• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA DASAR (BASELINE) SOSIAL-EKONOMI TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DATA DASAR (BASELINE) SOSIAL-EKONOMI TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DATA DASAR (BASELINE) SOSIAL-EKONOMI

TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT

DI LOKASI COREMAP-CTI KABUPATEN NIAS UTARA

Oleh:

Ali Yansyah Abdurrahim

Triyono

Coral Reef Rehabilitation and Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(COREMAP CTI – LIPI) Jakarta, 2015

COREMAP-CTI

Pusat Penelitian Oseanografi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(3)

DATA DASAR (BASELINE) SOSIAL-EKONOMI

TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT

DI LOKASI COREMAP-CTI KABUPATEN NIAS UTARA

Oleh:

Ali Yansyah Abdurrahim

Triyono

Coral Reef Rehabilitation and Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(COREMAP CTI – LIPI) Jakarta, 2015

(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Dalam upaya pengelolaan sumberdaya laut, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan suatu program yang dikenal dengan COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program). COREMAP adalah program nasional untuk upaya rehabilitasi, konservasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan. Program COREMAP tersebut dirancang dalam 3 (tiga) fase: Fase I mulai tahun 1998-2004 merupakan fase Inisiasi; Fase II adalah faseAkselerisasi yang programnya dimulai pada tahun 2005 sampai dengan 2011; dan Fase ke III adalah fase Penguatan Kelembagaan yang pelaksanaaannya dirancang mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2019. COREMAP fase III disejalankan dengan program nasional dan regional tentang pengelolaan terumbu karang di wilayah segitiga terumbu karang dunia yang dikenal dengan Coral Triangle Initiative (CTI), sehingga COREMAP Fase III selanjutnya disebut dengan COREMAP-CTI. Tujuan COREMAP-CTI adalah melakukan pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat pesisir. Lokasi program COREMAP- CTI di 7 kabupaten wilayah Indonesia bagian timur dan 7 kabupaten/kota di wilayah Indonesia bagian barat.

Pemahaman aspek sosial ekonomi masyarakat sangat diperlukan untuk merancang,melaksanakan, memantau dan mengevaluasi suatu program pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. Oleh karena itu, sebelum COREMAP- CTI dilaksanakan, dilakukan riset sosial ekonomi untuk mengumpulkan data dasar (baseline data) di lokasi program dan kontrol. Data dasar sosial ekonomi ini diperlukan sebagai dasar dan masukan-masukan dalam merancang program dan merupakan titik awal (T0) yang menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sebelum adanya intervensi dari program yang akan dilakukan.

(6)

Buku laporan ini berisi data dasar dan kajian tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan terumbu karang dan ekosistem terkait Di Kabupaten Nias Utara. Data dasar tentang aspek sosial-ekonomi penduduk ini merupakan bahan yang dapat dipakai oleh para perencana, pengelola dan pelaksana dalam merancang, melaksanakan dan memantau program COREMAP - CTI. Di samping itu, data dasar ini juga dapat digunakan oleh stakeholders (users)sebagai bahan pembelajaran dalam pemanfaatan terumbu karang dan ekosistem terkait.

Terlaksananya kegiatan penelitian dan penulisan buku laporan melibatkan berbagai pihak. Kepada para informan: masyarakat nelayan, pemimpin formal dan informal, tokoh masyarakat dan kelompok perempuan Desa Seriwau, Desa Teluk Bengkuang, Desa Balefadorotuho dan Kelurahan Pasar Lahewa Kabupaten Nias Utara kami ucapkan terimakasih atas segala bantuannya. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada para pewawancara yang telah membantu pelaksanaan survai. Kami juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua narasumber dari berbagai unsur dari Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Utara,Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nias Utara serta narasumber dari unsur pemerintah Kecamatan Sawo dan Kecamatan Lahewa di daerah yang telah membantu memberikan data dan informasi.

Jakarta, Desember 2015

Drs Susetiono, MSc

(7)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………...iii DAFTAR ISI………...v DAFTAR TABEL………...ix DAFTAR GRAFIK/DIAGRAM………...xv GAMBAR FOTO………...xvii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….... 1 1.2. Tujuan Penelitian………...4 1.3. Metodologi………...5 1.4. Pembabakan Penulisan………...9

BAB II. PROFIL LOKASI PENELITIAN 2.1. Keadaan Geografis………...11

2.1.1. Gambaran secara umum kondisi geografis Kabupaten Nias Utara………...12

2.1.2. Gambaran kondisi geografis kawasan………...14

2.1.3. Gambaran kondisi geografis per desa………...17

2.2. Keadaan Sumber Daya Alam………...19

2.2.1.Sumber Daya Laut (SDL)………...20

2.2.2. Sumber Daya Darat………...26

2.3. Sarana dan Prasarana Sosial-Ekonomi………...36

2.4. Kelembagaan Sosial-Ekonomi………...45

(8)

2.6. PengelolaanSumberDayaLaut………...46

BAB III. POTRET PENDUDUK 3.1. Jumlah dan Komposisi………...51

3.1.1. Gambaran umum jumlah dan karakteristik penduduk serta pertumbuhannya di tingkat Kabupaten Nias Utara….. ………...51

3.1.2. Gambaran umum jumlah dan komposisi penduduk di tingkatdesa ………...53

3.1.3. Jumlah dan komposisi penduduk …………...55

3.2. Kualitas Sumber Daya Manusia………...58

3.2.1. Pendidikan dan Keterampilan………...58

3.2.2. Pekerjaan (Utama dan Tambahan)………...61

3.3. Kesejahteraan ………...73

3.3.1. Pemilikan dan penguasaan Aset Produksi dan Non Produksi………...73

BAB IV. PENGETAHUAN DAN KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN DAN PENYELAMATAN MANGROVE, PADANG LAMUN DAN TERUMBU KARANG 4.1. Pengetahuan masyarakat tentang keberadaan dan kegunaan Mangrove, Padang Lamun dan Terumbu Karang………...80

4.2. Persepsi Masyarakat Tentang Kondisi dan Faktor Yang Menyebabkan Kerusakan Mangrove, PadangLamun dan Terumbu Karang………...93 4.3. Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat dalam Upaya

(9)

Terumbu

Karang………...106

BAB V. PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PENDUDUK 5.1. Pendapatan di Tingkat Kabupaten………...113

5.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………...113

5.1.2. Pendapatan Sektor Pertanian/ Perikanan ………...114

5.2. Pendapatan di Lokasi Survei………...115

5.2.1. Pendapatan Per Tahun/Bulan Menurut Lapangan Pekerjaan ………...115

5.2.2. Pendapatan Nelayan………...123

5.3. Pengeluaran………...127

BAB VI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT 6.1 Faktor Internal ………...133

6.1.1.Sumber pendapatan………...134

6.1.2. Teknologi Alat Tangkap/Produksi dan Wilayah Tangkap ………...134

6.1.3. Biaya Produksi………...136

6.1.4. Kualitas SDM………...136

6.2. Faktor Eksternal………...137

6.2.1. Pemasaran: harga dan pemasaran Permintaan terhadap hasil tangkap/produksi………...137

6.2.2. Musim/iklim………...139

6.2.3. Degradasi Sumber Daya Pesisir dan Laut………...140

(10)

BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan………...143

7.2. Rekomendasi………...146

UCAPAN TERIMA KASIH………...148

DAFTAR PUSTAKA………...149

LAMPIRAN………...150

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1. Banyaknya Pulau-pulau Kecil menurut Kecamatan

di Kabupaten Nias, 2013………...15 Tabel 2.1.2. Jumlah Desa dan Nama Desa Menurut Kecamatan

di Kabupaten Nias Utara, 2013………...16 Tabel 2.2.1. Jumlah Produksi Perikanan Laut Menurut Komoditi

Tahun 2012-2013………...22 Tabel 2.2.2. Perkembangan Jumlah Produksi Ikan

Tahun 2010 - 2013 ………...22 Tabel 2.2.3.Jumlah Produksi Ikan Menurut Kecamatan Tahun 2013...23 Tabel 2.2.4. Perkembangan Jumlah Nelayan Menurut Kecamatan

Tahun 2010 – 2013………...24 Tabel 2.2.5. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah

Menurut Kecamatan Tahun 2013……….…………...27 Tabel 2.2.6. Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Nias Utara

2010-2013………...29 Tabel 2.2.7. Perkembangan Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2009 – 2013………...30

Tabel 2.2.8. Perkembangan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Nias Utara Tahun 2009 – 2013………...31 Tabel 2.2.9. Banyaknya Rumah Tangga yang Mengusahakan Tanaman

Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan Tahun

2013………...32 Tabel 2.2.10. Luas Hutan di Kabupaten Nias Utara Menurut Jenis dan

Kecamatan Tahun 2013………...33 Tabel 2.2.11. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan

Tahun 2013………...34 Tabel 2.2.12. Jumlah Produksi Perikanan Darat Menurut Cara Budidaya

Tahun 2012-2013………...38 Tabel 2.3.1. Jumlah Perahu/Kapal Menurut Kecamatan dan Jenis

Kapal di Kabupaten Nias Utara Tahun

(12)

Tabel 2.3.2. Sarana Pendidikan Di Kabupaten Nias Utara tahun ajaran 2013/2014………...40 Tabel 2.3.3. Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Nias Utara…...41 Tabel 2.3.4 Perkembangan Banyaknya Pelanggan, Produksi dan Nilai

Produksi Air Minum pada PDAM Tirta Umbu Lahewa………...42 Tabel 3.1.1. Jumlah, Jenis Kelamin, dan Distribusi Penduduk Per

Kecamatan di Kabupaten Nias Utara 2015………...52 Tabel 3.1.2. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Nias Utara 2013………...53 Tabel 3.1.3. Jumlah Penduduk Per Desa di Kecamatan Sawo, Kabupaten

Nias Utara 2013………...54

Tabel 3.1.4. Jumlah Penduduk Per Desa di Kecamatan Lahewa,

Kabupaten Nias Utara 2013………...55 Tabel 3.1.5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Lokasi

Penelitian, Kabupaten Nias UtaraTahun 2015………...…57 Tabel 3.2.1. Statistik Pendidikan Kecamatan Sawo Tahun Ajaran

2012-2013………...58 Tabel 3.2.2. Statistik Pendidikan Kecamatan Lahewa Tahun Ajaran

2012- 2013………...59 Tabel 3.2.3. Distribusi Penduduk Berumur 7 Tahun ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Lokasi Penelitian,

Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...62 Tabel 3.2.4. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut

Kegiatan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara,

Tahun 2015 ………...64 Tabel 3.2.5. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...65 Tabel 3.2.6. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...67

(13)

Tabel 3.2.7. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tambahan Utama di Lokasi Penelitian,Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015……..,...70 Tabel 3.2.8. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tambahan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………..71 Tabel 3.3.1. Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Kepemilikan

Alat/Sarana Produksi di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...76 Tabel 3.3.2.Statistik Kepemilikan Barang-Barang Berharga Rumah

Tangga Terpilih di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...77 Tabel 4.1.1. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Fungsi Terumbu Karang di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, 2015………..……...84 Tabel 4.1.2. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Fungsi Padang Lamun di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, 2015………...85 Tabel 4.1.3.Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Mangrove, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...87 Tabel 4.1.4. Persentase Responden Menurut Pengetahuan manfaat

Tentang Terumbu Karang, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...89 Tabel 4.1.5. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Manfaat Padang Lamun, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...90 Tabel 4.1.6. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Manfaat mangrove , di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...92

(14)

Tabel 4.2.1. Persentase Responden Menurut Pendapat Tentang Kondisiterumbu karang, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias

Utara, Tahun 2015……….………...94 Tabel 4.2.2. Persentase Responden Menurut Pendapat Tentang Kondisi

Padang Lamun di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...96 Tabel 4.2.3. Persentase Responden Menurut Pendapat Tentang Kondisi

Mangrove di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara., Tahun 2015………...97

Tabel.4.2.4. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang Tentang Penyebab Kerusakan Terumbu Karang, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015…………...99 Tabel 4.2.5. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Tentang Penyebab Kerusakan padang lamun, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015…………...101 Tabel 4.2.6. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Tentang

Tentang Penyebab Kerusakan mangrove, di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...102 Tabel 4.2.7. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Terhadap

Pelaku Perusakan Terumbu Karang Di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...…………...104 Tabel 4.2.8. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Terhadap

Pelaku Perusakan padang lamun Di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...105 Tabel 4.2.9. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Terhadap

Pelaku Perusakan mangrove Di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara., Tahun 2015………...106 Tabel 4.3.1. Distribusi Responden menurut Keterlibatan dalam upaya

perlindungan/pelestarian Terumbu Karang, Padang Lamun, Mangrove dan Wilayah Pesisir di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...104

(15)

Tabel 4.3.2. Distribusi Responden menurut Jenis Kegiatan perlindungan/pelestarian Terumbu Karang di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara , Tahun 2015…………...105 Tabel 4.3.3. Distribusi Responden menurut Jenis Kegiatan

perlindungan/pelestarian Padang lamun di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...107 Tabel 4.3.4. Distribusi Responden menurut Jenis Kegiatan

perlindungan/pelestarian Mangrove di Lokasi Penelitian,

Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...108 Tabel 4.3.5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kegiatan

Perlindungan/Pelestarian Wilayah Pantai (Pesisir) Di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015…………...111 Tabel 5.1.1. PDRB Kabupaten Nias Utara Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha 2010-2015……….……...113 Tabel 5.1.2. PDRB Kabupaten Nias Utara Atas Dasar Harga Berlaku

Sektor Pertanian 2010-2015………...114 Tabel 5.2.1. Statistik Pendapatan Rumah Tangga, di Lokasi Penelitian,

Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………….………...117 Tabel 5.2.2 Distribusi Rumah Tangga Menurut Besar Pendapatan

Rumah Tangga Per Bulan di Lokasi Penelitan, Kabupaten Nias Utara,Tahun 2015………...………...119 Tabel 5.2.3 Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Menurut Sumber

Pendapatan di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...122 Tabel 5.2.4 Statistik Pendapatan Rumah Tangga Nelayan dari Perikanan

Tangkap di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015 ………...123

Tabel 5.2.5 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga dari Perikanan Tangkap di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun

2015………...124 Tabel 5.2.6 Distribusi Rumah Tangga Nelayan Menurut Besar Pendapatan

Per Musim Dari Perikanan Tangkap, di Lokasi Penelitian,

(16)

Tabel 5.3.1. Statistik Pengeluaran Rumah Tangga di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015…………...127 Tabel 5.3.2 Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Penggunaan

di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...129 Tabel 5.3.3. Distribusi Rumah Tangga Menurut Besar Pengeluaran

Rumah Tangga Per Bulan di Lokasi Penelitan, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...130

(17)

xv

DAFTAR GRAFIK

Gambar 2.1.3. Grafik Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Nias Utara 2013………...26 Gambar 2.3.1. Grafik Luas Permukaan Jalan Kabupaten di Nias Utara

Tahun 2013………...36 Gambar 3.1.1. Grafik Distribusi Penduduk di Lokasi Penelitian

Menurut Kelompok Umur (Persentase)…………...56 Gambar 3.2.1. Grafik Distribusi Penduduk Berumur 7 Tahun ke Atas

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...59 Gambar 3.2.2. GrafikDistribusi Penduduk Berumur 7 Tahun ke Atas

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Per Desa

di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015...60 Gambar 3.2.3. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut

Kegiatan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...61 Gambar 3.2.4. Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...64 Gambar 3.2.5. Grafik Distribusi Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas

yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tambahan Utama di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...69 Gambar 4.1.1. Distribusi Responden menurut Pengetahuan Tentang

Pengertian Terumbu Karang, Padang Lamun dan Mangrove di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara Tahun 2015……...80 Gambar 4.1.2 Grafik Persentase Responden Menurut Pengetahuan

Terumbu Karang, padang lamun dan Mangrove di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, 2015………...82 Gambar 5.2.1. Statistik Pendapatan Rumah Tangga Per Bulan,

(18)

Gambar 5.2.2. Grafik Distribusi Rumah Tangga Menurut Besar Pendapatan Rumah Tangga Per Bulan di Lokasi Penelitan, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015 ………...118 Gambar 5.2.3. Grafik Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Menurut

Sumber Pendapatan di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...120 Gambar 5.3.1. Grafik Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Menurut

Penggunaan di Lokasi Penelitian, Kabupaten Nias Utara, Tahun 2015………...128

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR FOTO

Gambar 1.1.1. Peta lokasi-lokasi COREMAP-CTI di Seluruh Indonesia………...3 Gambar 1.3.1 Foto Pelatihan Pedoman Pengisian Kuesioner Kepada

Enumerator/Pewawancara Di Desa Seriwau Dan Teluk Bengkuang………...7 Gambar 2.1.1. Peta Administrasi Kabupaten Nias

Utara………...13 Gambar 2.1.2. Foto Potensi Perkebunan Kelapa Di Desa Seriwau…...17 Gambar 2.3.2. Foto Pertanian Palawija Tanaman Cabai Di Desa Teluk

Bengkuang………...45 Gambar 2.6.1. Peta Wilayah tangkap nelayan Teluk Bengkuang dan

Seriwau hasil FGD………..………...48 Gambar 2.6.2. Peta wilayah tangkap nelayan Lahewa dari hasil

FGD………...49 Gambar 4.1.3. Foto Kondisi Pesisir Di Desa Seriwau Yang Sebagian

Masih Ditumbuhi Mangrove………...88 Gambar 4.1.4. Foto FGD Dengan Nelayan Di Kecamatan

Lahewa………...93 Gambar 4.2.1. Foto Pantai Turuleto di Balefadorotuho………...97 Gambar 6.1.1. Foto: Nelayan Tradisional di Seriwau………...135 Gambar 6.2.1 Foto: Kondisi Perairan Laut di Seriwau dan Teluk

(20)
(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

The Coral Reef Rehabilitian and Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) yang dilaksanakan dan didanai oleh Asian Development Bank (ADB) untuk Kawasan Indonesia Barat dan World Bank (WB) untuk Kawasan Indonesia Timur, merupakan program lanjutan dari program COREMAP-II. COREMAP-CTI secara umum bertujan untuk memperkuan kapasitas lembaga dalam konservasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait (padang lamun dan mangrove) serta sumber dayanya. Program ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesisir untuk mengelola terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan, dan melalui upaya-upaya tersebut, juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pendekatan COREMAP-CTI dilakukan melaui sistem dukungan dari lembaga pemerintah ke desa-desa pesisir untuk mempromosikan manajemen dan kontrol atas sumber daya pesisir secara desentralisasi (KKP, 2013).

Untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, program COREMAP-CTI dirancang untuk memiliki empat komponen utama yang lengkap dengan sub-komponennya, yaitu:

1. Penguatan kelembagaan untuk pengelolaan terumbu karang. a. Penguatan dan ekspansi pendekatan COREMAP.

b. Pemantauan ekologi dan sosial-ekonomi melalui CRITIC. c. Penguatan pengawasan ekosistem pesisir.

d. Pengembangan SDM.

2. Pengembangan pengelolaan sumber daya berbasis ekosistem. a. Dukungan untuk pengaturan tata ruang kelautan. b. Penerapan Pengelolaan Zona Pesisir Terpadu.

c. Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut dan Spesies Terancam.

(22)

d. Perintisan komunitas berdasarkan pendekatan yang tepat. e. Pengelolaan perikanan berkelanjutan.

3. Penguatan ekonomi berkelanjutan berbasis kelautan.

a. Pembangunan infrastruktur dasar untuk ekoinvestasi. b. Pembangunan model usaha berbasis kelautan Kelompok

Produksi Berkelanjutan (KPB).

4. Pengelolaan proyek, koordinasi, dan pembelajaran.

Keluaran dari COREMAP-CTI antara lain:

1. Pengelolan yang efektif dari 10 Kawasan Konservasi Laut Nasional dan 13 Kawasan Konservasi Laut Kabupaten dan pengelolaan perikanan berkelanjutan pada terumbu karang dan ekosistem terkait.

2. Penguatan kelembagaan di 8 provinsi, 14 kabupaten/kota, 6 Unit Pelaksana Lokal KKP, serta Pusat Pelatihan dan Informasi Terumbu Karang Lokal dan Nasional (CRITIC).

3. Dihasilkannya 100 unit kegiatan ekonomi berbasis konservasi. 4. Status pengamanan untuk enam spesies punah dan terancam

punah.

Hasil yang diharapkan dari COREMAP-CTI adalah pengelolaan berkelanjutan sumber daya terumbu karang dan keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir di lokasi proyek, termasuk:

1. Bertahannya dan/atau peningkatan tutupan karang pada tingkat optimal di lokasi proyek (dibandingkan dengan survei proyek awal dasar di lokasi proyek).

2. Peningkatan pendapatan rumah tangga penerima manfaat inti proyek 10-15 persen pada akhir proyek (dibandingkan dengan baseline awal tahun 2014).

3. Efektivitas DPL meningkat setidaknya satu tingkat dalam status mereka berdasarkan efektivitas DPL dan sistem Pemerintah

(23)

Indonesia (misalnya, dari kuning ke hijau, berdasarkan survei awal proyek tahun 2014).

4. Peningkatan pendapatan penerima di lokasi proyek (dibandingkan dengan survei baseline awal proyek).

5. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan terumbu karang menjadi rata-rata 85 persen di lokasi proyek.

Kabupaten Nias Utara merupakan lokasi COREMAP-CTI yang sebelumnya pernah mendapatkan manfaat dari COREMAP-II. Nias Utara dan lokasi-lokasi COREMAP-CTI dapat dilihat pada Gambar 1.1.1.

Gambar 1.1.1.

Peta lokasi-lokasi COREMAP-CTI di Seluruh Indonesia

Kabupaten Nias Utara termasuk salah satu di Kawasan barat Indonesia.

Sebagai upaya untuk mencapai tujuan serta mengoptimalkan hasil dari COREMAP-CTI, LIPI melakukan kegiatan penelitian aspek

(24)

sosial-ekonomi terumbu karang dan ekosistem terkait (padang lamun dan mangrove). Penelitian dilakukan sedikitnya empat kali selama periode COREMAP-CTI, yaitu:

 Riset data dasar/baseline (T0)  Monitoring dan evaluasi 1 (T1)  Monitoring dan evaluasi 2 (T2)  Monitorung dan evaluasi ... (T..)  Evaluasi akhir (Tn)

Kabupaten Nias Utara yang semula masih bergabung dalam Kabupaten Nias merupakan salah satu wilayah program COREMAP (Widayatun, dkk, 2007). Program COREMAP merupakan program untuk tercapainya pelestarian terumbu karang dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Kemudian pada tahun 2015 sampai 2019 kabupaten Nias Utara mendapatkan program COREMAP III atau COREMAP-CTI (Coral Triangle Initiative).Tujuan pengembangan Program COREMAP-CTI untuk pengelolaan sumber daya terumbu karang, ekosistem terkait dan biodiversitas secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.Dalam kaitannya dengan program tersebut pada tahun 2015 maka di Kabupaten Nias Utara telah diadakan penelitian untuk mengumpulkan data dasar (TO) tentang sosial ekonomi masyarakatnya.

1.2. Tujuan

Tujuan umum dari penelitian aspek sosial-ekonomi ini adalah

1. Memahami kondisi sosial-ekonomi masyarakat, permasalahan dan kebutuhan masyarakat, serta potensi dan alternatif solusi terkait dengan pengelolaan terumbu karang dan ekosistem terkait.

2. Memantau pelaksanaan dan dampak program penyelamatan terumbu karang terhadap kesejahteraan masyarakat.

(25)

Sementara itu, tujuan khusus dari penelitian data dasar (baseline) T0 ini adalah

1. Memberikan gambaran umum tentang lokasi penelitian yang meliputi kondisi geografis, sarana dan prasarana, potensi dan pemanfaatan terumbu karang dan ekosistem terkait.

2. Menggambarkan kondisi sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraannya.

3. Mendeskripsikan tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat serta faktor-faktor yang berpengaruh.

4. Mendeskripsikan pengetahuan, persepsi dan kepedulian masyarakat terhadap terumbu karang dan ekosistem terkait.

1.3. Metodologi

Pendekatan kuantitatif

Penelitian ini menggunakan survei terhadap 200 rumah tangga dan 200 orang individu, yaitu 100 rumah tangga dan 100 individu. Khusus di Desa Seriwau dan Teluk Bengkuang diadakan sensus karena jumlah penduduk di kedua desa tersebut cukup kecil. Di Desa Seriwau jumlah rumah tangga yaitu 43, dan untuk survei individu juga berjumlah 43 responden. Di Desa Teluk Bengkuang jumlah 29 rumah tangga, dan jumlah survei individu juga 29 responden. Kemudian untuk kedua lokasi di Kecamatan Pasar Lahewa diadakan sampel terhadap rumah tangga. Hal ini karena jumlah rumah tangga di Kelurahan Pasar Lahewa dan Desa Balefadorotuho cukup besar. Masing-masing lokasi di Kecamatan Lahewa dipilih yaitu 64 rumah tangga dan 64 individu. Pemilihan rumah tangga sampel dipilih secara systematic random sampling.Responden adalah kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga berumur 15 tahun ke atas yang mengetahui kondisi rumah tangga mereka. Pemilihan responden individu dilakukan secara random terhadap kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga berusia 15 tahun ke atas di rumah tangga sampel.

(26)

Pendekatan kualitatif

Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara terbuka.FGD dilakukan terhadap tokoh-tokoh masyarakat, kelompok nelayan dan kelompok perempuan.Wawancara terbuka dilakukan terhadap para tokoh masyarakat, nelayan, pengumpul ikan, pedagang dan lain-lain yang terkait.

Pendekatan kuantitatif dan kualitatif tersebutdigunakan untuk mengumpulkan data primer. Di samping itu, juga dikumpulkan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Kantor BPS, Dinas Perikanan Kota, Kantor Camat dan Kantor Kelurahan.

1.3.1 Pemilihan Lokasi

Lokasi yang diteliti pada kesempatan ini merupakan wilayah COREMAP, yaitu Kabupaten Nias Utara. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Seriwau dan Teluk Bengkuang Kecamatan Sawo serta Kelurahan Pasar Lahewa dan Desa Balefadorotuho Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Utara. Dipilihnya Desa Seriwaudan Teluk Bengkuang karena kedua desa yang terletak di Kecamatan Sawo tersebut merupakan daerah baru COREMAP. Selain itu pertimbangan kedua desa tersebut merupakan desa pesisir. Kemudian di Kecamatan Pasar Lahewa dipilih Kelurahan Pasar Lahewa dan Desa Balefadorotuho karena daerah tersebut merupakan daerah COREMAP pada fase sebelumnya. Adanya dua kawasan penelitian yang berbeda dari sisi intervensi COREMAP maka diharapkan dapat diketahui perbedaan daerah baru dan lama COREMAP baik dari sisi kualitas sumber daya manusia, kesadaran penduduk terhadap ekosistem serta pemahaman penduduk akan keberadaan ekosistem.

(27)

1.3.2. Pengumpulan data

Instrumen

Untuk pengumpulan data kuantitatif ada dua macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu daftar pertanyaan (kuesioner) rumah tangga dan daftar pertanyaan (kuesioner) individu. Masing-masing kuesioner tersebut dilengkapi dengan pedoman cara pengisiannya.

Kuesioner Rumah Tangga terdiri dari 7 bagian, yaitu : Pengenalan tempat; Keterangan rumah tangga; Keterangan pencacahan; Keterangan anggota rumah tangga; Pendapatan rumah tangga; Pengeluaran rumah tangga dan Pemilikan aset rumah tangga. Sedangkan Kuesioner Individu terdiri dari 4 bagian, yaitu : Keterangan responden; Kondisi, fungsi dan pemanfaatan terumbu karang, padang lamun dan mangrove; Keterlibatan dalam upaya perlindungan/ pelestarian terumbu karang, padang lamun, mangrove dan wilayah pesisir.Instrumen untuk pengumpulan data kualitatif menggunakan bahan pedoman untuk FGD dan pedoman untuk wawancara terbuka.

Gambar 1.3.1

Foto Pelatihan Pedoman Pengisian Kuesioner Kepada Enumerator/Pewawancara di Desa Seriwau dan Teluk Bengkuang Sumber : dokumentasi pribadi, 2005

(28)

Untuk pengumpulan data kuantitatif (survei) dibantu oleh para tenaga setempat, dan sebagian kecil dibantu oleh honorer Dinas Kelautan dan Perikanan Nias Utara sebagai pewawancara. Sebelum mereka melakukan wawancara ke rumah tangga sampel, mereka diberikan pelatihan cara wawancara dan cara pengisian daftar pertanyaan. Waktu wawancara dilakukan selama kurang lebih satu minggu (3 – 11 Juni 2015).

Pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif melalui survei ini bertujuan untuk:

 Mendapat informasi yang bersifat kuantitatif terhadap isu spesifik terkait pengelolaan terumbu karang dan ekosistem terkait.

 Mendapat data yang secara statistik dapat mewakili kelompok masyarakat.

 Mengetahui distribusi data tertentu, misal pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, pengetahuan, persepsi, dan lain-lain, dalam dan antar kelompok masyarakat.

 Dapat membandingkan data antar kelompok (misalnya pendapatan rumah tangga yang dapat dan tidak dapat dana program) dan antar waktu (sebelum program dimulai, pertengahan, dan setelag program berakhir).

Sementara itu, untuk pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara terbuka dan mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), serta observasi langsung dan partisipatif. Wawancara dilakukan terhadap narasumber kunci secara purposive dan snowballing. Meskipun telah dibekali panduan, dalam pelaksanaanya, wawancara dilakukan dengan beberapa pengembangan. FGD dilakukan di setiap desa terhadap kelompok nelayan, pengurus LPSTK, dan pemerintahan desa (laki-laki) dan kelompok perempuan/wanita, baik istri nelayan, guru, dan pemilik usaha rumah tangga. Observasi dilakukan langsung sendirian oleh peneliti maupun melibatkan partisipasi masyarakat desa. Observasi dilakukan di antaranya dengan:

(29)

 Mengamati lingkungan/ekosistem di lokasi penelitian  Mengamati aktivitas masyarakat di lokasi penelitian.

 Melengkapi (check recheck) informasi hasil wawancara, FGD, atau pewawancara data kuantitatif (kuesioner).

Pengumpulan data dengan pendekatan kualitiatif ini bertujuan untuk:  Mendapat informasi yang lebih mendalam/rinci tentang isu yang

spesifik.

 Menjelaskan latar belakang, proses, dan hubungan sebab akibat.  Memberikan kesempatan pertukaran informasi antara

pewawancara dengan narasumber/informan.

 Mengetahui bahasa istilah lokal yang berkaitan dengan potensi dan permasalahan lokal.

1.3.3. Analisis Data

Analisis data primer yang bersumber dari survei didasarkan hasil pengolahan data yang umumnya mendasarkan pada distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Sesuai dengan tujuan penelitian dalam menganalisis cukup melakukan deskripsi. Bahkan dalam melihat hubungan data tabulasi silang pun tidak diadakan uji statistik. Dari tabel yang dimuat hanya dilihat pola hubungan dua variabel. Adapun dari data kualitatif dan observasi dapat dianalisis tentang dinamika kehidupan sesuai dengan isu yang diteliti. Dengan demikian data kuantitatif di balik data survei dapat dijelaskan melalui analisis data dan informasi kualitatif.

(30)

1.4.4. Pembabakan Penulisan

Tulisan ini terdiri dari tujuh bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian yang digunakan dan pembabakan penulisan. Bab kedua memberikan gambaran profil lokasi penelitian. Profil ini meliputi kondisi geografis, kondisi sumber daya alam, sarana dan prasarana sosial ekonomi, kelembagaan sosial ekonomi, program pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan sumber daya laut. Bab ketiga mendeskripsikan potret penduduk yang terdiri dari jumlah dan komposisi penduduk, kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan penduduk.

Bab keempat mengemukakan tentang pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap upaya perlindungan dan penyelamatan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Bab kelima menyajikan tentang pendapatan dan pengeluaran rumah tangga penduduk. Bab keenam membahas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan dan pengelolaan sumber daya laut, meliputi faktor internal, eksternal dan struktural. Kemudian yang terakhir akan ditutup dengan kesimpulan dari seluruh tulisan dari buku ini dan dari kesimpulan-kesimpulan tersebut dapat diangkat beberapa rekomendasi.

(31)

BAB II. PROFIL LOKASI PENELITIAN

Wilayah Indonesia yang begitu luas bagai untaian di zamrud khalulistiwa. Ribuan pulau bagai permadani yang menghiasi nusantara mulai dari ujung Sumatera hingga Papua. Salah satu pulau yang menghiasi nusantara tersebut adalah Pulau Nias. Pulau Nias terletak di pantai barat Sumatera dan langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia. Berbicara Pulau Nias kenangan kita akan dibawa kepada mata uang seribu rupiah, dimana dalam mata uang tersebut menggambarkan lompat batu Pulau Nias.

Kemudian bagaimana dilihat dari sisi historis? Pulau Nias merupakan salah satu wilayah kekuasaan Belanda. Setelah kemerdekaan masuk wilayah Propinsi Sumatera Utara hingga saat ini. Sejarah selanjutnya di warnai riak-riak politik kecil menghiasi perjalanan pulau ini, salah satunya adalah adanya pemekaran daerah sebagai salah satu dampak otonomi daerah, pasca orde baru yang menjamur di berbagai daerah. Sebelum orde baru Pulau Nias hanya terdiri dari 1 kabupaten yaitu Kabupaten Nias. Orde reformasi membuat wilayah ini memasuki era baru, pemekaran merupakan salah satu jawaban dari aspirasi masyarakat. Saat ini Pulau Nias telah mekar menjadi beberapa kabupaten seperti Kabupaten Nias Selatan, Nias Barat, Kota Gunung Sitoli dan Nias Utara.

Kabupaten Nias Utara yang lebih disingkat (KANIRA) mekar dari NiasInduk berdasarkanUndang-Undang Nomor 45 Tahun 2008. Mekarnya Nias Utaramenjadi peluang pemerintah daerah setempat beserta masyarakat untuk mengelola sendiri ekonomi maupun administrasi demi kemakmuran. Kemudian berdasarkan Undang-Undang No. 45 Tahun 2008 tersebut wilayah Kabupaten Nias Utara terdiri dari 11 kecamatan. Adapun kecamatan tersebut adalah Lotu, Alasa, Sawo, Tuhemberua, Namohalu Esiwa, Alasa Talu Muzoi, Tugala Oyo, Afulu, Lahewadan Lahewa Timur (BPS Nias, 2014).

(32)

Kemudian luas wilayah dan administrasi Kabupaten Nias Utara berdasarkan data BPS adalah sebagai berikut :

o Kecamatan Lotu dengan luas wilayah 110,11 Km2 o Kecamatan Sawo dengan luas wilayah 90,49 Km2 o Kecamatan Tuhemberua dengan luas wilayah 55,96 Km2 o Kecamatan Sitolu Ori dengan luas wilayah 78,81 Km2

o Kecamatan Namohalu Esiwa dengan luas wilayah 150,78 Km2 o Kecamatan Alasa Talu Muzoi dengan luas wilayah 94,04 Km2 o Kecamatan Alasa dengan luas wilayah 204,41 Km2

o Kecamatan Tugala Oyo dengan luas wilayah 134,43 Km2 o Kecamatan Afulu dengan luas wilayah 149,78 Km2 o Kecamatan Lahewa dengan luas wilayah 228,70 Km2 o Kecamatan Lahewa Timur dengan luas wilayah 204,12 Km2 2.1. Keadaan Geografis

2.1.1.Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara

Kabupaten Nias Utara beribukota di Lotu. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Nias Utara adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Samudera Indonesia,

 Sebelah selatan berbatasan dengan dengan Kecamatan Hiliduho dan Kecamatan Botomuzoidi Kabupaten Nias serta Kecamatan Mandrehe Utara, Kecamatan Mandrehe, dan Kecamatan Moro’odi Kabupaten Nias Barat

 Sebelah Timur dengan Samudera Indonesia serta Kecamatan Gunung Sitoli Utara dan Kecamatan Gunung Sitoli Alo’oa di Kota Gunung Sitoli

 Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia

Kemudian jika dilihat dari luas wilayah, Kabupaten Nias Utara merupakan salah satu kabupaten terluas di Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah mencapai 1.501,53 Km2. Kemudian secara

(33)

administrasi Kabupaten Nias Utara ini yang terdiri atas 11 kecamatan dan 113Desa/Kelurahan (112 desa dan 1kelurahan) (BPS Kanbupaten Nias, 2014). Secara geografis Kabupaten Nias Utara memanjang di Pulau Nias dari timur hingga barat di bagian utara Pulau Nias. Selain itu juga terdiri dari pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil itu terletak di Kecamatan Lahewa dan Sawo. Adanya pulau-pulau kecil ini sangat berguna untuk nelayan. Kegunaan tersebut adalah sebagai pulau singgah bagi nelayan. Dengan demikian meskipun musim badai nelayan juga tetap melaut, jika terjadi badai pulau tersebut sebagai tempat berlindung.

Gambar 2.1.1.

Peta Administrasi Kabupaten Nias Utara Sumber : DKP Kabupaten Nias Utara (2014)

Kondisi topografi sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian bervariasi. Kemudian ketinggian perbukitan bervariasi antara 0-478 meter diatas permukaan laut (BPS Kabupaten Nias, 2014 :3). Adanya variasi ketinggian tersebut maka bentuk daratan Kabupaten Nias Utara bergelombang dan terdapat beberapa lembah yang dilalui sungai kecil yang mengalir ke Samudera Indonesia.

(34)

Kemudian bagaimana kondisi pulau-pulau kecil yang terdapat di utara daratan Kabupaten Nias Utara? Kondisi geografis di pulau-pulau yang berada di perairan utara daratan Nias Utara sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 5 meter diatas permukaan laut. Dari hasil pengamatan dari daratan Lahewa terlihat beberapa pulau-pulau kecil. Kemudian bentuk topografi daratan pulau-pulau pada umumnya hanyalah sebuah bukit dan tekstur pulau berupa pasir atau yang terkenal dengan Pulau Gosong (DKP Nias Utara, 2014 :16).Topografi perairan Nias Utara agak landai, sekitar 25-50 meter dari pantai tetapi langsung

Kabupaten Nias Utara merupakan salah satu untaian di Pulau Nias. Di kabupaten Nias ini memiliki terdiri dari dua wilayah yaitu daratan Nias dan pulau-pulau. Pulau-pulau tersebut terdapat di utara pulau dan barat Pulau Nias. Dilihat dari untaian kepulauan Indonesia Kabupaten Nias Utara termasuk kawasan terluar dari kepulauan Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya penjagaan lintas batas. Kekuatan armada laut yang ada di pulau tersebut belum seutuhnya mampu menjaga keamanan laut seperti illegal fishing.

2.1.2. Gambaran Kawasan

Kemudian kondisi ekonomi dan transportasi terpusat di kawasan Lahewa. Kawasan Lahewa sebagai merupakan kawasan yang ramai, kawasan ini terletak di teluk dan disini terdapat kapal-kapal yang mampu menjangkau daerah luar kawasan Nias Utara. Kemudian secara administrasi Lotu sebagai ibukota kabupaten yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Nias Utara. Berdasarkan kondisi geografis, Nias Utara terdiri dari kawasan pantai, kawasan pegunungan, dan dataran rendah. Dilihat dari aktivitas kawasan pantai merupakan kawasan yang paling hidup ekonomi. Lotu sebagai kota kabupaten Nias Utara pun kalah dibandingkan dengan Lahewa. Lotu sebagai ibukota kabupaten masih berbenah sebagai kawasan kota kabupaten. Kemudian adanya perbedaan kawasan tersebut tentunya berdampak terhadap kawasan pertanian, perkebunan.

(35)

Tabel 2.1.1.

Banyaknya Pulau-pulau Kecil menurut Kecamatan di Kabupaten Nias, 2013

No Kecamatan Banyaknya Pulau Nama Pulau Status Huni

1 Tugala Oyo 0 - 2 Alasa 0 - 3 Alasa Talumuzoi 0 - 4 Namohalu Esiwa 0 - 5 Sitolu Ori 0 - 6 Tuhemberua 0 -

7 Sawo 1 P. Sarang Baung Dihuni

8 Lotu 0 -

9 Lahewa Timur 4 P. Sanau

P. Alifa P. Kao P. Ene Dihuni - - - 10 Afulu 1 P. Wunga - 11 Lahewa 9 P. Lafau P. Makora P. Taliwa’a P. Gito P. Uma P. Mao P. Lahewa P. Baohi P. Mose Dihuni Dihuni Dihuni - - - - - Dihuni

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Kawasan persebaran pulau berada di utara daratan Kabupaten Nias Utara. Lahewa merupakan kecamatan yang memiliki pulau terbanyak dengan 9 pulau. Hal inilah menjadikan keuntungan tersendiri bagi nelayan setempat. Dapat dikatakan adanya pulau-pulau tersebut sebagai benteng alam dari adanya badai laut.

Selanjutnya ditinjau secara administrasi Kabupaten Nias Utara persebaran wilayah desa terdiri dari 113 desa yang tersebar di 11 kecamatan. Kecamatan Lahewa adalah kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak dengan jumlah 21 desa. Di Kecamatan Lahewa ini secara administrasi bukan hanya desa, ada juga yang telah

(36)

berstatus kelurahan seperti Kelurahan Pasar Lahewa. Kelurahan ini merupakan pusat ekonomi di Lahewa bahkan di Kabupaten Nias Utara. Hal ini didukung dengan adanya pelabuhan kecil yang ada di Teluk Lahewa. Di Lahewa ini juga sebagai pangkalan angkatan laut.

Tabel 2.1.2.

Jumlah Desa dan Nama Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Utara, 2013

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014) Kecamatan Jumlah

Desa

Nama Desa

Tugala Oyo 8 Botonaai, Fabaliwa Oyo, Gunung Tua, Harefa, Humene Sihene Asi, Ononazara, Siwawo,Teolo.

Alasa 14 Anaoma, Banua Sibohou I, Banua Sibohou II,Bitaya, Dahana Alasa, Dahana Tugala Oyo,Fulolo, Hiligawoni, Hilisebua Siwalubanua,Lahembowo, Loloanaa, Ombolata, Ononamolo, Alasa, Ononamolo Tumula.

Alasa Talumuzoi

6 Banua Sibohou III, Harefanaese, Hilimbowo, Kare, Hilinaa, Laehuwa, Mazingo.

Namohalu Esiwa

11 Banua Sibohou, Berua, Dahana Hiligodu,Esiwa, Hilibanua, Lasara, Namohalu, Orahili,Sisarahili, Sisobahili, Tuhenakhe I. Sitolu Ori 6 Botombawo, Fulolo Saloo, Hilimbosi, Hilisaloo,Tetehosi

Maziaya, Umbu Balodano.

Tuhemberua 8 Alooa, Banua Gea, Botolakha, Fino, Laaya,Ladara, Silima Banua, Siofa Banua.

Sawo 10 Hiliduruwa, Lasara sawo, Ombolata Sawo,Onozitoli Sawo, Sanawuyu, Sawo, Seriwau,Sifahandro, Sisarahili Teluksiabang, TelukBengkuang.

Lotu 13 Hilidundra, Lawira Satua, Fadoro Fulolo, LawiraI, Hiligodu, Lombuzaua, Maziaya, Baho,Lolofaoso, Lawira II, Dahadano, Lolomboli,Hiligeo Afia.

Lahewa timur 7 Laowowaga, Lukhulase, Meafu, Muzoi, Tefao,Tetehosi Sorowi, Tugala Lauru.

Afulu 9 Afulu, Faekhunaa, Harewakhe, Lauru Fadoro,Lauru I Afulu, Lauru Lahewa, Ombolata Afulu,Sifaoroasi, Sisobahili.

Lahewa 21 Afia, Balefadoro Tuho, Fadoro Hilimbawa,

Fadoro Hilimbowo, Fadoro Sitolu Hili,Hiligawolo, Hiligoduhoya, Hilihati, Hilinaa,Hilizukhu, Holi, Iraono Lase, Lasara, Marafala,Moawo, Ombolata, Onozalukhu, PasarLahewa, Sifaoroasi, Siheneasi, Sitolubanua.

(37)

Kondisi geografi desa Kabupaten Nias Utaratersebar di hamparan Pulau Utara Nias. Daerah pegunungan menghiasi daerah tengah Kabupaten Nias Utara. Kemudian daerah pertanian menghiasi kawasan utara yang lebih dekat dengan kawasan pantai seperti di Kecamatan Sawo ditemukan kawasan pertanian khususnya di Desa Sifahandro. Kemudian kawasan pantai lebih didominasi dengan jenis mata pencaharian campuran yaitu nelayan dan perkebunan khususnya perkebunan kelapa.

Gambar 2.1.2.

Foto Potensi Perkebunan Kelapa Di Desa Seriwau Sumber : Dokumentasi Pibadi, 2015

2.1.3. Gambaran Desa Lokasi Penelitian

Dalam penelitian COREMAP tahun 2015 di Kabupaten Nias Utaradiambil 2 kecamatan sebagai sampel penelitian yaitu Kecamatan Sawo dan Lahewa. Kecamatan Sawo terdiri dari 10 desa, dengan luas wilayah mencapai 90,49km² (BPS Kabupaten Nias, 2014).Kemudian dari kesepuluh desa di Kecamatan Sawo tersebut diambil 2 desa yaitu Desa Seriwau dan Teluk Bengkuang. Dipilihnya dua desa ini karena mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Di samping itu lokasi kedua tersebut langsung berhadapan dengan laut. Secara geografis jarak Kecamatan Sawo dengan ibukota kabupaten di Lotuberjarak 22 km. lokasi penelitan di Desa Seriwau dan Teluk

(38)

Bengkuang merupakan desa pesisir. Ketika memasuki kedua tersebut disambut dengan hamparan perkebunan kelapa. Perkebunan kelapa ini juga menjadi sumber pendapatan masyarakat desa di samping sektor kelautan.

Kemudian luas wilayah Desa Teluk Bengkuang adalah 1,85km² atau 2,04 persen dari luas total Kecamatan Sawo. Kemudian luas Desa Seriwau adalah 4,15km² atau 4,9 persen dari total luas wilayah Kecamatan Sawo 90,49 km². Kemudian jarak Desa Teluk Bengkuang dari kota kecamatan adalah 3,5 km, untuk jarak Desa Seriwau ke kecamatan adalah 3,0 km (BPS Kabupaten Nias, 2014). Kemudian lokasi penelitian di Kecamatan Lahewa merupakan kecamatan paling maju di Kabupaten Nias Utara. Kecamatan ini dapat ditempuh dari Kota Lotu ibukota kabupaten kurang lebih 40 menit perjalanan kendaraan dan kurang lebih 1,5 lebih jam dari Kota Gunung Sitoli. Kecamatan Lahewa mempunyai desa sebanyak 20 desa dan 1 kelurahan. Luas wilayah Kecamatan Lahewa adalah 228,70 km² dan berjarak 22 km dari Kabupaten Nias Utara ke Kecamatan Lahewa (BPS:2014:1).

Di Kecamatan Lahewa, penelitian COREMAP 2015 ini mengambil di dua lokasi yaitu Kelurahan Pasar Lahewa dan Desa Balefadorotuho. Kelurahan Pasar Lahewa terletak di merupakan salah satu kantong nelayan di Nias Utara. Lokasi lain yaitu Desa Balefadorotuho juga merupakan desa pesisir, dan beberapa diantaranya memiliki nafkah ganda yaitu nelayan dan perkebunan.

2.1.4. Kondisi Iklim

Kabupaten Nias Utara terletak di utara garis khalutistiwa. Letak ini berakibat kepada curah hujan yang tinggi. Berdasarkan data BPS, tahun 2013 jumlah curah hujan mencapai 2951,3mm setahun atau rata-rata 246 mm per bulan banyaknya hari hujan mencapai 262 hari setahun. Kondisi curah hujan yang tinggi akan memberikan dampak secara geologi. Lebih lanjut curah hujan yang tinggi akan

(39)

mempengaruhi struktur tanah. Bahkan struktur tanah yang tidak kuat akan mengakibatkan adanya bencana longsor ataupun patahan. Adanya patahan ini juga berakibat kepada adanya pergerakan tanah. Di samping itu letak Kabupaten Nias Utara yang berada di lengkung patahan berakibat terjadinya gempa bumi. Disisi lain curah hujan yang tinggi diakibatkan oleh letak Kabupaten Nias Utara yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia.

2.2. Keadaann SumberDaya Alam

Hamparan kondisi geografis yang berbukit bukit dan dataran rendah dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan aktivitas perekonomian. Aktivitas perekonomian tersebut berupa cocok tanam baik di pertanian maupun di perkebunan. Perkebunan karet merupakan perkebunan terbesar di Kabupaten Nias Utara. Bisa dikatakan bahwa karet merupakan urat nadi perekonomian masyarakat Nias Utara. Ketika harga karet jatuh maka akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Saat penelitian ini dilakukan pada bulan Juni, kondisi harga karet di Nias Utara jatuh menyentuh harga Rp.10.000/kg. Hal ini mengakibatkan kondisi perekonomian turun. Disisi lain dari hasil diskusi dengan informan, adanya kondisi karet yang jatuh ini sebagian kecil telah mendorong migrasi penduduk keluar daerah. Tujuan utama migrasi penduduk Nias Utara adalah wilayah Riau dan Sumatera Utara. Adanya wilayah tujuan migrasi tersebut juga berkaitan dengan jaringan penduduk Nias Utara yang sudah dahulu bemigrasi ke Riau. Di Riau mereka bekerja juga tidak jauh dari sektor perkebunan. Selain sumber daya darat berupa perkebunan maupun pertanian, serta kehutanan. Kabupaten Nias Utara juga dikaruniai potensi perikanan laut. Sumber daya laut ini merupakan mata pencaharian utama penduduk di kawasan pesisir. Sumber daya laut, selain berpotensi menghasilkan produk perikanan seperti ikan, cumi, juga berpotensi sebagai tempat wisata. Ada beberapa tempat di Kabupaten Nias Utara yang memiliki potensi

(40)

dikembangkan sebagai arena wisata seperti pantai merah, pantai pasir berbisik dan pantai di Teluk Bengkuang. Adapun keadaan sumber daya alam Kabupaten Nias Utara dari sisi kelautan, dan daratan akan diuraikan dalam tulisan di bawah ini

2.2.1. Sumber Daya Laut

Kondisi ekosistem laut, akan mempengaruhi keberadaan habitat ikan, cumi maupun habitat laut yang lain. Ekosistem laut diantaranya meliputi terumbu karang, padang lamun dan mangrove. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut jika dalam kondisi baik akan sangat bermanfaat dan berkontribusi dari sisi ekonomis. Kemudian bagaimana kondisi ekosistem di terumbu karang, padang lamun dan mangrove di Nias Utara?

Kondisi terumbu karang dipengaruhi juga oleh kondisi aktivitas tektonik. Adanya gempa bumi tahun 2004 merubah kondisi terumbu karang. Kemudian hasil pencadangan KKPD Tahun 2007 atau sekitar 3 tahun setelah gempa dan tsunami, terjadi perubahan habitat laut dangkal diikuti dengan suksesi ekosistem sehingga terbentuk polah habitat baru dengan dinamika populasinya. Habitat terumbu karang dan padang lamun berada dalam perairan yang lebih dangkal dan beradaptasi untuk pulih kembali (DKP Nias Utara, 2014:32).

Untuk melihat kembali bagaimana perkembangan kondisi terumbu karang maka diadakan pemetaan pada tahun 2014. Hasil pemetaan Tahun 2014, sebaran habitat terumbu karang terkosentrasi di sepanjang pesisir Lahewa dan pulau-pulau kecil dan sedikit terdapat di pesisir Sawonamun dengan kondisi yang kurang baik (DKP Nias Utara, 2014:33). Hal ini menjadi warning bagi semua stakesholder untuk melakukan langkah-langkah pelestarian terumbu karang. Kemudian untuk ekosistem padang lamun dan mangrove tersebar dan lebih terkosenterasi di pesisir Sawo terutama Teluk Bengkuang serta pesisir Lahewa dan Lahewa Timur, sedangkan kedua habitat tersebut tidak ditemukan di pulau-pulau kecil (DKP Nias Utara, 2014:33).

(41)

Kabupaten Nias Utara merupakan daerah kepulauan dengan 15 pulau di utara perairan Kabupaten Nias Utara. Adanya sebaran pulau-pulau tersebut mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor penting di Kabupaten Nias Utara. Namun demikian luas perairan di Kabupaten Nias Utara belum mampu seutuhnya dimanfaatkan oleh nelayan setempat. Hal ini dikarenakan sebagian besar nelayan di Nias Utara merupakan nelayan tradisional (BPS Kabupaten Nias, 2014:186). Nelayan tradisional yang bekerja bersifat harian. Di samping itu sebagian kecil nelayan merupakan nelayan modern dengan lama tangkapan bersifat mingguan dengan wilayah penangkapan yang luas mencapai pulau-pulau di Aceh dan Sibolga bahkan hingga sampai ke ke perbatasan India. Namun demikian nelayan yang mampu mencapai perairan yang jauh masih sedikit dibandingkan dengan nelayan harian.

Laut yang demikian luas menyimpan sumber daya laut yang kaya. Di perairan Nias Utarajenis ikan yang ditemukan antara lain ikan Kakap Putih, Gurapu, Tuna, Lobster, Udang danberbagai jenis ikan lainnya yangmemenuhi kriteria ekspor. Namun sayang potensi perikanan tersebut belum mampu dimaksimalkan. Data BPS mencatat selama tahun 2013 produksi ikanterbanyak adalah berasal dari perairanlaut sebesar 11.037 ton sedangkan perairan darat 129.42 ton (BPS Kabupaten Nias, 2014:186). Kemudian jenis–jenis lain dan jumlah produksi serta harga jual disajikan dalam Tabel 2.2.1.

(42)

Tabel 2.2.1.

Jumlah Produksi Perikanan Laut Menurut Komoditi Tahun 2012-2013 Uraian Komoditi 2012 2013 Produksi (ton) Harga Jual Nelayan (Rp/ton) Produksi (ton) Harga Jual Nelayan (Rp/ton) Manyung 169,7 3.733.847 174,00 3.479.151 Cendro 112,1 2.017.116 105,60 1.899.943 Ikan Sebelah 86,2 1.551.874 60,50 1.089.472 Ekor Kuning/Pisang-Pisang 127,4 2.547.680 122,10 3.053.540 Lolosi Biru 48,6 1.068.505 30,50 702.512 Selar 143,8 2.588.911 117,80 2.590.799 Kuwe 239,9 3.598.332 443,80 11.981.871 Laying 115,5 2.079.025 118,10 2.362.000 Sunglir 127,2 2.288.795 120,10 2.402.568 Tetengkek 51,6 774.527 53,40 854.010

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Berbagai jenis ikan produksi Kabupaten Nias Utara menjadi peluang untuk menjadi komoditas ekspor. Jenis ikan tuna, bawal merah, manyung, tongkol merupakan komoditas ekspor. Berbagai jenis ikan tersebut memiliki jenis alat tangkap tersendiri, selain itu jarak tangkapan juga berbeda-beda. Kemudian perkembangan hasil tangkapan ikan di Kabupaten Nias Utara dalam kurun waktu 2010-2013 mengalami perkembangan yang cukup tinggi, dengan persentase lebih dari 80 persen dari 5.686 ton menjadi 11.497,20 ton.

Tabel 2.2.2.

Perkembangan Jumlah Produksi Ikan Tahun 2010 - 2013 (Ton)

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014) Tahun Produksi (Ton)

Ikan Laut Jumlah

2010 5.686 5.776

2011 8.960 9.089

2012 10.452 10.580

(43)

Meningkatnya produksi perikanan laut seyogyanya diikuti dengan perluasan pangsa pasar. Adanya perluasan pangsa pasar maka diharapkan harga ikan tidak jatuh saat musim ikan tiba. Di samping adanya perluasan pangsa pasar maka diharapkan akan mampu menyerap hasil perikanan Nias Utara. Produksi ikan yang melimpah memberikan berkah bagai nelayan. Kemudian jika dilihat persebaran produksi ikan di Kabupaten Nias Utara terpusat di Kecamatan Lahewa. Kecamatan Lahewa merupakan penyumbang produksi terbesar dengan jumlah produksi pada tahun 2013 mencapai 2.529 ton.

Tabel 2.2.3.

Jumlah Produksi Ikan Menurut Kecamatan Tahun 2013(Ton)

Kecamatan Produksi (Ton) Ikan Laut Jumlah

Tugala Oyo 102 102 Alasa 128 150 Alasa Talumuzoi 0 0 Namohalu Esiwa 0 30 Sitolu Ori 230 230 Tuhemberua 2.414 2.416 Sawo 2.069 2.113 Lotu 1.265 1.272 Lahewa Timur 1.150 1.150 Afulu 1.610 1.611 Lahewa 2.529 2.552 Jumlah 11.037 11.166

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Lahewa sebagai pusat perikanan di Nias Utara didukung oleh bentang alam berupa adanya teluk yang cocok untuk sandaran kapal. Di samping itu fasilitas pelabuhan di Lahewa merupakan terbesar di Nias Utara. Adanya fasilitas tersebut maka menunjang nelayan di Lahewa untuk meningkatkan produksi ikan. Di samping itu keuntungan adanya sebaran pulau yang mencapai 15 buah di sekitar perairan Lahewa juga mempengaruhi keberadaan nelayan di Lahewa. Nelayan

(44)

tidak begitu terpengaruh dengan adanya gelombang besar. Karena adanya pulau-pulau kecil diperairan Lahewa sebagai benteng alam bagi nelayan setempat.

Jumlah produksi ikan di Lahewa juga didukung dengan adanya pasar Lahewa yang begitu ramai. Oleh karena itu produksi ikan Lahewa langsung dapat diserap oleh konsumen. Disisi lain perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Nias Utara bersifat fluktuatif. Fluktuatifnya jumlah nelayan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, selain juga dipengaruhi oleh program pemerintah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa meningkatnya jumlah nelayan tidak seutuhnya menunjukkan kemampuan nelayan dalam berproduksi.

Tabel 2.2.4.

Perkembangan Jumlah Nelayan Menurut Kecamatan Tahun 2010 – 2013 Kecamatan Tahun 2010 2011 2012 2013 Tugala Oyo 0 0 0 28 Alasa 0 0 0 30 Alasa Talumuzoi 0 0 0 0 Namohalu Esiwa 0 0 0 0 Sitolu Ori 0 0 0 35 Tuhemberua 672 454 840 524 Sawo 477 363 561 510 Lotu 52 145 61 143 Lahewa Timur 82 109 96 178 Afulu 113 199 133 593 Lahewa 277 545 326 235 Jumlah 1.673 1.815 2.017 2.276

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Data BPS menunjukkan perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Nias Utara mengalami perkembangan meskipun hanya sedikit. Tahun 2010 jumlah nelayan adalah 1.673 orang dan Tahun 2013 berjumlah 2.276 orang. Tahun 2013 jumlah produksi perikanan berpusat di Lahewa, namun untuk jumlah nelayan Kecamatan Afulu merupakan

(45)

kecamatan yang memiliki jumlah nelayan terbanyak dengan jumlah nelayan 593 orang. Kemudian ada 2 kecamatan yang sama sekali tidak ada penduduk yang bekerja sebagai nelayan yaitu di Kecamatan Alasa Talumuzoi dan Namohalu Esiwa. Tidak adanya nelayan di kedua kecamatan dipengaruhi oleh kondisi geografis di kedua wilayah yang tidak memiliki perairan laut.

Jika melihat data dalam tabel 2.2.4, perkembangan persebaran jumlah nelayan cukup fluktuatif. Meskipun ada secara umum mengalami sedikit kenaikan. Keadaan ini diduga karena berkaitan dengan program pemerintah. Ketika program pemerintah tertuju kepada nelayan maka, sebagian penduduk akan beralih profesi menjadi nelayan agar mendapatkan program tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan jika di beberapa tempat seorang nelayan memiliki nafkah ganda berupa nelayan dan pekebun. Hal ini ditemukan di lokasi penelitian yaitu di Desa Balefadorotuho dan Teluk Bengkuang. Desa Teluk Bengkuang dan Seriwau di Kecamatan Sawo merupakan salah satu desa yang memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar. Namun demikian potensi perikanan laut seperti cumi, ikan tuna, teripang belum mampu dimaksimalkan produksinya. Selain memiliki potensi laut, di lokasi penelitian juga memiliki potensi wisata yang dapat di kembangkan.

Di Kecamatan Lahewa ada beberapa pantai yang menjadi lokasi wisata yaitu Pantai Turegaloko dan Pantai Tureloto berada di Desa Balefadoro Tuho. Pantai Tureloto memiliki batu karang yang bentuknya seperti otak (BPS Kabupaten Nias, 2014). Di lokasi penelitian lainnya potensi ikan cukup besar. Di Kecamatan Lahewa merupakan pusat perikanan laut di Nias Utara. Di bagian tulisan lain telah dijelaskan mengenai potensi Kecamatan Lahewa sebagai pusat maritim di Nias Utara.

(46)

2.2.2. Sumber Daya Darat

Kabupaten Nias Utara memiliki potensi darat di berbagai sektor antara lain pertanian, perkebunan dan kehutanan. Berbagai sektor tersebut mendukung perekonomian penduduk Nias Utara. Diperlukan berbagai kebijakan untuk mendukung dalam pengembangan potensi tersebut. kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan subsidi, pelatihan maupun kebijakan dalam pemasaran. Dengan demikian harga yang dihasilkan tidak jatuh. Selanjutnya gambaran mengenai berbagai potensi sumber daya darat akan diuraikan dalam rangkaian tulisan di bawah ini. Pertanian

Pertanian sebagai salah satu sektor yang cukup penting. Adapun beberapa komoditas yang cukup berpotensi yaitu padi sawah, padi ladang, dan palawija. Usaha pertanian padi sawah tersebar di seluruh kecamatan. Kecamatan Alasa merupakan daerah sentral pertanian padi. Pada tahun 2013, produksi padi sawah di Kecamatan Alasa adalah 5.875 ton (BPS, 2014:188). Padi merupakan makanan pokok penduduk Nias Utara. Oleh karena itu keberadaan pertanian padi sawah cukup membantu mendukung keberadaan pangan di Nias Utara.

Gambar 2.1.3.

Grafik Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Nias Utara 2013 Sumber: BPS Kabupaten Nias(2014)

(47)

Kecamatan Lahewa memiliki jumlah produksi padi terendah di Kabupaten Nias Utara, dengan jumlah produksi pada tahun 2013 mencapai 316 ton. Hal ini berkaitan dengan orientasi sebagian penduduk di Lahewa yang bekerja di laut maupun di sektor perdagangan. Dengan demikian berpengaruh dengan keberadaan Kecamatan Lahewa sebagai penghasil produksi padi terkecil di Nikara. Selain itu juga disebabkan oleh luas lahan di Kecamatan Lahewa tahun 2013 hanya 109 hektar. Luas lahan ini merupakan yang terkecil di bandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Nias Utara.

Tabel 2.2.5.

Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan Padi

Luas Produksi Rata-Rata Produksi

Tugala Oyo 805 2.099 2,61 Alasa 2.234 5.875 2,63 Alasa Talumuzoi 232 557 2,40 Namohalu Esiwa 1.178 2.978 2,53 Sitolu Ori 789 2.246 2,85 Tuhemberua 538 1.376 2,56 Sawo 482 1.923 3,99 Lotu 986 3.057 3,10 LahewaTimur 257 662 2,58 Afulu 645 1.970 3,05 Lahewa 109 316 2,90 Jumlah 8.255 23.059 2,79

Sumber : BPS Kabupaten Nias (2014)

Kemudian luas lahan panen padi di Kecamatan Alasa merupakan yang terbesar, dengan jumlah luas 2.234 hektar. Namun demikian jika dilihat dari tingkat produktivitas Kecamatan Sawo memiliki tingkat produktivitas paling tinggi yaitu 3,99 ton/hektar. Hal tersebut karena pertanian di Sawo didukung dengan irigasi yang cukup baik. Ketika peneliti berada di lokasi, terlihat bahwa masa panen baru saja telah selesai. Dimana hamparan areal persawahn yang cukup luas,

(48)

dikelilingi oleh irigasi. Ketika peneliti, melakukan wawancara dengan salah satu petani, mengatakan bahwa dalam pertanian padi ini, ada intervensi dari pihak gereja. Intervensi tersebut berupa kebijakan penanaman serentak. Adanya gerakan panen serentak maka, diharapkan akan minimalisir adanya hama. Selain itu juga akan berguna dalam distribusi pengarian.

Keberadaan usaha pertanian padi sawah ini jika dikembangkan maka akan mengurangi kekurangan stok beras selama ini, yang masih di datangkan dari daratan Sumatera. Keberadaan sektor pertanian padi sawah jauh berbeda dengan padi ladang. Data BPS tahun 2013 mencatat usaha pertanian padi ladang di Nias Utarahanya di lakukan di Kecamatan LahewaTimur dengan luas area mencapai 57 hektar dan tingkat produksi mencapai 191 ton dengan tingkat produktivitas per hektar mencapai 3,35 ton. Rendahnya usaha sektor pertanian padi ladang juga dipengaruhi oleh topografi setempat. Selain itu dipengaruhi, penduduk lebih mengusahakan perkebunan di wilayah ladang. Hal ini berkaitan dengan jumlah hasil panen dan masa tunggu panen yang cukup mempengaruhi penduduk untuk menanam padi ladang tersebut.

Selain komoditas padi sawah dan padi ladang Nias Utara juga menghasilkan komoditas lain yaitu jagung. Komoditas jagung ini ditanam menyebar ke seluruh 11 kecamatan yang berada di Nias Utara. Luas lahan jagung di Nias Utara tahun 2013 adalah 392 hektar, dengan jumlah produksi mencapai 2.328 ton (BPS Kabupaten Nias, 2014:93). Adanya lahan yang cukup di Nias Utara juga digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Komoditas ini menyebar ke seluruh kecamatan di Nias Utara. Tahun 2013 produksi kedelai sebesar 596 ton (BPS Kabupaten Nias, 2014:95).

(49)

Tabel 2.2.6.

Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Nias Utara 2010-2013

Komoditas Produksi (Ton)

2010 2011 2012 2013 Padi Sawah 18.816 18.465 20.071 23.059 Padi Ladang 12 13 20 191 Jagung 144 486 2.328 2328 Ketela Pohon 193 423 495 569 Kacang Tanah 147 186,7 254 286 Kacang Hijau 67 29,5 57 83 Talas 1 2 3 4 Sagu 1 2 3 1

Sumber : BPS Kabupaten Nias (2014)

Jika melihat data tabel 2.2.6, produksi padi dalam kurun waktu 2010-2013 mengalami kenaikan. Kemudian bagaimana dengan komoditas lainnya. Jika melihat data diatas jumlah produksi komoditas lainnya tidak begitu menggembirakan. Bahkan dapat dikatakan hanya ada 4 komoditas yang berperan dalam ketahanan pangan di Kabupaten Nias Utara yaitu padi sawah, kacang tanah, jagung dan padi ladang. Hal ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah daerah untuk mampu menyediakan pangan dan menjadi daerah swasembada. Tanpa harsu tergantung dengan wilayah lainnya.

Perkebunan

Perkebunan merupakan salah satu urat nadi perekonomian Kabupaten Nias Utara. Hal tersebut dilihat dari luas areal lahan karet yang mencapai lebih dari 50 persen dari total luas lahan perkebunan yang mencapai 60.290 hektar. Keberadaan karet sangat mempengaruhi kondisi perekonomian penduduk. Ketika harga karet jatuh maka perekonomian secara umum juga jatuh.

(50)

Saat penelitian ini dilakukan harga karet sedang jatuh. Keluhan dari penduduk yang mengatakan harga karet hanya berkisar 10.000 rupiah per/kg sangat memukul perekonomian. Apalagi sebagai pekebun, tidak memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh harga karet international. Selain itu juga adanya persaingan dengan karet sintetis semakin menasbihkan karet alam semkain terancam. Kemudian disisi lain perkembangan luas areal perkebunan karet dari kurun waktu 2009-2013, mencapai hasil yang menggembirakan. Luas areal mencapai lebih dari 100 persen dari 17.394 hektar menjadi 35.927. Luas areal karet ini menjadi potensi yang cukup menjanjikan bagi perekonomian Nias Utara.

Tabel 2.2.7.

Perkembangan Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2009 – 2013 (Ha)

Jenis Tanaman Luas Lahan (Ha)

2009 2010 2011 2012 2013 Karet 17.394 19.133 19.333 35.712 35.927 Kelapa 15.097 16.606 16.606 18.597 18.597 Kopi 281 309 300 290 109 Cengkeh 341 375,10 375,1 40 40 Pala 0 0 15 0,5 0,6 Nilam 31 34,10 19,1 32,5 29,0 Kapulaga 0 0 12 5 3 Kakao 3.224 3.568 3.561 6.200 5.472 Pinang 107 117,70 117,7 121 112 Jumlah 36.475 40.143 40.339 60.998 60.290

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Perkebunan karet bisa dikatakan menjadi primadona bagi penduduk di Nias Utara. Oleh karena itu intervensi pemerintah dalam meningkatkan harga komoditas karet sangat diperlukan. Apalagi produksi karet Nias dalam kurun waktu 2009-2013 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 1,1 ton menjadi 30,56 ton pada tahun 2013. Adanya kenaikan produksi ini seyogyanya menjadi pemacu bagi berbagai stakesholder untuk meningkatkan harga karet.

(51)

Selain karet, komoditas perkebunan lain yang cukup menonjol di Kabupaten Nias Utara adalah kelapa. Perkebunan kelapa dapat menggerakan sektor perekonomian, mulai dari hulu hingga hilir. Di perkebunan kelapa berbagai jenis pekerjaan mampu tercipta. Mulai dari pekerja yang memilihara kebun, pemetik, pembuat kopra, pengangkut kopra dan pedagang. Adanya rantai jenis pekerjaan dalam kelapa menjadikan kelapa menjadi primadona bagi sebagian penduduk Nias Utara. Namun demikian masalah utama adalah pemasaran. Pemasaran hinggan saat ini hanya sampai di Gunung Sitoli. Produksi kelapa Nias Utara belum mampu menembus pasar luar pulau bahkan pasar eksport. Padahal potensi kopra Nias Utara cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari data BPS dari kurun waktu 2009-2013 terdapat kenaikan yang cukup significant dari 1,2 ton menjadi 49,08 ton.

Tabel 2.2.8.

Perkembangan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Nias Utara Tahun 2009 - 2013 (Ton)

Jenis Tanaman Produksi (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 Karet 1,1 1,3 21,29 27,24 30,56 Kelapa 1,2 1,2 10,1 42,86 49,08 Kopi 0,3 0,4 0,4 0,16 0,20 Cengkeh 0,5 1,0 0,8 0,11 0,20 Pala 0 0 0,5 0 0,10 Nilam 0,2 0,4 0,4 0,30 1,00 Kapulaga 0 0 0,5 1,0 0 Kakao 0,9 1,9 17,89 6,18 11,00 Pinang 0,4 0,6 0,7 0,11 0,60

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Kemudian bagaimana dengan gambaran rumah tangga yang terserap dari sektor perkebunan dan persebaran di Kabupaten Nias? Persebaran komoditas perkebunan menyebar ke seluruh kecamatan terutama perkebunan karet. Karet menjadi komoditas yang banyak diusahakan oleh rumah tangga dengan angka mencapai 9.890 rumah tangga.

(52)

Untuk perkebunan karet Kecamatan Tuhemberua menempati posisi pertama yang memiliki rumah tangga terbanyak yang bekerja di perkebunan dengan angka mencapai 1.550 rumah tangga.Dengan demikian terlihat betapa adanya ketergantungan penduduk Nias terhadap perkebunan karet. Kemudian komoditas kelapa menempati posisi kedua yang banyak diusahakan oleh rumah tangga dengan jumlah mencapai 8.919 rumah tangga.

Tabel 2.2.9.

Banyaknya Rumah Tangga yang Mengusahakan Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan Banyaknya Rumah Tangga

Kar et Kela p a Ko p i C en g k eh

Pala Nilam Kap

u lag a Kak ao Pin an g Ju m lah Tugala Oyo 500 25 0 0 0 12 0 114 770 770 Alasa 600 220 210 30 0 22 0 124 231 1.437 Alasa Talumuzoi 500 128 0 0 0 0 5 80 45 758 Namohalu Esiwa 1.490 622 0 75 0 0 9 510 140 2.846 Sitolu Ori 450 224 0 0 0 0 0 250 210 1.134 Tuhemberua 1.550 2.000 110 140 7 0 7 320 99 4.233 Sawo 750 2.650 0 0 18 0 0 1100 154 4.672 Lotu 1.600 700 0 95 0 7 0 850 150 3.402 LahewaTimur 675 130 0 0 4 8 7 223 126 1.173 Afulu 1.296 165 0 100 0 0 0 140 112 1.813 Lahewa 479 2.055 63 64 6 0 5 610 3271 6.553 Jumlah 9.890 8.919 383 504 35 49 33 4.321 4.657 28.791

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Komoditas kelapa juga menyebar ke seluruh kecamatan diNias Utara. Kecamatan Sawo merupakan kecamatan yang paling banyak rumah tangganya mengusahakan kelapa dengan jumlah total mencapai 2.650 rumah tangga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelapa juga menjadi denyut nafas perekonomian Kabupaten Nias Utara. Selain kedua komoditas karet dan kelapa kabupaten Nias Utara juga menyimpan potensi perkebunan yang lain seperti pinang dan kakao.

(53)

Kehutanan

Sumber daya darat lainnya yang menjadi andalan Nias Utara adalah hutan. Jenis hutan yang ada di Nias Utaraterbagi dalam 4 jenis yaitu hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan konversi. Data BPS tahun 2013 Hutan lindung memiliki areal terluas di Kabupaten Nias Utaradengan luas mencapai 26.342,00 hektar. Luas areal hutan lindung lebih dari 50 persend ari total luas hutan di kabupaten Nias Utara yang mencapai 47.782,70 hektar. Adapun persebaran luas areal hutan dan jenisnya perkecamatan akan disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.2.10.

Luas Hutan di Kabupaten Nias Utara Menurut Jenis dan Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan Jenis Hutan (Ha) Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Konversi Jumlah Tugala Oyo 2.915,44 0 1.818,64 0 4.734,08 Alasa 1.856,37 0 4.220,46 706,28 6.783,11 Alasa Talumuzoi 6.375,41 0 383,14 214,05 6.972,60 Namohalu Esiwa 6.206,74 0 3.178,76 55,15 9.440,65 Sitolu Ori 203,15 1.709,84 992,83 0 2.905,82 Tuhemberua 0 110,16 0 0 110,16 Sawo 0 651,77 0 0 651,77 Lotu 0 2.288,20 1.183,76 0 3.471,96 LahewaTimur 44,74 0 724,00 625,50 1.394,24 Afulu 6.689,44 0 0 2.578,16 9.267,60 Lahewa 2.050,71 0 0 0 2.050,71 Jumlah 26.342,00 4.759,97 12.501,59 4.179,14 47.782,70

Sumber: BPS Kabupaten Nias (2014)

Dari tabel persebaran areal hutan diatas dapat terlihat bahwa Kecamatan Afulu memiliki hutan lindung terluas di Nias Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Tombol pendeteksi kegagalan motor penggerak (broken drive devices) Jika escalator mempunyai sistem penggerak menghubungkan motor dengan sproket tangga melalui

[r]

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) rata-rata skor kemampuan Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA UNM menyelesaikan soal UN Mata Pelajaran

• Bahwa berdasarkan pada keseluruhan pertimbangan hukum tersebut di atas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Tergugat dalam menerbitkan obyektum litis secara

Sebagai proses terakhir di hari kedua pertemuan, peserta yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil evaluasi kegiatan yang

Kontrasepsi pil berpengaruh dengan kenaikan kadar kolestrol dalam tubuh, karena hormon estrogen dan progesterone, dalam penggunaan Kontrasepsi Pil KB adanya perubahan

Penelitian Astuti (2013), mengenai Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (KURS) Rupiah, Inflasi, dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG, Dari

Investment.. Pada bulan Agustus mengalami peningkatan pada nilai Return On Investment sebesar 0,0241 dan pada bulan September 2017 mengalami kenaikan sampai nilai