V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen
5.2.1. Uji Ekonometrika
Pengujian autokorelasi dengan menggunakan perangkat E.views 4.1 dapat
diketahui melalui serial correlation LM Test, dimana jika nilai probability obs* R-
Squared pada model lebih besar dari taraf nyata (α = 10 %) yang digunakan maka disimpulkan bahwa model persamaan tidak mengalami gejala autokorelasi dan
sebaliknya jika nilai probability obs* R-Squared pada model lebih kecil dari taraf
nyata (α = 10 %) yang digunakan maka model persamaan mengalami gejala
autokorelasi. Dari model struktural determinan daya saing industri semen
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 7 bahwa nilai probability obs* R-
Squared adalah sebesar 0.111, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu
sebesar sepuluh persen (α = 10 %). Oleh karena itu model persamaan yang
digunakan tidak mengalami gejala autokorelasi.
Selanjutnya kriteria ekonomi yang perlu diuji adalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas ditujukan untuk melihat apakah model regresi memenuhi asumsi bahwa model memiliki gangguan yang variannya sama (homoskedastisitas). Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji
78
besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 10 %) maka disimpulkan bahwa model
persamaan mempunyai variabel pengganggu yang variannya sama
(homoskedastisitas) dan sebaliknya jika nilai probabilitas Obs* R-Squared lebih
kecil dari taraf nyata yang digunakan (α = 10 %) maka model persamaan
mempunyai variabel pengganggu yang variannya beda (heteroskedastisitas). Dari
uji yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 8 bahwa nilai probabilitas Obs*
R-Squared adalah sebesar 0.138, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 10 %) maka disimpulkan bahwa model persamaan tidak memiliki masalah heteroskedastisitas.
Jarque-Bera Test digunakan untuk menguji apakah sampel yang
digunakan memiliki error term yang terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil
Jarque-Bera yang dapat dilihat pada Lampiran 9 bahwa nilai probability (P-
Value) yaitu sebesar 0.385, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 10 %)
maka dapat disimpulkan bahwa pada syarat keyakinan 90 % error term
terdistribusi normal.
5.2.2. Estimasi Model
Hasil estimasi parameter model struktural Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia adalah seperti ditampilkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Parameter Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing (DS) Industri Semen Indonesia
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.*
Konstanta -63.46449 13.95322 -4.548375 0.0002
Produktivitas 4.903392 1.886961 2.598565 0.0172
Efisiensi 20.67783 8.125741 2.544731 0.0193
Ln Ekspor Semen Indonesia 1.536481 0.237095 6.480443 0.0000
Ln Nilai Tukar Rp terhadap US$ 2.250288 1.410149 1.595780 0.1262
Ln Tenaga Kerja 0.067832 0.961331 0.070561 0.9444
Ln Produktivitas Tenaga Kerja 0.065878 0.066513 0.990456 0.3338
Dummy Krisis -1.844820 0.850986 -2.167863 0.0424
R-squared 0.840204 Mean dependent var 2.173614
Adjusted R-squared 0.784276 S.D. dependent var 1.829994
S.E. of regression 0.849961 Sum squared resid 14.44869
F-statistic 15.02283 Durbin-Watson stat 1.364580
Prob(F-statistic) 0.000001 Keterangan : * (Pada taraf nyata 10 %)
Berdasarkan hasil pendugaan pada Tabel 5.3., model persamaan memiliki
koefisien determinasi (Adj R-Square) sebesar 0.784 artinya bahwa variasi variabel
endogennya (DS atau daya saing) dapat dijelaskan secara linear oleh variabel bebasnya didalam persamaan sebesar 78.4 persen dan sisanya 21.6 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan.
Dari hasil uji-F didapatkan bahwa variabel-variabel eksogen mampu
menerangkan variabel endogen yang ditunjukkan oleh nilai P-Value = 0.000001
yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar sepuluh persen (α =
10 %). Nilai ini menandakan bahwa persamaan tersebut telah mendukung keabsahan model atau dengan kata lain bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan variabel penjelas terhadap variabel terikat atau dependennya adalah baik.
Dari uji-t menunjukkan bahwa ada empat variabel eksogen berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependennya pada taraf nyata sepuluh persen. Variabel-variabel tersebut adalah produktivitas, efisiensi, ekspor semen
80
Indonesia dan dummy krisis. Sedangkan variabel lainnya yakni nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya (daya saing) pada taraf nyata
sepuluh persen (α=10 %). Tetapi walaupun sebagian variabel tidak signifikan,
secara keseluruhan pengaruh semua variabel bebasnya mempengaruhi daya saing industri semen Indonesia sesuai dengan analisa ekonomi.
Dari hasil estimasi berdasarkan Tabel 5.3. diketahui bahwa produktivitas berpengaruh positif signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar 4.90, artinya jika produktivitas meningkat sebesar satu persen maka daya saing industri semen Indonesia meningkat sebesar 4.90 persen,
cateris paribus. Pada dasarnya daya saing identik dengan produktivitas karena peningkatan produktivitas berarti bahwa tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan meningkat sehingga dapat memberikan keunggulan (keuntungan) dan erat kaitannya dengan peningkatan kemampuan aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Peningkatan produktivitas terutama faktor total produksi sangat menentukan kemampuan daya saing suatu industri pada tingkat global, regional maupun dalam negeri.
Efisiensi memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar 20.68, artinya jika efisiensi meningkat sebesar satu persen maka daya saing industri semen Indonesia
Pada saat industri semen Indonesia mempunyai efisien dalam memproduksi maka industri tersebut mempunyai tingkat keuntungan yang besar dan efisiensi disini juga dimaksudkan bahwa industri tersebut mampu melakukan penghematan total biaya input untuk menghasilkan output, sehingga mampu bersaing dan mempunyai daya saing yang kuat dipasar internasional.
Ekspor semen Indonesia berpengaruh positif signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar 1.54 artinya jika ekspor semen Indonesia meningkat sebesar satu persen maka daya saing industri semen
Indonesia meningkat sebesar 1.54 persen, asumsi cateris paribus.
Persaingan dunia tidak dapat terjadi jika tidak ada permintaan dari dalam negeri dan dari luar negeri terutama dari negara-negara di dunia. Permintaan luar negeri biasanya ditunjukkan oleh besar-kecilnya nilai ekspor komoditi suatu negara ke dunia. Jika ekspor suatu komoditi meningkat menunjukkan bahwa permintaan dunia akan komoditi tersebut sangat besar yang berarti komoditi tersebut mampu menciptakan persaingan dunia dan eksportir semen Indonesia sudah mampu mengalahkan pesaing-pesaing mereka di luar negeri. Selain itu semakin tinggi jumlah ekspor semen Indonesia maka industri semen akan selalu berupaya meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan luar negeri dan akan menduduki posisi yang kuat dalam daya saing industri semen di dunia.
Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar 2.25 artinya jika nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
82
mengalami peningkatan yang berarti terjadi depresiasi pada mata uang rupiah sebesar satu persen maka daya saing industri semen Indonesia meningkat sebesar
2.25 persen, asumsi cateris paribus.
Depresiasi rupiah setelah krisis disatu sisi berhasil meningkatkan daya saing industri semen Indonesia. Hal ini dikarenakan ketika mata uang Indonesia lemah terhadap mata uang asing (US$) maka harga komoditi semen yang ditawarkan Indonesia lebih murah dibandingkan dengan harga semen yang ditawarkan dunia, yang berarti bahwa harga semen Indonesia mempunyai kompetitif yang baik. Ketika harga semen Indonesia lebih kompetitif dibanding negara-negara lain di dunia menunjukkan bahwa industri semen Indonesia memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar dunia. Pengaruh depresiasi rupiah terhadap US$ ini tidak signifikan karena pada saat rupiah mengalami depresiasi berarti terjadi fenomena ekonomi di Indonesia yang akan berpengaruh kecil pada fenomena ekonomi dunia, dimana mata uang negara-negara lain juga mengalami depresiasi terhadap US$ sehingga harga yang ditawarkan dunia relatif murah.
Tenaga kerja mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar 0.07 artinya jika tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka daya saing industri semen Indonesia
meningkat sebesar 0.07 persen, asumsi cateris paribus.
Peningkatan jumlah tenaga kerja pada industri semen dapat meningkatkan jumlah produksi yang berarti meningkatkan daya saing industri semen Indonesia. Pengaruh jumlah tenaga kerja tidak signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia karena industri ini merupakan industri padat modal
dan padat energi sehingga peningkatan daya saing melalui peningkatan jumlah produksi bukan semata-mata karena penambahan jumlah tenaga kerja, namun ada faktor lain seperti modal, energi dan teknologi. Hal ini dapat disesuaikan dengan teori ekonomi dalam fungsi produksi, dimana fungsi produksi = f (tenaga kerja, modal, energi, teknologi).
Produktivitas tenaga kerja mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar 0.07 artinya jika produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka daya
saing industri semen Indonesia meningkat sebesar 0.07 persen, asumsi cateris
paribus.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja pada industri semen dapat meningkatkan jumlah produksi yang berarti meningkatkan daya saing industri semen Indonesia. Peningkatan produktivitas tenaga kerja tidak signifikan terhadap daya saing industri semen karena industri ini merupakan industri padat modal dan padat energi sehingga peningkatan daya saing melalui peningkatan jumlah produksi bukan semata-mata karena peningkatan produktivitas dari tenaga kerja, namun ada faktor lain seperti modal, efisiensi energi dan penggunaan teknologi. Hal ini dapat disesuaikan dengan teori ekonomi dalam fungsi produksi, dimana fungsi produksi = f (tenaga kerja, modal, energi, teknologi).
Variabel dummy krisis yang ditandai dengan kenaikan tingkat resiko dan
peningkatan pada semua biaya input menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap daya saing industri semen Indonesia dengan koefisien sebesar -1.84, artinya ketika terjadi krisis maka tingkat resiko semakin besar, biaya produksi
84
semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang mengurangi tingkat keuntungan industri tersebut dan akan menyebabkan daya saing menurun sebesar 1.84 persen.
Pada saat terjadi krisis, kenaikan tingkat resiko menyebabkan para investor enggan untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Hal ini sangat berdampak buruk kepada industri semen Indonesia karena industri tersebut bersifat padat modal yang berarti sangat membutuhkan modal besar dari para investor dalam berproduksi, tetapi karena tingkat resiko tinggi maka tidak ada investasi yang masuk ke industri tersebut untuk menambah modal. Kecilnya tingkat investasi pada industri semen berdampak negatif terhadap produksi semen Indonesia sehingga industri tersebut mengalami kerugian dan tidak mampu bersaing dengan negara-negara pesaing di dunia.
Selain itu, ketika terjadi krisis, harga minyak dunia meningkat secara tajam yang menyebabkan peningkatan biaya produksi tinggi pada industri semen Indonesia dan berakibat terjadi inflasi dalam negeri yang lebih tinggi dari negara- negara pesaing di dunia. Tingkat inflasi tersebut menyebabkan harga semen Indonesia lebih tinggi daripada harga semen negara-negara pesaing di dunia. Ketika harga semen Indonesia lebih tinggi daripada harga semen dunia berarti industri semen Indonesia tidak memiliki keunggulan kompetitif dalam harga sehingga industri semen Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara pesaing di dunia.
5.3. Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan