• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 1 HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Lilis Murtutik ,Harini Wigatiningsih

Latar belakang: Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang lebih sering terjadi pada pasien stroke yang mengalami gangguan dalam aktivitas dasar sehari hari. Hal ini diakibatkan oleh ketrbatasan dalam pemenuhan aktivitas dasar yang biasa dilakukan sendiri, dengan kondisi keterbatasan yang dialami setelah serangan stroke,selain gejala gejala kelainan saraf, juga ditemukan gangguan mental emosional salah satunya adalah depresi sedangkan pasien stroke yang dirawat di rumah sakit sekitar 30 % - 40% menderita depresi.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kemampuan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke di ruang anggrek I RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan rancangan Cross Sectional. Populasi sebanyak 50 orang dan sampel diambil dengan menggunakan teknik Tabel Krecjie sebanyak 44 pasien stroke. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dengan menggunakan analisis korelasi spearman rank.

Hasil: Dari 44 responden diperoleh data yang tidak mengalami depresi adalah 12,3% yang mengalami depresi ringan 45,6% dan depresi sedang 31,8% berat 11,3%. Tingkat kemampuan aktivitas dasar meliputi: mandiri 0%, ringan 22,8%, sedang 31,8% berat 27.2% bantuan total 18,2%. Analisis data spearman diperoleh rhitung sebesar -0,624 dengan harga signifikansi sebesar 0,000. Harga signifikansi lebih kecil dari 0,05,artinya ada hubungan yang negative antara aktivitas dasar sehari hari, semakin tinggi aktivitas dasar sehari hari maka semakin rendah tingkat depresi, demikian sebaliknya,semakin rendah aktivitas dasar sehari hari,maka akan semakin tinggi tingkat depresi.

Simpulan: Ada hubungan yang negative antara kemampuan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD Dr Moewardi Surakarta

(2)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 2 Pendahuluan

Banyak penelitian telah menunjukan bahwa penatalaksanaan secara dini setelah stroke dapat membantu perbaikan fungsi hidup sehari hari dan berlanjut keluar rumah sakit lebih awal. Depresi kemungkinan merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi akibat stroke ataupun sebagai komorbiditas yang menyertainya. Menurut Kaplan dan Sadock ( 2000 ) menyebutkan bahwa prevalensi depresi pada pasien stroke mencapai 40 % - 60 % dalam 6 bulan pertama sesudah terjadinya stroke ( Hawari D, 2001).

Sindroma diatas bukan gangguan yang homogen, tetapi merupakan fenomena yang komplek, gejala depresi sangat bervariasi misalnya depresi ringan, sedang dan berat, dapat disertai atau tanpa gejala psikotik. Keanekaragaman bentuk depresi ini diduga adanya perbedaan etiologi yang mendasari depresi ( Amir N, 2003 ) Menurut penelitian Nurmiati, 2006 bahwa

depresi mempunyai dampak negatif terhadap perbaikan fungsi aktivitas dasar sehari hari pada pasien stroke. Feibek dan Springer melaporkan bahwa pasien depresi pada 6 bulan setelah stroke memiliki kesulitan besar dalam mengembalikan fungsi kegiatan sosial mereka sebelumnya dibandingkan dengan pasien yang tidak depresi . Pada penelitian pasien dengan depresi selama periode segera setelah stroke dengan ketidak mampuan pada skor aktivitas dasar sehari hari, ditemukan 2 tahun kemudian bahwa pasien dengan depresi menunjukan kurangnya perbaikan secara signifikan pada fungsi aktifitas sehari hari. Kurva perbaikan fungsi aktifitas sehari hari secara signifikan tidak berbeda antara pasien dengan depresi mayor dibandingkan pasien depresi minor, menunjukan bahwa bentuk depresi sedang dan depresi berat akan berlanjut menjadi tidak sempurnanya perbaikan fungsi aktifitas sehari hari ( Dennis M. et all, 2000 ).

(3)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 3 Faktor faktor yang diduga

berperan yaitu peristiwa peristiwa kehidupan yang bersifat stresor (problem keuangan perkawinan, pekerjaan penyakit dan lain lain ). Menurut penelitian Nurmiati (2006) melaporkan adanya hubungan antara depresi dengan hendaya fisik atau hendaya fungsi sehari hari. Hendaya fungsi dapat menimbulkan depresi dan depresi dapat mempengaruhi beratnya hendaya fungsi sehari hari. Ruang Anggrek I merupakan salah satu ruang rawat inap di RSUD Dr Moewardi untuk merawat pasien stroke . Berdasarkan data jumlah pasien dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2010 rata rata merawat 51 pasien stroke /bulan dan mengalami hendaya fungsional yang membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar sehari hari. Berdasarkan fenomena latar belakang masalah perlunya dilakukan penelitian Hubungan antara aktivitas dasar sehari hari dengan tingkat depresi pada pasien

stroke diruang Anggrek I di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Landasan Teori Pengertian Depresi

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa III di Indonesia (1993) depresi adalah sekumpulan gejala dengan gambaran utama gangguan mood yang mempengaruhi penampilan kognitif, psikomotor dan psikososial disertai kesulitan hubungan interpersonal.

Menurut Maramis (2005) depresi sebagai salah satu gangguan afek dan emosi yang sudah sedemikian keras sehingga fungsi individu terganggu. Berbeda menurut Nugroho, W. (2000) depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.

Kaplan & Sadock’s, (2003) depresi sebagai suatu kondisi pada individu yang ditandai dengan hilangnya energi dan

(4)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 4 motivasi, perasaan bersalah, kesulitan

berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, serta muncul pikiran tentang kematian atau bunuh diri.tanda dan gejala lainnya berupa terjadinya perubahan tingkat

aktivitas kemampuan

kognitif,pembicaraan danfungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual dan irama biologis lainnya).Perubahan-perubahan ini hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal,sosial dan pekerjaan.

Terkait dengan rasa sakit dan ketidakmampuan, depresi merupakan istilah yang sering digunakan dalam bahasa sehari-hari. Depresi merupakan satu kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan pengaruh perasaan subyektif, mood (suasana hati) yang ditahan selama periode waktu yang lama, emosi yang merupakan indikasi obyektif, atau gangguan yang menunjukkan gejala khusus. mood sedih atau depresi merupakan reaksi normal terhadap ketidaksesuaian atau kehilangan.

Kemampuan pasien stroke dalam pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari

Teori tentang perawatan diri yang diperkenalkan oleh Orem menekankan pada tujuan keperawatan untuk memandirikan pasien. Teori tersebut dapat dijadikan dasar dalam pemberian perawatan pada pasien stroke dalam memenuhi kebutuhan aktivitas dasar sehari-harinya. Aktivitas dasar sehari-hari adalah suatu kelompok macam kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam mengurus dirinya sendiri.

Kemampuan aktivitas dasar sehari-hari pada pasien stroke meliputi kemampuan aktivitas dasar dalam transfer/pindah (tidur dan mobilisasi; penggunaan toilet (ke atau dari wc, menyiram, menyeka, melepas/memakai celana); membersihkan diri (lap muka, menyisir rambut, gosok gigi); mengontrol buang air besar: mengontrol buang air kecil; mandi; berpakaian; makan: naik dan turun tangga. (Mc Dowell & Newell, 1996). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

(5)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 5 tingkat kemampuan pasien stroke dalam

pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari dikategorilan sebagai berikut : 1) mandiri/tanpa bantuan, 2) ketergantungan ringan, 3) ketergantungan sedang, 4) ketergantungan- berat, dan 5) ketergantungan total.

Hubungan Depresi dengan Hendaya

fisik

Penelitian yang menggunakan instrumen ADL untuk menilai hendaya fungsi sehari hari pasien paska stroke melaporkan adanya hubungan antara depresi dengan hendaya fungsi sehari hari. Hendaya fungsi dapat menimbulkan depresi, dan depresi dapat mempengaruhi beratnya hendaya fungsi sehari hari .Depresi dapat berpengaruh terhadap

penyambuhan yaitu memperlambat penyembuhan fisik .

Metode Penelitian Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan

rancangan cross-sectional. (Arikunto, S. 2006). Alasan menggunakan metode ini karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke dan mengidentivikasi faktor yang paling dominan.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian merupakan seluruh pasien stroke yang dirawat di ruang anggrek I RSUD Dr.Moewardi Surakarta sejumlah 51 orang, selama waktu penelitian berlangsung. Dalam penelitian kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampel digunakan.

Analisis Data

Data dianalisis melalui dua cara yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis pada penelitian ini adalah analisis yang menggambarkan tiap variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dalam analisis

(6)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 6 univariat ini data-data akan disajikan

dengan tabel distribusi frekuensi sehingga akan tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel

yang diteliti. Sedangkan analisis bivariat adalah analisis yang bersifat untuk melihat hubungan antara dua variabel.

Hasil Penelitian

Analisa Univariat

Tabel Distribusi Aktivitas Dasar Sehari hari

No Aktivitas Dasar Tingkat Kemampuan Σ % 1 Transfer (tidur-duduk) Mandiri 0 0,0

Dibantu satu orang 27 61,4 Dibantu dua orang 17 38,6

Tak mampu 0,0

2 Mobilisasi Mandiri 0 0,0

Dibantu satu orang 35 79,5

Kursiroda 8

1,82

Tak mampu 1 2,3

3 Penggunaan toilet Mandiri 1 2,3

Perlu pertolongan sebagian

33 75,0

Tergantung orang lain 10 22,7

4 Membersihkan diri Mandiri 21 47,7

(7)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 7

5 Mengontrol BAB Mandiri 20 45,5

Kadang-kadang inkontinen

19 43,2

Inkontinen 5 11,3

6 Mengontrol BAK Mandiri 11 25,0

Kadang-kadang

inkontinen 9 20,5

Inkontinen 24 54,5

7 Mandi Mandiri 0 0,0

Tergantung orang lain 44 100

8 Berpakaian Mandiri 0 0,0

Sebagian dibantu orang

lain 35 79,5

Tergantung orang lain 9 20,5

9 Makan Mandiri 1 2,2

Perlu pertolongan untuk

memotong 34 77,5

Tergantung orang lain 9 20,3

10 Naik turun tangga Mandiri 0 0

Perlu pertolongan 16 36,3

(8)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 8 Tabel diatas, menunjukkan

bahwa transfer (tidur-duduk) dibantu satu orang 27 (61,4%), dibantu 2 orang 17 orang (28,6%). Untuk mobilisasi, dibantu

satu orang 35 orang

(79,5%),menggunakan kursi roda 8 orang (28,2%) Tidak mampu 1 orang (2,3%). Diikuti penggunaan toilet mandiri 1 orang (2,3%),perlu pertolongan sebagian 33 orang (75%), tergantung 10 orang (22,7%). Sedangkan untuk kebersihan diri, mandiri 21 orang (47,7%),perlu bantuan orang lain 23 orang (52,3%). Dalam mengontrol BAK, mandiri 11 orang (25%),kadang inkontinen 9 orang (20,5%), inkontinen 24(54,5%) mandi tergantung orang lain 44 orang (100%). Berpakaian dibantu 35 orang (79,5%), tergantung 9 orang(20,5%), Makan mandiri 1 orang (2,3%) pertolongan memotong, 34orang(77,5%), tergantung 9 orang (20,3%),naik turun tangga mandiri tidak ada, pertolongan 16 orang(36,3%),tidak mampu 28

orang(63,7 %).Tingkat Ketergantungan Aktivitas Dasar Sehari-hari

Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan nonparametric correlation, yaitu analisis korelasi Spearman,s Rank. Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel kemampuan aktivitas dasar sehari-hari dan tingkat depresi. Hasil analisis korelasi Spearman’s Rank diperoleh harga r hitung sebesar -0,624 dengan signifikansi 0,00. Artinya ada hubungan yang negative antara aktivitas dasar sehari hari, semakin tinggi aktivitas dasar sehari hari semakin rendah tingkat depresi, demikian sebaliknya semakin rendah tingkat aktivitas dasar sehari hari semakin tinggi tingkat depresinya. Dengan melihat harga signifikansi tersebut dan dibandingkan dengan taraf signfikansi 0,05, maka taraf signifikansi hasil analisis

(9)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 9 dari taraf signifikansi 0,05.

Karena taraf signifikansi koefisien korelasi lebih kecil dari taraf 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi. Koefisien korelasi bertanda negative, memiliki makna semakin tinggi tingkat kemampuan aktivitas dasar sehari-hari, maka semakin rendah tingkat depresi.

Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 44 orang pasien stroke di RSUD Dr Moewardi Surakarta didapatkan kesimpulan yaitu ada hubungan antara tingkat kemampuan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prosentase umur, yaitu 12 orang (27.2%) untuk umur < 50 tahun dan 18 (40.9%) untuk umur 51-60,umur 61-70 sebesar 10 (22.7%), >70 sebesar 4 orang (9.2%), usia 51-60 th terbanyak.

Prosentase pasien stroke yang mengalami depresi lebih banyak pada usia 51 -60 tahun sebanyak 40.9% sedangkan umur < 50 tahun sebanyak 27,2%. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sri Indari (2007) bahwa golongan umur lebih muda lebih banyak yang terkena depresi dibandingkan dengan yang lebih tua. Hal ini dimungkinkan karena kecenderungan golongan umur masih produktif, karena yang lebih tua lebih bersikap “nrimo” dan pasrah terhadap keadaan dirinya. Setelah dianalisis, umur berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh terhadap depresi.

(10)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 10 Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya, bahwa umur berpengaruh terhadap seringnya muncul depresi (Indari, 2007),terbukti pada penelitian ini bahwa pasien yang mengalami depresi berat sebanyak 4 orang (11,3) dari berbagai umur dari umuk < 50 – 70 tahun.

Jenis kelamin terbanyak dari pasien stroke adalah perempuan. Hal ini agak berbeda dari keadaan pada umumnya. Perbedaan tersebut adalah pada umumnya, kaum perempuan lebih berat beban aktivitas dasar sehari hari dari pada laki-laki . Dari 44 pasien stroke yang menjadi objek penelitian, tingkat depresi terbanyak yaitu adanya gejala ringan dan sedang, yaitu 77,4%. Jadi dapat dikatakan bahwa pasien stroke yang mengalami gangguan aktivitas dasar sehari hari yang sedang dirawat di Ruang Anggrek I RSUD Dr Moewardi 77,4% mengalami

gangguan depresi ringan dan sedang dan 11,3 mengalami depresi berat.

Dari status perkawinan, terlihat banyak yang berstatus kawin. Status tersebut menunjukkan bahwa dalam status kawin dan umur masih mepunyai pasangan sangat mempengaruhi dalam pemenuhan aktivitas dasar sehari hari.

Menurut Nurmiati (2005) bahwa pada pasien stroke, gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering ditemukan sekitar 15% -25% pasien stroke dalam komunitas mengalami depresi, sedangkan pasien stroke yang dirawat di rumah sakit, yang mengalami gangguan aktivitas dasar sehari hari sekitar 30% - 40 % menderita depresi.

Dadang Hawari (2001) didalam pengalaman klinis sering dijumpai bahwa pada pasien pasien stroke selain gejala gejala kelainan syaraf,

(11)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 11 juga ditemukan gangguan mental

emosional salah satunya adalah depresi, gejala depresi tersebut sebagai akibat lesi pada susunan saraf otak dan bisa juga akibat gangguan penyesuaian karena ketidak mampuan fisik dan kognitif paska stroke. Kaplan dan sadock (2000) menyebutkan bahwa prevalensi pada pasien stroke mencapai 40 %-60 % dalam 6 bulan pertama setelah stroke.

Pendidikan pada pasien stroke dalam penelitian ini kebanyakan tidak sekolah. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kebanyakan berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah dengan pendidikan yang kurang. Apabila dikaitkan dengan kondisi social ekonomi rendah, banyak kaum mudanya yang bekerja baik suami atau istri sebagai pencari nafkah sehingga akan bertambah beban hidup pada keluarga yang mengalami stroke.

Sehingga apabila mempunyai keluarga yang mengalami stroke perlu diberikannya penyuluhan bagaimana merawat keluarganya apabila pasien sudah dibawa pulang dan menganjurkan untuk mencari jaminan kesehatan agar keluarga tidak terlalu berat menanggung beaya pengobatan stroke selanjutnya.

Masih berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi, ternyata dari 44 pasien yang mengalami stroke, 30 diantaranya adalah memiliki pekerjaan buruh dan 14 orang tidak bekerja. Jadi dugaan mereka dari kalangan sosial ekonomi rendah menjadi lebih kuat. Apalagi bila memang kondisi sosial ekonominya juga rendah, maka jaminan hidup sehari-hari juga tidak ada.

Dari segi agama, dapat dikaitkan dengan mayoritas penduduk Indonesia, yaitu beragama Islam. Hal

(12)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 12 ini sesuai dengan keadaan yang

sebagian besar pasien stroke beragama Islam.

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negative antara aktivitas dasar sehari hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke. Hasil analisis korelasi yang negatif berarti bahwa semakin tinggi tingkat aktivitas dasar sehari hari maka semakin rendah tingkat depresinya. Hubungan negative tersebut menunjukkan bahwa pasien stroke yang memiliki aktivitas dasar sehari-hari pada tingkat tinggi cenderung rendah terkena depresi. Selaras dengan hasil penelitian Handayani (2003) terdapat hubungan yang negative antara kemampuan aktivitas dasar dengan tingkat depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wredha Yogyakarta unit Abiyoso. Hal ini memang wajar, karena

para lansia tersebut mampu melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka yang memiliki aktivitas dasar sehari-hari pada kategori tinggi, dapat segera melakukan tindakan untuk memenuhi keinginannya.,begitu pula bila ada keinginan untuk BAB, BAK, tidur, berjalan-jalan, dan sebagainya, mereka dapat segera melakukannya.

Pada penelitian dengan pasien stroke yang memiliki aktivitas dasar sehari-hari pada kategori rendah demikian juga pada pasien yang mengalami gangguan aktivitas dasar sehari hari dengan katagori sedang dan berat. Mereka akan cenderung terkena depresi sesuai dengan tingkatan dalam beraktivitas. Hal ini memang wajar, karena mereka seperti merasa tertekan dengan keadaan tersebut. Jika mereka memiliki keinginan, mereka harus menunggu

(13)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 13 orang lain yang dapat membantunya.

Selama belum ada orang yang dapat membantu, mereka akan merasa tertekan. Apalagi bila keinginan tersebut merupakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan seperti BAB atau BAK yang sifatnya sangat pribadi dan perlu bantuan orang yang terdekat didalam hidupnya. Karena itulah mereka akan mudah terkena depresi karena segala yang menjadi kebutuhannya tidak segera dapat terpenuhi.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas tentang hubungan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke di Ruang anggrek I rsud Dr Moewardi” Surakarta dapat diperoleh simpulan bahwa:

1 Karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar

adalah 50-60 tahun sebasar 18 orang(40,9%), umur < 50 tahun 12 orang (27,2%),pendidikan responden sebagian besar tidak sekolah 24 orang (56,9%),pekerjaan tidak bekerja 14 orang (31,8%),status sebagian besar kawin 35orang (79,6%)

2 Dari 44 orang responden dalam penelitian ini, untuk aktivita sehari-hari yang mengalami ketergantungan total 8 orang(18,2%), ketergantungan berat 12 orang (27,2), sedang 14 orang (31,8%), ketergantungan ringan 10(22,8%).

3 Tingkat depresi pada pasien stroke sebagian besar mengalami gejala depresi ringan 19 orang (45,6%), gejala depresi sedang 15 orang ( 31,8%).

4 Sesuai dengan hasil analisis bahwa hipotesa penelitian ada hubungan negative antara aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada

(14)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010 14 pasien stroke di Ruang anggrek I

RSUD Dr Moewardi Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, R. 2003. Hubungan Tingkat Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari-hari Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Yang Tinggal di PSTW Abiyoso Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Falkutas Kedokteran Universitas Gajahmada. Tidak diterbitkan.

Hardywinoto dan Setiabudi, 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hawari, D. 2003. Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Edisi Revisi. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

Kaplan & Sadock’s. 2003. Synopsis of psychiatry: Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry, 9 ed. Lippincott: Williams & Wilkins.

Kuntjoro, 2002. Masalah Kesehatan Jiwa: Memahami Tipe Kepribadian

Lansia,

http://www.e-psikologi.com/091008.

Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.

McDowell & Newell. 1996. Measuring Healt A Guide to Rating Scalers and Questinnaries 2 ed. New York: Oxford University Press.

Nurmiati, N 2006 ,Cermin Dunia Kedokteran,http://.Kalbefarma.com/cd k

Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesa, Departemen Kesehatan R I. Edisi III. Jakarta, 1993.

Rawlins & Heacock. 1993. Clinical of Manual of Psychiatric Nursing, 2 ed. St. Louis Missouri; Mosby Year Book Stuart and Sundeen, 1998. Perawatan Jiwa ed.3. Jakarata: EGC.

Sugiyono,2006 ,Statistik untuk Penelitian ,CV Alfabeta Bandung. Wahjoepramono, 2005,Stroke tatalaksana fase akut ,Universitas Kedokteran. Pelita Harapan ,Jakarta.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Kerja Alat Ticker Timer dengan Variasi Kecepatan pada gerak lurus berubah beraturan adalah alat ini menggunakan sistem pelontar sebagai kecepatan awal yang dihasilkan

diperlukan dengan beberapa alasan, yaitu : sanksi diberikan setelah semua cara lain yang digunakan tidak mampu merubah perilaku buruk siswa, pemberian sanksi harus hati-hati,

Untuk pemasaran Rempeyek Barokah mengunakan kemasan yang lebih menarik dengan. mengunakan toples agar peyek tidak mudah hancur dan tahan

meningkatkan hasil belajar matematika pengolahan data dengan menggunakan strategi pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) agar siswa lebih memahami

Meski pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) telah menjadi prioritas kebijakan dalam pe- mantapan kawasan hutan, di tingkat tapak pem- bentukan wilayah KPH masih

[r]

Konlik tenure di wilayah KPH Produksi lebih sering terjadi bila dibanding KPH Lindung. Hal ini didasarkan pada dimungkinkannya banyak klaim penguasaan di kawasan hutan

Kadar Si dalam abu silika yang dihasilkan mengalami peningkatan dari ~85% menjadi ~92-93% apabila sekam padi mengalami perlakuan awal terlebih dahulu sebelum