• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak sedikit pula wanita yang sudah berumah tangga, memilih sebagai ibu rumah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tidak sedikit pula wanita yang sudah berumah tangga, memilih sebagai ibu rumah"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini masyarakat Indonesia dituntut untuk serba cepat diantaranya dalam hal ekonomi, kesehatan, maupun informasi. Tidak sedikit pula wanita yang sudah berumah tangga, memilih sebagai ibu rumah tangga saja, akan tetapi banyak juga wanita yang memilih untuk berkarir. Bukan hal yang tak lazim lagi apabila sekarang ini banyak sekali wanita di Indonesia yang telah berkarir dalam bidangnya masing-masing. Tuntutan rutinitas pekerjaan yang begitu padat serta menyita waktu terkadang menjadi alasan banyaknya wanita sekarang ini sulit untuk menjaga kesehatan. Wanita zaman sekarang ini bisa di bilang memiliki pola hidup yang kurang baik, seperti tidak rutin berolah raga, tidak mengatur pola makan secara baik, serta mudah stress, semua itu merupakan pola hidup yang tidak sehat dan bisa memancing penyakit untuk menyerang kesehatan tubuh setiap wanita di masa kini. Ada sebuah penyakit yang terbilang cukup menarik untuk diketahui setiap wanita khususnya yang berusia produktif di Indonesia sekarang ini yaitu penyakit kista. Kista memiliki banyak jenis, diantaranya adalah kista jenis folikel, kista korpus luteum, kista denoma, kista dermoid, kista hemorrhage, kista lutein, kista polikistik ovarium, kista endometriosis ( Nasdaldy, 2009 ).

(2)

Pada dasarnya kista dimiliki oleh setiap manusia, baik pria maupun wanita, akan tetapi kista di dalam tubuh pria tidak berpotensi untuk menjadi sebuah penyakit. Sedangkan pada wanita kista berpotensi menjadi sebuah penyakit yang berbahaya apabila mulai aktif dalam tubuh wanita. Tingkat keganasannya di tentukan pada jenis setelah melakukan proses pendeteksian oleh dokter yang menangani masalah kista. Penyakit ini terbilang cukup unik dan mengundang perhatian, tidak sedikit juga wanita di Indonesia mengenal penyakit ini, akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang acuh tak acuh dalam menanggulangi atau menyikapi penyakit ini, hal ini juga terjadi karena sumber maupun informasi yang ada mengenai penyakit kista masih terasa kurang, sehingga mugkin menyebabkan wanita wanita di Indonesia sekarang ini terkesan bereaksi kurang tanggap akan bahayanya penyakit ini, hingga akhirnya banyak korban penderita penyakit kista endometriosis ini bertambah setiap tahunnya, ini terbukti melalui peningkatan penderita penyakit ini setiap tahunnya ( Nasdaldy, 2009 ).

Kista adalah tumor jinak yang terdapat di organ reproduksi wanita yang paling sering ditemui, bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah. Sedangkan kista endometriosis sendiri adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia reproduksi, penyakit ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan keluhan nyeri haid, nyeri saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas. Endometriosis ini disebabkan oleh karena siklus haid yang tidak berjalan dengan baik sehingga darah kotor yang seharusnya terbuang dengan lancar menjadi tersumbat dan menetap didalam rahim wanita

(3)

tersebut, dan semakin terus membesar karena terus menerus tertampung. Ini terjadi karena gangguan hormone estrogen dan progesterone didalam tubuh wanita tidak seimbang. Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus di lakukan tindakan operasi seperti jenis kista endometriosis, namun hal itu tergantung pada ukuran dan sifatnya serta keinginan penderita ( Nasdaldy, 2009 ).

Kista endometriosis juga bisa terjadi jika jaringan endometrium menyebar melalui pembuluh darah ke organ-organ tubuh lainnya seperti paru-paru. Fungsi indung telur yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan juga disinyalir menjadi penyebab endometriosis. Nyeri pada saat haid hari pertama adalah salah satu gejala endometriosis. Rasa sakit itu ditimbulkan oleh jaringan endometrium yang tumbuh, memperbanyak diri, dan berkembang menjadi kista, yaitu suatu benda yang berbentuk benjolan dan mempunyai isi. Isi kista itu bisa berupa darah haid yang berwarna coklat, yang disebut sebagai kista coklat. Kista itu semakin lama semakin membesar dan menekan. Penimbunan cairan haid yang tidak ada jalan keluarnya inilah yang menyebabkan rasa sakit pada saat haid akan bertambah dari bulan ke bulan (Evianggarini, 2009).

Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada keadaan krisis. Perjalanan penyakit ini sering disebut dengan sillent killer atau secara diam-diam, menyebabkan banyak wanita yang

(4)

tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui secara pasti karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik (Nasdaldy, 2009).

Laporan terbaru menyebutkan banyak kasus endometrium ditemukan pada wanita berusia dibawah 30 tahun. Pada studi penelitian terhadap 140 pasien berusia antara 10-29 tahun yang mengeluhkan deraan sakit panggul yang parah, ternyata diketahui 47% dari mereka menderita kista endometriosis (Hadibroto, 2007).

Berdasarkan hasil data yang didapatkan oleh Nasdaldy (2009), di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak 23.400 orang, dengan angka kematian sebesar 13.900 orang. Di RSU Raden Mattaher Jambi terdapat jumlah seluruh penderita kista ovarium tahun 2009-2010 sebanyak 47 orang. Dari sekian banyak jenis penyakit kista, kista coklat (endometriosis) begitu menarik perhatian untuk diteliti dan di informasikan kepada masyarakat, terutama untuk wanita di Indonesia yang setiap tahunnya bertambah banyak penderitanya. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus penderita kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga.

(5)

Dari hasil data yang diambil dari buku register ruang Cut Nyak Dhien tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terdapat 42 orang yang menderita kista endometriosis dan diantaranya banyak yang dialami oleh wanita yang sudah menikah. Terlepas dari jumlah kasus tersebut, salah satu akibat yang ditimbulkan dari kista endometriosis adalah infertilitas. Infertilitas ini merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh kaum wanita.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Kista Endometriosis Pada Ibu Yang Dirawat Di Ruang Cut Nyak Dhien Tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja yang Berhubungan dengan Penyakit Kista Endometriosis pada Ibu Yang Dirawat Di Ruang Cut Nyak Dhien Tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit kista endometriosis pada Ibu Yang Dirawat Di Ruang Cut Nyak Dhien Tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh Tahun 2010-2012.

(6)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penyakit kista endometriosis pada ibu ditinjau dari segi Paritas

b. Untuk mngetahui hubungan penyakit kista endometriosis pada ibu ditinjau dari segi Usia

D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Peneliti

Dapat menambah ilmu serta wawasan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah dan dapat di aplikasikan di lapangan.

2. Untuk tempat Penelitian

Dapat menjadi bahan masukan sebagai informasi yang berguna terkait mengenai penyakit kista endometriosis pada ibu.

3. Untuk Institusi Pendidikan

Bagi Akademi Kebidanan STIKes U’Budiyah dapat menjadi kajian maupun referensi di perpustakaan serta meningkatkan kemampuan peserta didik mengenai penyakit kista endometriosis pada ibu.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kista endometriosis 1. Pengertian

Kista merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cairan yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Tumbuhnya kista tersebut bisa membuat terganggunya siklus haid, tingkat kesuburan, dan juga rasa sakit luar biasa (Hacker, 2001).

Kista adalah pembesaran suatu organ yang didalamnya berisi cairan seperti balon yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi kista adalah indung telur. Tidak ada keterkaitan apakah indung telur kiri atau kanan (Evianggarini, 2009).

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma ( Sarwono, 2008 ).

Endometriosis adalah kista atau jaringan yang seharusnya berada di dalam rahim tumbuh di tempat lain seperti saluran telur dan ovarium (Hacker, 2001).

(8)

Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium diluar uterus, paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang mengantung. Meskipun jinak endometriosis bersifat progesif, cenderung kambuh dan dapat menginvasi secara lokal (Benson, 2008).

Endometriosis adalah suatu keadaan pada seorang perempuan di mana sel-sel selaput lendir rahim (endometrium) berada di luar tempat seharusnya, yaitu di dalam rahim. Sel-sel endometrium seharusnya berada di dalam rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Dalam siklus menstruasi, ketebalan endometrium akan bertambah sebagai persiapan kehamilan. Namun, bila kehamilan tidak terjadi maka endometrium akan terlepas dan dikeluarkan sebagai darah haid. Kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Kista endometriosis sebenarnya salah satu jenis kista yang tidak ganas dan bukan merupakan tumor sejati. Meskipun bukan kista ganas, kista endometriosis perlu diwaspadai karena 26 persen dari kasus kista endometriosis dapat berlanjut menjadi kanker (Evianggarini, 2009).

Kista endometriosis terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah) tidak terletak dalam rahim, tetapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan

(9)

terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa terdapat pada satu atau dua indung telur ( hacker, 2001).

Kista ini kerap terjadi dan dapat mengganggu kesuburan wanita. Contoh yang harus dicurigai, ketika banyak wanita yang harus berjuang menahan sakit perut hebat ketika masa - masa menstruasi mendatangi mereka. Bahkan banyak dari wanita itu yang tidak bisa beraktivitas sama sekali dan membutuhkan obat penghilang rasa sakit agar bisa melewati satu hari itu. Rasa sakit yang diderita setiap bulan itu sebenarnya tidak normal dan mengandung endometriosis. Kista ini membuat jaringan endometrial mengendap pada organ di luar rahim seperti ovarium, tuba fallopi, atau di mana saja sekitar perut. Dari kasus ketidaksuburan (infertilitas) pada wanita tersebut sekitar 10 - 15% disebabkan karena kista endometriosis yang dapat timbul di indung telur, saluran telur, atau badan rahim (Evianggarini, 2009).

2. Penyebab

Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa mekanisme yang mungkin berperan penting dalam bidang ginekologi, menyerang 10%-20% wanita yang masih mengalami menstruasi. Ditemukan pada 30%-45% wanita infertile (Benson, 2008).

Sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan kista ini tumbuh di lokasi yang tidak biasanya dengan cara mengikuti aliran menstruasi ke dalam tuba falopi di rongga perut dan panggul selama menstruasi. Kemungkinan yang lain adalah

(10)

saluran pada organ di rongga panggul memiliki sel-sel lama yang mungkin tumbuh membentuk jaringan dengan bentuk yang berbeda ( Derek, 2001 ).

Endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali melalui tuba kedalam rongga pelvis, karena didalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup dan yang kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis ( Sarwono, 2008 ).

Penyebab kista endometriosis masih terus dikembangkan oleh banyak peneliti, namun beberapa penyebab kista endometriosis menurut Hacker (2001) antara lain :

a. Gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus hipofise (organ yang mengatur pembentukan hormon pada manusia)

b. Gangguan pembentukan hormon indung telur

c. Darah menstruasi masuk kembali ke saluran telur (tuba falopi) dengan membawa jaringan (endometrium) dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.

Menurut Kusuma (2009), terjadinya penyebaran endometriosis ke berbagai tempat dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Teori Regurgitasi Sampson

Darah menstruasi mengalir kedalam kavum abdomen melalui tuba, sel endometrium dapat tertanam tumbuh dan hidup. Rangsangan hormonal berpengaruh sehingga terjadi proses mengikuti siklus menstruasi.

(11)

b. Teori Metaplasia Meyer

Sel yang berasal dari selom tumbuh dan menerima rangsangan hormonal estrogen dan progesterone. Sel mengalami metaplasi menjadi jaringan endometrium dan mengikuti siklus menstruasi.

c. Penyebaran secara Limfogen dari Halban

Sel endometrium masuk ke sirkulasi aliran limfa dan menyebar pada beberapa tempat. Sel hidup dan mendapatkan rangsangan estrogen dan progesterone dalam proses siklus menstruasi.

d. Penyebaran Mengikuti aliran Darah e. Penempelan Kembali sel Endometrium

Dapat menerangkan tumbuh kembangnya sel endometrium pada bekas operasi seksio sesaria atau episiotomi.

3. Tanda dan Gejala

a. Gejala Umum, menurut Hadibroto (2007), yaitu :

1) Nyeri hebat dibagian perut dan sekitar panggul yang terjadi sebelum atau awal dari siklus haid, sehingga membuat pasien tidak berdaya (pingsan), tetapi tidak sampai mengancam nyawa.

2) Nyeri tekan pada sendi yang disertai dengan kelelahan sehingga membuat tidak nyaman.

3) Perdarahan pada anus sewaktu buang air besar, disebabkan tumbuhnya implan endometrium pada usus besar (kolon), atau pada saluran kencing bila kasus endometriosisnya sudah parah.

(12)

perdarahan rahim yang tidak seharusnya terjadi.

5) Gejala yang masih sering mengundang perdebatan adalah masalah infertilitas (kemandulan) akibat dari penyempitan dan tersumbatnya saluran indung telur sampai di rahim.

b. Gejala selanjutnya dikemukakan oleh Benson (2008) yaitu : 1) Nyeri Pelvik

Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan cirri khas nyeri bersifat kronis dan berulang, timbul sebagai dismenore. Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menstruasi dan mereda beberapa saat setelah timbul menstruasi. Gejala-gejala pelvis lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat pada panggul dan tekanan pada pelvis.

2) Infertilitas

Endometriosis didiagnosis hampir dua kali lebih sering pada wanita infertile dibandingkan wanita fertile. Karena itu endometriosis harus dicurigai pada setiap kasus infertilitas. 3) Perdarahan abnormal

Perdarahan abnormal, tidak berhubungan dengan anovulasi, terjadi pada 15%-20% wanita dengan endometriosis. Gambaran yang khas adalah perdarahan berupa bercak premenstruasi atau menoragi atau bisa keduanya.

(13)

Pada penderita endometriosis tiga puluh sampai empat puluh persen wanita menderita infertilitas. Menurut Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih separuh dari wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya. Pada pemeriksaan ginekologik, khususnya pada pemeriksaan vagino-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat sebessar butir beras sampai butir jagung di kavum Douglasi dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam retrofleksi dan terfiksasi. Ovarium mula-mula dapat diraba sebagai tumor kecil, akan tetapi bisa membesar sampai sebesar tinju. Tumor ovarium seringkali terdapat bilateral dan sukar digerakkan ( Sarwono, 2008 ).

4. Faktor Resiko

Kemungkinan terjadinya kista endometriosis pada seorang wanita dimulai pada saat mereka memulai masa pubernya, atau saat pertama mendapatkan haid hingga masa berakhirnya haid (menopause). Sebelumnya, dengan mengandalkan pemeriksaan kasat mata untuk mendiagnosa gejala endometriosis tahap lanjut yang sudah parah, usia penderita terdeteksi pada rentang 35-40 tahun. Dengan semakin majunya alat pendeteksian (dengan adanya fasilitas Laparoskopi), usia tipikal penderita pada saat didiagnosa bergeser menjadi 25-30 tahun (Hadibroto, 2007).

Laporan terbaru yang didapatkan oleh Hadibroto (2007), menyebutkan bahwa banyak kasus endometrium ditemukan pada wanita berusia dibawah 30

(14)

tahun. Pada studi penelitian terhadap 140 pasien berusia antara 10-29 tahun yang mengeluhkan deraan sakit panggul yang parah, ternyata diketahui 47% dari mereka menderita kista endometriosis.

Menurut Hadibroto (2007), resiko wanita yang terkena kista endometriosis menurut tipikal usianya tampak sebagai berikut :

a. Resikonya meningkat mulai masa puber hingga mencapai puncaknya pada usia 40 tahun.

b. Resikonya menurun setelah usia 40 tahun.

c. Kemungkinan resiko itu menjadi semakin kecil ketika usia mencapai menopause.

5. Diagnosis 1) Anamnese

Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada endometriosis. Endometrium pada organ tertentu akan menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga. Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan karena penyakit ini bersifat diwariskan. Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot (Evianggarini, 2009).

(15)

2) Pada pemeriksaan fisik umum

Endometriosis eksterna biasanya teradi pada serviks dan berhubungan dengan peningkatan frekuensi endometriosis interna. Endometriosis eksterna lainnya biasanya itrogenic, terjadi pada insisi pembedahan. Pada pemeriksaan fisik, secara klasik endometriosis menyebabkan timbulnya noduler yang nyeri tekan pada ligamentum terosakrum. Dengan berkembangnya penyakit, uterus menjadi retroversi dan terfiksir, biasanya dengan parut dibagian posterior cul-de-sac dan terdapat nyeri tekan. Ovarium dapat membesar (jarang yang simetris), lunak dan terfiksir ke struktur didekatnya (misalnya ligamentum latum atau dinding samping pelvis lateral). Pada kasus-kasus lanjut, struktur panggul menjadi kaku dan tidak fleksibel (Benson, 2008).

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh dr.Abdul Rauf, Sp.OG, ada dua jenis endometriosis yaitu endometriosis interna dan endometriosis eksterna. Endometriosis Interna adalah endometriosis yang masih berada di dalam batas-batas rahim. Sedangkan endometriosis eksterna adalah endometriosis yang berada di luar rahim (Evianggarini, 2009).

3) Diagnosis Laparoskopi

Merupakan baku emas yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis endometriosis, dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen,yang mana pada banyak kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis (Evianggarini, 2009).

(16)

Laparoskopi biasanya digunakan untuk memastikan diagnosis endometriosis. Biopsi endometrium dari tempat implantasi tertentu akan memperlihatkan gambaran patologi yang khas. Meskipun demikian tidak diperlukan untuk melengkapi diagnosis, tindakan ini berguna untuk terapi berikutnya dan menentukan prognosis secara keseluruhan (Benson, 2008).

Invasi jaringan endometrium paling sering dijumpai pada ligamentum sakrouterina, kavum douglasi, fossa ovarika, dan dinding samping pelvik yang berdekatan. Selain itu juga dapat ditemukan di daerah abdomen atas, permukaan kandung kemih dan usus. Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan timbunan hemosiderin dari serpih haid yang terperangkap, kebanyakan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atipikal tak berpigmen berwarna merah atau putih. Diagnosis endometriosis secara visual pada laparoskopi tidak selalu sesuai dengan pemastian histopatologi meski penderitanya mengalami nyeri pelvik kronik. Endometriosis yang didapat dari laparoskopi sebesar 36%, ternyata secara histopatologi hanya terbukti 18% dari pemeriksaan histopatologi (Evianggarini, 2009).

6. Patologi

Dimanapun lokasinya, endometrium ektopik yang dikelilingi stroma mengadakan implantasi dan membentuk kista kecil yang berespon terhadap sekresi estrogen dan progesterone secara siklik, sama seperti yang terjadi di dalam endometrium uteri. Selama menstruasi, terjadi perdarahan di dalam kista. Darah, jaringan endometrium dan cairan jaringan terperangkap didalam kista tersebut.

(17)

Pada siklus berikutnya, cairan jaringan dan plasma darah diabsorbsi, sehingga meninggalkan darah kental berwarna gelap. Siklus ini terjadi berulang setiap bulan dan lambat laun kista membesar berisikan darah kental berwarna coklat. Ukuran maksimal kista tergantung pada lokasinya. Kista kecil mungkin tetap kecil tetap kecil atau diserang makrofag dan menjadi lesi fibrotic kecil. Kista ovarium (endometriomata) cenderung lebih besar dari pada kista lainnya, tetapi biasanya tidak lebih besar dari pada jeruk berukuran sedang. Ketika kista tumbuh, tekanan internal mungki merusak dinding endometrium yang aktif, sehingga kista tidak berfungsi lagi. Tidak jarang terjadi rupture atau kebocaran materi dari kista yang kecil pun. Darah kental yang keluar sangat iritatif dan mengakibatkan perlengkapan multiple di sekeliling kista. Endometrium ektopik dan sel stroma juga cenderung menginfiltrasi jaringan disekitarnya, sehingga menyebabkan lebih banyak perlengkatan dan fiksasi pada panggul, jika ada kista ovarium yang menyerupai endometrioma tetapi tidak ada perlengkatan, diagnostiknya tidak mungkin endometriosis ( Derek Llewellyn, 2001 ).

7. Pencegahan

Satu-satunya upaya pencegahan endometriosis yang efektif dewasa ini adalah memastikan aliran keluar menstruasi yang adekuat. Pendapat lain masih belum terbukti, yaitu pernikahan dini, kehamilan dini, menghindari salpingektomi parsial, irigasi atau isolasi tempat operasi, dan pemeriksaan panggul setiap tahun. ( Benson, 2008 ).

(18)

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Kista endometriosis 1. Paritas

Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi hidup . paritas primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak satu kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup lebih dari lima kali (Manuaba, 2002).

Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas akan semakin tinggi pula kematian maternal.

Pengertian paritas yang dirangkum oleh suparyanto (2010) adalah sebagai berikut :

a. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006)

b. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008)

c. Menurut manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Sedangkan menurut Bobak (2004) mengatakan bahwa paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah jani yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup otomatis setelah viabilitas dicapai tidak mempengaruhi paritas.

(19)

Klasifikasi paritas dalam konsep paritas dan partus yang dikemukakan oleh suparyanto (2010) antara lain :

a. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

b. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali.

c. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.

Menurut Slamet (2009) mendefinisikan paritas adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu serta status terminasi kehamilan tersebut.

Paritas menggambarkan pengalaman ibu dalam kehamilan. Misalnya jumlah kehamilan dapat dibandingkan terhadap kelahiran dan kegugurannya (WHO, 2003).

2. Usia

Usia adalah lamanya seorang individu mengalami kehidupan sejak lahir sampai saat ini. Penelitian usia ini dilakukan dengan hitungan tahun (Chaniago, 2002).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan da kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi

(20)

kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya diri pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Notoatmodjo, 2003).

Usia adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi, yaitu pada angka kesakitan ataupun angka kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2003).

Usia adalah salah satu variabel penting dalam bidang penelitian komunitas. Umur dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau secara tidak langsung bersama dengan variabel lain sehingga menyebabakan perbedaan diantara angka kesakitan dan kematian pada masyarakat atau keluarga masyarakat, umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik (Chandra, 2006).

Pertambahan umur ibu diikuti oleh perubahan dan perkembangan organ-organ reproduksi. Pada usia muda atau kurang dari 20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan, sedangkan pada wanita usia lebih dari 35 tahun, organ-organ reproduksi sudah mengalami kemunduran, semakin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progesif dari endometrium itu sendiri (Manuaba, 2004).

(21)

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologi (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, tingginya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terdirir karena pematangan fungsi organ pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2011).

(22)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KerangkaKonsepPenelitian

Menurut Notoatmodjo (2003), kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara satu konsep dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diamati atau dialami melalui penelitian.

Menurut Suparyanto (2010) dan Manuaba (2004), Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit kista endometriosis pada ibu dipengaruhi oleh paritas dan usia. Berdasarkan landasan teori tersebut maka dapat di uraikan kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Paritas

Kista Endometriosis

Usia

(23)

B. Hipotesa Penelitian

Ha = Ada hubungan antara paritas dengan penyakit kista endometriosis Ho = Tidak ada hubungan antara paritas dengan penyakit kista endometriosis Ha = Ada hubungan antara umur dengan penyakit kista endometriosis

Ho = Tidak ada hubungan antara umur dengan penyakit kista endometriosis

C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Dependent Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Kista Endometriosis Suatu keadaan dimana jaringan endometriu m yang masih berfungsi yang terdiri dari stroma dan kelenjar-kelenjar yang terdapat diluar uterus dan terdapat penumpuka n darah berwarna coklat Mengambil data seluruh pasien kista endometriosis yang tercatat di dalam buku register ruang Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh dengan kriteria : 1. Interna adalah endometriosis yang masih berada di dalam batas-batas rahim. 2. Eksterna adalah endometriosis yang berada di luar rahim. Melihat Buku Register 1. Interna 2. Eksterna Ordinal

(24)

No Variabel Independent Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Paritas Jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita Melihat register dengan kriteria : Primipara jika wanita yang telah melahirkan bayi sebanyak satu kali. Multipara jika wanita yang telah melahirkan bayi 2-5 kali. Grande multipara jika wanita yang telah melahirkan bayi lebih dari lima kali.

Checklist 1. Primipara 2. Multipara 3. Grande-

multipara

Ordinal

2 Usia Usia adalah lamanya seorang individu mengalami kehidupan sejak lahir sampai saat ini. Melihat register dengan kriteria : Beresiko jika berusia 13-50 tahun. Tidak beresiko jika berusia >50 tahun. Checklist 1. Beresiko 2. Tidak beresiko Ordinal

(25)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mempelajari dinamika korelasi faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk melihat Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Kista Endometriosis Pada Ibu yang Dirawat di Ruang Bersalin Cut Nyak Dhien RS TK III Iskandar Muda.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang terkena penyakit kista endometriosis yang tercatat di buku register kamar bersalin Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda periode 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 yaitu sebanyak 42 orang.

2. Sampel

Tekhnik pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode total sampling, dimana sampel di ambil dengan mencatat seluruh ibu-ibu kista endometriosis yang tercatat dibuku register kamar

(26)

bersalin Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda periode 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 yaitu sebanyak 42 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17-25 juli 2013 dengan mengambil data sekunder yang tercatat di status periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh.

D. Pengumpulan Data

1. Tekhnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah dengan cara melihat data Sekunder yang diperoleh langsung dari buku register ruang bersalin Rumah Sakit TK III Iskandar Muda Kota Banda Aceh Periode 01 Januari sampai dengan 31 Desember.

2. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, instrument data ini berupa pertanyaan, dan formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

(27)

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist dengan mengacu pada kerangka konsep penelitian.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2009), data yang telah dikumpulkan secara manual melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric terhadap data yang telah dikumpulkan, sehingga memudahkan dalam melakukan pengolahan dan analisa data.

c) Data entry

Dara entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

d) Melakukan tekhnik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan

(28)

tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya analitik, maka akan menggunakan statistik analitik.

2. Analisa Data a) Analisa Univariat

Analisa univariat menggunakan tekhnik statistik analitik dalam bentuk persentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini, dalam menentukan pengkategorian skala ukur peneliti menggunakan nilai rata-rata (mean) menurut Hidayat (2009), yaitu :

̅

=

Keterangan :

̅ = Nilai rata-rata hitung (mean) ∑fxi = Jumlah nilai responden n = Jumlah responden

Data yang didapati dari analisa secara analitik, kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Budiarto (2002), yaitu sebagai berikut :

(29)

P = x 100 %

Keterangan :

P = Angka Persentase

f = Frekwensi yang dicari persentase

n = jumlah seluruh responden

b) Analisa Bivariat

Untuk mengukur hubungan antar variabel akan dilakukan dengan menggunakan program computer yaitu menggunakan Statistik Product Service Solution (SPSS) versi 17,0. Hubungan antar variabel dilihat dengan menggunakn uji continuity correction. Penilaian dilakukan sebagai berikut :

1) Jika p value ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

2) Jika p value > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak.

Aturan yang berlaku pada uji chi-square dalam program SPSS adalah sebagai berikut ( Hartono, 2001 ) :

1) Bila pada tabel 2x2 dijumpa nilai e (harapan) kuarang dari 5, maka uji yang digunakan adalah fisher exact.

(30)

2) Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai nilai e < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction.

3) Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2 dan lain sebagainya, maka yang digunakan sebaiknya uji pearson chi square.

(31)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Kesehatan Daerah Militer Iskandar Muda Tingkat III (RS Kesdam IM) adalah Rumah Sakit yang terletak dijalan T.H. Bendahara Kuta Alam Banda Aceh. Rumah Sakit Kesdam berjarak ± 1 KM dari pusat Kota Banda Aceh dan merupakan tempat pelayanan kesehatan yang telah berdiri sejak tahun 1970 diareal tanah seluas ± 3 hektar dan luas bangunan ± 700 M2.

Jumlah semua ruangan Rumah Sakit Kesdam yaitu 39 ruang dengan rincian jumlah ruangan yaitu 1 ruang Rekam Medik (Uryanmed), 10 ruang kantor terdiri dari ruang Ka. Rumkit, ruang Waka. Rumkit, ruang Urtuud, ruang Pelayanan Askes, ruang Bendahara, Ruang Instalasi Rawat Inap, Ruang Instalasi Rawat Jalan, Ruang Urda, 3 ruang apotik yaitu Apotik Askes, Apotik Dinas dan Apotik Farmasi, 11 ruangan Poli terdiri dari Poli THT, Poli Mata, Poli Bedah, Poli Diagnostik Center, Poli Gigi, Poli Orhopedi, Poli Umum, Poli Penykit Dalam, Poli Syaraf, Poli Anak, Poli Kebidanan, 8 ruang rawat Inap meliputi 1 IGD, 1 ruang Operasi, 1 ruang ICU, 1 ruang Cut Nyak Dhien, 1 ruang Teuku Umur, 1 ruang Malahayati, 1 ruang Panglima Polem, 1 ruang Ade Irma, Kemudian terdapat 1 ruang radiologi dan 1 ruang laboratorium.

(32)

Ditinjau dari segi Geografisnya Rumah Sakit TK. III Iskandar Muda Banda Aceh dibatasi Oleh :

1. Bagian Utara berbatasan dengan Jalan Krueng Aceh 2. Bagian Selatan berbatasan dengan Jalan Hadi Murtala 3. Bagian Timur berbatasan dengan Jalan T.B. Bendahara 4. Bagian Barat berbatasan dengan Jalan Asrama Kuta Alam B. Hasil Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian ini dengan mengolah data skunder yaitu seluruh ibu-ibu dengan kista endometriosis yang tercatat dibuku register kamar bersalin Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda periode 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 yaitu sebanyak 42 orang.

Adapun hasil penelitian ini Sebagai berikut :

1. Kista Endometriosis

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kista Endometriosis di Ruang Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda

No Kista Endometriosis Jumlah %

1 2 Interna Eksterna 23 19 54,8 45,2 Jumlah 42 100

(33)

Berdasarkan tabel 5.1 dari 42 responden yang mengalami kista endometriosis, sebagian besar berada pada kategori interna yaitu sebanyak 23 orang (54,8%).

2. Paritas

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Paritas Ibu-ibu dengan Kista Endometriosis di Ruang Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda

No Paritas Jumlah % 1 2 3 Primi para Multi para Grande multipara 6 29 7 14,3 69,0 16,7 Jumlah 42 100

Sumber: Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 42 responden yang mengalami kista endometriosis, sebagian besar adalah multi para yaitu 29 orang (69,0%).

3. Usia

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Usia Ibu-ibu dengan Kista Endometriosis di Ruang Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda

No Usia Jumlah %

(34)

2 Tidak Beresiko 4 9,5

Jumlah 42 100

Sumber: Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.3 dari 42 responden yang mengalami kista endometriosis, sebagian besarberada pada kategori usia yang beresiko yaitu sebanyak 38 orang (90,5%).

4. Hubungan Kista Endometriosisdengan Paritas Tabel 5.4

Hubungan Kista Endometriosis Dengan Paritas di Ruang Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda

No Paritas Kista Endometriosis Jml % P value Interna Eksterna f % F % 1 2 3 Primi para Multi para Grande multipara 3 17 3 50,0 58,6 42,9 3 12 4 50,0 41,4 57,1 6 29 7 100 100 100 0,730 Total 23 54,8 19 45,2 42 100

Sumber: Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 29 orang responden yang paritasnya multi para, sebagian besar mengalami kista endometriosis interna yaitu 17

(35)

orang (58,6%) dan dari 7 responden yang paritasnya grande multipara sebagian besar mengalami kista endometriosis eksterna yaitu 4 orang (57,1%). Dan setelah dilakukan uji statistik di peroleh hasil tidak ada hubungan antara kista endometriosis dengan paritas dimana nilai p value 0,730 (p>0,05).

5. Hubungan Kista Endometriosisdengan Usia Tabel 5.5

Hubungan Kista Endometriosis Dengan Usia di Ruang Cut Nyak Dhien Rumah Sakit TK III Iskandar Muda

No Usia Kista Endometriosis Jml % P value Interna Eksterna f % F % 1 2 Beresiko Tidak bersiko 21 2 55,3 50,0 17 2 44,7 50,0 38 4 100 100 1,000 Total 23 54,8 19 45,2 42 100

Sumber: Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 38 orang responden yang usianya beresiko, sebagian besar mengalami kista endometriosis interna yaitu 21 orang (55,3%) dan dari 4 responden yang usianya tidak beresiko sebagian mengalami kista endometriosis interna yaitu 2 orang (50,0%) serta sebagian lagi mengalami kista endometriosis eksterna yaitui 2 orang (50,0%). Dan setelah dilakukan uji statistik di peroleh hasil tidak ada hubungan antara kista endometriosisdengan paritas dimana nilai

(36)

C. Pembahasan

1. Hubungan Kista Endometriosisdengan Paritas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 orang responden yang paritasnya multi para, sebagian besar mengalami kista endometriosis interna yaitu 17 orang (58,6%) dan dari 7 responden yang paritasnya grande multipara sebagian besar mengalami kista endometriosis eksterna yaitu 4 orang (57,1%). Dan setelah dilakukan uji statistik di peroleh hasil tidak ada hubungan antara kista endometriosis dengan paritas dimana nilai p value 0,730 (p>0,05).

Pengertian paritas yang dirangkum oleh suparyanto (2010) adalah sebagai berikut :

d. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006)

e. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008)

f. Menurut manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Sedangkan menurut Bobak (2004) mengatakan bahwa paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah jani yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup otomatis setelah viabilitas dicapai tidak mempengaruhi paritas.

Klasifikasi paritas dalam konsep paritas dan partus yang dikemukakan oleh suparyanto (2010) antara lain :

(37)

d. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

e. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali. f. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih

dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.

Menurut Slamet (2009) mendefinisikan paritas adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu serta status terminasi kehamilan tersebut.

Paritas menggambarkan pengalaman ibu dalam kehamilan. Misalnya jumlah kehamilan dapat dibandingkan terhadap kelahiran dan kegugurannya (WHO, 2003).

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara variable paritas dengan variable kista endometriosis, kondisi ini tergambar dari ibu-ibu yang mengalami kista endometriosis terjadi pada semua klasifikasi paritas. Asumsi peneliti, hal ini juga bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah responden yang ada apalagi data yang diolah adalah data skunder.

2. Hubungan Kista Endometriosisdengan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 orang responden yang usianya beresiko, sebagian besar mengalami kista endometriosis interna yaitu 21 orang (55,3%) dan dari 4 responden yang usianya tidak beresiko sebagian mengalami kista endometriosis interna yaitu 2 orang (50,0%) serta sebagian lagi mengalami kista

(38)

endometriosis eksterna yaitui 2 orang (50,0%). Dan setelah dilakukan uji statistik di peroleh hasil tidak ada hubungan antara kista endometriosisdengan paritas dimana nilai

p value 1,000 (p>0,05).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan da kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya diri pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Notoatmodjo, 2003).

Usia adalah salah satu variabel penting dalam bidang penelitian komunitas. Umur dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau secara tidak langsung bersama dengan variabel lain sehingga menyebabakan perbedaan diantara angka kesakitan dan kematian pada masyarakat atau keluarga masyarakat, umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik (Chandra, 2006).

Pertambahan umur ibu diikuti oleh perubahan dan perkembangan organ-organ reproduksi. Pada usia muda atau kurang dari 20 tahun organ-organ-organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan, sedangkan pada wanita usia lebih dari 35 tahun, organ-organ reproduksi sudah mengalami kemunduran, semakin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progesif dari endometrium itu sendiri (Manuaba, 2004).

(39)

Menurut peneliti kemungkinan terjadinya kista endometriosis pada seorang wanita dimulai pada saat mereka memulai masa pubernya, atau saat pertama mendapatkan haid hingga masa berakhirnya haid (menopause).

Sebelumnya, dengan mengandalkan pemeriksaan kasat mata untuk mendiagnosa gejala endometriosis tahap lanjut yang sudah parah, usia penderita terdeteksi pada rentang 35-40 tahun. Dengan semakin majunya alat pendeteksian (dengan adanya fasilitas Laparoskopi), usia tipikal penderita pada saat didiagnosa bergeser menjadi 25-30 tahun (Hadibroto, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu. Sering kali ditemukan kasus-kasus pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan lain sebagainya di

Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh

Tujuan: Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan motivasi masyarakatdalam pembuatan jamban sehat pada program STBM.. Metode: Penelitian ini

Serangkaian percobaan pelindian dilakukan dengan variasi konsentrasi asam sulfat, distribusi ukuran partikel bijih, suhu dan rasio berat bijih/ volume larutan pelindi dan

dan Sumatera Barat) yang berperan penting dalam meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme masyarakat Indonesia. Hasil dari wawancara kami menunjukkan bahwa hanya

Sejalan dengan akuisisi tersebut, perseroan akan menunjuk mitra bisnis untuk membangun pabrik di Myanmar.. Setelah itu, perseroan akan menyusun rencana bisnis dan membentuk anak

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya