.

2. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu, kesabaran, masukan, arahan, motivasi selama bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. M. P Hutagaol, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji

dan memberikan masukan serta kritik yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Jaenal Effendi, MA selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

(8)

ii

6. Tim TU Departemen IE Mba Atik, Mas Anto, Mas Dede, Mas Anwar, Mas Ryan, Pak Cecep dan TU Fakultas Ekonomi dan Manajemen Pak Yadi atas dukungan dan bantuan selama proses persiapan seminar dan sidang.

7. Pak Ircham di Asosiasi Semen Indonesia, bapak-ibu di Badan Pusat Statistik atas dukungan dan bantuan selama proses pengambilan data.

8. My Best Friends Aji, Heri, Bunda, Weni, Ratih, Wiwit, Mimi, Yogi, dan Suma atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

9. Teman-teman IE 40 Beby, Onye, Suma, Berry, Rama dan teman-teman seperjuangan yang tidak disebutkan satu persatu atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

10. Jejaka tampan di Kalingga Decky, Ope dan wanita Tiamo Astri, Indah, Puspi dan teman-teman di IPB non departemen Ilmu Ekonomi yang tidak disebutkan satu persatu atas doa dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

11. Tim KJK IPB Mba Sarah, Mba Tari, Mba Tanti, Mas Wahyu, Mas Pipip dan teman-teman Tim Volunter KJK IPB atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

(9)

Halaman

2.1.7. Faktor-faktor penduga yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 23

2.1.8. Teori Tenaga Kerja ... 27

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 28

2.3. Kerangka Pemikiran ... 31

(10)

iv

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 77

(11)

OLEH

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

PRISTIA WIDAYUNITA. Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005 (dibimbing oleh SRI MULATSIH).

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada sangat ketatnya persaingan dan cepat terjadinya perubahan lingkungan usaha. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Industri semen merupakan salah satu industri pengolahan non migas yang strategis diproduksi di Indonesia karena merupakan faktor penting dalam pembangunan fisik nasional. Komoditas semen merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak dan belum ada substitusinya. Pengembangan industri semen sebagai industri pengolahan strategis harus memiliki perencanaan pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang serta memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar domestik dan dipasar internasional. Kemajuan industri semen telah menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan nasional dan menjadi andalan dalam penciptaan kesempatan kerja.

(13)

Oleh

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Pristia Widayunita

Nomor Registrasi Pokok : H14103090 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978 - 2005

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 131 849 397

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(15)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pristia Widayunita lahir pada tanggal 13 September 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan H. Puwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH. Jenjang penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan pendidikan pada TK Islam Flamboyan pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Karang Tengah 2 dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 3 Tangerang dan lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan ke SMU Yadika 5 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 2003.

(17)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005”. Daya saing merupakan topik yang sangat menarik karena menunjukkan perkembangan suatu industri dalam menjalankan perekonomian di pasar domestik dan di pasar internasional yang diharapkan berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi jangka panjang serta menyerap tenaga kerja. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta penulis yaitu H. Purwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH, kakak tersayang Mas Dayu, adik tersayang Dek Annisa beserta keluarga besar atas doa, bimbingan, kesabaran, dukungan dan pengorbanannya.

2. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu, kesabaran, masukan, arahan, motivasi selama bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. M. P Hutagaol, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji

dan memberikan masukan serta kritik yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Jaenal Effendi, MA selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

(18)

ii

6. Tim TU Departemen IE Mba Atik, Mas Anto, Mas Dede, Mas Anwar, Mas Ryan, Pak Cecep dan TU Fakultas Ekonomi dan Manajemen Pak Yadi atas dukungan dan bantuan selama proses persiapan seminar dan sidang.

7. Pak Ircham di Asosiasi Semen Indonesia, bapak-ibu di Badan Pusat Statistik atas dukungan dan bantuan selama proses pengambilan data.

8. My Best Friends Aji, Heri, Bunda, Weni, Ratih, Wiwit, Mimi, Yogi, dan Suma atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

9. Teman-teman IE 40 Beby, Onye, Suma, Berry, Rama dan teman-teman seperjuangan yang tidak disebutkan satu persatu atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

10. Jejaka tampan di Kalingga Decky, Ope dan wanita Tiamo Astri, Indah, Puspi dan teman-teman di IPB non departemen Ilmu Ekonomi yang tidak disebutkan satu persatu atas doa dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

11. Tim KJK IPB Mba Sarah, Mba Tari, Mba Tanti, Mas Wahyu, Mas Pipip dan teman-teman Tim Volunter KJK IPB atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

(19)

Halaman

2.1.7. Faktor-faktor penduga yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 23

2.1.8. Teori Tenaga Kerja ... 27

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 28

2.3. Kerangka Pemikiran ... 31

(20)

iv

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 77

(21)

5.2.2. Estimasi Model ... 78

5.3. Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 85

5.3.1. Uji Ekonometrika ... 85

5.3.2. Estimasi Model ... 86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

6.1 Kesimpulan ... 92

6.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha ... 3 1.2. Perkembangan Produksi dan Ekspor Semen Indonesia ... 5 3.1. Pengujian Order ... 42 3.2. Pengujian Rank ... 43 4.1. Produsen Semen Nasional ... 52 4.2. Perkembangan Kapasitas Semen, tahun 2000-2005 ... 53 4.3. Perkembangan Produksi Semen, tahun 2000-2005 ... 54 4.4. Perkembangan Konsumsi Semen, tahun 1996-2005 ... 57 4.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Semen, tahun 1996-2005 ... 59 4.6. Jumlah Tenaga Kerja Industri Semen, tahun 1998-2003 ... 60 5.1. Daya Saing Industri Semen Indonesia, tahun 1978-2005 ... 66 5.2. Hasil Perhitungan Indeks RCA Pada Industri Semen Indonesia ... 73 5.3. Parameter Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri

Semen Indonesia ... 79 5.4. Parameter Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap

(23)
(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Perhitungan Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia

dengan Menggunakan RCA ... 97 2. Hasil Perhitungan Indeks RCA Pada Industri Semen Indonesia di Pasar

Dunia ... 98 3. Data Nominal Periode 1978-2005 ... 99 4. Data Riil Periode 1978-2005 ... 100 5. Data Determinan Daya Saing Industri Semen Indonesia dan Pengaruh

Daya Saing Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 101 6. Hasil Estimasi Parameter Model Struktural Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 103 7. Uji Autokorelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing

Industri Semen Indonesia ... 103 8. Uji Heteroskedastisitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya

Saing Industri Semen Indonesia ... 103 9. Uji Normalitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 104 10. Hasil Estimasi Parameter Model Struktural Pengaruh Daya Saing

Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 104 11. Uji Autokorelasi Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 105 12. Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 105 13. Uji Normalitas Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia

(25)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi menduduki peran yang sangat penting bagi negara-negara di seluruh dunia, dimana dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, pembangunan ekonomi jangka panjang mempunyai sasaran untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri. Pembangunan jangka panjang tersebut diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang pada industri maju dan pertanian yang tangguh.

Pembangunan ekonomi juga dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan perbaikan taraf kehidupan masyarakat. Proses pembangunan ekonomi merupakan satu masalah kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menyadari akan hal ini, pembangunan di segala bidang sangat penting dan harus terus dilakukan.

(26)

2

pertumbuhannya harus mampu menjadi penggerak bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya.

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam memajukan sebuah perekonomian. Produk-produk industri selalu memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang tinggi atau menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (produsen, penyalur, pedagang dan investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik. Berusaha dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia, tidak terlalu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca.

(27)

Sektor industri juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya kontribusi sektor industri terhadap negara melalui PDB dibandingkan dengan kontribusi sektor lainnya dan menggeser sektor pertanian (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2000, 2004-2005 (Persen)

No Lapangan Usaha 2000 2004 2005 Trend Rata-Rata 3 Industri Pengolahan 24.90

(-) 6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.

* angka dalam ( ) merupakan trend.

(28)

4

semen merupakan komoditas yang strategis dalam pembangunan dan merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Selain itu, industri ini merupakan salah satu industri strategis yang diproduksi di Indonesia karena merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional dalam bentuk fisik. Oleh karena itu, peran serta campur tangan pemerintah sangat besar terhadap komoditas semen.

Industri semen di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada tahun 2007 dari sisi produksi dan mampu memenuhi kebutuhan nasional. Hal ini disebabkan sejak tahun 2005, proyek infrastruktur mulai berjalan, rehabilitasi dan rekonstruksi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara, menyusul rekonstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) serta pembangunan properti di wilayah lain. Oleh karena itu pengadaan semen yang berkesinambungan mutlak diperlukan agar pembangunan sektor konstruksi dapat berlanjut karena komoditi semen ini belum ada substitusinya.

(29)

Tabel 1.2 Perkembangan Produksi dan Ekspor Industri Semen di Indonesia, tahun

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2006

Peningkatan ekspor semen pada tahun 2005 sebesar 11.6 persen harus dapat dipertahankan dimasa mendatang bahkan ditingkatkan agar industri ini tetap memiliki daya saing di pasar internasional. Daya saing sektor industri ditentukan oleh besarnya pangsa pasar suatu perusahaan satu dengan perusahaan lain. Selain itu, daya saing dapat dilihat dari total ekspor komoditi suatu industri dari tahun ke tahun. Daya saing industri digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan industri tersebut dibandingkan dengan industri pesaing dan industri lain yang ada di suatu negara.

(30)

6

1.2. Perumusan Masalah

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada sangat ketatnya persaingan dan cepat terjadinya perubahan lingkungan usaha. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar negeri maupun didalam negeri harus dilakukan secara optimal. Pembangunan industri yang diharapkan menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional di masa yang akan datang dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang harus memiliki daya saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar internasional.

(31)

Memasarkan produk semen di luar negeri berbeda dengan memasarkan produk semen di dalam negeri. Pemasaran di luar negeri sangat kompetitif sehingga hanya industri yang memiliki pengusaha yang ulet dan mempunyai daya saing tinggi akan menang dalam persaingan internasional dan dapat merebut pasar. Daya saing yang tinggi dalam berbagai bidang merupakan salah satu faktor penting dalam perdagangan internasional. Daya saing komoditi semen dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi semen pada kondisi pasar yang tetap.

Dari struktur industri pengolahan yang ada diketahui bahwa lebih dari 60 persen output industri bersifat industri padat karya sehingga tidak mudah untuk menciptakan peningkatan nilai tambah. Industri semen ini menyerap tenaga kerja sehingga peranannya dalam perekonomian Indonesia menjadi sangat penting.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005 ? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi daya saing industri semen

Indonesia periode 1978-2005 ?

3. Bagaimana pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja periode 1978-2005 ?

1.3. Tujuan Penelitian

(32)

8

1. Menganalisis daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen

Indonesia periode 1978-2005.

3. Menganalisis pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja periode 1978-2005.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi tentang perkembangan daya saing industri semen, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen serta pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja. 2. Memberikan saran bagi pemerintah Indonesia sebagai pembuat kebijakan

dalam mengontrol kinerja industri semen di Indonesia.

3. Memberikan kesempatan belajar bagi penulis dan sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(33)
(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Teori Globalisasi

Globalisasi adalah kata yang paling sering digunakan dalam berbagai diskusi mengenai pembangunan, perdagangan dan ekonomi politik internasional. Seperti yang tersirat dalam kata itu sendiri, globalisasi merupakan proses yang menyatukan berbagai perekonomian dunia, menyebabkan terciptanya perekonomian global dan semakin banyaknya pembuatan keputusan ekonomi global, misalnya melalui berbagai lembaga internasional seperti World Trade Organization (WTO). Tetapi dalam makna ekonomi, intinya globalisasi adalah semakin terbukanya perekonomian terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional dan penanaman modal asing langsung yang mempunyai dampak lebih besar pada masyarakat di negara-negara berkembang.

(35)

2.1.2. Teori Pembangunan

Pembangunan adalah suatu usaha dalam jangka panjang, lajunya dipelihara dengan kebijakan-kebijakan yang sekaligus harus dituju kepada perubahan mendasar dan dapat dilaksanakan dalam jangka pendek. Todaro (2004) dalam buku Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh suatu negara dengan tujuan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi atau merupakan sebuah proses yang mendorong GNP per kapita, meningkatkan pendapatan masyarakat dalam periode waktu yang panjang. Selain itu, pembangunan ekonomi sebagai suatu upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat merupakan satu masalah yang sangat kompleks, karena dalam pembangunan ekonomi banyak faktor yang mempengaruhinya. Unsur penting dari pembangunan ekonomi adalah :

1. Pembangunan ekonomi mengandung suatu proses perubahan yang terus-menerus.

2. Pembangunan ekonomi berupaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita atau GNP per kapita masyarakat.

3. Upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita tersebut harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

2.1.3. Teori Perdagangan Internasional

(36)

12

kebetulan berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak secara bebas menentukan untung dan rugi dari pertukaran tersebut. Perdagangan akan terjadi apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan. Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan negara sedang berkembang. Manfaat perdagangan internasional adalah :

1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting, dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan pasar dunia bagi produk yang apabila tanpa pasar maka negara-negara miskin tidak dapat berkembang.

2. Perdagangan mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan sumberdaya dunia dan setiap negara lebih efisien (meningkatkan upah relatif di negara yang buruhnya berlimpah dan menurunkan upah itu di negara-negara yang kekurangan tenaga kerja).

(37)

4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya poduksi internasional menentukan sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi kesejahteraan nasionalnya. Semua negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dalam kebebasan pasar tersebut.

5. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diperlukan adanya kebijaksanaan internasional yang berpandangan keluar. Dalam semua keadaan, kepercayaan pada kekuatan sendiri berdasarkan isolasi sebagian atau sepenuhnya secara ekonomis dianggap kurang baik dibandingkan dengan pemerataan dalam perdagangan bebas yang tidak terbatas.

(38)

14

Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga yang terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997).

2.1.3.1. Teori Merkantilisme

Dalam melakukan perdagangan internasional, suatu negara harus lebih banyak melakukan ekspor daripada mengimpor barang. Surplus perdagangan yang dialami oleh suatu negara akan meningkatkan cadangan emas yang dimiliki negara tersebut. Pada masa itu alat tukar yang digunakan adalah logam mulia (emas dan perak). Agar surplus perdagangan terjadi maka negara harus membatasi impor dan mendorong ekspor. Untuk menekan impor, setiap negara memberlakukan berbagai hambatan perdagangan yang dikenakan pada barang-barang dari luar negeri.

2.1.3.2. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith)

(39)

terhadap negara mitra dagangnya. Dipihak lain, negara akan mengimpor komoditas yang memiliki ketidakunggulan absolut. Jadi, negara akan berspesialisasi memproduksi barang yang menjadi keunggulan absolut untuk ditukar dengan komoditi yang tidak memiliki keunggulan absolut. Dengan proses seperti itu, alokasi sumberdaya dapat dilakukan lebih efisien dan output yang dihasilkan kedua negara akan meningkat sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang itu akan meningkat.

2.1.3.3. Teori Keunggulan Komparatif

David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1817 yang berisi penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek. Menurut hukum keunggulan komparatif, “meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif)” (Salvatore, 1997).

(40)

16

pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi, “meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak, kecuali jika kerugian absolut (salah satu negara) pada kedua komoditi tersebut memiliki proporsi yang sama” (Salvatore, 1997).

2.1.3.4. Keunggulan Kompetitif

Atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional (Porter, 2005) adalah :

1. Kondisi faktor input, yaitu posisi suatu negara berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut adalah biaya tenaga kerja yang berlaku, biaya input produksi, jumlah tenaga kerja, etika kerja, mutu dan lokasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal dan sumberdaya infrastruktur.

2. Kondisi permintaan, yaitu sifat dan kondisi permintaan (mutu permintaan domestik dan produktivitas) dari negara asal bagi produk atau jasa industri sangat penting bagi keunggulan kompetitif.

(41)

4. Persaingan, struktur dan strategi perusahaan, yaitu kondisi dalam negara yang mengatur perusahaan diciptakan, diatur dan dikelola serta terdapat sifat dari persaingan domestik yang mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi, produktivitas, efisiensi, efektivitas dan kualitas.

5. Peran kesempatan, yaitu peristiwa yang terjadi diluar kendali industri biasanya kesempatan datang dari pemerintah.

6. Peran pemerintah. 2.1.4. Teori Daya Saing

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia tahun 1995 berpendapat bahwa daya saing adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak untuk merebut pasar. Sedangkan (Brataatmaja, 1994) mendefinisikan daya saing sebagai kekuatan, kemampuan atau kesanggupan untuk bersaing.

Daya saing menurut Porter (1995) ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan, sangat tergantung pada tingkat sumberdaya relatif yang dimilikinya. Penelitian Porter tentang keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh kepada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda

(42)

18

comparative advantage (biaya produksi) juga ditentukan oleh biaya pemasaran dan biaya-biaya lainnya. Suatu produk yang mempunyai keunggulan kompetitif tapi terjadi kegagalan pasar baik karena struktur pasar maupun kebijakan regulasi pemerintah, maka produk tersebut dapat saja tidak memiliki keunggulan komparatif.

World Economic Forum (WEF) yang bermarkas di Geneva (Swiss), setiap tahun mengembangkan dan menerbitkan Global Competitiveness Index (GCI). GCI ini tidak mengukur tingkat daya saing ekspor secara eksplisit, tetapi tingkat daya saing suatu ekonomi atau negara. GCI adalah suatu indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi yang telah teruji secara empiris memiliki suatu korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk jangka menengah dan panjang dan berarti secara teoritis atau hipotesis mempunyai suatu korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor.

2.1.5. Teori Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan (Dumairy, 1996). Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang tapi juga dalam bentuk jasa (www.google/industri.co.id).

(43)

1. Industri ekstraktif : industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan dan pertambangan.

2. Industri non-ekstraktif : industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif : industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : asuransi, perbankan, transportasi dan ekspedisi.

Pembagian industri berdasarkan besar-kecil modal adalah :

1. Industri padat modal : industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.

2. Industri padat karya : industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

Jenis industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya (berdasarkan SK Menteri Perindustrian No 19/M/I/1986 adalah :

1. Industri kimia dasar : industri semen, obat-obatan, kertas dan pupuk.

2. Industri mesin dan logam dasar : industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil.

3. Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es. 4. Aneka industri : industri pakaian, makanan dan minuman.

Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja (www.google/industri.co.id) terdiri dari :

(44)

20

2. Industri sedang : 20 – 99 orang. 3. Industri kecil : 5 – 19 orang. 4. Industri rumah tangga : 1 – 4 orang.

Penggolongan industri berdasarkan pemilihan lokasi (www.google/industri.co.id) terdiri dari :

1. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry) yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen, yang mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.

2. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (labour oriented industry) yaitu industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja.

3. Industri yang berorientasi pada bahan baku (supply oriented industy) yaitu industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

Pembagian industri berdasarkan produktifitas perorangan meliputi :

1. Industri primer yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu, seperti hasil produksi pertanian, pertenakan, perkebunan dan perikanan.

(45)

3. Industri tersier yaitu industri yang produknya berupa layanan jasa, seperti telekomunikasi, transportasi dan perawatan kesehatan.

2.1.6. Analisis Keunggulan Komparatif (RCA)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Konsep ini pertama kali dipergunakan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya (Tambunan, 2001). Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor suatu komoditi di dalam total ekspor produk dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa ekspor komoditi yang sama di dalam total ekspor produk dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi tersebut, yang berarti bahwa komoditi tersebut memiliki daya saing di pasar dunia. Secara matematis, RCA dapat dituliskan seperti persamaan 2.1.

RCAij = Xij / Xis ... (2.1)

Wj / Ws

Dimana :

Xij = nilai ekspor produk j dari negara i tahun ke t

(46)

22

Wj = nilai ekspor produk j didunia tahun ke t

Ws = nilai total ekspor produk dunia tahun ke t

t = 1978, ...., 2005

Nilai daya saing dari suatu industri ada dua alternatif, yaitu :

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi (di atas rata-rata dunia) sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi (di bawah rata-rata dunia) sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat.

Setiap metode tentu ada keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan metode RCA adalah untuk mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif dengan jelas suatu produk dari waktu ke waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu :

1. Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi.

2. RCA dapat menjelaskan pola perdagangan yang telah dan sedang berlangsung, namun tidak dapat menjelaskan apakah pola tersebut sudah optimal.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi dimasa yang akan datang.

(47)

2.1.7. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia

Berdasarkan literatur Bank Indonesia (2006) dalam (www.bi.go.id), faktor-faktor penentu daya saing suatu industri adalah :

1. Nilai tambah.

Nilai tambah (added value) merupakan selisih antara nilai akhir (harga jual) suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut disektor yang bersangkutan (Dumairy, 1996). Menurut Sanimah (2006), analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya kemajuan pertumbuhan suatu industri.

2. Efisiensi.

Vilfred Pareto dalam karya ekonom abad 19 berpendapat bahwa efisiensi dalam produksi terjadi jika tidak ada lagi alokasi ulang lebih lanjut yang akan memungkinkan peningkatan produksi salah satu barang tanpa mengurangi produksi barang lainnya (Nicholson, 1999). Menurut Sanimah (2006), analisis efisiensi yang digunakan yaitu analisis efisiensi produksi dengan menggunakan harga yang berlaku, untuk mengetahui besarnya tingkat efisiensi dari input untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu.

3. Produktivitas tenaga kerja.

(48)

24

disumbangkan oleh pekerja kepada perusahaan atau industri tempat bekerja (Dumairy, 1996). Semakin tinggi upah berarti semakin besar jumlah uang yang diterima para pekerja. Begitu pula semakin tinggi produktivitas tenaga kerja (yang bisa diukur berdasarkan nilai keluaran atau nilai tambah) berarti semakin besar jumlah yang disumbangkan oleh pekerja dan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing komoditi suatu industri di Indonesia adalah (www.google/industri.co.id dalam Economic Review Journal No. 198, Dec 2004 : 1) :

1. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga satuan mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore, 1997). Nilai tukar antara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2000). Kurs efektif yang menguntungkan, dimana depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing suatu negara atau industri.

2. Produktivitas

Porter (1995), daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas. Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan.

3. Ekspor Semen Indonesia.

(49)

perundang-undangan yang berlaku (www.google/industri/ekspor.co.id). Ekspor menggambarkan tingkat daya saing industri di pasar dunia yang dapat dilihat dengan besarnya pangsa pasar di dunia.

5. Jumlah Tenaga Kerja.

Porter (1995), salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja. 6. Krisis.

Kestabilan kondisi suatu negara dapat mempengaruhi tingkat daya saing suatu industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing industri.

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat daya saing dapat mengacu pada teori-teori mengenai terjadinya perdagangan internasional. Analisis ini dapat dikelompokkan dalam teori klasik, modern, alternatif dan paradigma baru mengenai persaingan internasional. Menurut teori klasik, suatu negara akan mengekspor suatu jenis barang jika negara tersebut dapat membuatnya lebih efisien dibandingkan negara lain. Penekanannya bahwa penggunaan input (misal tenaga kerja) di dalam proses produksi suatu barang sangat menentukan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari barang tersebut.

(50)

26

teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity costs yang berbeda antarnegara. Perbedaan ongkos relatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku) yang dimiliki masing-masing negara. Jadi, menurut teori H-O, suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang jumlah input utamanya relatif banyak dinegara tersebut dan impor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut. Salvatore (1997) mencoba mengaplikasikan teori H-O secara impiris dengan menggunakan data (sumber dari Bank Dunia) mengenai besarnya faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh enam negara industri maju didunia. Selain itu ia juga mencoba menganalisis keunggulan komparatif negara sedang berkembang dan negara industri maju dengan membandingkan rasio stok kapital terhadap tenaga kerja antara kedua kelompok tersebut.

(51)

2.1.8. Teori Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah jumlah penduduk suatu negara dalam usia kerja (berusia 15–64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003). Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

(52)

28

upah dan gaji karena balas jasa bagi faktor produksi mereka sudah tercakup dalam surplus usaha (keuntungan) dari usaha yang mereka lakukan.

Penggolongan tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaan terdiri dari tenaga kerja inti dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja inti adalah tenaga kerja dengan kecakapan organisatoris tertentu dengan unsur-unsur keberhasilan yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya. Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang diusahakan oleh suatu kontraktor dan tenaga kerja yang bekerja dengan jangka waktu tertentu atau berdasarkan perjanjian dalam kontrak kerja.

Berdasarkan kualitas, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja tidak terampil. Tenaga kerja terampil adalah pekerja yang memiliki kecakapan kerja dalam penggunaan upaya fisik untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan tenaga kerja tidak terampil adalah pekerja yang menjalankan pekerjaannya berdasarkan instruksi serta tidak menggunakan pertimbangan minimal selama bekerja.

Jika suatu industri memiliki daya saing yang kuat, maka diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi industri tersebut. Dari keuntungan yang diperoleh selanjutnya akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap, sehingga daya saing suatu industri memiliki hubungan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu

(53)

menunjukkan bahwa jumlah penjualan memiliki pengaruh negatif terhadap pangsa pasar dan nilainya secara statistik signifikan selama periode observasi. Hal ini disebabkan karena sebelum tahun 1998 pemerintah melakukan proteksi penuh pada industri semen baik dari segi penetapan harga maupun dalam pendistribusian. Penjualan hanya berpusat pada daerah-daerah tertentu saja (tempat berproduksi). Kebijakan privatisasi memiliki hubungan yang positif terhadap penguasaan pangsa pasar. Dengan adanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini, produsen lebih efisien dalam menentukan tujuan perusahaan yaitu pencapaian keuntungan yang optimal sehingga pangsa pasar yang di dapat lebih besar. Secara deskriptif, kebijakan privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah berindikasi pada perilaku perusahaan yang mengarah pada kartel.

(54)

30

yang ditunjukkan oleh koefisien pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan dan berhubungan positif dengan price cost margin.

Penelitian yang dilakukan Sanimah (2006) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Output Industri Semen Di Indonesia Periode 1983-2003 dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja, bahan baku dan energi memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan output pada industri semen di Indonesia pada taraf nyata satu persen. Tenaga kerja memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.792, artinya jika tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.792 persen, cateris paribus. Bahan baku memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.532, artinya jika ada penambahan bahan baku sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.532 persen, cateris paribus. Energi memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.434, artinya setiap penambahan energi sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.434 persen, cateris paribus. Peningkatan output riil industri semen dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan penambahan terhadap faktor produksi tenaga kerja. Keputusan ini merupakan hal yang paling efisien karena tenaga kerja mempunyai nilai elastisitas yang paling tinggi sehingga dapat memberikan pengaruh yang paling besar daripada faktor produksi lainnya.

(55)

return to scale, artinya laju pertumbuhan output lebih besar dari laju pertumbuhan input. Laju pertumbuhan nilai tambah industri semen di Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama periode penelitian (1983-2003) walaupun terdapat penurunan dalam beberapa tahun, tetapi secara keseluruhan mengalami peningkatan. Laju penurunan nilai tambah yang paling besar terjadi pada tahun 1997. Tingkat efisiensi industri semen di Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2001 dimana rasio antara input per output mempunyai nilai yang paling kecil.

Penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menganalisis daya saing industri semen. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dianalisis daya saing industri semen Indonesia dengan melihat variabel-variabel yang diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing industri tersebut. Selain itu, pada penelitian ini juga menganalisa pengaruh daya saing industri semen Indonesia terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.3. Kerangka Pemikiran

(56)

32

pengolahan strategis yang diproduksi di Indonesia juga harus dilakukan agar industri ini mempunyai daya saing di pasar domestik dan di pasar internasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat kondisi daya saing industri semen Indonesia dengan metode RCA. Selain itu penulis menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tersebut dan pengaruh daya saing terhadap penyerapan tenaga kerja. Daya saing dianalisis dengan melihat produktivitas, efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan krisis serta melihat kaitan antara daya saing dengan penyerapan tenaga kerja.

(57)

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Industri semen Indonesia memiliki daya saing yang tinggi.

2. Semua variabel bebas yang yang digunakan (produktivitas, tingkat efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas (daya saing industri semen Indonesia).

Æ Produktivitas memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri

semen Indonesia, dimana semakin tinggi produktivitas maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Tingkat efisiensi memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing

industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi efisiensi maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Ekspor semen Indonesia memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing

industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi ekspor semen Indonesia maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing memiliki koefisien yang positif

terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing industri semen Indonesia.

Æ Jumlah tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing

(58)

34

Æ Produktivitas tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya

saing industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Dummy krisis memiliki koefisian yang negatif terhadap daya saing industri

semen Indonesia, dimana ketika terjadi krisis maka akan menurunkan daya saing industri semen Indonesia.

(59)

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data deret waktu

(time series). Data time series adalah data mengenai fakta-fakta yang terjadi pada

waktu yang berbeda-beda yang dikumpulkan dari kategori sumber yang sama.

Selain itu penulisan ini juga menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif

adalah data yang berupa nilai dan angka yang disajikan dalam bentuk ringkas

yang didapatkan dari beberapa hasil pengamatan yang dimanfaatkan sebagai

bahan argumentasi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder

dan diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti :

Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Asosiasi Semen

Indonesia (ASI) dan website UN Comtrade.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan periode

1978-2005 dari produktivitas, efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, ekspor

semen dunia, total ekspor Indonesia, total ekspor dunia, Indeks Harga

Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Adapun data

tahunan periode 1996-2005 yang digunakan adalah data kapasitas produksi,

(60)

36

3.2. Metode Pengumpulan Data

Penulisan ini menggunakan data dari berbagai sumber, baik instansi

nasional maupun internasional. Karena itu metode pengumpulan data dilakukan

dengan studi pustaka (desk study) yaitu mengumpulkan data dari sumber pustaka

yang sudah dipublikasikan oleh berbagai instansi dan organisasi penelitian.

Biasanya berbagai instansi lokal, nasional maupun internasional telah melakukan

penyimpanan data (data base) secara komputerisasi. Pengumpulan data juga

dilakukan dengan mengambil dari literatur lain yang relevan dan berhubungan

dengan penelitian ini seperti perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB),

perpustakaan Departemen Perindustrian dan internet.

3.3. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

Analisis deskriptif untuk menjelaskan perkembangan industri semen, sedangkan

analisis kuantitatif untuk mengetahui daya saing industri semen Indonesia,

variabel-variabel yang mempengaruhi daya saingnya serta dampak daya saing

industri tersebut terhadap penyerapan kesempatan kerja.

3.3.1. Analisis Daya Saing (RCA)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan

komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan

pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode RCA didasarkan

pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan

(61)

adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang

kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi semen

didalam total ekspor produk dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa

ekspor komoditi semen di dalam total ekspor produk dunia, diharapkan negara

tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi

semen. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu berarti negara itu mempunyai

keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk komoditi semen.

Sebaliknya, jika nilainya lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk

komoditas semen rendah (di bawah rata-rata dunia). Secara matematis, RCA dapat

dituliskan seperti persamaan 3.1.

RCAij = Xij / Xis ... (3.1)

Wj / Ws

Dimana :

Xij = nilai ekspor produk semen dari negara Indonesia tahun ke t

Xis = nilai total ekspor (produk semen dan lainnya negara Indonesia) tahun ke t

Wj = nilai ekspor produk semen didunia tahun ke t

Ws = nilai total ekspor produk dunia tahun ke t

t = 1978, ...., 2005

Nilai daya saing dari suatu industri ada dua alternatif, yaitu :

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada

komoditi (di atas rata-rata dunia) sehingga suatu industri memiliki daya saing

(62)

38

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada

komoditi (di bawah rata-rata dunia) sehingga suatu industri memiliki daya

saing kuat.

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan

nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :

Indeks RCA = RCAt ... (3.2)

RCAt-1

Dimana :

RCAt = nilai RCA tahun ke sekarang (t)

RCAt-1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

t = 1978, ..., 2005

Nilai indeks RCA berkisar nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama

dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor semen

Indonesia di pasar dunia tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai

indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja

ekspor semen Indonesia di pasar dunia tahun sekarang lebih rendah dibanding

dengan tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi

peningkatan RCA atau kinerja ekspor semen Indonesia di pasar dunia tahun

sekarang lebih tinggi dibanding dengan tahun sebelumnya.

3.3.2. Analisis Persamaan Simultan

Setelah indeks RCA diatas dihitung, untuk membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing industri semen dan membahas pengaruh daya saingnya

terhadap penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah dengan

(63)

ditimbulkan dalam suatu industri pada umumnya tergantung pada produktivitas,

efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,

jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan krisis. Daya saing akan

memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Untuk menguji variabel

pada dua persamaan tersebut menggunakan analisis regresi linear berganda

dengan menggunakan model analisis persamaan simultan Two Stage Least Square

(TSLS).

Penelitian ini menggunakan dua persamaan struktural yang akan

diestimasi dengan menggunakan persamaan simultan :

DSt = α0 + α1PROt + α2EFt + α3XSIt + α4ERRt + α5TKt + α6PTKt + α7D1t + e1t ... (3.3)

TKt = β0 + β1DSt + β2BTKt + β3PTKt + β4EFt + β5D1t + e2t ... (3.4)

Persamaan (3.3) dan (3.4) diubah kedalam bentuk double log (kecuali

variabel yang sudah dalam bentuk persen) menjadi :

DSt = α0 + α1PROt + α2EFt + α3Ln XSIt + α4Ln ERRt + α5Ln TKt + α6PTKt

+ α7D1t + e1t ... (3.5)

Ln TKt = β0 + β1DSt + β2Ln BTKt + β3PTKt + β4EFt + β5D1t + e2t ... (3.6)

Bentuk logaritma menunjukkan persentase perubahan variabel

independent terhadap variabel dependent.

Dugaan parameter = α1 > 0, α2 > 0, α3 > 0, α4 > 0, α5 > 0, α6 > 0, α7 < 0, β1 > 0, β2 >

0, β3 > 0, β4 > 0, β5 < 0

Dimana :

DSt = Daya Saing (%)

PROt = Produktivitas (%)

(64)

40

LnXSIt = Ekspor Semen Indonesia (%)

LnERRt = Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (%)

LnTKt = Tenaga Kerja (%)

PTKt = Produktivitas Tenaga Kerja (%)

LnBTKt = Biaya Tenaga Kerja (%)

D1t = Dummy krisis ekonomi (1 untuk sesudah krisis; 0 untuk sebelum

krisis)

e1t, e2t = kesalahan pengganggu (galat)

t = tahun ke-t

RUMUS :

1. Efisiensi = Biaya Input x 100 % Nilai Output

2. Produktivitas = Nilai Output x 100 %

Biaya Input

4. Produktivitas Tenaga Kerja = Nilai Tambah x 100 %

Biaya Tenaga Kerja

5. Nilai Tambah = Nilai Output – Biaya Input

3.3.3. Identifikasi Model

Dari kedua persamaan diatas, yang merupakan persamaan-persamaan

struktural yang menyusun persamaan simultan, diketahui bahwa didalam sistem

terdapat dua peubah endogen yaitu DSt dan TKt. Peubah predetermined berupa

peubah eksogen yaitu PROt, EFt, XSIt, ERRt, TKt, PTKt, BTKt, D1t.

Suatu model persamaan simultan dikatakan lengkap apabila mengandung

banyaknya persamaan bebas sekurang-kurangnya sebanyak peubah endogen yang

(65)

dua peubah endogen, maka model itu baru dikatakan lengkap apabila mengandung

paling sedikit dua peubah persamaan yang saling bebas.

Untuk keperluan identifikasi model secara keseluruhan diperlukan syarat

bahwa model itu harus bersifat lengkap dan untuk setiap persamaan dalam model

harus teridentifikasi. Suatu persamaan dapat teridentifikasi apabila memenuhi

syarat kondisi susunan atau kondisi order dan kondisi rank. Dua kondisi ini dapat

dianggap sebagai syarat perlu dan syarat cukup untuk identifikasi. Jika hal ini

sudah dilakukan maka persamaan tersebut dikatakan dapat diidentifikasi

(identified) baik secara tepat (exactly identified) ataupun secara lebih (over

identified). Jika hal ini tidak dapat dilakukan, maka persamaan tersebut dikatakan

tidak dapat diidentifikasi (unidentified) ataupun kurang dapat diidentifikasi

(underidentified).

Kondisi order didasarkan pada perhitungan peubah-peubah yang tercakup

dan tidak tercakup dari persamaan tertentu atau dengan kata lain berdasarkan

kaidah perhitungan dari peubah yang ada dalam persamaan dan

peubah-peubah yang tidak ada dalam persamaan (berada diluar persamaan). Kondisi order

untuk identifikasi dapat dinyatakan melalui definisi atau pernyataan berikut :

dalam suatu model persamaan simultan berukuran M atau model yang terdiri dari

M buah persamaan simultan. Agar suatu persamaan menjadi teridentifikasi maka

paling sedikit harus mengeluarkan M-1 peubah (endogen dan predetermined) dari

model itu.

Pernyataan lain yang dapat digunakan sebagai kaidah untuk identifikasi

(66)

42

simultan, agar suatu persamaan menjadi teridentifikasi maka banyaknya peubah

predetermined yang dikeluarkan dari persamaan harus tidak boleh lebih kecil dari

banyaknya peubah endogen yang tercakup atau yang ada dalam persamaan itu

kurang satu. Maka dapat dinyatakan agar suatu persamaan menjadi teridentifikasi,

harus memenuhi syarat perlu sebagai berikut :

K – k ≥ M – 1

Dimana :

M = banyaknya peubah endogen dalam model persamaan simultan

m = banyaknya peubah endogen dalam persamaan tertentu

K = banyaknya peubah predetermined dalam model persamaan simultan

k = banyaknya peubah predetermined dalam persamaan tertentu

Bila K-k = M-1 Æ Persamaan teridentifikasi secara tepat (exactly identified) dan

Bila K-k > M-1 Æ Persamaan teridentifikasi lebih (over identified)

Pada persamaan (3.3) dan (3.4) ditunjukkan bahwa :

K = DSt, PROt , EFt, XSIt, ERRt, TKt, PTKt, D1t , BTKt

k pada persamaan (3.3) = PROt , EFt, XSIt, ERRt, TKt, PTKt, D1t

k pada persamaan (3.4) = DSt , BTKt, PTKt, EFt, D1t

Tabel 3.1. Pengujian Order

Persamaan K - k <, = , > M - 1 Identified

(3.3) 9 – 7 = 2 > 2 – 1 = 1 over identified

(3.4) 9 – 5 = 4 > 2 – 1 = 1 over identified

Hasil pengujian order condition menunjukkan bahwa kedua persamaan

(67)

persamaan simultan diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode Two

Stage Least Square (2SLS).

Kondisi rank atau tingkat adalah suatu model M persamaan dalam M

variabel endogen, suatu persamaan diidentifikasi jika dan hanya jika

sekurang-kurangnya satu penentu tidak nol dari ordo (M – 1)(M – 1) dapat dibentuk dari

koefisien variabel (baik endogen dan ditetapkan lebih dahulu) yang tidak

dimasukkan dari persamaan tertentu tapi dimasukkan dalam persamaan lain dalam

model.

Tabel 3.2. Pengujian Rank

Persamaan M - 1 Rank (A) Identified

(3.3) 1 1 over identified

(3.4) 1 1 over identified

Hasil pengujian rank condition menunjukkan bahwa kedua persamaan

struktural dalam model adalah over identified, sehingga variabel-variabel pada

persamaan simultan diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode Two

Stage Least Square (2SLS).

3.4. Metode Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berperiode

maka data tersebut dapat diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software)

Eviews 4.1 dan Microsoft Excel 2003. Dalam Gujarati, sifat yang menonjol dari

2SLS adalah :

1. Metode 2SLS dapat diterapkan pada suatu persamaan individual dalam sistem

(68)

44

untuk memecahkan model ekonometrik yang melibatkan sejumlah besar

persamaan, 2SLS menawarkan suatu metode yang ekonomis. Untuk alasan

inilah maka metode ini telah digunakan secara luas dalam praktek.

2. Metode 2SLS memberi satu taksiran perparameter.

3. Metode ini mudah untuk diterapkan karena semua yang diperlukan untuk

diketahui hanyalah banyaknya variabel eksogen atau variabel yang ditetapkan

terlebih dahulu total tanpa mengetahui variabel lain mana pun dalam sistem.

4. Meskipun didisain secara khusus untuk menangani persamaan yang terlalu

diidentifikasikan metode tadi dapat juga diterapkan untuk persamaan yang

tepat diidentifikasikan. Tetapi kemudian 2SLS akan memberikan taksiran yang

identik.

5. Jika nilai R2 dari regresi bentuk yang direduksi (yaitu tahap 1 regresi) sangat

tinggi, misalnya lebih dari 0.8. Taksiran OLS klasik dan taksiran 2SLS akan

menjadi sangat dekat tapi hal ini seharusnya tidak mengejutkan namun karena

jika R2 dalam tahap pertama sangat tinggi ini berarti bahwa nilai taksiran dari

nilai endogen sangat dekat nilai yang sebenarnya dan karenanya yang

belakangan lebih sedikit kemungkinannya untuk berkolerasi dengan gangguan

stokastik dalam persamaan struktural asli. (Dalam kasus yang ekstrim jika R2

= 1 dalam regresi tahap pertama, variabel yang menjelaskan endogen dalam

persamaan atau yang terlalu diidentifikasikan asli akan secara praktis

nonstokastik). Tetapi jika R2 dalam regresi tahap pertama sangat rendah,

taksiran 2SLS akan secara praktis tidak berarti karena kita seharusnya

(69)

regresi tahap-pertama yang akan pada dasarnya menyatakan gangguan dalam

regresi tahap-pertama. Dengan perkataan lain, dalam kasus ini, Ŷ akan

merupakan wakil yang sangat buruk untuk Y yang asli.

6. Dalam 2SLS kita dapat menyatakan kesalahan standar dari koefisien yang

ditaksir karena koefisien struktural secara langsung ditaksir dari tahap kedua

regresi (OLS). Tetapi kehati-hatian harus dilakukan. Kesalahan standar yang

ditaksir dalam regresi tahap kedua perlu dimodifikasikan, karena unsur

kesalahan ut* adalah unsur kesalahan asli u2t ditambah β21et. Jadi, varians

dari ut* tidak benar-benar sama dengan varians dari u2t asli.

3.4.1. Uji Kriteria Ekonomi dan Statistik

Uji kriteria ekonomi dilakukan untuk melihat besaran dan tanda

parameter yang diestimasi, apakah sesuai dengan teori atau tidak. Uji kriteria

statistik dilakukan dengan : uji koefisien Determinasi (R2), uji t dan uji F.

3.4.1.1. Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi (R2 / R2 adjusted) digunakan untuk melihat

seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas dalam suatu model untuk

menjelaskan variabel terikatnya. Nilai R2 / R2 adjusted berkisar antara 0 samapi

dengan 1, semakin mendekati 1 maka model semakin baik. Untuk menghitung

koefisien determinasi adalah :

r2 = Jumlah Kuadrat Total

Jumlah Kuadrat Galat

3.4.1.2. Uji t

Uji t merupakan kriteria statistik untuk melihat signifikansi variabel

(70)

46

perlu berbeda dari nol secara signifikan atau P-Valuenya sangat kecil. Pengujian

uji parsial ini (uji-t) dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistiknya.

Uji dua arah :

H0 : b1= b2 …. = bi = 0

H1 : minimal ada salah satu bi≠ 0

Æ Tolak H0 jika |thit| > tα/2 , artinya variabel signifikan berpengaruh nyata pada

taraf α.

Uji satu arah :

H0 : b1= b2 …. = bi = 0

H1 : bi > 0 atau bi < 0

Æ Tolak H0 jika |thit| > tα, artinya variabel signifikan berpengaruh nyata pada

taraf α.

3.4.1.3. Uji F

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda

dengan nol atau dengan kata lain bahwa model tersebut dapat diterima. Hipotesis

yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh

nyata terhadap varibel tak bebas.

Uji F hipotesis yang diuji adalah :

H0 : b1= b2 = b3 = ... = 0

H1 : minimal ada salah satu bi≠ 0

Uji F ini dilakukan dengan membandingkan nilai taraf nyata (α) yang ditetapkan

dan nilai probabilitas F-statistiknya. Dari uji F tersebut dapat diketahui suatu

Gambar

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2000, 2004-2005 (Persen)
Tabel 1.2  Perkembangan Produksi dan Ekspor Industri Semen di Indonesia, tahun 1996-2005
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 3.1.  Pengujian Order
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pemikiran Driyarkara ini, dapat dilihat bahwa persona memiliki hubungan yang terjalin antar satu persona dengan persona yang lain yang didasarkan oleh

Adanya kasus resistensi yang terjadi pada antibiotik jenis ini dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan terapi obat yang tepat didasarkan pada

Pemanfaatan tanah gambut sebagai tempat tumbuh tanaman memiliki beberapa kelemahan antara lain pH tanah yang sangat rendah, kejenuhan basa yang rendah sehingga

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan dan menganalisa gambaran menyeluruh

Sebuah transducer photokonduktif tidak menghasilkan emf atau beda potensial seperti pada photocell, tetapi resistansi listrik pada photokonduktif akan berkurang bila

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif komparatif yaitu dengan membandingkan kinerja keuangan dua perusahaan.dimana analisis data yang digunakan adalah time

Dengan demikian, tidak heran bahwa faktor desain termasuk dalam salah satu faktor yang membentuk keputusan membeli produk BlackBerry pada mahasiswa Universitas

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah adanya upaya pemerintah dalam melakukan penghematan anggaran dengan menekan belanja agar tidak membengkak dan menimbulkan