• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI WANITA USIA SUBUR YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DALAM UPAYA DETEKSI KANKER SERVIKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI WANITA USIA SUBUR YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DALAM UPAYA DETEKSI KANKER SERVIKS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI

WANITA USIA SUBUR YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA

DALAM UPAYA DETEKSI KANKER SERVIKS

Nurus Safa’ah STIKES NU Tuban Prodi S1 Keperawatan

ABSTRAK

Pemeriksaan IVA merupakan salah satu cara untuk melakukan deteksi dini kanker serviks yang paling sederhana dengan menggunakan asam asetat 3-5%, meski demikian masih banyak WUS yang kurang termotivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA. Kurangnya motivasi WUS disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan.

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah seluruh WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 27 orang berdasarkan kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Spearman Rank dan Chi Square.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hampir setengahnya WUS berpengetahuan baik (44%), sebagian besar WUS berpendidikan menengah (70,37%), sebagian besar WUS adalah bekerja (59,25%), hampir seluruhnya WUS tinggal di lingkungan kondusif (77,77%) dan hampir setengahnya WUS motivasinya tinggi (48,14%).

Berdasarkan analisa data antara variabel pengetahuan dengan motivasi didapatkan t hitung 4,556 dan t tabel 2,060, sehingga t hitung >t tabel yang berarti H1 diterima, variabel pendidikan dengan motivasi didapatkan t hitung 5,863 dan t tabel 2,060, sehingga t hitung >t tabel yang berarti H1 diterima, antara variabel lingkungan dengan motivasi didapatkan χ2hitung 2,169 dan χ2tabel 5,991 , sehingga χ2

hitung <χ2

tabel yang berarti H1 ditolak, dan antara variabel pekerjaan dengan motivasi didapatkan χ2

hitung 2,476 dan χ2

tabel 5,991 sehinggaχ2

hitung <χ2

tabel yang berarti H1ditolak..

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan lingkungan dengan motivasi dan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA. Oleh karena itu petugas kesehatan hendaknya dapat meningkatkan sumber informasi dan fasilitas kepada masyarakat khususnya WUS agar mengetahui dan memahami tentang pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks khususnya pemeriksaan IVA.

Kata kunci : Faktor Motivasi, WUS dan Pemeriksaan IVA.

PENDAHULUAN

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah sel-sel tidak normal pada leher rahim, yaitu bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali (Nasir, 2009).

Angka kematian karena kanker serviks (kanker leher rahim) masih tinggi. Di dunia setiap dua menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks menduduki urutan pertama kanker yang paling sering menyerang perempuan di Indonesia. Masih tingginya kasus kanker serviks merupakan sebuah ironi. Hal ini disebabkan kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan diketahui perjalanan penyakitnya (Andriana, 2008).

Menurut Nasir (2009) Lebih dari 95% kanker serviks berkawan erat dengan infeksi HPV (Human Papila Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Adapun perkembangan setelah terinfeksi HPV menjadi kanker serviks biasanya terjadi setelah 10–20 tahun. Walaupun jarang terjadi, sebagian lesi pra kanker dapat menjadi kanker dalam waktu satu atau dua tahun (Puskesmas Petanahan, 2009).

Faktor resiko terkena kanker serviks antara lain yaitu mulai melakukan hubungan seksual pada usia

muda, sering berganti-ganti pasangan, sering menderita infeksi di daerah kelamin, melahirkan banyak anak, kebiasaaan merokok (resiko dua kali lebih besar), mengidap HIV/AIDS, ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker serviks, penurunan daya tahan tubuh dan defisiensi vitamin A, C, dan E (Nasir, 2009).

Pengobatan kanker serviks pada stadium dini hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun. Dengan masalah yang begitu komplek, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang sederhana, antara lain dengan IVA (Inspeksi Visual dengan asam asetat). IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual asam asetat yang sangat sederhana, murah, nyaman, praktis, dan mudah. Metode IVA dirancang untuk masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan. Sedangkan untuk masyarakat kota tersedia metode deteksi dini dengan cara Pap Smear (Oktavinola, 2009).

Kanker serviks dapat dikenali pada tahap Pra Kanker, yaitu dengan cara melakukan skrining, artinya melakukan pemeriksaan tanpa menunggu keluhan terutama pada wanita yang telah masuk usia produktif (20–35 tahun). Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi motivasi untuk melakukan skrining sangat penting agar perempuan mau melakukan deteksi lebih awal (Nasir, 2009).

(2)

Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002 didapatkan estimasi insidens kanker serviks sebanyak 16 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan sebesar 9,7% dengan jumlah kematian 9,3% pertahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Depkes, 2008).

Berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia kanker serviks menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker sebesar 17,2% diikuti kanker payudara (Depkes, 2008).

Di Kecamatan Paciran ditemukan 3 orang yang mengalami kanker serviks mulai tahun 2007-2009. Dalam upaya deteksi kanker serviks, para tenaga kesehatan khususnya bidan di Puskesmas Paciran telah mengikuti pelatihan pemeriksaan IVA di Surabaya, dan pada tahun 2007 para tenaga kesehatan di Puskesmas Paciran telah melakukan sosialisasi tentang pemeriksaan IVA kepada para kader posyandu untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Puskesmas Paciran telah melayani pemeriksaan IVA pada awal tahun 2007 . Untuk melayani pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran dikhususkan pada hari selasa dan kamis, Namun apabila ada pasien yang ingin melakukan pemeriksaan IVA di luar hari tersebut tetap akan dilayani. Untuk melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran dengan biaya Rp. 10.000 , dan bila menginginkan pemeriksaan IVA dan pap smear dengan biaya Rp.40.000 . Dari tahun 2007 -2009 didapatkan jumlah wanita yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 61 orang, Dari pemeriksaan IVA tersebut didapatkan 16 orang dengan pemeriksaan IVA positif, dan hasil IVA negatif sebanyak 45 orang dan kanker serviks sebanyak 3 orang. Dan berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan, dari 10 wanita usia subur yang telah mengikuti pemeriksaan IVA terdapat 30% melakukan pemeriksaan IVA karena keinginan sendiri dan rata-rata sudah berumur lebih dari 30 tahun, dan terdapat 40% yang melakukan pemeriksaan IVA karena ajakan dari teman atau tetangga, dan 30% melakukan pemeriksaan IVA karena ada pemeriksaan IVA gratis. Apabila ditemukan pasien dengan kanker serviks maka Puskesmas Paciran akan merujuk pasien tersebut untuk dilakukan pengobatan yang sesuai seperti crioterapi. Apabila didapatkan tahap pra kanker maka pasien tersebut diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ulang, bila pasien tersebut tidak melakukan pemeriksaan ulang maka Puskesmas Paciran akan memberitahukan kepada bidan desa tersebut untuk melakukan kunjungan rumah. Para bidan di Puskesmas Paciran juga melayani pemeriksaan IVA di tempat bidan praktek swasta ataupun kunjungan rumah dengan biaya yang sama.

Kurangnya minat wanita usia subur untuk mengikuti pemeriksaan IVA disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya dapat disebabkan karena akses untuk deteksi tidak tercapai oleh sebagian besar masyarakat padahal masalah kesehatan wanita sangat penting, hal ini disebabkan karena sosialisasi masih belum dapat dilaksanakan secara optimal; selain itu meski sasaran (wanita usia subur) telah mendapatkan sosialisasi masih banyak yang belum memiliki kesadaran untuk mengikuti pemeriksaan IVA karena beberapa alasan, misalnya malu, takut, dan tidak merasa membutuhkan sehingga kurang termotivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA; kerjasama lintas sektor masih kurang; fasilitas diberbagai pelayanan kesehatan kurang memadai; dan keberhasilan tergantung pada deteksi dini dan pengobatan yang efektif. Oleh sebab itu diperlukan motivasi untuk wanita usia subur agar mau mengikuti pemeriksaan IVA.

Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, disokong, dikuatkan, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektifitas macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua berlangsung. Motivasi merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu( Robin, 2002).

Hal-hal yang mempengaruhi motivasi adalah faktor phisik dan mental, faktor hereditas, lingkungan, kematangan usia, faktor intrinsik seseorang (pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan), fasilitas (sarana dan prasarana), social budaya, dan media yang digunakan. Faktor lingkungan mempengaruhi motivasi karena semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang dan kelompok. Sedangkan yang termasuk faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi yaitu pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Dimulai dengan adanya kesadaran dalam arti mengetahui telebih dahulu terhadap stimulus, selanjutnya merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut kemudian menimbang–nimbang terhadap baik dan buruknya stimulus tersebut bagi dirinya dan akan mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus yang pada akhirnya subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(3)

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pekerjaan merupakan suatu upaya pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa. Dengan bekerja, seseorang akan memperoleh jasa. Dengan jasa inilah manusia memenuhi kebutuhannya. Pengelompokkan ini didasarkan pada teori bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat / pengalaman antar teman dalam kantornya.

Oleh sebab itu untuk meningkatan motivasi ibu perlu dilakukan sosialisasi tentang pentingnya IVA, pencegahan kanker serviks dan sumber informasi yang memadai sehingga cakupan pemeriksaan IVA dapat meningkatdan angka kejadian kanker serviks dapat dicegah seoptimal mungkin sebab deteksi dini merupakan skrining yang lebih efektif.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang faktor -faktor yang berhubungan dengan motivasi wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian analitik dengan pendekatan “cross sectional”, yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Dalam penelitian ini, variabel independen (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan) dan dependen (motivasi wanita usia subur) dikumpulkan dalam waktu bersamaan dengan menggunakan kuesioner.Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April sampai Juli sebanyak 28 orang.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April – Juli 2010 sebanyak 27 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi yang diinginkan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA dan bersedia diteliti

2. Umur 20 – 45 tahun dan sudah menikah 3. Wanita yang bisa membaca dan menulis

Dalam menetapkan besarnya sampel atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada dua hal yaitu : pertama adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dan besarnya sampel (Notoatmodjo, 2005). n = p) -(1 . p 2 Z 1) -(N d p) -p(1 . 2 . N 2 1 2 2 1

α

α

+ Z Keterangan : N : Besar populasi n : Besar sampel

P : Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

Z : Nilai standart normal untuk α = 0,05 (1,96) q : 1-p (100% - p)

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) n = p) -(1 . p 2 Z 1) -(N d p) -(1 p . 2 . N 2 1 2 2 1

α

α

+ Z = 0,5 . 0,5 . 96) , (1 1) -(28 ) 05 , (0 0,5 . 5 , 0 . ) 96 , 1 ( 28. 2 2 2 + = 0,96 0675 , 0 96 , 0 . 28 + = 0275 , 1 88 , 26 = 27,17 = 27

Dalam penelitian ini besar sample yang digunakan sebanyak 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas paciran kabupaten lamongan pada bulan april-juli 2010. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling consecutive (berurutan) yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2008).Variabel independent adalah faktor–faktor (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan) dan variabel dependen adalah motivasi wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini pada variabel pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan instrumennya berupa koesioner tertutup dan untuk variabel motivasi instrumenya berupa kuisioner tertutup. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada

(4)

bulan April – Juli 2010. Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini setelah mendapatkan surat keterangan untuk melakukan suvey awal dari akademi, kemudian ditujukan kepada bagian dinas kesehatan Lamongan untuk di tindak lanjuti. Setelah mendapat persetujuan dari dinas kesehatan lamongan kemudian surat dari akademi diberikan kepada bagian kesatuan bangsa politik dan perlindungan masyarakat (kesbang linmas), yang kemudian mendapat surat untuk melakukan penelitian dan ijin mengambil data untuk survey awal serta mendapat surat tembusan untuk dinas kesehatan Lamongan, bupati Lamongan, bagian penelitian dan pengembangan daerah kabupaten Lamongan dan kepala UPT Puskesmas Paciran. Kemudian surat tersebut disampaikan kepada kepala UPT puskesmas untuk ditindaklanjuti. Setelah mendapat persetujuan dari kepala puskesmas kemudian dilakukan pengambilan data untuk survey awal. Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik, subyek yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2008. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah data diambil dengan cara primer (langsung dengan responden) dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan sebelumnya responden diberi penjelasan dahulu tentang cara pengisian agar hasilnya sesuai dengan apa yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang disediakan pilihan jawaban ya dan tidak.

Analisa Data

Pada penelitian ini menggunakan rumus Spearman Rank dan chi square karena skala data berbentuk ordinal dan nominal.Untuk menganalisa hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan lingkungan dengan motivasi digunakan uji analisa spearman rank karena skala data berbentuk ordinal. Data tersebut terlebih dahulu diubah dalam bentuk ranking kemudian dimasukkan dalam tabel penolong, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi spearman rank dengan tingkat signifikasi 0,05.

Rumusnya adalah: ) 1 ( 6 1 2 2 − Σ − = n n d rs Keterangan:

rs : koefisien korelasi Spearman Rank d : perbedaan ranking

n : jumlah sampel

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dengan signifikasi antar variabel digunakan uji student t dengan derajat kebesaran dk = n- 2. rumusnya adalah: 2 1 2 rs n rs t − − =

Dengan kesimpulan bila –t hitung > t tabel maka H1 diterima artinya terdapat hubungan (sugiyono, 2007).

Sedangkan untuk menganalisa hubungan antara pekerjaan dengan motivasi digunakan uji analisa data chi square karena skala data pekerjaan berbentuk nominal dan motivasi berbentuk ordinal. Kemudian dibentuk distribusi frekuensi dan kemudian dibentuk tabels silang (cross tab) dan juga dilakukan pengujian dengan uji chi square. Rumus chi square (X2) yaitu :

(

)

− = fh fh fo X 2 2 Keterangan : X2 : Chi Square

fo : Frekuensi yang diobservasi fh : Frekuensi yang diharapkan

Apabila nilai X2 hitung > X2 tabel, maka H1

diterima yang artinya ada hubungan. Sedangkan jika nilai X2 hitung < X2 tabel, maka H0 diterima

yang artinya tidak ada hubungan (sugiyono, 2007). Namun hasil tidak layak karena ada 50% sel yang nilai harapannya kurang dari 5, sehingga digunakan uji koefisien korelasi dan dilanjutkan dengan uji student t dengan nilai kemaknaan α = 0,05 dan dk = n-2. Jika didapatkan nilai α > 0,05 berarti H0 ditolak dan ada hubungan antara kedua variabel yang diukur.

Rumus Koefisien Phi rØ= ) )( )( )( (a b b d d c c a bc ad + + + + − Keterangan : rØ = Koefisien Phi

a = jumlah di dalam sel ke 1/fo ke 1. b = jumlah di dalam sel ke 2/fo ke 2. c = jumlah di dalam sel ke 3/fo ke 3. d = jumlah di dalam sel ke 4/fo ke 4.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera sebagai berikut :

Tabel Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber : Prof. Dr. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian : hal 231

(5)

Rumus student t t = r 2 1 2 r n − − Keterangan : t = student t rØ = Koefisien phi n = Besar Sampel

HASIL DAN ANALISA DATA

Hasil penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dengan cara memberikan kuisioner kepada wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada April – Juli 2010 diperoleh responden sejumlah 27 orang. Data ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan distribusi silang untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan lingkungan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaaan IVA dalam upaya deteksi dini kanker serviks.

Hasil Penelitian

Data Umum Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Pengetahuan

Tabel 1 Distribusi Pengetahuan WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010. No. Pengetahuan f % 1. 2. 3. Kurang Cukup Baik 5 10 12 18,5 37 44,4 Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir setengahnya pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 12 orang ( 44,4 % ), dan sebagian kecil pengetahuan rendah yaitu sebanyak 5 orang (18,5%).

Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Pendidikan WUS yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010. No. Pendidikan f % 1. 2. 3. Dasar Menengah Tinggi 12 13 2 44,44 48,14 7,40 Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA

hampir setengahnya pendidikan menengah (SMA/sederajat) yaitu sebanyak 13 orang (48,14% ), dan sebagian kecil pendidikan perguruan tinggi (akademi, S1 dan S2) yaitu sebanyak 2 orang (7,40%)

Pekerjaan

Tabel 3 Distribusi Pekerjaan WUS yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010. No. Pekerjaan f % 1. 2. Tidak bekerja Bekerja 11 16 40,74 59,25 Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA setengahnya tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 11 orang (40,74 %), dan sebagian besar bekerja (tani,swasta dan PNS) yaitu sebanyak 16 orang (59,25 %).

Lingkungan

Tabel 4 Distribusi Lingkungan WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010. No. Lingkungan f % 1. 2. Non Kondusif Kondusif 6 21 22,22 77,77 Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir seluruhnya lingkungan kondusif yaitu sebanyak 21 orang ( 77,77 % ), dan sebagian kecil lingkungan non kondusif yaitu sebanyak 6 orang ( 22,22 % ). Data Khusus Motivasi WUS

Tabel 5 Distribusi Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010. No. Motivasi F % 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 4 10 13 14,84 37,1 48,14 Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir setengahnya motivasi tinggi yaitu sebanyak 13 orang (48,14 %), dan sebagian kecil motivasi rendah yaitu sebanyak 4 orang (14,84 %).

(6)

Data Faktor-Faktor (Pengetahuan, Pendidikan,

Pekerjaan Dan Lingkungan) Yang

Mempengaruhi Motivasi WUS Yang Melakukan

Pemeriksan IVA Di Puskesmas Paciran

Kabupaten Lamongan.

Data Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan

IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten

Lamongan.

Tabel 6 Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan

Motivasi WUS Yang Melakukan

Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010.

Pengeta huan

Motivasi

Total Rendah Sedang Tinggi

N % N % n % n % Kurang Cukup Baik 3 1 0 60 10 0 2 6 2 40 60 16,7 0 3 10 0 30 83,3 5 10 12 100 100 100 Jumlah 4 14,8 10 37 13 48,1 27 100 rs = 0,674 t = 4,556 ρ<0,05

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya WUS berpengetahuan baik mempunyai motivasi tinggi yaitu sebanyak 10 orang (83,3 %), yang berpengetahuan cukup sebagian besar mempunyai motivasi sedang yaitu sebanyak 6 orang (60 %), dan berpengetahuan kurang sebagian besar mempunyai motivasi rendah yaitu sebanyak 3 orang (60 %).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan analisa Spearman Rank antara variabel pengetahuan dengan motivasi maka didapatkan t hitung = 4,556 dan t tabel dengan α= 0,05 untuk df= 25 adalah ±2,060, sehingga t hitung > t tabel , yang berarti H1 diterima atau terdapat hubungan antara pengetahuan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April – Juli 2010. Data Hubungan Faktor Pendidikan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan

IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten

Lamongan.

Tabel 7 Hubungan Faktor Pendidikan Dengan

Motivasi WUS Yang Melakukan

Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010.

Pendidi kan

Motivasi

Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n % Dasar Menengah Tinggi 4 0 0 33,33 0 0 6 4 0 50 30,76 0 2 9 2 16,66 69,23 100 12 13 2 100 100 100 Jumlah 4 14,8 10 37 13 48,1 27 100 rs = 0,761 t = 5,863 ρ<0,05

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa WUS yang melakukan IVA yang pendidikan dasar sebagian besar dengan motivasi sedang sebanyak 6

orang (50%), pendidikan menengah

(SMA/sederajat) sebagian besar motivasi tinggi sebanyak 9 orang (69,23%) dan pendidikan perguruan tinggi seluruhnya motivasinya tinggi sebanyak 2 orang (100%).

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa Spearman Rank antara variabel pendidikan dengan motivasi maka didapatkan t hitung = 5,863 dan t tabel dengan α = 0,05 untuk df = 25 adalah ± 2,060, sehingga t hitung > t tabel, yang berarti H1 diterima atau terdapat hubungan antara pendidikan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April – Juli 2010.

Data Hubungan Faktor Pekerjaan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan

IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten

Lamongan.

Tabel 8 Hubungan Faktor Pekerjaan Dengan

Motivasi WUS Yang Melakukan

Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan april-juli 2010.

Pekerja an

Motivasi

Total Rendah Sedang Tinggi

N % N % n % n % Tidak Bekerja Bekerja 1 3 9,1 18,8 6 4 54,5 25 4 9 36,4 56,3 11 16 10 10 Jumlah 4 14,8 10 37 13 48,1 27 10 χ2 hitung=2,476 χ2 tabel=5,991 ρ>0,05

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa WUS yang melakukan IVA sebagian besar tidak bekerja (ibu rumah tangga) dengan motivasi sedang sebanyak 6 orang (54,5%) dan sebagian besar bekerja (tani, swasta dan PNS) dengan motivasi tinggi sebanyak 9 orang (56,3%).

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa Chi Square antara variabelpekerjaan dengan moivasi maka didapatkan χ2 hitung = 2,476 dan χ2 tabel dengan α = 0,05 untuk df = 25 adalah ± 5,991, sehingga χ2 hitung < χ2 tabel, karena hasil uji chi square didapatkan tidak layak yaitu nilai frekwensi harapan kurang dari 20% sel koyak maka dilanjutkan dengan uji koefisien phi untuk mengetahui kemaknaan hubungan 2 variabel hasilnya t hitung = 0,993 dan t tabel = 2,060 dimana t hitung < t tabel yang berarti H1 ditolak artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April-Juli 2010.

(7)

Data Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan

IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten

Lamongan.

Tabel 9 Hubungan Faktor Lingkungan Dengan

Motivasi WUS Yang Melakukan

Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan Pada Bulan April-Juli 2010.

Lingkungan Motivasi Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % N % Non kondusif Kondusif 2 2 33,3 9,5 2 8 33,3 38,1 2 11 33,3 52,4 6 21 100 100 Jumlah 4 14,8 10 37 13 48,1 27 100 rs= 0,436 t = 2,421 ρ<0,05

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa WUS yang melakukan IVA dengan lingkungan kondusif sebagian kecil motivasinya rendah sebanyak 2 orang (9,5%) dan WUS dengan lingkungan kondusif sebagian besar mempunyai motivasi tinggi yaitu sebanyak 11 orang (52,4%).

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa chi square antara variabel lingkungan dengan motivasi maka didapatkan χ2 hitung = 2,169 dan χ2 tabel dengan α = 0,05 untuk df = 25 adalah ± 5,991, sehingga χ2 hitung < χ2 tabel, karena hasil uji chi square didapatkan tidak layak yajtu nilai frekwensi harapan kurang dari 20% sel koyak maka dilanjutkan dengan uji koefisien phi untuk mengetahui kemaknaa hubungan 2 variabel hasilnya t hitung = 0,799 dan t tabel = 2,060 dimana t hitung < t tabel yang berarti H1 ditolak atau tidak terdapat hubungan antara lingkungan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April – Juli 2010.

Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dalam bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil yang telah disajikan.

Identifikasi Pengetahuan WUS Yang

Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir setengahnya pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 12 orang ( 44,4 % ), dan sebagian kecil pengetahuan rendah yaitu sebanyak 5 orang ( 18,5 % ).

Menurut Soekidjo Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sedangkan masih tingginya kasus kanker serviks merupakan sebuah ironi. Hal ini dikarenakan kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya tetapi masih banyak WUS yang belum mengetahui dan mengerti tentang bahaya kanker serviks. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks, sehingga sesungguhnya kanker serviks dapat dihindari. IVA merupakan metode skrining alternatif untuk kanker serviks. Pada pemeriksaan IVA, digunakan asam asetat dengan konsentrasi 3-5% yang dipulaskan pada serviks. Pada tahap prakanker akan timbul warna bercak putih.

Penelitian di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan ini dengan membagikan kuisioner pada WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hasilnya bahwa hampir seluruhnya WUS yang telah mengikuti IVA berpengetahuan baik karena semakin WUS mengetahui manfaat dari pemeriksaan IVA maka akan termotivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA. Dan sebagian kecil WUS berpengetahuan rendah, hal ini disebabkan karena pada kenyataannya banyak WUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA tidak terkena kanker serviks sehingga WUS enggan melakukan pemeriksaan IVA.

Identifikasi Pendidikan WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir

setengahnya pendidikan menengah

(SMA/sederajat) yaitu sebanyak 13 orang (48,14% ), dan sebagian kecil pendidikan perguruan tinggi (akademi, S1 dan S2) yaitu sebanyak 2 orang (7,40 %).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan dapat

(8)

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pilihan hidup terutama motivasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin layak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan dengan membagikan kuisioner pada WUS yang melakukan pemeriksaan IVA, didapatkan bahwa hampir setengah dari WUS yang melakukan pemeriksaan IVA adalah berpendidikan menengah (SMA/sederajat) sedangkan sebagian kecil adalah berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan oleh sebagian orang yang mengganggap pemeriksaan di Puskesmas kurang valid sehingga lebih memilih melakukan pemeriksaan IVA di instalasi yang lebih tinggi ataupun sebab yang lain.

Identifikasi Pekerjaan WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA setengahnya tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 11 orang (40,74 %), dan sebagian besar bekerja (tani, swasta dan PNS) yaitu sebanyak 16 orang (59,25 %).

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa diperlukan suatu pengorbanan. Dengan bekerja, seseorang akan memperoleh jasa. Dengan jasa inilah manusia memenuhi kebutuhannya. Pengelompokkan ini didasarkan pada teori bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat / pengalaman antar teman dalam kantornya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, sedangkan pekerjaan adalah suatu kewajiban yang dapat dilakukan, tugas kewajiban, hasil bekerja, sebagai mata pencaharian atau suatu kewajiban yang harus dilakukan sebagai cara untuk menunjang kehidupan keluarga tetapi lebih banyak dilakukan sebagai cara untuk mencari nafkah (Depdikbud, 1990).

Melihat dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sangat erat kaitannya dengan motivasi dimana dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung mempunyai

banyak waktu untuk tukar pendapat / pengalaman sehingga WUS yang bekerja akan lebih termotivasi melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS yang tidak bekerja (ibu rumah tangga). Hal ini disebabkan karena WUS yang tidak bekerja kurang bertukar pengalaman dengan WUS yang lain.

Identifikasi lingkungan WUS yang melakukan pemeriksaan IVA

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir seluruhnya lingkungan kondusif yaitu sebanyak 21 orang ( 77,77 % ), dan sebagian kecil lingkungan non kondusif yaitu sebanyak 6 orang ( 22,22 %).

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Perilaku masyarakat dapat menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit sesuai dengan perilakunya. Kemampuan manusia untuk merubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Dari studi tentang kesehatan lingkungan tersirat informasi bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor hereditas, nutrisi, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Menurut paradigma Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu lingkungan mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, lingkungan kerja dan lingkungan rekreasi.

Sedangkan kesehatan wanita bertujuan untuk memberikan kesejahteraan. Salah satu pencegahan kesakitan pada wanita meliputi skrining dan diagnosis melalui manajemen pencegahan yang memahami bahwa wanita merupakan manusia yang unik. Dalam manajemen pencegahan ini meliputi identifikasi insidensi umum, tingkat keparahan dan faktor resiko. Alasan mengapa kesehatan wanita menjadi penting adalah bahwa populasi wanita di dunia pada umumnya akan lebih banyak dibandingkan populasi laki-laki. Hal ini dikarenakan bahwa ekpektansi usia harapan hidup wanita lebih panjang dibandingkan usia harapan hidup laki-laki (familiar paradox). Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun negara.

Melihat dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lingkungan kondusif mempunyai peran yang sangat penting terhadap keinginan WUS dalam mengikuti pemeriksaan IVA sehingga dapat meningkatkan status kesehatan WUS diwilayah tersebut, demikian juga sebaliknya

(9)

lingkungan yang non kondusif dimana hanya sebagian kecil WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sehingga upaya dalam peningkatan status kesehatan wanita masih kurang.

Identifikasi Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 27 WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir setengahnya motivasi tinggi yaitu sebanyak 13 orang (48,14 %), dan sebagian kecil motivasi rendah yaitu sebanyak 4 orang (14,84 %).

Motivasi adalah proses yang berperan pada intensitas, arah dan lamanya berlangsung upaya individu kearah pencapaian sasaran (konsep dasar motivasi, 2009).

Menurut widayatun (1999) Motivasi terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera dipenuhi untuk segera beraktifitas segera mencapai tujuan. Motivasi itu muncul karena adanya kebutuhan/need dalam rangka memenuhi suatu tujuan/goal motivasi ini sebaiknya dimanage sama dengan need artinya keluarnya jangan sampai tumpang tindih agar tidak bimbang, ragu, konflik dan mengalami gangguan jiwa. Motivasi ini ada yang ekstrinsik dan ada yang instrinsik. Motivasi ini belum keluar disebut motive/drive. Motivasi ini sebagaimana kebutuhan yang diteorikan oleh Maslow bawasannya harus ditilik bagai tangga yang berbentuk segitiga dengan kebutuhan paling dasar dan paling besar adalah kebutuhan biologis dan terkecil adalah kebutuhan akan aktualisasi diri yang tentunya akan menjadi motivasi-motivasi yang sama dengan kebutuhan tersebut.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari seluruh WUS yang melakukan pemeriksaan IVA motivasinya tinggi. Hal ini terbukti dari kuisioner yang diberikan hampir setengahnya merupakan motivasi intrinsik, dimana timbul adanya suatu keinginan atau dorongan dari WUS untuk melakukan pemeriksan IVA.

Hubungan Pengetahuan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa Spearman Rank antara variabel pengetahuan dengan motivasi maka didapatkan t hitung = 4,556 dan t tabel dengan α= 0,05 untuk df= 25 adalah ±2,060, sehingga t hitung > t tabel, yang berarti H1 diterima atau terdapat hubungan antara pengetahuan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April – Juli 2010. Menurut Nasir (2009) IVA merupakan deteksi dengan melihat serviks untuk mendeteksi abnormalitas setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka 3-5%). Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Syarat melakukan pemeriksaan IVA yaitu Sudah menikah,

Tidak sedang datang bulan / haid, Tidak sedang hamil, 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual (Oktavinola, 2009).

Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua ini berlangsung (Tampubolon, 2004). Sedangkan motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat

mempengaruhi WUS untuk melakukan

pemeriksaan IVA. Seseorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi wanita, yang selanjutnya merasa tertarik dan akan menimbang baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA.Adapun pengelompokkan pengetahuan WUS yang melakukan pemeriksaan IVA dibagi menjadi 3, yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga motivasinya tinggi.

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan masyarakat terutama WUS mengetahui, memahami dan mau mengikuti pemeriksaan IVA sehingga dapat menambah jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan IVA dan meningkatkan status kesehatan wanita pada umumnya dan khususnya WUS di wilayah kerja puskesmas paciran. Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa WUS yang mempunyai pengetahuan baik akan lebih termotivasi dibandingkan dengan WUS yang berpengetahuan kurang, hal ini disebabkan karena WUS yang melakukan pemeriksaan IVA dengan pengetahuan baik akan lebih memahami pentingnya mengikuti pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS yang berpengetahuan kurang.

Hubungan Pendidikan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa Spearman Rank antara variabel pendidikan dengan motivasi maka didapatkan t hitung = 5,863 dan t tabel dengan α= 0,05 untuk df= 25 adalah ± 2,060, sehingga t hitung > t tabel, yang berarti H1 diterima atau terdapat hubungan antara pendidikan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April – Juli 2010.

Menurut Notoatmodjo (2003) Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat mau melakukan tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pilihan hidup terutama motivasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin layak

(10)

pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan. Adapun pada penelitian ini pendidikan WUS yang melakukan pemeriksaan IVA dikategorikan menjadi 3, yaitu pendidikan dasar, menengah dan tinggi.

Menurut Tampobolon (2004) Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua ini berlangsung. Sedangkan motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat mempengaruhi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA. Sesorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi wanita, yang selanjutnya merasa tertarik dan akan menimbang baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA.

Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada ketidaksamaan antara hasil penelitian dengan teori yang ada dimana WUS yang melakukan pemeriksaan IVA hampir seluruhnya berpendidikan SMA sedangkan sebagian berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini disebabkan adanya paradigma yang menganggap pemeriksaan IVA di puskesmas kurang valid sehingga WUS yang melakukan pemeriksaan IVA dengan jenjang perguruan tinggi memilih instalasi yang lebih tinggi sehingga motivasinya kurang untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas , sedangkan WUS dengan jenjang pendidikan SMA/sederajat motivasinya tinggi untuk melakukan pemeriksaan IVA. Selain itu, sampel yang digunakan terlalu kecil sehingga WUS yang melakukan pemeriksaan dengan jenjang pendidikan perguruang tinggi hanya sedikit.

Hubungan Pekerjaan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa Chi Square maka didapatkan χ2 hitung = 2,476 dan χ2 tabel = 5,991, sehingga χ2 hitung < χ2 tabel, yang berarti H1 ditolak artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April-Juli 2010.

Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua ini berlangsung (Tampubolon, 2004). Sedangkan motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat

mempengaruhi WUS untuk melakukan

pemeriksaan IVA. Sesorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi

wanita, yang selanjutnya merasa tertarik dan akan menimbang baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA.

Pekerjaan adalah suatu upaya pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa diperlukan suatu pengorbanan. Dengan bekerja, seseorang akan memperoleh jasa. Dengan jasa inilah manusia memenuhi kebutuhannya. Pengelompokkan ini didasarkan pada teori bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat / pengalaman antar teman dalam kantornya. Pekerjaan adalah suatu kewajiban yang dapat dilakukan, tugas kewajiban, hasil bekerja, sebagai mata pencaharian atau suatu kewajiban yang harus dilakukan sebagai cara untuk menunjang kehidupan keluarga tetapi lebih banyak dilakukan sebagai cara untuk mencari nafkah (Depdikbud, 1990).

Pada penelitian ini dapat kita ketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan motivasi WUSdalam melakukan pemeriksaan IVA. Selain pekerjaan, faktor eksternal seperti lingkungan, audiovisual dan fasilitas kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap motivasi WUS, sehingga bisa dikatakan merupakan salah satu penyebab tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan.

Hubungan Lingkungan Dengan Motivasi WUS Yang Melakukan Pemeriksaan IVA

Berdasarkan uji statistik menggunakan analisa Chi Square maka didapatkan χ2 hitung = 2,169 dan χ2 tabel = 5,991, sehingga χ2 hitung < χ2 tabel, yang

berarti H1 ditolak artinya tidak ada hubungan antara lingkungan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pada bulan April-Juli 2010.

Menurut Nasir (2009) IVA merupakan deteksi dengan melihat serviks untuk mendeteksi abnormalitas setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka 3-5%). Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Syarat melakukan pemeriksaan IVA yaitu sudah menikah, Tidak sedang datang bulan / haid, Tidak sedang hamil, 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual (Oktavinola, 2009).

Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua ini berlangsung (Tampubolon, 2004). Sedangkan motivasi WUS adalah suatu keadaan atau dorongan yang dapat

(11)

pemeriksaan IVA. Seseorang yang termotivasi melakukan pemeriksaan IVA maka dia sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi wanita, yang selanjutnya merasa tertarik dan akan menimbang baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan IVA dan mendukung pemeriksaan IVA.

Perilaku masyarakat dapat menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit sesuai dengan perilakunya. Kemampuan manusia untuk merubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Dari studi tentang kesehatan lingkungan tersirat informasi bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor hereditas, nutrisi, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Menurut paradigma Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu lingkungan mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, lingkungan kerja dan lingkungan rekreasi. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan kondusif sangat mendukung motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan kondusif sangat mempengaruhi motivasi, hal ini terbukti dengan sebagian besar WUS yang melakukan pemeriksaan IVA dengan lingkungan kondusif, sedangkan sebagian kecil dengan lingkungan non kondusif. hal ini disebabkan oleh karena sosialisasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan IVA kurang meyeluruh sehingga masih ada sebagian lingkup WUS yang tidak mengetahui tentang pemeriksaan IVA sehingga motivasi pada WUS dengan lingkungan non kondusif kuraang.

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Mayoritas WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan pengetahuannya baik, berpendidikan menengah (SMA/sederajat), bekerja dan tinggal di lingkungan kondusif.

2. Mayoritas WUS yang melakukan pemeriksaan IVA motivasinya tinggi.

3. Terdapat hubungan antara faktor pengetahuan, pendidikan dan lingkungan dengan motivasi WUS dan tidak terdapat hubungan antara pekerjan dengan motivasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskemas Paciran Kabupaten Lamongan.

DAFTAR PUSTAKA

Andrijono (2008). Semua Perempuan Beresiko Kanker Serviks. Selasa, 15 September 2009. http://.medicastore.com Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Belmansiagian (2009). Sosiologi Dasar. Rabu,06 Januari 2010.

http://belmansiagiansos.blogspot.com

Dalimartha (2004). Gejala Kanker Serviks. Rabu, 06 Januari 2010. http://dalimartha.com

Daradjat, Zakiah (2009). Sarana Dan Prasarana Dalam Pendidikan Agama Islam. Sabtu, 20 februari 2010. http://starwaji.wordpress.com

Diananda (2007). Resiko Kanker Leher Rahim. Rabu, 06 Januari 2010. http://sehatkita.com

DepKes (2008). Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Selasa, 15 September 2009. http://m.depkes.go.id

Elsulthani, Mawardi Labay (2001). Mental. Sabtu, 20 februari 2010. http://www.pendidikankita.com

Jurnal (2008). Pap Smear Baru Cakup Lima Persen Kaum Wanita. Selasa, 15 September 2009. http://www.jurnalnet.com

Lia (2009). Teori pengetahuan. Kamis, 12 agustus 2010.

http://www.bidanlia.com

Mansjoer, Arief (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Aesculapius. Jakarta

Nasir, Rahmat yuliadi (2009). Seluk Beluk Kanker Serviks. Selasa, 15 September 2009. http://www.publikana.com

Noe (2009). Konsep Motivasi Dasar. Rabu, 06 Januari 2010. http://one.indoskripsi.com

Notoatmodjo,Soekidjo (2003). Ilmu kesehatan masyarakat dan prinsip-prinsip dasar. Rineka cipta. Jakarta Notoatmodjo,Soekidjo (2005). Metode penelitian kesehatan.

Rineka cipta. Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

Notodiharjo (2002). Kanker Serviks. Rabu, 06 Januari 2010. http://kanker.com

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta Nursalam dan Pariani, S. (2003). Pendekatan Praktis

Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto. Jakarta Oktavinola (2009). Ayo Periksa Secara Dini Kanker Serviks. Selasa, 15 September 2009. http://oktavinola.blogspot.com

Pendidikan kita (2009). Mental. Sabtu, 20 februari 2010. http://www.pendidikankita.com

Puskesmas petanahan (2009). Deteksi Kini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA. Selasa, 15 September 2009. http://puskesmaspetanahan. blogspot.com

(12)

Rosjidi (2007). Resiko Kanker Leher Rahim. Rabu, 06 Januari 2010. http://sehatkita.com

Sudrajat, Akhmad (2008). Faktor Keturunan Dan Individu. Sabtu, 20 februari 2010. http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta.

Bandung

Widayatun (1999). Ilmu Perilaku. Sagung seto. jakarta Widyastuti (2009). Kesehatan Reproduksi. Filtramaya.

(13)

Gambar

Tabel  4  Distribusi  Lingkungan  WUS  Yang   Melakukan  Pemeriksaan  IVA  di  Puskesmas  Paciran  Kabupaten  Lamongan  Pada  Bulan  April-Juli 2010
Tabel 7  Hubungan  Faktor  Pendidikan  Dengan  Motivasi  WUS  Yang  Melakukan  Pemeriksaan  IVA  Di  Puskesmas  Paciran  Kabupaten  Lamongan Pada Bulan April-Juli  2010
Tabel  9  Hubungan  Faktor  Lingkungan  Dengan  Motivasi  WUS  Yang  Melakukan  Pemeriksaan  IVA  Di  Puskesmas  Paciran  Kabupaten  Lamongan Pada Bulan April-Juli  2010

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah tingkat penghayatan individu dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan yang mencakup

dengan manajemen pengembangan kurikulum 2013 sekolah menengah kejuruan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian terdahulu, ditekankan pada penelusuran karya-karya

Rekapitulasi Presentase Skor Angket dan Kategori Sikap Siswa .... Hasil Tes Kompetensi Matematis SMP Negeri

Media pembawa hama penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal heu'an dan atau benda lain

MOTIF PENONTON SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA CAMPURSARI TAMBANE ATI DI TVRI1.

(2-tailed) kurang dari 0,05 (p&lt;0,05), sehingga dapat diartikan terdapat pengaruh terapi audio murottal Surah Ar-Rahman terhadap tingkat insomnia pada lanjut usia di UPT

Berdasarkan Permasalahan ini penelitian menganalisis lebih lanjut faktor status gizi dan vitamin A terhadap kejadian pneumonia pada Balita di Puskesmas

Pada siklus I penelitian belum berhasil karena angka keberhasilan belum mencapai 75% yakni baru 73%.Kemudian dilanjutkan pada siklus II kemampuan motorik halus