• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Status Pelopor Sebuah Merek Terhadap Sikap Konsumen : survei pada Mahasiswa S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2006 dan 2007 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengaruh Status Pelopor Sebuah Merek Terhadap Sikap Konsumen : survei pada Mahasiswa S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2006 dan 2007 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ya"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS PENGARUH STATUS PELOPOR SEBUAH MEREK TERHADAP SIKAP KONSUMEN (Survei pada Mahasiswa S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2006 dan 2007 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang mengkonsumsi Teh Botol Sosro dan Frestea) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Skripsi pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Disusun Oleh : DIAN WAHYU YUNIANTO NIM. 0510323047. UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS KONSENTRASI MANAJEMEN PEMASARAN MALANG 2009.

(2)

(3) RINGKASAN Dian Wahyu Yunianto.,2009, Analisis Pengaruh Status Pelopor Sebuah Merek Terhadap Sikap Konsumen. (Survei pada Mahasiswa S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2006 dan 2007 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang mengkonsumsi Teh Botol Sosro dan Frestea). Prof. Drs. Achmad Fauzi Dh, MA, Dr. Srikandi Kumadji, MS, 50+viii (viii yang dimaksud sampai daftar lampiran, ex: kata pengantar i, daftar isi ii,dst). Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui dan menjelaskan pengaruh pengetahuan konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan terhadap sikap konsumen merek pelopor minuman teh dalam kemasan, 2) Mengetahui dan menjelaskan perbedaan sikap antara kelompok konsumen yang mengetahui dan yang tidak mengetahui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar kuliah program S-1 Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2006 dan 2007 yang pernah mengkonsumsi Teh Botol Sosro dan Frestea sebanyak 112 orang responden. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Teknik Penarikan Sampel Yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling. Dan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analysis of variance (ANOVA). Hasil penelitian Berdasarkan tabel Tests of Between-Subjects Effects didapatkan nilai pengetahuan kelompok konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan yang signifikan secara statistik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kelompok konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek pelopor teh dalam kemasan, besarnya nilai adalah adjusted R square 0,394 mempunyai arti bahwa variabilitas sikap konsumen merek pelopor teh minum dalam kemasan dapat dijelaskan oleh variabilitas pengetahuan kelompok konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan sebesar 39,4% Berdasarkan hasil uji turkey HSD dan bonferroni dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap merek pelopor minuman teh dalam kemasan antara konsumen yang mengetahui teh botol sosro sebagai merek pelopor dengan yang tidak mengetahui bahwa teh botol sosro bukan merek pelopor dengan rata – rata perbedaan sikap 13,25 dan signifikan secara staistik ( p = 0,000), terdapat perbedaan sikap terhadap merek pelopor minuman teh dalam kemasan antara konsumen yang mengetahui teh botol sosro sebagai merek pelopor dengan yang ragu –ragu bahwa teh botol sosro adalah merek pelopor dengan rata – rata perbedaan sikap 7,91 dan signifikan secara staistik ( p = 0,000), Terdapat perbedaan sikap terhadap merek pelopor minuman teh dalam kemasan antara konsumen yang tidak mengetahui teh botol sosro sebagai merek pelopor dengan yang ragu - ragu bahwa teh botol sosro adalah merek pelopor dengan rata – rata perbedaan sikap 5,34 dan signifikan secara staistik ( p = 0,003). Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan berpengaruh secara signifikan terhadap sikap konsumen merek pelopor minuman teh dalam kemasan (H1) dan terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara kelompok konsumen yang mengetahui dan yang tidak mengetahui bahwa teh botol sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor (H2). Sarannya PT. Sinar Sosro harus selalu memantau perubahan sikap yang ada pada konsumen, karena ada kecenderungan untuk menganggap bahwa sikap itu merupakan faktor yang tepat untuk meramalkan perilaku yang akan datang, sehingga konsumen tetap mempercayai bahwa teh botol Sosro merupakan merek pelopor. i.

(4) SUMMARY Dian Wahyu Yunianto.,2009, Analysis Influence Of Status Exponent A Brand To Attitude Consumer. ( Survey at Student of S-1 Majors Administration Business Generation 2006 and 2007 Faculty Administrative Science University Brawijaya which consuming Tea Bottle of Sosro and of Frestea). Prof. Drs. Achmad Fauzi Dh, MA, Dr. Heroine of Kumadji, MS, 50+viii ( such viii enlist enclosure, ex: preface of i, table of contents of ii,dst) Target of this research is to 1) Knowing and explaining influence of knowledge of consumer of tea beverage brand status in tidiness to brand consumer attitude exponent of tea beverage in tidiness 2) Knowing and explaining difference of attitude between consumer group knowing and which do not know that bottle tea of Sosro is]hesitating exponent brand and also that bottle tea of Sosro is exponent brand Research type the used[is research explanatory. Sampel in this research is student which enlist program kuliah of S-1 Faculty Administrative Science Business University of Brawijaya Unlucky of Generation 2006 and 2007 which have consumed Tea Bottle of Sosro and of Frestea counted 112 responder people. Method data collecting by using interview and kuisioner. Technique Withdrawal of Sampel The used[is technique of Accidental Sampling. And analysis the used[is descriptive analysis and variance of analysis (ANOVA). Result of research Pursuant to tables of Tests Between-Subjects Effects of got by value knowledge of consumer group of tea beverage brand status in tidiness which is signifikan statistically, so that can be concluded that knowledge of consumer group of tea beverage brand status in tidiness influence consumer attitude to brand exponent of tea in tidiness, level of value is R square adjusted 0,394 having meaning that brand consumer attitude variabilitas exponent of tea drink in tidiness can be explained by variabilitas knowledge of consumer group of tea beverage brand status in tidiness equal to 39,4% Pursuant to result of test of turkey HSD and of bonferroni can be concluded that there are difference of attitude to brand exponent of tea beverage in tidiness between consumer knowing bottle tea of sosro as exponent brand with do not know that bottle tea of sosro is not exponent brand horizontally - flatten difference of attitude 13,25 and signifikan by staistik ( p = 0,000), there are difference of attitude to brand exponent of tea beverage in tidiness between consumer knowing bottle tea of sosro as exponent brand with doubt - indecisive that bottle tea of sosro is exponent brand horizontally - flatten difference of attitude 7,91 and signifikan by staistic ( p = 0,000), There are difference of attitude to brand exponent of tea beverage in tidiness between consumer which do not know bottle tea of sosro as exponent brand with doubt - indecisive that bottle tea of sosro is exponent brand horizontally - flatten difference of attitude 5,34 and signifikan by staistik ( p = 0,003). Conclusion of this research [is] knowledge of consumer of tea beverage brand status in tidiness have an effect on by signifikan to brand consumer attitude exponent of tea beverage in tidiness H1 and there are difference of attitude which is signifikan between consumer group knowing and which do not know that bottle tea of sosro [is] hesitating exponent brand and also that bottle tea of Sosro [is] exponent brand H 2. Its Suggestion of PT. Sinar Sosro have to always watch change of attitude exist in consumer, caused by tendency to assume that that attitude represent correct factor to forecast behavior to come, so that consumer remain to trust that bottle tea of Sosro represent exponent brand. ii.

(5) KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Status Pelopor Sebuah Merek Terhadap Sikap Konsumen.. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi sayarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Sumartono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. 2. Bapak Dr. Kusdi Raharjo, DEA, selaku Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. 3. Bapak Drs. Rustam Hidayat, MSi, selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. 4. Bapak Prof. Drs. Achmad Fauzi Dh, MA, sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.. 5. Ibu Dr. Srikandi Kumadji, MS, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.. 6. Segenap dosen Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Adminsistrasi Universitas Brawijaya Malang yang selalu senantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran membimbing secara detail sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Buat Ibuku, almarhum ayahku dan eyangku yang paling tersayang, terima kasih atas dukungan moral, spiritual kasih sayang dan kesabaran yang telah diberikan. 8. Adek dan kakak - kakak sepupuku yang selalu mendukung dan mendorongku dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih banyak. Mempunyai saudara seperti kalian tidak akan tergantikan sampai kapanpun. iii.

(6) 9. Teman-teman satu bimbingan dan teman futsal klas A, khususnya buat awik, anggi, adi (yoyo), dan erika makasih semuanya semoga ALLAH SWT membalas semuanya, amien. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu, baik secara moral maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Malang,........2009 Penulis. iv.

(7) DAFTAR ISI Halaman MOTTO TANDA PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI RINGKASAN ................................................................................................. i SUMMARY..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR.................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................ v DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3 D. Kontribusi Penelitian .................................................................. 3 E. Sistematika Pembahasan ............................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ...................................................................... B. Kajian Teoritis ............................................................................... 1. Merek ......................................................................................... Definisi Merek ........................................................................... 2. Pioneer Brand (Merek Pelopor) ................................................ 3. Follower Brand (Merek Pengikut) ............................................ 4. Ekuitas Merek ............................................................................ 5. Sikap Konsumen ........................................................................ 6. Model Hipotesis........................................................................... 5 6 6 6 7 11 12 13 20. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 27 B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 27 C. Konsep, Variabel dan Pengukuran ................................................. 27 1. Konsep dan Variabel .................................................................. 27 2. Definisi Operasional .................................................................. 28 3. Skala Pengukuran ...................................................................... 29 D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 30 1. Populasi ...................................................................................... 30 2. Sampel ....................................................................................... 30 3. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 31 E. Pengumpulan Data ......................................................................... 32 1. Sumber Data .............................................................................. 32 2. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 32 F. Instrumen Penelitian........................................................................ 33 1. Kuesioner.................................................................................... 33 2. Pedoman Wawancara................................................................. 33 G. Validitas dan Reliabilitas................................................................ 33 1. Validitas...................................................................................... 33. v.

(8) 2. Reliabilitas.................................................................................. 34 H. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipótesis.............................. 35 1. Analisis Deskriptif...................................................................... 35 2. Analysis of Variance (ANOVA)................................................. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data ............................................................................... 37 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................37 2. Gambaran Umum Responden.....................................................39 3. Gambaran Distribusi Frekuensi.................................................. 44 B. Hasil Analysis of Variance (ANOVA)............................................49 1. Pembahasan Hipotesis 1............................................................. 49 2. Pembahasan Hipotesis 2............................................................. 50 C. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................... 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................... 57 B. Saran............................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................60 LAMPIRAN.................................................................................................... 62. vi.

(9) DAFTAR TABEL No.. Judul. Hal. 1.. Pemetaan Penilitian Terdahulu. 23. 2.. Konsep, Variabel, Indikator dan Item. 29. 3.. Skala Pengukuran. 30. 4.. Hasil Uji Validitas. 34. 5.. Hasil Uji Reliabilitas. 35. 6.. Distribusi Jenis Kelamin Responden. 40. 7.. Distribusi Usia Responden. 40. 8.. Distribusi Uang Saku per Bulan. 41. 9.. Distribusi Pengeluaran per Bulan. 42. 10.. Distribusi Mengkonsumsi Sosro dan Frestea. 43. 11.. Distribusi Lama Jadi Pelanggan Teh Botol Sosro. 43. 12.. Distribusi Frekuensi Sikap Konsumen. 44. 13.. Tests of Between-Subjects Effects. 49. 14.. Hasil Uji Turkey HSD. 50. 15. Homogenous subset. 51. vii.

(10) DAFTAR GAMBAR No 1.. Judul Model Hipotesis. Hal 21. viii.

(11) DAFTAR LAMPIRAN No. Judul. Hal. 1.. Kuesioner. 62. 2.. Tabulasi Data Hasil Kuesioner. 66. 3.. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas. 73. 4.. Statistik Deskriptif. 76. 5.. Analysis of Variance. 79. ix.

(12) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut_Kotler_(2003:418)._Mendefinisikan merek sebagai : nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual, untuk membedakannya dari pesaing. Dalam era ini konsumen banyak yang salah membeli suatu barang atau produk, akibat banyaknya produk yang keluar maka dari itu peran merek sangatlah penting. Sebuah merek peranan yang sangat penting dalam strategi pemasaran, karena berfungsi untuk membedakan sebuah produk dari produk pesaing. Dalam situasi persaingan yang semakin ketat, peran merek akan menjadi semakin penting. Seorang produsen tidak hanya cukup menawarkan produk berkualitas tinggi untuk merebut konsumen, melainkan juga perlu meningkatkan kekuatan mereknya di pasar. Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar. Untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat, sebuah merek harus mengeluarkan semua keunggulan yang dimilikinya. Status merek pelopor (pioneer-status) merupakan salah satu keunggulan yang jika diolah dengan baik bisa menjadi senjata pemasaran yang ampuh untuk memenangkan persaingan. Dalam berbagai macam pasar, baik pasar consumer goods maupun industrial goods, merek pelopor mampu bertahan di tempat tertinggi selama bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun. Dalam beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa perbedaan pangsa pasar antara merek-merek pelopor dengan merek-merek pengikut relatif besar. Perilaku konsumen terhadap merek pioneer dan pengikut sangat berbedabeda itu sebabnya di mana konsumen belum tentu tahu dengan pasti merek apa yang menjadi pelopor dan merek apa yang merupakan pengikut. teh botol Sosro sebagai merek yang pertama dalam kategori minuman teh telah melaju sendirian tanpa pesaing yang berarti bertahun-tahun, sampai akhirnya disusul dengan peluncuran minuman teh lainnya seperti Frestea dan lain-lain, Frestea dan lain-. 1.

(13) 11. lain merupakan merek-merek pengikut, keunggulan yang mereka tawarkan tak berbeda dengan teh botol Sosro, dan harganya pun tidak berbeda terlalu jauh dengan produk teh botol Sosro. Adanya serbuan gencar dari dua merek pengikut tersebut sedikitnya telah membuat dominasi teh botol Sosro tergerogoti. padahal sebagai konsumen tidak tahu apakah minuman teh seperti Frestea dan lain-lain itu bagus dikonsumsi oleh masyarakat apa tidak. Status pelopor merek teh botol Sosro memang tidak diketahui secara luas oleh konsumen minuman teh Frestea karena tidak diberitahukan dalam iklannya. Meskipun demikian, status pelopor sebuah merek tidak hanya bisa diketahui oleh konsumen melalui sebuah iklan, tetapi juga melalui artikel di media cetak, pemberitahuan dari mulut ke mulut oleh tenaga penjual dan teman, maupun melalui pengamatan konsumen sendiri. Jadi meskipun status pelopor teh botol Sosro tidak terlalu diiklankan secara luas, masih ada beberapa konsumen minuman teh Fresrea yang mengakui bahwa Teh Botol Sosro adalah merek pelopor dalam ketegori produk miniman teh. Dalam Wardayanti (2006) keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek pionir sungguh mengagumkan dalam berbagai hal. Keunggulan-keunggulan ini mampu membuat merek pionir bertahan dari serangan para pesaing, hadirnya merek baru, inovasi produk pesaing, kompetisi harga, dan perubahan selera konsumen (Carpenter dan Nakamoto, 1989). Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini akan diteliti yang mengakui dan yang tidak mengakui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Status Pelopor Sebuah Merek terhadap Sikap Konsumen.” (Survei pada Mahasiswa S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2006 dan 2007 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang mengkonsumsi teh botol Sosro dan Frestea) B. Rumusan Masalah: 1. Apakah pengaruh pengakuan konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan memberikan pengaruh terhadap sikap konsumen merek pelopor minuman teh dalam kemasan?.

(14) 12. 2. Apakah terdapat perbedaan sikap antara kelompok konsumen yang mengakui dan yang tidak mengakui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor? C. Tujuan Penelitian : 1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh pengakuan konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan terhadap sikap konsumen merek pelopor minuman teh dalam kemasan. 2. Mengetahui dan menjelaskan perbedaan sikap antara kelompok konsumen yang mengakui dan yang tidak mengakui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor D. Kontribusi Penelitian 2. Kontribusi teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pemasaran dan juga dapat dijadikan wacana dan rujukan bagi penelitian selanjutnya tentang 3. Kontribusi praktis Sebagai informasi pada perusahaan teh botol Sosro untuk menetukan bagaimana cara mengatasi pesaing-pesaing yang ada. E. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang isi skripsi ini serta untuk memudahkan memahami seluruh materi dari permasalahan pokok skripsi ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang dikelompokkan dalam bab-bab sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, kontribusi penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, dikemukakan teori atau konsep yang berkaitan yaitu: hasil penelitian terdahulu, Merek, Pioneer Brand, Follower Brand, Ekuitas Merek, Sikap Konsumen , serta model konsep, model hipotesis..

(15) 13. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini, disajikan tentang rancangan penelitian yang berisi mengenai jenis. penelitian,. variabel. dan. pengukuran,. populasi. dan. sampel,. pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari penyajian data yang diperoleh selama mengadakan penelitian. dan. menggambarkan. sejumlah. variabel. penelitian. yang. mencerminkan karakter dari objek yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Hasil uji hipotesis dilakukan dengan memaparkan hasil penelitian dalam tahap analisis dan diakhiri dengan pembahasan yang merupakan interprestasi dari hasil analisis tersebut sesuai dengan konsepsi dan teori yang dipakai dalam rangka mencapai tujuan penelitian. BAB IV PENUTUP Dalam bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan disertai saran-saran dengan mempertimbangkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan..

(16)

(17) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu 1. Wardayanti (2006) meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh PioneerStatus Sebuah Merek Terhadap Sikap Konsumen Dalam Kategori Produk Vitamin C500mg” Penelitian ini menguji pengaruh status pelopor sebuah merek terhadap sikap konsumen dalam kategori produk tablet hisap vitamin C 500mg dengan membandingkan sikap konsumen terhadap Vitacimin sebagai merek pionir dan Xon-Ce sebagai merek pengikut. Pengaruh pengetahuan konsumen tentang status pionir merek Vitacimin diuji dengan membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang tahu tentang status pionir (pioneer-status) merek Vitacimin (Kelompok 1) dan kelompok yang tidak tahu bahwa Vitacimin merupakan merek pionir (Kelompok 2). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa konsumen mempunyai sikap yang lebih baik terhadap merek pionir daripada terhadap merek pengikut, namun penelitian ini gagal membuktikan bahwa pengetahuan konsumen tentang status pionir sebuah merek mempunyai pengaruh signifikan terhadap sikap kosumen. 2.. Rettie, Hilliar and Alpert (2002) meneliti dengan judul “Pioneer brand advantage with UK consumers” Pioneer advantage is derived from two sources: producer-based advantages. and consumer-based advantages. The latter is relatively under-researched. This research replicates and extends Alpert and Kamins’ (1995) research, which was the first to directly survey consumers. Since their research occurred only in the USA, cross-cultural replication is appropriate, (Hubbard and Armstrong, 1994). Key results show that: consumers are able to recall a brand’s pioneering status; pioneer brands generally have higher recall or retrieval than other brands including the market leader; communication of pioneer status may enhance purchase interest, both at the time of the product’s introduction and years after its introduction. These results support the US findings, and are rather more positive.. 5.

(18) 6. However, British consumers did not agree that, if all other things were equal, they would prefer the pioneer brand. This research also shows for the first time that identification of pioneer status is related to actual purchase of that brand. B. Kajian Teoritis 1. Merek Definisi Merek Merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek terbaik menjadi jaminan mutu. Merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk megenali produk atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler dan Armstrong, 1996) Indrayani (2004:170) Merek mempunyai makna yang sangat mendalam dalam diri konsumen karena fungsi merek adalah sebagai pembeda atau identitas dari suatu barang atau poduk. Suatu merek harus bisa menancapkan produknya dalam diri konsumen, supaya konsumen dapat mengingat terus merek tersebut. Merek merupakan suatu identitas untuk membedakan barang atau produk yang satu dengan yang lainnya, sehingga konsumen tidak salah dalam memilih barang atau produk yang diinginkan, seperti dalam bukunya Rangkuti (2004:2) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut Merek sangat penting buat perusahaan dikarenakan supaya perusahaan dapat mengidentifikasi siapa kompetitor dari perusahaan pelopor, dan supaya konsumen tidak tertipu dengan produk yang mirip dengan perusahaan pelopor. Merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap, kemasan) dengan demikian membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh kompetitor, serta melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan. produk-produk. yang. tampak. identik. (Dharmayanti. http://puslit.petra.ac.id). Berdasarkan berbagai macam definisi tentang merek, merek merupakan atribut atau simbol yang dipakai oleh perusahaan untuk membedakan produk yang dihasilkannya dengan produk lain, dan memudahkan konsumen untuk membedakan, mengidentifikasi produk yang akan di konsumsinya.

(19) 7. Menurut Darmadi, Sugiarto, Sitinjak (2004:2) Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti: 1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. 2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya 3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak brand association (asosiasi merek) yang terbentuk dalam merek tersebut 4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. 5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut 6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Merek dapat juga dibagi dalam pengertian lainnya,seperti: 1. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan 2. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan 3. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa 4. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik, atau karya seni (Rangkuti:2004:2) Vijaya (2007:105) menyatakan bahwa Merek (brand) bukan lagi sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para pelanggan. Peneliti lain. mendifinikasikan Merek. merupakan sebuah nama, istilah,. tanda, simbol disain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing (Darmadi, Sugiarto, Sitinjak, 2004:1) 2. Pioneer Brand (Merek Pelopor).

(20) 8. Sebuah merek dapat dikategorikan sebagai pioneer atau pengikut. Hal ini didasarkan pada kemunculan merek tersebut dalam memasuki suatu kategori produk tertentu. Sebuah merek dikatakan sebagai pionir apabila merek tersebut dianggap sebagai pelaku pertama dalam suatu kategori produk, atau merek tersebut menjadi pembuka dalam suatu kategori produk yang benar-benar baru. Hal ini didukung pendapat Muafi (2001:6) dalam Wardayanti (2006) yang menyatakan bahwa “Merek pionir adalah sebagai pembuka awal terhadap kategori produk, memiliki ciri yang dipandang konsumen sebagai hal yang baru dan menarik perhatian” Menurut Retie, Hilliar, dan Alpert (2002) Key results show that: consumers are able to recall a brand’s pioneering status, pioneer brands generally have higher recall or retrieval than other brands including the market leader. Dapat diartikan, hasil pokok menunjukkan bahwa: konsumen bisa mengingat suatu merek memelopori status, merek pelopor biasanya mempunyai perolehan kembali atau daya ingat lebih tinggi dibanding merek lain yang mencakup pemimpin pasar. Sehingga merek pelopor lebih dulu diingat oleh konsumen dibanding merek lainnya Menurut Brown, (1997); D’aveni, (1994); Robinson, (1998); Schanaars, (1994) dalam Tjiptono dan Adriana (2002:1) literature on pioneer advantage seems to suggest eight explanations of the occurrence of the first mover advantage. 1. Response lags between a pioneer and a second entrant allow the first mover to be a “ temporary monopolist” and to reap substantial profits 2. A pioneer has a chance to achieve an economic scale before followers enter the markets, because the pioneer could serve bigger markets than its competitors. 3. A pioneer could build switching cots and strong brand loyalty among its costumers before the followers enter the market. As a consequence, new comers have to work hard to persuade costumers to switch to them. Many cases show that it is very difficult to convince risk averse consumer to change their preferences. 4. A pioneer could have a positive image and reputation for its innovativeness and progressiveness in developing a new market. 5. A very strong entry barrier would exist if a pioneer can secure a patent protection. 6. A pioneer is likely to dominate the distribution and advertising access by signing long-term contracts with potential distributors and agencies. 7. A pioneer could create an industry or product standard in such a way that later entrants can only follow..

(21) 9. 8. A pioneer is likely to dominate some scarce assets, such as natural resource, strategic location, and shelves at retail outlets. Dari penjelasan 8 keuntungan penggerak pertama tersebut dapat diartikan sebagai berikut 1. Respon yang terlambat antara pelopor dan pengikut akan memberikan penggerak pertama menjadi monopolis sementara dan mengambil keuntungan terus menerus. 2. Pelopor mempunyai kesempatan untuk mencapai skala ekonomis sebelum pengikut memasuki pasar, karena pelopor dapat menyajikan pasar yang lebih besar daripada pesaingnya. 3. Pelopor dapat membangun pertukaran harga dan loyalitas merek yang kuat diantara pelanggan-pelanggan sebelum pengikut memasuki pasar sebagai konsekuensinya, pendatang baru harus bekerja keras untuk membujuk pelanggan agar pindah ke mereka. 4. Pelopor dapat mempunyai citra dan reputasi yang positif untuk ke inovasiannya dan ke progresifannya dalam perkembangan pasar baru. 5. Suatu masukan yang sangat kuat, penghalang akan ada jika suatu pelopor dapat menjamin/mengamankan suatu perlindungan hak paten 6. Pelopor mungkin untuk mendominasi distribusi dan akses periklanan dengan menyetujui kontrak jangka panjang dengan distributor potensial dan agen-agen. 7. Pelopor dapat menciptakan sebuah industri atau standar produk dalam beberapa cara yang nanti pengikut hanya bisa mengikuti. 8. Pelopor mungkin untuk mendominasi beberapa aset-aset langka, seperti SDA, lokasi strategis dan rak eceran saluran Menjadi brand pioneer nampaknya cukup terlambat bagi sekarang ini (walaupun bukan berarti tidak mungkin, karena kreativitas yang menentukan) (rexmarindo@yahoo.com). Banyak sekali pesaing yang ada sehingga kalau membuat produk baru sekarang ini sudah agak terlambat . Menurut Rettie, Hilliar and Alpert (2002) mengatakan bahwa He found that they were initially sceptical about pioneer brands, however, once they become convinced that the first brand in any product class performs satisfactorily, that brand becomes the standard against which subsequent brands are rationally judged. Dapat diartikan.

(22) 10. menemukan bahwa mereka pada awalnya ragu-ragu tentang merek pelopor, bagaimanapun, sekali ketika mereka mempercayakan bahwa merek yang duluan di manapun kelas produk melaksanakannya dengan memuaskan, merek itu menjadi yang baku dibanding dengan merek yang berikut secara rasional. Meskipun ada merek yang hampir sama tetapi merek pelopor adalah merek yang baku dalam kategori merek itu) Tingkat penjualan merek-merek pioner bergantung pada seberapa baik para pioneer itu mendesain atribut produknya untuk mengakomodir preferensipreferensi konsumen yang bersifat sangat heterogen. Bila posisioning “terbaik” telah dipilih oleh pioneer, maka pendatang belakang hanya mendapat porsi pasar yang lebih rendah. Namun demikian bila merek atau produk yang pertama masuk, ternyata tidak berhasil sepenuhnya memahami preferensi konsumen, maka pendatang berikutnya mempunyai peluang untuk mendapatkan keunggulan posisional preferensial yang baik dan berpeluang untuk mendapatkan porsi pasar yang lebih besar (Ferdinand, 2002:8). Bohlmann, Golder dan Mitra (2002) menyatakan However, other research has pointed out the limitations of these studies and found evidence that many pioneers fail or have low market share. Given this background, the purpose of this research is to understand the conditions under which pioneers are more likely and also less likely to have an advantage. Dapat diartikan hasil lain riset telah menunjukkan pembatasan tentang studi ini dan menemukan bukti bahwa banyak pelopor gagal atau mempunyai penguasaan pasar rendah. Jadilah lebih sedikit mungkin untuk mempunyai suatu keuntungan) Menurut Tjiptono dan Adriana (2002:3) the cases of failed pioneers provide strong evidence that pioneer advantage could not be taken for granted, many pioneers fail and imitators have the opportunities to take over as market leaders. The fact show clearly that many pioneers failed and many current market leaders are not market pioneers (Kasus tentang pelopor digagalkan menyediakan bukti kuat yang memelopori keuntungan tidak bisa dibenarkan, banyak juga pelopor gagal. dan. peniru. mempunyai. peluang. untuk. mengambil. alih. [sebagai/ketika/sebab] pemimpin pasar. Fakta menunjukkan dengan jelas bahwa banyak pelopor gagal dan banyak pemimpin pasar sekarang tidaklah menjual.

(23) 11. pelopor). Pioneer brand adalah suatu merek yang pertama keluar dalam pasar sehingga dalam pikiran konsumen merek itulah yang pertama ada dalam benak mereka para konsumen 3. Follower brand Jika ingin menjadi follower, jadilah follower yang sukses. Kesuksesan disini jangan hanya dinilai mampu mengalahkan brand pioneer semata, mampu bersaing dan berdiri sejajar pun harus dinilai sebgai kesuksesan tersendiri bagi brand follower. Nah, untuk menjadi suskses, ada beberapa keyakinan dan cara yang bisa dilakukan untuk menandingi ataupun hanya sampai menyamai kesuksesan pioneer: a._I’m_different! Biasanya ini adalah cara yang banyak digunakan para follower untuk merebut pasar pioneer-nya. Mendiferensiasikan diri dari brand produk atau jasa yang sudah ada diharapkan mampu menjadi nilai jual yang lebih kepada market. Penerapan di semua segi pastilah akan sangat membuat follower brand menjadi menonjol, tapi jika ternyata tidak mampu mendiferensiasikan diri di semua segi, salah satu segipun sudah cukup. Tidak masalah sama sekali jika harga yang ditawarkan brand kita sama atau mungkin lebih mahal dari pioneer brand, karena disini brand kita telah diposisikan berbeda. Namun memang untuk mampu secara kuat bersaing dengan pioneer brand, sebaiknya juga dianggarkan dana promosi yang cukup besar agar gaungnya terdengar cukup kencang di market, baik ke market yang telah tergarap oleh brand pioneer maupun target market yang masih belum tergarap dengan baik. Intinya disini, differensiasi menjadi core competency dalam persaingan_dengan_pioneer_brand._Brand_harus_bisa_‘berbicara’_bahwa_dirinya_memang_berbeda. b._Siapa_takut? Tidak ada diferensiasi disini, apa yang dimiliki brand pioneer ya dimiliki juga oleh brand follower. Disini brand follower memiliki pola pikir biarlah brand-nya diposisikan setara dengan brand pioneer, harga yang diterapkan pun biasanya mirip atau sedikit lebiih murah, kalaupun mau lebih mahal, pasti hanya sedikit sekali perbedaannya. Namun bukan berarti cukup sampai disitu, karena dengan cara seperti ini sudah pasti perusahaan memerlukan promosi yang cukup gencar_untuk_dapat_mencuri_perhatian_dari_target_market_dan_kue_pasar_pion eer-nya. c._Khusus_Lebih_Bagus Cara yang satu ini lebih ‘pintar’ memilih posisi, harga, promosi, dan target market. Segmen yang yang ditembak lebih difokuskan ke segmen khusus yang dinilai lebih menguntungkan dan lebih prospektif bagi brand follower. Maka dari itu, perusahaan sudah pasti memposisikan dirinya berbeda dengan brand pioneer. Bukan hanya itu, brand ini juga berani mengambil keputusan untuk menetapkan harga yang lebih mahal. Eits, jangan salah, penetapan harga premium itu bukan berarti bahwa perusahaan habis-habisan dalam menantang pioneernya. Lihat budget promosinya, karena mereka hanya mengambil segmen khusus yang lebih.

(24) 12. terfokus, maka budget promosi dan komunikasinya pun otomatis menjadi lebih kecil. Cara ini merupakan cara yang ‘pintar’. Buat apa ‘serakah’ mengambil semua segmen atau target market jika kita dapat menemukan ceruk pasar yang lebih potensial, lebih prospektif dan lebih menguntungkan jika digarap dengan serius. Brand pioneer akan lebih sulit ‘berpikir’ ke arah situ karena sudah terlanjur berdiri_dengan_posisinya_sejak_awal._Disinilah_brand_follower_bisa_leluasa memilih. d._Up_is_my_class Ini baru cara yang ‘wah’, karena brand follower terlihat lebih focus pada penetapan harga yang lebih mahal dibandingkan memikirkan perbedaan posisi atau semacamnya. Namun walaupun harga yang ditetapkan premium, perusahaan tetap memutuskan untuk menyamakan posisi dengan brand pioneer. Cara tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa perusahaan melihat pasar atas relative lebih menjanjikan dibandingkan pasar tengah apalagi pasar bawah. Budget promosi yang dikeluarkan pun cenderung lebih sedikit saat pasar premium yang digarap. Jadi disini yang membedakan brand follower denagn brand pioneernya adalah dari segi harga yang menembak pasar yang lebih atas. Lagi-lagi sebagai follower kita bisa bebas meneliti dan mengambil pasar yang lebih menguntungkan dibandingkan brand pioneer yang lebih ‘sulit’ berpindah pasar dan merubah harga. (rexmarindo@yahoo.com) Dapat disimpulkan bahwa follower brand (merek pengikut) adalah sebuah merek yang menempatkan dirinya dibawah pioneer brand (merek pelopor) yang bertujuan untuk menipu konsumen agar konsumen pindah ke mereknya atau salh membeli, dan berusaha mengambil alih pasar dari merek pelopor dengan memperhatikan pesaingnya yaitu merek pelopor supaya bisa membuat inovasi baru yang beda dengan pesainngya yaitu merek pelopor, sehingga konsumen pindah ke produknya, perusahaan follower lebih pintar karena mereka hanya tinggal sedikit menjiplak produk sebelumnya tanpa harus memikirkan lagi 4. Ekuitas Merek Darmadi, Sugiarto, Sitinjak (2004:4) mengemukakan Brand Equity (ekuitas merek) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Ekuitas merek sangat mempengaruhi persepsi konsumen, apabila suatu merek produk mengalami pergantian nama, atau simbol maka dapat mengurangi nilai merek itu sendiri, ekuitas merek dapat merubah kunsumen dikarenakan konsumen dapat dipengaruhi. Ekuitas merek adalah aset yang paling penting bagi.

(25) 13. perusahaan. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan pembelian dan ekuitas merek juga dapat menguatkan keputusan konsumen dalam pengalaman menggunakan merek (Prayoga, Afa’an, 2006:1). Oleh karena itu ekuitas merek harus dikelola dengan baik agar dapat meningkatkan nilai pelanggan. Ekuitas merek dapat membantu konsumen dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek Banyak sekali pengertian tentang ekuitas merek yang ada seperti Keller (1993) dalam Kusno, Radityani dan Kristitanti (2007:45) yang menyatakan brand equity adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Pengukuran dari brand equity sangatlah berhubungan kuat dengan kesetiaan dan bagian pengukuran dari pengguna baru menjadi pengguna yang setia Menurut East (1997) dalam Kusno, Radityani dan Kristitanti (2007:45), “Brand equity or brand strength is the control on purchase exerted by a brand, and, by virtue of this, the brand as an asset that can be exploited to produce revenue”. Dapat diartikan berarti ekuitas merek atau kekuatan merek adalah kontrol dari pembelian dengan menggunakan merek, dan, kebaikan dari merek, merek sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan). Berdasarkan paparan yang dikemukakan, disadari bahwa brand equity menempati posisi yang demikian penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang ingin tetap bertahan, dan melangkah lebih maju untuk memenangkan persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi brand equity produknya melalui riset terhadap elemen-elemen brand equity.(Darmadi, Sugiarto, Sitinjak, 2004:8) 5. Sikap Konsumen Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten (Swastha dan Irawan, 1981:104) Ada suatu kecenderungan untuk menganggap bahwa sikap itu merupakan faktor yang tepat untuk meramalkan perilaku yang akan datang. Jadi dengan mempelajari sikap sesorang diharapkan dapat menetukan apa yang dilakukan. Sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif). dari. suatu. objek. setelah. dia. mengevaluasi. objek. tersebut.

(26) 14. (WordPress.com.). Menurut Foedjiawati (2007:44) Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang dapat terbentuk. Sikap merupakan evaluasi seseorang yang berlangsung terus-menerus, perasaan emosionalnya, atau kecondongannya bertindak ke arah sasaran atau gagasan tertentu. Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan kepuasan. Oleh sebab itu, sikap memegang peranan dalam menentukan bagaimana reaksi seseorang terhadap suatu objek. Schiffman dan Kanuk (2004) dikutip dalam Foedjiawati (2007:45)“An attitude is a learned predisposition to behave in a consistenly favorable or unfavorable way with respect to given object”. Sikap merupakan suatu kecenderungan bertindak yang diperoleh hasil belajar dengan maksud yang konsisten, yang menunjukan rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Kotler dan Armstrong (1997:157) dikutip dalam Foedjiawati (2007:45), sikap adalah “Evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari individu terhadap suatu obyek yang relatif konsisten”. Sikap menempatkan orang dalam kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau menjauhinya. Allport dalam Zulganef (2002) dikutip dalam Foedjiawati (2007:45) mendefinisikan sikap sebagai “Kesiapan mental yang diorganisir berdasarkan pengalaman, yang merupakan respon individual terhadap semua objek dan situasi yang terkait dengan pengalaman tersebut”. Menurut Foedjiawati (2007:45) sikap dibentuk oleh seseorang berdasarkan pengalaman yang dipelajarinya yang berhubungan dengan suatu obyek atau lingkungan obyek. Pengertian obyek dapat berupa sesuatu yang bersifat abstrak atau sesuatu yang tampak atau nyata. Sikap biasanya memberi penilaian (menerima atau menolak) terhadap produk/jasa, dan/atau perilaku tertentu. Jadi, sikap pelanggan bisa merupakan sikap positip atau negatip terhadap produk/jasa, dan/atau perilaku tertentu. Pengukuran sikap konsumen bagi pemasar merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengetahui sikap, pemasar dapat mengidentifikasi segmen manfaat, mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta evaluasi strategi promosional sehingga perusahaan itu bisa menempatkan produknya melalui sikap yang ada pada diri konsumen supaya tidak salah menempatkan.

(27) 15. produknya (Setiadi, 2003:218). Sikap terhadap merek pelopor dan merek pengikut dibentuk oleh persepsi-persepsi konsumen terhadap atribut-atribut merek yang dihasilkan oleh beliefs konsumen tentang merek pelopor dan merek pengikut. (Wardayanti, 2006:3). Jadi persepsi konsumen terhadap atribut-atribut merek pelopor dan merek pengikut akan membentuk sikap konsumen terhadap merek pelopor dan merek pengikut. Sikap merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen, karena sikap mempelajari kencederungan konsumen untuk mengevaluasi merek tertentu secara keseluruhan. Seperti pengertian sikap dalam Setiadi (2003:214) adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten a. Model Sikap Menurut Sumarwan (2002:149) mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap produk tersebut. Sebagai pemasar, berkepentingan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap produk yang dipasarkannya dan kemudian merumuskan strategi untuk mempengaruhi sikap konsumen tersebut. Model sikap biasanya digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap merek dari suatu produk b. Fungsi – Fungsi Sikap Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari .(WordPress.com.) Banyak sekali fungsi yang diutarakan oleh para ahli sepert Fungsi – fungsi sikap menurut Daniel Kazt dikutip oleh Setiadi (2003:215) 1. Fungsi utilitarian merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukum. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan 2. Fungsi ekspresi nilai konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas.

(28) 16. kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinnya 3. Fungsi mempertahankan ego sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung unutk melindunginya dari tantangna eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego 4. Fungsi pengetahuan sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang stiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidak pastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya Dapat disimpulkan bahwa fungsi sikap sangat penting dalam strategi pemasaran sebab dalam penerapannya dalam pemasaran suatu produk setiap perusahaan harus bisa melihat sikap konsumen c. Tingkatan Sikap Menurut (Notoatmojo, 1996:132) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni: 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2. Merespon. (responding). Memberikan. jawaban. apabila. ditanya,. mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri..

(29) 17. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf) d. Sifat Sikap Menurut Purwanto (1998:63) Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif: 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari membenci, tidak menyukai obyek tertentu. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf) Sikap terdiri dari dua yang disebutkan di atas ada kecenderungan sikap positif lah yang dinginkan suatu perusahaan untuk menempatkan produknya karena sifat positif cenderung mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu e. Ciri – Ciri Sikap Menurut Purwanto (1998:63) Ciri-ciri sikap adalah: 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapatdirumuskan dengan jelas. 4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang. membedakan. sikap. dan. kecakapan-kecakapan. pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang.. atau.

(30) 18. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf) Sikap bukan merupakan bawaan sejak lahir melainkan dapat dibentuk, karena sikap bisa berubah-ubah dan dan daapt dipelajari oleh perusahaan, untuk itu sikap sangat diperlukan dalam pemasaran suatu produk, apabila konsumen merasa bosan dengan suatu produk maka dia akan bersikap pindah ke produk lain, padahal dulunya dia loyal dengan produk itu. f. Cara Pengukuran Sikap Menurut Azwar (2005). Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf) Menurut Notoatmodjo (2003) Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap konsumen terhadap suatu produk. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf ) g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Menurut Azwar (2005) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain : 1. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini.

(31) 19. 3.. 4.. 5.. 6.. antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. Faktor Emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf). Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi dulu, baru faktor lainnya dapat mempengaruhi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan alur pembentukan sikap dimulai ketika seseorang menerima informasi tentang produk atau jasa. Informasi tersebut, kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu. Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan konsumen terhadap produk, serta tingkat kepentingan dari tiap atribut produk terhadap dirinya atau terhadap kebutuhannya saat ini. Hasil akhirnya adalah terbentuknya sikap dari individu terhadap suatu objek (produk, jasa atau hal lainnya). Tingkat komitmen dari pembentukan sikap beragam, mulai dari compliance, identification, sampai kepada internalization. Dalam prinsip konsistensi sikap, terdapat harmoni antara pemikiran, perasaan, dan perbuatan, yang cenderung menimbulkan usaha untuk menciptakan keseimbangan antara ketiganya. Adanya disonansi antara elemen sikap dan perilaku dapat.

(32) 20. direduksi dengan menghilangkan, menambah atau mengubah keduanya (teori disonansi kognitif). (WordPress.com.) Dapat disimpulkan bahwa teori ini menyatakan sikap dapat ditentukan dari perilaku yang diobservasi. Adanya penerimaan dan penolakan pesan berdasarkan standar yang dibentuk dari sikap sebelumnya terdapat dalam teori penilaian sosial. formasi yang diterima dari orang lain, yang memiliki pengaruh. h. Perubahan Sikap Strategi perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap produk dengan keterlibatan tinggi, maupun untuk produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Usaha mengarahkan audiens untuk produk dengan keterlibatan rendah ditempuh dengan mentransformasi situasi ke arah keterlibatan konsumen yang tinggi. Adapun strategi perubahan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tertentu dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang mengikuti alur proses komunikasi yang efektif. Pemasar harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan dapat menyebabkan perubahan sikap dari penerima pesan atau konsumen. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf) Faktor sumber, pesan, dan penerima pesan dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan sikap dan tentunya perubahan perilaku positif dari konsumen yang diharapkan oleh pemasar. Kredibilitas dari sumber pesan menjadi fokus dari komunikasi persuasif. Dalam mengelola pesan, yang harus diperhatikan adalah struktur, urutan, dan makna yang terkandung dalam pesan. Karakteristik dari penerima pesan, yang meliputi kepribadian, perasaan , dan jenis kepercayaan yang dimiliki juga menjadi faktor penentu keberhasilan komunikasi persuasif. (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf).. 6. Model Hipotesis Model Hipótesis.

(33) 21. Berdasrkan teori yang dijabarkan di atas dapat diperoleh model hipotesis sehingga dapat dijabarkan ke dalam variabel penelitian agar variabel tersebut dapat diamati dan diukur, maka perlu penjabaran ke dalam bentuk hipotesis. Gambar 1: Model Hipotesis. Kelompok I: Konsumen yang mengakui status pioneer. Konsumen. Pioneer status knowledge. Kelompok II: Konsumen yang tidak mengakui status pioneer. Sikap Konsumen (teh botol Sosro). Kelompok III: Konsumen yang raguragu status pioneer Keterangan: : H1 : H2 Hipotesis Hipotesis penelitian berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang diajukan, dapat diuraikan sebagai berikut :.

(34) 22. H 1:. Pengakuan konsumen atas status merek minuman teh dalam kemasan berpengaruh secara signifikan terhadap sikap konsumen merek pelopor minuman teh botol Sosro.. H 2:. Terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara kelompok konsumen yang mengakui dan yang tidak mengakui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor..

(35) 23 Tabel 1 Pemetaan Penelitian Terdahulu No. Nama dan Tahun. 1. Cynthia Yulita Wardayanti (2006). Judul / Tujuan. Paradigma / Konsep /. Metode, Variabel, dan Model. Hasil Temuan. Hipotesis Analisis Pengaruh H1: Konsumen yang Pioneer-Status mengetahui bahwa Sebuah Merek Vitacimin merupakan Terhadap Sikap merek pionir, Konsumen Dalam mempunyai sikap yang Kategori Produk lebih baik terhadap Vitamin C500mg. Vitacimin daripada Tujuan: terhadap Xon-Ce. 1. Mengidentifikasi H2: Konsumen yang tidak sikap konsumen mengetahui bahwa terhadap merek Vitacimin merupakan pionir dan merek merek pionir, pengikut. mempunyai sikap yang 2. Membandingkan sama terhadap sikap konsumen Vitacimin dan Xon-Ce terhadap merek H3: Terdapat perbedaan Vitacimin sebagai sikap yang signifikan merek pionir antara konsumen yang dalam kategori mengetahui bahwa produk tablet hisap Vitacimin merupakan vitamin C 500mg merek pionir dengan dengan Xon-Ce konsumen yang tidak sebagai merek mengetahui bahwa pengikutnya. Vitacimin merupakan 3. Menganalisis merek pionir.. Model Hipotesis. Konsumen. Pioneer status knowledge Kelompok 1: Konsumen yang tahu status pioneer. Kelompok 2: Konsumen yang tidak tahu status pioneer. H1 Vitacimin. H2 Xon-Ce. Xon-Ce. H3. Vitacimin. 1. Menunjukkan bahwa konsumen yang mengetahui bahwa Vitacimin merupakan merek pionir mempunyai sikap yang lebih baik secara signifikan terhadap merek Vitacimin daripada terhadap merek Xon-Ce (Hipotesis 1). 2. Sedangkan konsumen yang tidak mengetahui Vitacimin sebagai merek pionir mempunyai sikap yang sama terhadap Vitacimin dan Xon-Ce.

(36) 24 perbedaan sikap antara konsumen yang mengetahui bahwa Vitacimin merupakan merek pionir dengan konsumen yang tidak mengetahui bahwa Vitacimin merupakan merek pionir. 2. Rettie, Hilliar and Alpert (2002). “Pioneer brand advantage with UK consumers” This research replicates and extends Alpert and Kamins’ (1995) research, which was the first to directly survey consumers. Since their research occurred only in the USA, cross-cultural replication is appropriate,. H1. Consumers will be able to correctly recall the pioneer brand in a given product category to a degree greater than chance. H2. Consumers will retrieve pioneer brands to a degree that is significantly higher than any other brand. H3. All things being equal, consumers prefer the pioneer brand in terms of purchase preference. H4. Communication of. (Hipotesis 2). 3. Hasil pengujian menunjukkan sikap yang sama terhadap Vitacimin antara Kelompok 1 dan Kelompok 2. Terhadap XonCe, kedua kelompok tersebut juga menunjukkan sikap yang tidak berbeda secara signifikan The research included a direct test of managerial implications – a test of the impact of various claims to communicate first-entry status. Results show this can be communicated with significant effect with terms like ``the original’’ or ``the first’’;.

(37) 25 (Hubbard and pioneer status through Armstrong, 1994). labelling will have a Key results show positive impact on that: consumers are purchase interest even able to years after recall a brand’s introduction. pioneering status; H5. Communication of pioneer brands pioneer status through generally have higher labelling has less effect recall or retrieval than years afterwards than at other brands the brand’s including the market introduction. leader; H6. Consumers who recall communication of the pioneer status of a pioneer status may brand are more likely enhance to have bought that purchase interest, brand. both at the time of the product’s introduction and years after its introduction. however, in the UK the term ``the pioneer’’ was seen less favourably and should not be used on packaging and advertising. The results suggest that years after product introduction it is still effective to communicate pioneership. In addition, in the UK study we found that if consumers recall pioneer status they are more likely to be actual purchasers. In summary, the two surveys of representative samples using real brands contribute external validity and new insights for consumerbased pioneer brand advantage beyond the.

(38) 26 learning effects from the laboratory-style studies with student samples using hypothetical brands. The crosscultural strength of the pioneership effect is established by the UK results being broadly similar to those from the USA. However, interesting and significant differences were found between the two countries, suggesting that culture does moderate the effect of pioneership on consumers..

(39) BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan masalah terhadap fenomena-fenomena tertentu. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori atau format eksplanasi. Format eksplanasi dimaksudkan untuk menggambarkan suatu generalisasi atau menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain, karena itu penelitian eksplanasi menggunakan hipotesis dan untuk menguji hipotesis digunakan statistik infrensial (Bungin, 2001:51). Dalam penelitian jenis ini, hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji untuk mengetahui serta membandingkan perbedaan sikap antara kelompok mahasiswa (program S-1 Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2006 dan 2007) yang mengakui dan yang tidak mengakui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor serta yang ragu-ragu bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah pada Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah pertimbangan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2006 dan 2007 merupakan komunitas yang berpotensi dalam penggunaan. produk yang diteliti pada penelitian ini C. Konsep, Variabel Dan Pengukuran 1. Konsep dan Variabel Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, obyek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis (Cooper dan Emory, 1996:160). Dalam penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa konsep merupakan definisi yang sifatnya abstrak. Agar konsep-konsep dapat diteliti,.

(40) 28 maka harus dioperasionalisasikan dengan cara menjabarkannya menjadi variabelvariabel tertentu. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Merek Pelopor (Pioneer Brand) Sebuah merek yang mengeluarkan produknya lebih dulu atau pertama kali daripada produk lain yang kategorinya sama. 2. Sikap konsumen Suatu kencederungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. 2. Definisi Operasional Berdasarkan konsep tersebut, maka definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Merek Pelopor (Pioneer Brand) Merek awal pada kategori produk baru yang memiliki ciri yang dipandang konsumen sebagai hal yang baru dan menarik perhatian. Pengakuan tentang status merek pelopor adapat dinilai melalui dua hal yaitu kekonsistenan terhadap pelopor image dan keyakinan terhadap merek pelopor. Apabila pandangan responden pada penelitian ini cenderung setuju pada pernyataan tentang (status) merek, maka status merek yang dinilai adalah cenderung pelopor sehingga responden tersebut dalam penelitian ini digolongkan pada kelompok I (konsumen yang mengakui teh botol Sosro adalah merek pelopor). Adapun, apabila pandangan responden pada penelitian ini cenderung tidak setuju pada pernyataan tentang (status) merek, maka status merek yang dinilai adalah cenderung bukan pelopor (tidak mengakui bahwa teh botol Sosro adalah merek pelopor-kelompok II). Serta, apabila pandangan responden pada penelitian ini cenderung ragu-ragu pada pernyataan tentang (status) merek, maka berarti responden tersebut cenderung ragu-ragu jika teh botol Sosro merupakan merek pelopor (kelompok III) 2. Sikap konsumen Persepsi konsumen setelah mengevaluasi suatu produk dengan kecenderungan bersikap positif atau negatif (menyukai dan menyenangi serta sebaliknya)..

(41) 29 Tabel 2: Konsep, Variabel, Indikator dan Item Konsep (Status) Merek. Variabel Merek Pelopor. Indikator Kekonsistenan terhadap merek pelopor. − −. Keyakinan terhadap merek pelopor. − −. Sikap Konsumen. Sifat Sikap (X). Menyukai. − − − − − −. Mempercayai. − − − − −. Item Saya akan membeli minuman teh kemasan teh botol Sosro kalau haus Dimana saja dan kapan saja kalau minum teh saya pilih teh Sosro Menurut saya jaminan minum teh dalam kemasan hanya ada pada teh Sosro Sosro adalah merek pembaharu cara minum teh dalam kemasan Saya menyukai rasa teh dari teh pilihan pada teh botol Sosro Saya menyukai rasa teh pada teh Sosro disbanding frestea Saya menyukai aroma teh pada teh botol Sosro karena asli teh Saya menyukai aroma teh pada teh Sosro disbanding frestea Saya menyukai warna teh yang alami pada teh botol Sosro Saya menyukai warna teh pada teh Sosro disbanding frestea Saya percaya teh botol Sosro minuman kemasan yang higienis Saya percaya teh botol Sosro minuman kemasan yang sehat Saya percaya teh botol Sosro memang minuman pelepas dahaga Saya percaya teh botol Sosro cocok diminum dengan makanan apa saja Saya percaya teh botol Sosro dapat diminum kapan saja. 3. Skala Pengukuran Metode pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2007:107) Dengan skala.

(42) 30 Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.. Skala Likert merupakan skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masingmasing. dari. serangkaian. pernyataan. mengenai. obyek. stimulus. (Malhotra:2005:298). Semakin banyak pilihan pada skala Likert maka jawaban responden akan semakin terwakili. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan 7 pilihan jawaban yang dapat dijelaskan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 : Skala Pengukuran No. Jawaban 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Tidak setuju agak 4. Ragu – ragu 5. Setuju agak 6. Setuju 7. Sangat setuju http://www.gerardkeegan.co.uk/glossary/gloss_l.htm. Skor 1 2 3 4 5 6 7. Keuntungan dari skala Likert yang jelas - mereka adalah 'mudah' untuk membangun, mengelola dan skor. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah gabungan seluruh elemen yang memiliki serangkaian karateristik serupa yang mencakup semesta untuk kepentingan masalah riset pemasaran (Malhotra:2005:364). Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa yang terdaftar kuliah program S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2006 dan 2007 yang pernah mengkonsumsi teh botol Sosro dan Frestea. 2. Sampel Sampel adalah proses dari penyeleksian suatu jumlah elemen populasi menjadi anggota sampel. Segala sesuatu yang oleh peneliti dijadikan kesatuan (unit) yang nantinya akan menjadi obyek pemilihan disebut unit sampling sehingga dalam memilih sampel dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menetukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh,.

(43) 31 sehingga dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari sebuah populasi yang diteliti, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi (Kumadji, 2008:1). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar kuliah program S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2006 dan 2007 yang pernah mengkonsumsi Teh Botol Sosro dan Frestea. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Machin (Kumadji, 2008:11)), yaitu:. Keterangan: Uρ. =. U’ρ n Z1-α. = = =. Z1-β. =. ρ. =. Standardized normal random variabel corresponding to particular value of the correlation coeficient ρ initial estimate of Uρ ukuran sampel harga yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku dengan alpha yang telah ditentukan harga yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku dengan beta yang telah ditentukan koefisien korelasi terkecil yang diharapkan dapat dideteksi secara signifikan. Berdasarkan pertimbangan bahwa nilai r terendah yang diperkirakan akan diperoleh melalui penelitian ini adalah r = 0,3 ; α = 0,05 pada pengujian dua arah dan β = 0,9 maka diperoleh n (minimum) = 112. Jadi, sampelnya adalah 112 orang mahasiswa yang terdaftar kuliah program S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2006 dan 2007 yang pernah mengkonsumsi Teh Botol Sosro dan Frestea 3. Teknik Pengambilan Sampel Peneniltian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Metode Accidental Sampling. Menurut Sugiyono (2006:77) Accidental Sampling yaitu.

(44) 32 metode pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Teknik ini dipilih karena konsumen yang pernah meminum teh botol Sosro dan Frestea tidak mudah ditemui untuk kemudian dimintai informasi serta tidak diketahui dengan pasti jumlah konsumen tersebut. E. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Menurut cara memperolehnya, data dalam penelitian ini terdiri dari: a. Data Primer Adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari jawaban responden melalui kuisioner. Data yang diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner yang disebarkan pada mahasiswa S-1 Jurusan Administrasi Bisnis Angkatan 2006 dan 2007 yang mengkonsumsi teh botol Sosro dan Frestea Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. b. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, jumlah karyawan serta komposisinya. Data yang dikumpulkan dari luar obyek dan merupakan data yang sudah jadi dan diperoleh dari bagian pengajaran Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya tentang jumlah seluruh mahasiswa S-1 Jurusan AdministrasiBisnis Angkatan 2006 dan 2007 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 2. Metode Pengumpulan Data a. Kuisioner Kuisioner ini disusun secara terstruktur, baik berupa pertanyaan dengan jawaban terbuka maupun pertanyaan dengan jawaban tertutup guna menjaring data, sehingga diperoleh data akurat berupa tanggapan langsung responden. b. Wawancara.

(45) 33 Melalui tanya jawab langsung dengan pihak terkait, khususnya pada perusahaan meliputi, lokasi perusahaan, serta komposisi dan data lain yang diperlukan. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006 :160) adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Dalam melakukan penelitian diperlukan alat bantu berupa instrument penelitian antara lain : a. Kuesioner yaitu berupa daftar pertanyaan secara tertulis yang disusun secara terstruktur kepada responden untuk diisi berkenaan dengan informasi yang diperlukan, yang nantinya dapat digunakan sebagai data yang diolah. b. Pedoman Wawancara yaitu berupa daftar pertanyaan yang diajukan langsung kepada pihak-pihak yang terkait sebagai sumber informasi sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dan sebagai informasi pendukung dari kuesioner. G. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Validitas alat ukur menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud. Secara statistik, uji validitas dilakukan dengan teknik validitas internal. Validitas internal dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan bagian instrumen secara keseluruhan. Validitas internal dibatasi dalam pembahasan ini kepada kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.yaitu apakah instrumen ini memang mengukur apa yang seharusnya diukur sebagaimana dikatakan oleh pembuatnya (Cooper dan Emory:1996:160). Dengan tingkat signifikansi 0,05; sehingga apabila angka.

Gambar

Gambar 1: Model Hipotesis
Tabel 3 : Skala Pengukuran
Tabel 4 : Hasil Uji Validitas
Tabel 5 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Alpha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagus (2016) bahwa, ada pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama atau simultan dari

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran perubahan struktur kependudukan, ekonomi, kesejahteraan penduduk dan ketenagakerjaan berdasarkan

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Upaya Pencegahan Oleh Rumah Tangga di Kelurahan Tatura utara Kecamatan Palu Selatan Tahun 2011. Upaya

[r]

Janda sebagai ahli waris terdapat banyak persamaan dan perbedaan dalam sistem hukum Islam dengan sistem hukum baratyang mana masyarakat kurang mengetahui persamaan

mungkin seorang perempuan hamil tanpa adanya pertemuan antara ovum dan spermatozoa baik melalu hubungan seksual (coitus) maupun melalui cara lainberdasarkan perkembangan

Pemaknaan tentang Tuhan dari sudut pandang sendiri, dan dengan logika berfikir manusia semata menjadikan manusia itu sendiri tidak berbeda dengan orang Farisi dan

Sedangkan bagi pihak luar manajemen kinerja merupakan alat untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam suatu periode tertentu yang merupakan