• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Kajian Teori

2. 1.1 Efektivitas

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Contoh jika sebuah tugas dapat di diselesaikan dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan maka cara tersebut adalah cara yang efektif. (Angraeni, 2012: 1).

Uraian diatas bisa dijadikan sebagai ukuran efektifitas hasil belajar yang akan dibahas dibawah. Perlu dibatasi tentang efektivitas yang akan dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan hasil belajar dari ketiga ranah yang harus dicapai dari metode inquiry dan Pemanfaatan KIT IPA dalam pembelajaran IPA.

Tolok ukur efektivitas adalah sebagai berikut :

1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.

2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai dengan target yang ditentukan.

3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor sesuai dengan target yang ditentukan.

Hal tersebut yang akan menjadi tolok ukur efektivitas dalam penelitian ini. Teori diatas mengenai metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA yang belim jelas akan dijelaskan lebih rinci dibawah secara runtut sesuai dengan kajian-kajian teori yang sesuai.

(2)

2. 1.2 Metode Inquiry 2.1.2.1 Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang mempunyai cara atau jalan yang ditempuh. Menururt T. Raka Joni (dalam Siti, 2009) metode merupakan cara kerja yang diterapkan yang sesuai untuk mencapai tujuan tetentu. Jadi metode merupakan suatu cara kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.2.2 Pengertian Metode Inquiry

Metode Inquiry menurut Nanang dan Cucu dalam (Handayani 2011) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Gulo dalam (Trianto 2009) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatakan secara ma ksimal seluruh kemmpuan siswa untuk mencari, menyelidiki secara sistematis, kritis logis, analitis, sehinga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan secara secara percaya diri.

Sanjaya (2011) mengemukakan metode Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Trianto (2009) sasaran utama dalam pembelajaran Inquiry adalah:

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran 2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

(3)

3. Mengembangkan sikap percayadiri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiri.

2.1.2.3 Macam-macam Metode Inquiry

Menurut Nanang dan Cucu dalam (Handayani 2011), metode Inquiry dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah:

1. Inquiry terbimbing

Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

2. Inquiry bebas

Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan.

3. Inquiry bebas yang dimodifikasi

Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan

(4)

masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan.

2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry

Menurut Sanjaya (2011), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah: a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inquiry, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

(5)

kebenarannya. Salah satu cara adalah mendorong anak untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Biasanya tahap ini diisi dengan melakukan percobaan.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

(6)

mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Metode ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-langkah pembelajaran inquiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan.. Inquiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Menurut uraian diatas terdapat langkah-langkah metode inquiry yang akan dijadikan acuan sebagai langkah-langkah dalam proses pembalajaran. Langkah-langkah yang digunakan haruslah sesuai dengan pembelajaran di SD sehingga dapat diperjelas supaya siswa mengetahui. Sehingga langkah-lagkah metode inquiry adalah sebagai berikut:

1. Tahap orientasi berisi siswa mendengarkan tentang informasi awal y ang disampaikan guru.

2. Tahap merumuskan masalah berisi siswa membuat pertanyaan tentang hal yang akan dicobakan yang belum dimengerti.

3. Tahap merumuskan hipotesis berisi siswa meramal atau menduga jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dalam tahap merumuskan merumuskan maslah.

4. Tahap mengumpulkan data berisi siswa melakuakan percobaan berdasar langkah kerja jang diterangkan oleh guru.

(7)

5. Tahap menguji hipotesis berisi siswa menghubungkan hasil mengumpulkan data dengan hipotesis yang mereka buat.

6. Tahap menyimpulkan berisi siswa memberikan kesimpulan dari semua kegiatan yang dilkukan termasuk hasil yang diperoleh dari percobaan.

Selain tahap dalam inquiry yang harus diperjelas walaupun inquiry merupakan metode yang berpusat pada siswa jenis metode yang digunakan juga harus inquiry terbimbing karena siswa SD belum bisa jika diberikan kepercayaan dan kebebasan untuk melakukan tahap-tahap inquiry secara mandiri.

2.1.2.5 Keunggulan dan Kelemahan Inquiry

Menurut Sanjaya (2011) metode inquiry memiliki beberapa keunggulan dan juga kelemahan, adapun keunggulannya seperti:

a Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.

b Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c Merpakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Sedangkan kelemahan metode inquiry yaitu:

a Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

(8)

c Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d Selama kriteria keberhasilan belajar ditntukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Uraian diatas merupakan keunggulan dan kelemahan dari metode inquiry. Jika dilihat dari kelemahannya memang begitu banyak kelemahan yang mengacu pada pngelolaan kelas. Namun dari segi kelebihan inquiry cukup banyak diantaranya pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Metode inquiry memang mempunyai kelemahan tetapi dengan inquiry terbimbing kelemahan tersebut dapat diminimalisir.

2.1.3 KIT IPA

1. Arti, jenis dan fungsi KIT IPA

Menurut Trisnoherawati (2004) KIT IPA adalah nama alat-alat IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Jenis KIT IPA antara lain :

a. KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok siswa untuk percobaan

b. KIT IPA untuk Guru yang dibutuhkan oleh guru untuk peragaan c. KIT IPA, daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari

lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu. 2. Macam-macam peraga di dalam KIT IPA

Peraga KIT IPA bermacam-macam sesuai dengan fungsinya dalam pembelajaran IPA. KIT IPA yang ada di SD antara lain :

a. Makhluk hidup

(9)

c. Pemeliharaan dan pengembangbiakan makhluk hidup d. Populasi e. Alat indera f. Magnet g. Listrik h. Organ tubuh i. Cahaya j. Tata surya

k. Bentuk gerakan bumi 3. Kegunaan KIT IPA

KIT IPA merupakan media pembelajaran yang memiliki kegunaan sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di SD

b. Untuk penekana metode –metode pembelajaran interaktif

c. Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya manusia

d. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan teknik di Indonesia

4. Persyaratan KIT IPA

Setiap KIT IPA harus memenuhi persaratan sebagai berikut : a. Petunjuk pengamatan terhadap percobaan

b. Ringkasan hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa atau hasil pembahasan dengan siswa sebelumnya

c. Kesimpulan ditemukan oleh siswa

d. Informasi pentiny yang diberikan guru tentang topic tertentu e. Gambar-gambar yang membantu menjelaskan suatu masalah

(10)

5. Peranan KIT IPA di Sekolah Dasar

Peranan KIT IPA dalam pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki peranan sebagai berikut.

a. KIT Murid untuk percobaan yang dilaksanakan oelah siswa sendairi dalam kelompok kecil

b. KIT Guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya dilakukan oleh guru dan siswa

c. Buku panduan IPA untuk percobaan –percobaanyang dirakit sendiri dengan mengunakan barang atau bahan yang ditemukan di lingkungan tempat tinggal siswa.

Uraian diatas menyatakan bahwa KIT IPA merupakan seperangkat alat-alat IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pelajaran IPA di sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk menciptakan pembelajaran IPA yang lebih nyata, bermakna, interaktif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud.

Penelitian ini mengambil KIT IPA dalam pokok bahasan cahaya. Pokok bahasan ini akan membahas sifat-sifat cahaya. Alat yang digunakan dalam pokok bahasan ini antara lain:

1. Perangkat sifat cahaya merambat lurus.

Alat yang dipakai adalah kardus, korek api, lilin, gunting dan pelubang.

2. Perangkat sifat cahaya menembus benda bening.

Alat yang dipakai adalah lampu senter, potongan triplek, gelas bening, plastik mika bening, selang plastik, kertas karton, batu dan kertas HVS.

3. Perangkat sifat cahaya dapat dipantulkan.

Alat yang dipakai adalah lampu senter, cermin datar, macam-macam cermin dari datar.

(11)

Alat yang dipakai adalah gelas bening yang berisi air bening dan air Teh, senter, kertas yang dilubangi,dan pensil.

5. Perangkat cahaya dapat diuraikan.

Alat yang dipakai adalah baskom, air, cermin datar, dan kertas HVS.

Uraian tentang alt-alat KIT IPA diatas merupakan alat yang akan dipakai dalam percobaan ini.

2.1.4 IPA

Menurut Addullah dalam (Kriswanti 2011) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus ,yaitu melakukan observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan yang lainnya.

Pembelajaran IPA menurut Iskandar dalam (Handayani 2010) didefinisikan sebagai sebagai: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Dengan demikian pengajaran IPA di kelas IV SD sudah membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah.

Secara umum, Prinsip Pembelajaran IPA Di SD adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk

melakukan sesuatu kegiatan.

2. Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.

3. Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu.

(12)

4. Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) : Pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan.

5. Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran.

6. Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok karena siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.

Dari prinsip-prinsip tersebut di atas disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA tidak sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami bagaimana sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA diciptakan dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan memahami secara langsung konsep yang di ajarkan guru. Sebagai guru baiknya kita menerapkan pembelajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa meemahami dengan baik karena melakukan secara langsung sealain itu juga harus menyajikan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik dalam (Handayani 2011) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

(13)

tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Sudjana (1987) tipe hasil belajar ada tiga yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) dan bidang psikomotor (kemampuan / ketrampilan bertindak / berprilaku)

Bidang-bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bidang kognitif

Bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan, tipe hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar penerpaan. Hasil belajar kognitif biasanya di ukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai. 2. Bidang afektif

Bidang afektif meliputi rekasi yang berupa perasaan ketertarikan yaitu sikap menyukai sesuatu yang biasanya itu membuat mereka lebih meresa senang. Optimisme yaitu tentang kesiapan, merasa bisa menyelesaikan sesuatu, bisa mengukur bahwa diri bisa melakukannya, merasa bahwa sesuatu itu mudah, dan percaya jika dia bisa mendapatkan sesuatu yang baik. Perubahan karakter atau sikap yaitu tentang tertib dalam melakukan sesuatu baik yang di perintahkan secara langsung maupun tidak.

3. Bidang psikomotor

Bidang psikomotor meliputi kemampuan di bidang fisik sebagai contoh yaitu, melakukan percobaan terhadap sesuatu yang didalamnya ada proses mengamati, melakukan, mencoba, membuat dan terampil dalam melakukan sesuatu. Kerjasama bisa meliputi

(14)

berkomunikasi dengan baik, cekatan dalam melakukan hal bersama dan saling .

Dari uraian diatas hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam tiga bidang yaitu kognitif, afekif dan psikomotor. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemerolehan hasil belajar akan memberikan sesuatu yang lebih dari yang belum tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa kemudian akan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Hasil belajar disekolah salah satunya bisa dilihat dari hasil secara kognitif, afektif san psikomotor.

Hasil belajar dalam bidang kognitif siswa bisa diukur dengan standar KKM sekolah. SD N Bringin 01 sebagai subjek penelitian menerapkan KKM IPA adalah 7,00.

Hasil belajar afektif siswa bisa diukur menurut sikap siswa. Siswa dalam pembelajaran IPA bisa diamati hasil belajar afektifnya dengan menilai ketertarikan terhadap pembelajaran IPA dengan metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA, optimisme terhadap pembelajaran IPA dengan metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA dan sikap terhadap pembelajaran IPA secara keseluruhan.

Hasil belajar psikomotor siswa bisa dinilai dari aktifitas siswa dalam pembelajaran IPA dalam metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA, meliputi malakukan tiap tahap psikomotor dalam Inquiry dengan baik, keaktifan dalam diskusi, serta kerjasama dengan siswa lain dalam kelompok.

(15)

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah , faktor psikologis dan faktor kelelahan.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern dan berkebiasaan belajar yang baik. Penelitian ini menggunakan metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA dengan tujuan factor dari dalam siswa secara psikoligis dapat menambah optimisme belajar siswa, dan tujuan yang dilihat dari factor luar yaitu dapat memberikan metode pembelajaran di sekolah yang baik.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain yang digunakan sebagai bahan kajian yang relavan. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian-penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Himmah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa didalam penelitiannya ada

(16)

peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71 %) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa (78,57 %) yang telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa menjadi 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Didalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV ada 28 siswa, 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Supatmi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Inquiry pada Siswa Kelas IV SD N Sekaran 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran 2009/2011”.Menyimpulkan bahwa :

1. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Sekaran 01 dengan skor rata-rata keaktifan siswa mencapai 2.65, kemudian siklus II mencapai 3.03, dan siklus III mencapai 3,08.

2. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Sekaran 01 Semarang pada mata pelajaran IPA dengan skor pada siklus I mencapai 58, 3 % , Siklus II : 83 % , Siklus III : 91, 6 %.

Wikaningrum (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan metode inquiry pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD Negeri 3 kaloran tahun pelajaran 2009/2010” Menghasilkan kesimpulan sebagai berikut

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar dalam meteri pokok pesawat sederhana. Hal ini dapat diihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Rata-rata nilai siswa saat kondisi awal adalah 64,48. Saat siklus 1 nilai rata-rata meningkat sebanyak 71,53 dan siklus 2 rata-rata nilai siswa menjadi

(17)

78,46 dan perbandingan ketuntasan siswa dari siklus 1 dan siklus II adalah sebanyak 39 %

2. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sangat berpengaruh bagi hasil belajar siswa dan nilai siswa sudah memenuhi KKM.

3. Keaktifan siswa mengalami penngkatan dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri. Pada pembelajaran siklus I masih ada beberapa siswa yang belum aktifdalam mengikuti proses pembelajaran, sedangkan dalam siklus II sudah meningkat sebagian besar siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Handayani (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menghasilkan kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Siwal 01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan metode inquiri ini lebih efektif daripada dengan menggunakan metode konvensional. Prestasi siswa kelas eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini diperoleh dari hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen, dan siswa diberi postes, rata-rata kelas menjadi 76,20. Sehingga terjadi peningkatan prestasi. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Trisnoherawati (2010) dalam tesisnya “Pengaruh pengngunaan KIT IPA dalam Pembelajaran IPA terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SD N Tombokrejo I dan SD N Tombok rejo II kecamatan Purworejo Kota Pasuruan”.Menghasilkan kesimpulan dari sebuah table berikut bahwa KIT IPA dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.

(18)

Penelitian yang tersebut diatas menunjukkan sebuah hasil dari penelitian yang mengungkap tentang metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA dalam pembelajaran, walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan penelitian ini. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan penggunaan metode Inquiri dengan KIT IPA dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

2.3. Kerangka Berfikir

Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Tolok ukur efektifitas dari metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut :

1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.

2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai dengan target yang ditentukan.

3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor sesuai dengan target yang ditentukan.

Metode Inquiry merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan sisw terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga

(19)

dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Selain itu metode inquiry bertujuan juga untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah mulai dari orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, dan tidak lupa sedikit bimbingan dari guru karena siswa SD belum bisa melakukan tahap-tahap inquiry secara mandiri.

Metode Inquiry diselaraskan dengan pembelajaran IPA. IPA merupakan ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA tidak sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami bagaimana sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA diciptakan dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan memahami secara langsung konsep yang di ajarkan guru dan tidak lupa selalu dibuat menyenangkan. Sebagai guru baiknya kita menerapkan pemblajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa memahami dengan baik karena melakukan secara langsung juga tidak membuat siswa jenuh. Inquiry merupakan salah satu motode yang sesuai, namun inquiry juga mempunyai kelemahan yaitu tentang aktifitas kelas yang tidak terkontrol. Kelemahan tersbut dapat diminimalisir dengan menggunakan inquiry model terbimbing supaya metode inquiri dapat efektif terhadap hasil pembelajaran yang akan dicapai.

KIT IPA merupakan seperangkat alat-alat IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pelajaran IPA di sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk menciptakan pembelajaran IPA yang lebih bermakna interaktif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. KIT IPA bertujuan membantu siswa supaya lebih dalam memahami apa yang terjadi secara langsung dan mereka alami.

(20)

Metode Inquiry dalam pelaksanaan mata pelajaran IPA dengan media KIT IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kajian penelitian yang telah ada. Hasil belajar merupakan pemerolehan yang didapat seteleh melakukan usaha dalam belajar atau bisa juga dikatakan sebuah perkembangan mental. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu intern dan ekstern. Supaya mendapat hasil belajar yang baik siswa harus memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern . Faktor intern yang digunakan dengan faktor psikologis siswa yang harus membuat siswa nyaman, bersemangat dan menyukai hal yang dilkukan, sementara faktor ekstern yang penulis ambil untuk meningkatkan hasil belajar yang ada hubungannya dengan sekolah. Jadi di sekolah didesain sebuah pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA supaya hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry dan pemanfaatan media KIT IPA pada dasarnya adalah untuk mengetahui keefektifan seperti yang telah di uraiakan diatas tentang penerapan metode Inquiri terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor IPA pada siswa kelas V SD N Bringin 01 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

(21)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis. Menurut Sugiyono (2009:64) mengemukakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan

Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Kognitif (Siswa dapat mencapai target nilai yang

ditentukan) 2. Merumuskan masalah 3. Merumuskan Hipotesis 4. Mengumpulkan data 5. Menguji hipotesis 6. Merumuskan kesimpulan KIT IPA a. Interaktif

b. Media yang nyata

Hasil belajar

Afektif (ketertarikan, optimisme dan sikap

sesuai target)

Psikomotor (melakukan percobaan, menyimpulkan dan kerjasama sesuai target)

(22)

1. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif tehadap hasil belajar kognitif siswa kelas V SD.

Efektivitasnya diukur dengan: a. Hasil M1>M2

b. Ho : M2 = M1 ( Tidak ada perbedaan hasil rata-rata posttest dengan hasil rata-rata hasil pretest ).

Ha : M2 O M1 ( Ada perbedaan hasil nilai rata-rata posttest tidak sama dengan hasil nilai rata-rata pretest ). 2. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil belajar

afektif siswa kelas V SD dengan hasil angket :13 (kategori baik). 3. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil belajar

psikomotor siswa kelas V SD dengan hasil penilaian unjuk kerja : 43 (kategori baik).

Keterangan:

M1 : rata-rata nilai pretest

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghapus database yang telah terbuat ketik drop database nama_database; lalu tekan Enter.... Jika sudah selesai

Hasil perhitungan dari analisis MRP dari tahun 2005 ± 2012 di Kota Bandar Lampung yang tertera pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sektor di Kota Bandar Lampung maupun

To measure the determinants of banking efficiency in ASEAN 5 countries to face ABIF,.. this research conducted ordinal

Salah satunya adalah dengan melakukan transfer pricing.Ketika perusahaan asing menjadi pemegang saham pengendali, pemegang saham pengendali asing dapat menjual

PENGEMBANGAN ALAT UKUR VERTICAL JUMP TEST BERBASIS SENSOR Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 54

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk berupa bahan ajar lingkungan sahabat kita berbasis Problem Based Learning

Setiap pengujian aplikasi akan diambil 15 nilai data dari setiap roda dan dilakukan sebanyak 3 kali percobaan untuk setiap roda, sehingga total seluruh data pengujian