• Tidak ada hasil yang ditemukan

Floribunda 5(3) INDIGOFERA LONGERACEMOSA BOIV. EX BAILL. DI JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Floribunda 5(3) INDIGOFERA LONGERACEMOSA BOIV. EX BAILL. DI JAWA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

INDIGOFERA LONGERACEMOSA BOIV. EX BAILL. DI JAWA

Muzzazinah12), Tatik Chikmawati3) & Nunik Sri Ariyanti3)

1Sekolah Pascasarjana, Program Studi Biologi Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, 16680. Email: yayin_am@yahoo.com.

2 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, UNS Solo, Jawa Tengah, Indonesia 57126. 3Departmen Biologi, FMIPA IPB, Bogor Indonesia 16680.

Email: tchikmawati@yahoo.com.

3Departmen Biologi, FMIPA IPB, Bogor Indonesia 16680. Email: nuniksa@gmail.com.

Muzzazinah, Tatik Chikmawati & Nunik Sri Ariyanti. 2015. Indigofera longeracemosa Boiv. ex Baill. in Java. Floribunda 5(3): 106–110. — Indigofera longeracemosa Boiv. ex Baill have been written by Backer in the Flora of Java 1: 591, but the specimen collection was not stored in the Herbarium Bogoriense or Her-barium Kew, Leiden and Singapura. In 2014 I. longeracemosa have been found and collected from Sleman, Yogyakarta, Indonesia.

Keywords: Indigofera longeracemosa, zig-zag, racemes erecto, top branches.

Muzzazinah, Tatik Chikmawati & Nunik Sri Ariyanti. 2015. Indigofera longeracemosa Boiv. ex Baill. di Jawa. Floribunda 5(3): 106–110. — Indigofera longeracemosa Boiv. ex Baill dicatat oleh Backer dalam buku Flora of Java I, halaman 591, namun koleksi spesimen tidak ditemukan di Herbarium Bogoriense juga di Herbarium Kew, Leiden maupun Singapura. Pada tahun 2014 I. longeracemosa ditemukan di Sleman, Yogyakarta, Indonesia.

Kata kunci: Indigofera longeracemosa, sik-sak, perbungaan tegak, percabangan muda. Dalam Flora of Java 1: 591 Backer &

Bakhuizen van den Brink Jr. (1963) telah merekam dan mendeskripsikan I. longeracemosa Boiv. ex Baill karena itu sebagai akibatnya dalam ILDIS

(International of Legume Database and

Informa-tiaon Service) disebutkan bahwa I. longeracemosa

merupakan tumbuhan asal dari Madagaskar dan kemungkinan ditanam di Jawa untuk penyubur/ pupuk. Namun, spesimen I. longeracemosa dari Pulau Jawa yang di deskripsi Backer & Bakhuizen van den Brink Jr. tidak disimpan di Herbarium Bo-goriense, dan rupanya juga tidak di Herbarium Kew, Leiden maupun Singapura. Oleh karena itu dalam merevisi Indigofera di Asia Tenggara De Kort & Thijsse (1984) tidak mencantumkan

I. longeracemosa. Dalam melakukan eksplorasi

untuk menggali data penggunaan Indigofera se-bagai pewarna alami batik di Indonesia, secara kebetulan ditemukan I. longeracemosa di Jawa. Tulisan ini disusun untuk melaporkan hasil penga-matan terhadap specimen yang ditemukan tersebut.

BAHAN DAN METODE

Di antara 68 lokasi eksplorasi jenis-jenis

In-digofera di seluruh wilayah Pulau Jawa, Pulau

Ma-dura, Pulau Samosir dan Pulau Flores terdapat pa-da satu lokasi di Dusun Sambirejo, Desa

Wedo-martani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ditemukan sebanyak 17 indi-vidu I. longeracemosa Boiv. ex Baill. Pengum-pulan contoh bahan dilakukan dalam bentuk segar dengan menyeleksi dari individu yang sehat dan lengkap seperti daun, bunga, buah, dan biji. Selain spesimen untuk herbarium dikumpulkan pula biji yang kemudian ditanam untuk diamati pertum-buhannya. Pengamatan morfologi dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium untuk me-ngumpulkan data: habitus, bentuk kanopi, warna batang bagian ujung, daun dan semua ciri vegetatif dan generatif lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. longeracemosa Boiv. ex Baill.

Indigofera longeracemosa Boiv. ex Baill.,

Baillon. Bull. Mens. Soc. Linn. Paris (1883) 399; Castillo. Hist. Madagaskar. (1882) 145; Prain & Baker, Journ. Bot. (1902), 144; Watt., Com. Prod. India. (1908) 662; Gamble, Fl. Pres. Madras. I. (1915) 312; Howard., Nature 46 (1915) 17; Heyne., De Nut Pl. Ned. Indie. (1916)276; Taylor, Invent. Seeds. Pl. Import. (1917) 60; Gillet, Kew. Bull. And 1. Ser. 1. (1958) 166; Backer & Backui-zen van den Brink Jr, Fl. Java I (1963) 591; Gillet, Fl. Trop. E. Africa. (1971) 308; Schrire.,

(2)

Syste-cabang 10‒23, kulit kemerahan, berbintil, beram-but biramus; perkembangan cabang muda zig‒zag dan lurus setelah tua; daun penumpu segitiga me-manjang 1,0‒1,8 mm, berambut dan berkelenjar, permanen; tangkai daun 8‒12 mm, berambut. Daun majemuk menyirip gasal, 40‒50 mm x 20‒25 mm, panjang rakhis 1,5‒2 cm. Stipela bentuk pita, be-rambut; tangkai anak daun 1‒1,7 mm. Helai daun jorong melebar, jumlah (5‒7)9‒(11‒13), berha-dapan, 10‒11 mm x 6‒7 mm, panjang rachila 1‒1,2 cm, basal membulat, tepi rata, ujung daun bermu-kro; kerapatan rambut permukaan atas dan bawah padat, pertulangan jelas, warna daun segar hijau kebiruan gelap. Perbungaan menandan di ketiak daun, tegak, panjang tandan 2‒4,5 mm, jarak antar bunga jarang. Bunga kupu‒kupu, panjang 6,6‒10 mm x 2,2‒5 mm; braktea daun pelindung mudah luruh (caducous), bentuk segitiga memanjang, berukuran 1‒1.2 mm; kelopak bunga melonceng, panjang 1,4‒1,7 mm, cuping kelopak berjumlah 5, dengan ukuran dan bentuk tidak sama, bentuk se-gitiga memanjang, panjang cuping 0,5‒1,1 mm, dua cuping bagian dorsal lebih panjang dibanding-kan 3 cuping lainnya; bendera, memiliki bentuk bervariasi dari bundar, jorong melebar sampai bundar telur sungsang, panjang 2,6‒4,2 mm x 3,6‒ 4,1 mm, tepi melipat ke dalam, berambut padat permukaan atas, bagian dorsal hijau, bagian ven-tral beralur merah; sayap sepasang, ukuran 3,8‒4,6 mm x 1,3‒1,7 mm, berwarna merah muda; lunas sepa-sang, panjang 4,6‒5,1 mm x 1,2‒1,8 mm, pangkal tepi membentuk lipatan seperti saku, ujung lipatan lancip, ukuran lipatan 0,4‒0,8 mm x 0,3‒ 0,5 mm. Benang sari terdiri dari dua berkas (dia-delf), 9 mengelompok, 1 lepas, panjang bagian yang berlekatan 1,6‒4 mm, bagian yang bebas 0,1‒ 0,8 mm; kepala sari berukuran 0,5‒0,75 mm x 0,2 ‒0,3 mm, tidak berambut baik pada ujung maupun bagian basal. Bakal buah menyatu dengan tangkai putik dan putik, berbentuk silidris memanjang,

ba-ukuran 2,2‒2,9 mm x 1,7‒2,2 mm, permukaan tidak ber-ornamen, tekstur berbubungan, warna cokelat.

Distribusi. Widomartani, Sleman. Yogyakar-ta.

Ketinggian. 421m dpl.

Habitat. Tanah pekarangan, bercampur ta-naman palawija.

Catatan: Ciri spesifik pada spesies ini meli-puti: (1) bentuk tajuk melebar di bagian atas de-ngan arah pertumbuhan cabang utama membentuk sudut 45o‒900, tetapi arah pertumbuhan cabang mendatar, sehingga permukaan daun menghadap ke atas (Gambar 1A); (2) warna batang muda kemerahan (Gambar 1B), berbeda dengan spesies lainnya yang berwarna hijau. Backer & Bakhuizen van den Brink Jr. (1963) juga melaporkan bahwa warna batang muda spesies ini kemerahan; (3) bentuk pertumbuhan batang muda zig zag, berbeda dengan spesies lainnya yaitu lurus (Gambar 1C). Karakter bentuk pertumbuhan batang muda tidak pernah dilaporkan oleh Backer & Bakhauzien; (4) Warna daun segar hijau keabu-abuan, sedangkan warna daun kering abu-abu sampai abu-abu gelap (gambar 1H); (5) bentuk polong silindris, tegak, permukaan kulit lebih mengkilap (Gambar 1G); (6) buah matang pada I. longeracemosa berwarna co-kelat tembaga. Bentuk polong silindris, lurus, mi-rip dengan I. arrecta, tetapi keduanya berbeda pada warna buah matang dan permukaan kulit buah; (7) bentuk organ generatif memiliki kemiripan dengan spesies yang lain (Gambar 2) Deskripsi I.

longe-racemosa yang dilakukan didasarkan pada

speci-men type (Gambar 3)

Temuan kembali dan koleksi I. longerace-mosa dari pulau Jawa, Indonesia memantapkan keterdapatan spesies tersebut di Malesia. Dengan demikian melalui koleksi ini jumlah spesies

In-digofera di Asia Tenggara bertambah satu menjadi

(3)

A

D

E B C 2 cm 2 cm 2 cm 10 cm

Gambar 1. Morfologi I. longeracemosa Boiv. ex Baill. A. habitus, B. Warna kulit batang muda, C. Bentuk pertumbuhan pucuk batang, D. Arah percabangan, E. Perbungaan.

(4)

E F

A B

C D

G H

Gambar 2. Organ generatif. A. kelopak bunga , B. bendera, C. sayap, D. lunas, E. pistil, F. stamen, G. daun penumpu, H. daun pelindung.

Gambar 1. Morfologi I. longeracemosa Boiv. ex Baill. F. bunga kupu-kupu, G. Kedudukan buah dan bentuk buah, H. Warna daun kering dan basah, I. Biji.

I 1 mm H 2 cm F G 2mm 2 cm

(5)

Gambar 3. Foto spesimen tipe dari Indigofera longeracemosa Boiv. ex Baill. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Sugiyanto yang telah menunjukkan lokasi tempat tumbuhnya I. longeracemosa dan kepada Prof. Mien A Rifai yang telah menyempurnakan tulisan ini sehingga menjadi temuan baru dalam marga Indigofera di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Backer CA & Bakhuizen van den Brink Jr. RC. 1963. Flora of Java 1. Noordhoff, Groning-en.

De Kort I & Thijsse G. 1984. A revision of the genus Indigofera (Leguminosae‒Papiliono-ideae) in Southeast Asia. Blumea 30: 89‒ 151.

Referensi

Dokumen terkait

ang mengaki!atkan sirkulasi pada kedua ketel uap ta!ung air men$adi tidak alami. engan sekali melalui sirkulasi paksa !oiler dapat mengaki!atkan masalah pada

Pengamatan dilakukan terhadap morfologi tanaman (panjang batang, jumlah daun dan jumlah anakan), fisiologi tanaman (aktivitas nitrat reduktase dan produksi bahan kering)

Adapun upaya guru untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di Mts Darul Ihsan yaitu bertujuan untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diharapkan sehingga tujuan

Untuk besar perpindahan tiang terjadi pada setiap lokasi berdasarkan hasil analisis LPILE Plus dan metode broms, secara keseluruhan perpindahan yang didapat tidak masuk dalam

Jika pemilihan topik dilakukan dengan baik, maka akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteks yang berarti/bermakna dalam pengembangan

Karena nilai C.R = 14,500 >1,96 maka H 0 ditolak pada taraf signifikan 5%, yang berarti budaya organisasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Di sekolah perkembangan belajar siswa berada di bawah bimbingan guru. Di samping itu siswa diberi tanggung jawab untuk bersikap mandiri. Dalam hal belajar kemandirian

ini dibuat sejalan dengan pedoman umum tersebut Dengan adanya pedoman ini diharapkan tiap rumah sakit dapat direncanakan pelayanan laboratorium sesuai dengan keias rumah sakit