• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREASI PATUNG KERAMIK LANDSCAPE SEBAGAI PENDUKUNG ARTISTIK PADA OBJEK WISATA MELALUI PROGRAM KEMITRAAN DESA WISATA SELOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KREASI PATUNG KERAMIK LANDSCAPE SEBAGAI PENDUKUNG ARTISTIK PADA OBJEK WISATA MELALUI PROGRAM KEMITRAAN DESA WISATA SELOREJO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

© 2020 Jurnal Studi Budaya Nusantara - SBN All rights reserved

KREASI PATUNG KERAMIK LANDSCAPE SEBAGAI PENDUKUNG ARTISTIK PADA OBJEK WISATA MELALUI PROGRAM KEMITRAAN DESA WISATA SELOREJO

Ponimin 1, Mitra Istiar Wardhana 2, Harianto 3, Dwi Listyorini 4 1 Universitas Negeri Malang, email: ponimin.fs@um.ac.id 2 Universitas Negeri Malang, email: mitra.istiar.fs@um.ac.id 3 Universitas Negeri Malang, email: hariyantosiswowihardjo@yahoo.co.id

4 Universitas Negeri Malang, email: listyorini.aljabari@um.ac.id

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel:

Diterima November 2020 Disetujui November 2020 Dipublikasikan Desember 2020

Program kegiatan perancangan patung landscape berbahan keramik bertema “Ibu Dan Anak Berpanen Jeruk” bertujuan untuk memperkuat potensi desa Selorejo sebagai desa wisata. Kegiatan dilakukan melalui program kemitraan desa PPDM LP2M UM guna mendorong kreativitas masyarakat mitra. Metode pelaksanaan program meliputi persiapan kegiatan, pelaksanaan, evaluasi. (1) Persiapan meliputi koordinasi bersama team pengelola desa wisata setempat guna menghasilkan konsep dan desain rancangan karya patung landscape artistik dengan menggunakan bahan keramik terakota, semen, dan pasir. (2) Pelaksanakan kegiatan meliputi, persiapan alat dan bahan, proses pembuatan karya patung melalui kerja kolaboratif antara team PPDM UM dan team pengelola kawasan wisata desa, hingga proses pemajangan karya atau dispalay di lokasi wisata dan finishing karya. (3). Evaluasi, yakni dengan melakukan kritik timbal balik oleh team PPDM LP2M UM dan dsa mitra terhadap hasil kegiatan kreatif, dan hasil evaluasi digunakan sebagai bahan penyempurnaan. Kegiatan ini menghasilkan satu set karya seni patung landscape yang terpajang di kawasan desa wisata Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang. Kata Kunci: Patung landscape, PPDM, dan Desa Wisata Selorejo

Abstract

Ceramic material landscape statue design process with “Mother and Children Harvesting Oranges” theme has purpose to strengthen Selorejo village potential as tourism village. Activity was done through PPDM LP2M UM Village Partnership Program to drive partner community creativity. Program method includes preparation, application, and evaluation. (1) Preparation includes coordination with local tourism village administrators to produce concept and design of artistic landscape statue artwork by using terracotta ceramic, cement and sand. (2) Application includes preparation of tool and material for statue artwork creation process through collaborative work between PPDM UM team and village tourism administrator team, until displaying process in tourism object and artwork finishing. (3) evaluation is by searching feedback critics by PPDM LP2M UM team and village partner to the creative activity, and this evaluation result is used as improvement tool. This activity produce one set of landscape statue artwork which displayed in Selorejo tourism village region which is located in Dau subdistrict, Malang regency.

(2)
(3)

LATAR BELAKANG

Perintisan kawasan pedesaan yang dikemas menjadi desa wisata dan kampung-kampung tematik semakin ditumbuh kembangkan pada era sekarang. Pengelolaan umumnya bermodalkan pada potensi lingkungan alam, dan potensi lokal lainnya (Noonan & Rizzo, 2017). Dampak dari munculnya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kawasan desa. Dengan demikian perekonomian pedesaan agar tidak bergantung pada pertanian saja. Semangat membangun desa yang digiatkan melalui sektor wisata dengan menggali dan mendayagunakan potensi alam lokal agar mampu menghidupkan perekonomian pedesaan (Harrison, 2002). Pada sisi lain di berbagai kawasan juga melakukan pengembangan kampung-kampung tematik yang mengangkat potensi lokal yang terdapat di kampung tersebut untuk dikemas menjadi suatu kawasan wisata. Pengembangan Kawasan wisata nantinya diharapkan tidak tergantung pada pemerintah, namun peran masyarakat sebagai motor utama dalam menggerakkan kawasan wisata di lingkungan desa wisata maupun lingkungan kampung-kampung berbasis wisata tematik. Hal ini dapat dilihat misalnya di kampung wisata Warna-Warni, kampung Biru yang ada di kawasan Kota Malang, juga kampung wisata Nelayan pantai Sendang Biru di daerah Kabupaten Malang. Di Wilayah Jawa Tengah juga terdapat kampung wisata kuliner oleh-oleh Bakpia Patuk Yogyakarta, Desa wisata Gerabah Kasongan Yogyakarta (Gustami, Wardani, & Setiawan, 2014), kampung wisata Batik Laweyan Surakarta, dan masih banyak lagi. Hal serupa juga banyak dilakukan pada beberapa desa di berbagai negara lain, misalnya wisata Ban Wangka village di Thailand (Sangchumnong & Kozak, 2018), desa wisata di Yuanjia village China (Gao & Wu, 2017), Lac village, Mai Chau, Hoa Binh di Vietnam (Nam, 2019), Garmeh village di Iran (Korani & Shafiei, 2020), sentra wisata Kumbalangi di Kerala India (Ryu, Roy, Kim, & Ryu, 2020), sentra wisata Barapa Wetland di Australia (Pardoe & Hutton, 2020), desa wisata di Belanda, desa wisata di Argentina, dan masih banyak lagi desa-desa wisata yang dikembangkan di seluruh dunia. Pengembangan kawasan tersebut dengan melibatkan peran masyarakat setempat dengan ditunjang segala potensinya. Hal ini juga bertujuan agar konservasi dan kemanfaatan lingkungan demi kesejateraan. Pada sisi lain keindahan dan kelestarian dari suatu desa tersebut jadi kebanggaan masyarakatnya (Gao & Wu, 2017).

Dalam perkembangannya pembangunan desa wisata maupun kampung-kampung tematik banyak menunjukkan hal positif. Karena selain mendorong perekonomian di kawasan pedesaan atau kampung tematik, juga memberi citra kawasan menjadi dikenal masyarakat luas. Sebagai contoh, kampung Warna Warni yang berada di lembah sungai Brantas kota Malang. Kampung ini sebelum dikelola menjadi kampung wisata, merupakan kampung kumuh dengan gang-gang sempit. Namun ketika dikelola menjadi kampung wisata, kini justru menjadi medan magnet anak muda yang berkunjung ke kota Malang. Pengelolannya juga tetap melibatkan masyarakat sebagai pion utama. Pada sisi lain juga terdapat kampung

(4)

Keramik Dinoyo Malang. Kampung ini sebelumnya merupakan kampung sentra kerajinan produksi keramik (Ponimin, 2018). Namun ketika dikelola sebagai kampung wisata Keramik, maka masyarakatnya tidak hanya memproduksi kerajinan keramik untuk interior tapi juga untuk suvenir wisata. Selanjutnya dengan semangat dan kebanggaannya untuk menjaga serta mengembangkan potensinya. Masyarakat perajin keramik di sini yang tiap hari memproduksi barang barang keramik menjadi bagian dari sajian wisata dan mengemas lingkungannya secara artistik agar menarik wisatawan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kawasan kampung ataupun desa apabila sudah dikembangkan ke arah pengembangan pariwisata, maka ada banyak hal positif dapat dipetik hasilnya. Ketika kawasan pedesaan atau perkampungan yang memiliki potensi unggulan untuk dikembangkan menjadi desa wisata, selain berdampak pada aspek perekonomian masyarakat juga pada sosial budaya, lingkungan alam, lingkungan pemukiman, maupun kreativitas SDM (Avilés Ochoa & Canizalez Ramírez, 2018).

Pada kurun waktu 5 tahun terakhir Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang mulai mengikuti jejak seperti yang dilakukan desa ataupun kampung wisata yang sudah berhasil sebagaimana disebutkan sebelumnya. Pemberdayaan potensi desa yang dipelopori tokoh masyarakat, pemuda, dan aparat desa secara bertahap sudah mulai menampakkan hasil, ketika dikembangkan menjadi desa wisata. Mereka menyadari bahwa desanya memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Mereka mengunggulkan kondisi alam dan kegiatan pertanian yang tidak ditemukan di daerah lain. Secara geografis Desa Selorejo berada di kawasan sebelah timur lereng gunung Kawi (Ponimin, Mitra Istiar Wardhana, Ahmad Taufik, Nur Hadi, & Andy Pramono, 2020). Desa ini didukung suasana kondisi alam lingkungan yang cukup sejuk dan asri. Lingkungan alam perbukitan dengan kehidupan masyarakatnya yang mayoritas sebagai petani jeruk, sayuran, dan buah-buahan serta sekaligus menjadi suasana khas desa ini. Selain itu juga dengan suasana lingkungan alam berada di tepian kawasan hutan pinus dan perkebunan tanaman jeruk. Lingkungan alam dan kehidupan seperti ini maka dapat dikembangkan sebagai wisata andalan desa. Kondisi ini secara eko-kultural sangat potensial dikelola dengan mengedepankan keunggulan lokalitas serta tetap menjaga keselarasan lingkungan alamya (Angelini & Castellani, 2019).

Pada aspek lain Desa Selorejo juga memiliki pemandangan yang cukup bagus karena kondisi permukaan tanah yang berbukit-bukit, dan juga berlembah-lembah. Air mengalir dari sumber hulu sungai Metro yang berada di kawasan Desa Selorejo. Air yang mengalir dari sumbernya, secara terus-menerus dimanfaatkan untuk sarana irigasi pertanian disepanjang musim tanam jeruk dan sayuran. Sehingga kehidupan pertanian tidak hanya bergantung pada satu musim saja, tetapi berjalan secara terus menerus. Kehidupan bertani (utamanya Jeruk dan sayuran) berlangsung secara kontinyu, dan dapat dipanen sepanjang tahun. Hal inilah yang menjadi bagian menarik bagi pengembangan Desa Selorejo. Sektor pertaniannya tidak

(5)

hanya bisa diandalkan untuk memenuhi konsumsi kebutuhan pokok makanan saja, namun bisa dikembangankan ke program pengembangan pariwisata desa. Tokoh masyarakat, dan aparat desa sudah mulai menyadari bahwa potensi tersebut dapat menjadi modal desa wisata Selorejo. Mereka mulai menyadari bahwa ekonomi masyarakat tidak hanya bergantung pada aspek pertanian, dan perkebunan yang selama ini hanya dikelola secara konvensional. Akan tetapi potensi pertanian dapat dikelolakembangkan lebih kreatif dari sektor ekonomi wisata desa.

Oleh karena itu perangkat desa bersama tokoh-tokoh masyarakat telah membentuk lembaga organisasi yang diharapkan mampu mengelola potensi-potensi alam, dan pertanian untuk dikembangkan secara intensif. Tokoh-tokoh masyarakat bersama perangkat desa mulai lima tahun yang lalu merintis kawasan wisata yang bernama Bumi Perkemahan Bedengan. Pembangunan tempat wisata tempat berkemah maupun sekedar tempat pelancongan atau traveling lingkungan alam hutan, dan kebun wisata. Di antaranya mulai merintis wisata petik jeruk yang melibatkan masyarakat petani setempat. Kendati demikian tim pengelola, dan masyarakat masih kurang memiliki kemampuan dalam mengelola desa wisata.

Pada pengelolaan kawasan desa wisata memerlukan ikon-ikon visual artistik di desa sehingga memberi penguat daya tarik bagi para wisatawan yang datang di kawasan pertanian dan perkebunan Desa Selorejo. Oleh karena itu pentingnya kemampuan tim pengelola desa wisata Selorejo agar dapat bersinergi dengan lembaga lain yang dapat diajak bekerjasama memberi solusi nyata dalam memecahkan persoalan tata Kelola desa wisata. Tim pengelola desa wisata yang terbentuk ini kurang memiliki pengalaman artistik dalam mengembangkan kawasan dengan menciptakan ikon-ikon visual sebagai daya tarik wisatawan. Oleh karena itu tim pengelola desa wisata setempat bersama perangkat desa telah melakukan kersasama dengan LP2M UM melalui PPDM tahun 2020. Munculnya semangat dari pihak desa wisata bersama tim PPDM LP2M UM menyambut positif dan merasa terpanggil untuk secara nyata memecahkan persoalan yang dihadapi oleh tim pengelola desa wisata Selorejo. Yakni dengan melakukan kerja kolaboratif menciptakan ikon-ikon visual, merancang ikon-ikon visual di kawasan Desa Selorejo bersama tim pengelola, dan masyarakat wisata Desa Selorejo. Kegiatan berupa perancangan dan penciptaan seni patung landscape ikon wisata, mengangkat tema bentuk patung ibu dan anak berpanen jeruk. Alasan pengangkatan tema ikon visual ibu dan anak berpanen jeruk adalah memberikan penguatan citra desa wisata, dan juga menguatkan Desa Selorejo yang berbasis pada lingkungan alam hutan dan pertanian jeruk sebagai andalan wisata agro kultural. Tentu saja tim PPDM UM merasa bangga dengan kegiatan ini karena ikut memecahkan persoalan atau permasalahan yang ada di Desa Selorejo.

(6)

METODE

Guna merealisasi kegiatan perancangan dan penciptaan patung landscape di kawasan desa wisata Selorejo sebagai penguat ikon wisata perlu ditetapkan metode pemecahan masalah. Metode yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan: (1) Persiapan: yakni melakukan koordinasi atau diskusi awal antara tim PPDM LP2M UM dan tim pengelola desa wisata Desa Selorejo (utamanya di kawasan Bumi Perkemahan Bedengan). Koordinasi dimaksudkan untuk melakukan kesepakatan, dan rancangan kerjasama yang meliputi kegiatan rancangan konsep desain atau perancangan gambar desain patung. Kemudian rancangan pembuatan bentuk pedestal display patung yang akan dibuat oleh tim pengelola di lokasi wisata serta tata letak dengan pertimbangan kelayakan, kenyamanan, dan keartistikannya. Pada tahap ini juga dimaksudkan untuk mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam prosesnya. Bahan meliputi tanah liat, semen, pasir dolosit, dolomit, serta batu untuk pedestal patung. Peralatan meliputi alat untuk membentuk kerangka konstruksi, dan pembentuk anatomi patung. Alat-alat itu di antaranya butsir, palet, cetok, meteran, cangkul, scrop, kawat kasa, dan alat lain yang mendukung dalam proses pembuatan dari perancangan hingga proses perwujudan karya. (2) Pembuatan karya bentuk patung, adalah proses merealisasi atau mewujudkan dari rancangan gambar desain menjadi bentuk karya. Proses ini dimulai dengan membuat global patung dengan kerangka besi untuk dirangkai menjadi bentuk global patung sesuai gambar desain yang telah direncanakan. Kemudian setelah global patung selesai dirangkai, dilanjutkan membuat rangkaian kawat kasa untuk calon permukaan bentuk patung. Kemudian dilanjutkan pembatan permukaan bentuk hingga anatomi, dan berbagai elemen-elemen pendukung bentuk lainnya. Pada proses pembuatan ini meliputi detail-detail hingga finishing-nya. (3) Display karya di lokasi, yakni menyajikan karya patung dengan menyajikan pada pedestal yang sudah disiapkan. Setelah didisplay dilakukan evaluasi dan pemyempurnaan keseluruhan bentuk, dan penyajian patung hingga benar-benar sempurna. Pada akhir kegiatan dilakukan analisis dari keseluruhan program untuk dapat dipublikasikan.

PROSES PELAKSANAAN DAN HASIL PERANCANGAN SERTA PENCIPTAAN PATUNG

LANDSCAPE

1. Persiapan Kerja Kreatif

Suatu kegiatan kreatif untuk mewujudkan karya patung landscape untuk penguat estetika kawasan desa wisata Selorejo didasarkan atas kerjasama antara tim PPDM LP2M UM dan tim pengelola desa wisata setempat. Kerjasama antara keduanya guna menghasilkan suatu karya agar sesuai yang diharapkan. Perancangan dan penciptaan karya patung bertujuan untuk menguatkan pengembangan desa wisata. Karya berupa seni patung landscape yang memiliki nilai artistik serta ikonik tentang desa wisata Selorejo (Ponimin et al.,

(7)

2020). Pada tahap ini terlebih dahulu dilakukan jalinan kerjasama guna merealisasi seni patung untuk kawasan tersebut. Dalam merealisasi program kegiatan tim PPDM LP2M UM mulai merancang konsep dan gambar desain rancangan patung. Rancangan gambar desain dibuat dengan berbagai alternatif, dan dipilih yang paling potensial untuk diwujudkan. Hasil rancangan gambar desain dijelaskan ke mitra desa, kemudian pihak mitra sebagai pengelola desa wisata mengikuti secara cermat penjelasan, dan pengarahan dari tim PPDM LP2M UM. Bagi mitra ini hal yang menarik karena merupakan pengalaman pertama dalam kegiatan artistik perancangan desain patung landscape yang diwujudkan pada areal wisata. Pada kaitan ini tim PPDM memberikan penjelasan, dan arahan awal tentang rancangan patung dengan memperhatikan aspek-aspek teknik konstruksi bentuk patung, aspek artistik, dan pertimbangan lingkungan (Beardsley & Finn, 1996). Konstruksi dari suatu karya, estetika dari suatu karya. Selain itu juga memiliki keunikan bentuk yang dapat memperkuat karakter desa wisata Selorejo yang berbasis pada alam, dan lingkungan sosial pertanian tanaman jeruk. Oleh karena itu pada tahap awal ini rancangan tema mengacu pada masukan dari hasil diskusi bersama desa mitra. Proses ini dilakukan untuk mencari solusi yang terbaik guna menemui kesepakatan menyoal rancangan patung landscape seperti apa yang diharapkan. Pada tahap ini, peralatan dan bahan disiapkan, khususnya peralatan untuk membuat pedestal serta peralatan untuk membuat karya patung.

2. Proses Pembuatan Seni Patung Landscape Pendukung Desa Wisata

Pembuatan pedestal dilakukan oleh tim dari pengelola desa wisata yang dipelopori oleh perangkat desa, dan tim pengelola kawasan wisata. Bentuk dan ukuran rancangan pedestal mengacu pada gambar rancangan yang dibuat oleh tim PPDM LP2M UM. Yakni rancangan pedestal dengan bentuk dan ukuran yang sudah ditentukan ditempatkan pada kawasan wisata Bumi Perkemahan Bedengan yang berada di sebelah utara café Bedengan. Pada proses merealisasi pedestal sebagai landasan display patung mengacu pada gambar desain yang telah direncanakan oleh tim PPDM LP2M UM. Gambar desain dirancang dengan memperhatikan aspek-aspek artistik, selain mempertimbangkan estetika patung ketika ditempatkan pada kawasan tersebut.

Bahan pedestal patung disediakan oleh tim pengelola wisata desa setempat. Yakni dari susunan batu-batu andesit sebagai tempat landasan patung dengan teknik cor dan trap-trapan. Pada tahap selanjutnya tim PPDM LP2M UM merancang desain patung dengan mengacu pada sumber ide dari lokal setempat, yaitu patung bertema ibu dan anak berpanen jeruk. Pemilihan ide ini didasarkan atas pertimbangan artistik dan ikonik, selanjutnya disepakai bersama dan pertimbangan-pertimbangan teknis dan filosofis (Cazzola, 2020). Pertimbangan teknis yang dimaksud adalah pertanian (wisata petik jeruk) merupakan andalan bagi Desa Selorejo. Oleh karena itu tema yang diangkat sesuai dengan yang diharapkan yaitu

(8)

untuk memperkuat ikon wisata dengan menciptakan rancangan patung bertema ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk. Pada kegiatan ini gambar desain dilakukan dengan kombinasi manual dan digital yaitu merancang gambar desain dengan cara sketsa kemudian dilakukan dengan pengarsiran untuk membentuk anatomi dari bentuk patung yang tepat dengan menggunakan berbagai teknik, yaitu teknik skala (Botella & Lubart, 2016). Gambar desain dirancang di atas kertas A3 kemudian setelah selesai dilanjutkan dengan proses scan dan teknik gambar digital. Gambar desain dilengkapi dengan petunjuk teknis pelaksanaan serta ukuran skala yang dibuat oleh tim LP2M bersama mahasiswa. Setelah pengerjaan gambar desain selesai, selanjutnya melakukan proses kerja kreatif bersama. Yakni mewujudkan patung landscape di lokasi Bumi Perkemahan Bedengan. Proses mewujudkan karya patung dilakukan selama dua bulan yakni mulai dari merancang karya, kemudian membentuk, dan kemudian finishing (Fürst, Ghisletta, & Lubart, 2012).

Proses kerja kreatif untuk merealisasi gagasan ini berupa pembuatan patung memerlukan beberapa peralatan yang meliputi peralatan untuk membuat konstruksi dari besi, konstruksi rangkaian patung, kawat kasa, plat besi, cat tembok, cat kayu, dolusif varnish, dan lain-lain. Adapun alat-alat lain yang digunakan yaitu alat-alat pertukangan kayu, dan alat pertukangan batu yaitu berupa cetok, alat butsir, dan lain-lain kemudian alat ukur berupa meteran dan lain-lain. Setelah seluruh peralatan, dan bahan tersedia kemudian dilanjutkan dengan membuat patung.

Gambar 1. Proses pembuatan global bagian badan bentuk patung wanita pemetik jeruk (foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).

(9)

Proses pembuatan patung ini sebagai bentuk dari pelaksaksanaan kegiatan berupa aksi kerja kreatif. Aksi kreatif adalah proses merealisasi ide atau gagasan untuk mewujudkan suatu rancangan gambar desain bentuk patung ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk. Proses merealisasi ini dengan melibatkan mitra desa dengan mempersiapkan membuat global patung kemudian membuat konstruksi rangkaian konstruksi rancangan patung dan mewujudkan dalam bentuk semen yakni melapisi bentuk tersebut dengan menggunakan semen (Diah, Pratiwi, 2016). Bagian bentuk patung yang lain terbuat dari keramik terakota. Misalnya pada bagian badan dan kepala patung perempuan, serta seluruh bentuk patung anak yang sedang berdiri di samping ibunya. Proses pembentukan bagian bentuk patung yang terbuat dari terakota dibuat dengan teknik pembentukan tangan langsung. Proses pembentukannya dengan cara memijit dan menyusun tanah liat plastis menjadi global bentuk patung. Kemudian dibutsir kerok menurut anatomi bentuk yang sudah dirancang. Ketika sudah selesai keseluruhan bentuknya dikeringkan dan dibakar pada tungku keramik (Cooke, 2012). Bagian patung yang terbuat dari keramik terakota selanjutnya disusun dan dirangkai dengan bagian lain yang terbuat dari bahan semen dan pasir. Proses pembuatan patung selanjutnya yakni merakit bagian patung yang terbuat dari keramik terakota dan terbuat dari bahan semen. Prosesnya dimulai dengan membuat rangkaian konstruksi besi cor. Dilanjutkan membuat global patung dengan rangkaian konstruksi besi sesuai rancangan global dari bentuk patung. Kemudian, setelah global patung selesai dilanjutkan memasang kawat kasa pada permukaan rangaian kawat besi. Tahapan berikutnya adalah melapisi rangkaian kawat kasa yang sudah terbentuk global patung dengan campuran semen dan pasir (Beardsley & Finn, 1996).

Gambar 2. Proses pembentukan karya dengan menggabungkan material keramik terakota dan konstruksi bagian bentuk dari bahan semen.

(10)

Gambar 3. Proses Finishing patung sebelum didispaly di lokasi wisata (foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).

3. Estetika dan Citra Patung Landscape pada Objek Desa Wisata Selorejo.

Produk patung yang dikerjakan ini untuk memperkuat aspek artistik dan ikonik desa wisata Selorejo. Pada proses ini yang perlu diperhatikan estetika yang dapat memperkuat citra desa wisata, juga kekuatan dari konstruksi patung. Aspek estetika adalah memperhatikan kaidah-kaidah keindahan, dan keunikan dari suatu karya. Aspek keindahan atau artistik bentuk karya meliputi pertimbangan tampilan bentuk, tekstur, anatomi serta kelayakan ukuran apabila dipasang di lokasi desa wisata (Pérez-Fabello & Campos, 2011). Pada aspek artistik karya juga mempertimbangkan balance, ritme, kekontrasan dari suatu tampilan atau elemen-elmen visual suatu karya. Karya seni patung yang terkait dengan landscape adalah suatu karya patung yang tidak terlepas dari lingkungannya yakni lingkungan alam di kawasan Selorejo, kawasan hutan atau kawasan desa yang penuh dengan tanaman menjadi pertimbangan artistik ketika mewujudkan karya patung. Oleh karena itu aspek visual patung dengan tema ibu dan anak berpanen jeruk merupakan tema yang mendekatkan pada lingkungan alam yang mana masyarakat kawasan Desa Selorejo menjadi petani jeruk. Pada aspek konstruksi patung berkaitan dengan kekuatan, dan kenyamanan patung landscape ketika sudah dipajang di lokasi wisata dan tidak membahayakan para pengunjung atau wisatawan maupun pengelola wisata. Kekuatan dari konstruksi patung berkaitan dengan penentuan bahan dan teknik merangkai elemen-elemen bentuk patung agar tidak mengurangi kekuatan dari patung ketika diterpa angin maupun terkena hujan dan panas (AI-Rifaei, 2015).

Pada saat mewujudkan karya tentu saja mempertimbangkan aspek artistic, dan lingkungan alam lokal setempat. Keselarasan antara bentuk patung dan kondisi geografis tempat mendisplay karya patung (Marianto, M. Dwi, 2015). Oleh karena itu bentuk ekspresi patung bertema ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk menjadi pertimbangan

(11)

utama dari karya patung yang digarap. Pada proses pelaksanaan pembuatan patung ini, tim dari pengelola desa wisata bersama masyarakat turut andil dalam pengerjaan dari tahap awal hingga akhir. Dalam merealisasi gagasan ini, masyarakat mitra sangat antusias. Oleh karena, bagi mereka ini merupakan pengalaman artistik kali pertama dalam kegiatan kreatif berkarya seni patung. Pada tahapan ini masyarakat yang terlibat langsung dalam membantu dan mewujudkan. Mereka menerima arahan yang diberikan oleh tim LP2M UM baik aspek teknis maupun hal filosofis tentang seni patung ruang publik tersebut. Baginya proses ini merupakan bagian dari kegiaan kreatif yang sangat dibutuhkan dalam mengelola suatu desa wisata.

Estetika patung juga ditentukan pada proses finishing-nya. Proses finishing bertujuan untuk memperoleh efek artistik dari suatu karya patung, ketika disajikan di kawasan wisata desa Selorejo. Proses finishing karya dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain: teknik sapuan kuas kering dan sapuan kuas basah. Pada proses ini pula tim LP2M UM secara terarah memberikan keluasan kepada peserta. Dalam hal ini masyarakat yang terlibat kegiatan finishing karya patung diberi keluasan berkreasi. Mereka juga diberi kebebasan berekspresi, barangkali apa yang diekspresikan dapat memperkuat aspek karakterartistik dari patung. Para peserta sangat antusias, dan bergembira dalam menerima arahan dari tim PPDM LP2M UM.

Mereka menyadari bahwa dalam proses pembuatan patung akan bernilai artistik ketika mempertimbangkan kekuatan lokal. Hal ini menjadi penting ketika karya patung dibuat dan di letakkan di suatu kawasan yang lokasinya dapat mendukung tampilan karya patung. Oleh karena itu pertimbangan-pertimbangan teknis lingkungan menjadi hal penting sebagai bahan menentukan display. Pada proses ini, terdapat beberapa hal yang menarik karena para peserta tim pelaksana desa wisata ada beberapa yang mampu membentuk atau menerima lebih cepat arahan dari tim LP2M. Hal ini disebabkan beberapa dari mereka sudah memiliki bakat di dalam proses pembuatan patung. Pada akhir kegiatan setelah karya patung selesai dikerjakan dilanjutkan dengan proses display dan finishing. Proses display adalah proses menempatkan karya patung atau menyajikan karya patung diatas pedestal di lokasi wisata desa.

Pada tahap akhir yang menentukan estetika atau artistik karya patung adalah display. Proses display merupakan proses kegiatan artistik dari karya patung yang disajikan pada publik. Oleh karena itu sebagai suatu karya patung yang sudah dikerjakan secara bersama pada proses display juga mempertimbangkan aspek-aspek kenyamanan dan artistik (Dharsono, 2016). Proses kenyamanan adalah aspek yang terkait dengan keamanan ketika karya tersebut ditempatkan di lokasi wisata, karena suatu karya patung publik tentu saja berkaitan dengan masyarakat. Hal itu digunakan untuk foto selfie ataupun kegiatan-kegatan yang lain. Selain itu display juga mempertimbangkan keamanan dan keyamanan patung tersebut (Botella & Lubart, 2016; Tabrani, n.d.). Dengan lingkungan yang dingin dan lembab

(12)

oleh karena itu pertimbangan teknis tentang finishing patung menjadi faktor utama yang ditempatkan di suatu kawasan agar permukaan dari bentuk patung yang telah di finishing tetap awet dan tidak mengalami kerusakan. Oleh karena itu proses finishing menjadi penting karena apabila suatu karya patung tidak mempertimbangannya secara cermat, maka usia dari karya patung tersebut tidak panjang atau cepat rusak. Bertolak dari pemikiran itu, proses finishing dipilih menggunakan cat minyak yang disapukan dengan cara kering sehingga aspek artistik dari patung lebih unik (Cooke, 2012).

Proses display dimulai dengan meletakkan patung di atas pedestal yang telah dibuat tim pengelola desa wisata. Selanjutnya, konstruksi patung dirangkai dengan teknik las agar tidak terlepas dari pedestal patung kemudian ditutup dengan semen. Proses ini dimulai dengan meletakkan patung yang mempertimbangkan sudut pandang artistik ketika patung disajikan kepada publik. Publik merupakan konsumen atau pengguna produk oleh karena itu pada era digital photo selfie patung ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pengunjung kawasan wisata. Penempatan yang mempertimbangkan sudut pandang dan ukuran menjadi faktor penting ketika patung disajikan pada publik. Untuk memenuhi persyaratan itu, maka ukuran tinggi pedestal dibuat 1,5 meter. Pertimbangannya agar patung berada di atas tinggi orang yang berada di depan patung. Oleh karena itu ketika digunakan untuk photo selfie tidak tertutupi oleh orang-orang yang berada di depan patung (Sthapit & Jiménez-Barreto, 2018).

Gambar 4. Proses display karya di lokasi wisata Bumi Perkemahan Bedengan Selorejo yang diakukan oleh tim pengelola wisata bersama Tim PPDM LP2M UM

(foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).

Lokasi display patung dipilih di bagian utama, yaitu di areal pertigaan lintasan pengunjung area restoran, dan kafe. Peletakan patung pada lokasi tersebut telah dipertimbangkan dalam proses display atau penyajiannya pada publik. Perlu dipahami bahwa suatu karya seni patung landscape merupakan patung untuk ruang publik. Oleh karena itu dalam proses kreatif ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah penyajian ke publik agar menjadi menarik (Marianto, M. Dwi, 2015). Pada penyajian ini dengan mempertimbangkan

(13)

elemen-elemen visual yang terdiri dari bentuk utama berupa patung wanita yang sedang berpanen jeruk berada di pedestal berukuran lebih tinggi. Sedangkan bentuk patung anak yang bersama ibunya berada di sebelah kiri dari patung wanita. Komposisi penyajian ke dua patung mempertimbangkan aspek kekontrasan elemen visual, dan keharmonisan dari karya (An & Youn, 2018). Ketika karya sudah terpajang maka karya sebagai penguat ikon wisata Desa Selorejo. Harapan dari kerja kreatif ini dapat memperkuat desa wisata Selorejo tidak hanya mengandalkan pada petik jeruk saja, tetapi ikon-ikon visual dalam bentuk karya patung menjadi pertimbangan di dalam menciptakan keartistikkan (Diah, Pratiwi, 2016).

Gambar 5. Hasil karya patung landscape program PPDM LP2M UM 2020 bertema ‘Ibu Dan Anak Berpanen Jeruk”

(foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020) PROSES EVALUASI HASIL KERJA KREATIF

Evaluasi kegiatan kreatif adalah suatu tindakan untuk melakukan penilaian timbal balik ataupun kritik dari dalam maupun dari luar terhadap proses kreatif perancangan dan patung landscape bertema ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk. Hasil kerja kreatif ini telah diperoleh beberapa penilaian ataupun kritikan, serta arahan dari pihak desa mitra. Kemudian dari pihak tim PPDM LP2M UM juga melakukan penilaian timbal balik kepada desa mitra. Dalam hal ini kedua belah pihak menilai bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang positif, dan berhasil dengan sangat baik. Dari pihak desa mitra mengungkapkan bahwa kegiatan kreatif ini dapat memperkuat keberadaan desa wisata Selorejo utamanya di kawasan Bumi Perkemahan Bedengan Selorejo sehingga lebih memiliki karakter artistik yang ramah

(14)

lingkungan. Para peserta kegiatan yang tergabung dalam tim pengelola desa wisata sangat antusias dalam mengikuti kegiatan kreatif perancangan dan penciptaan patung untuk mendukung program desanya. Mereka sangat antusias mengikuti dari awal hingga akhir kegiatan. Mereka mengharapkan kegiatan ini dapat berlanjut, dan lebih terencana dengan waktu yang cukup longgar agar kegiatan lebih maksimal. Harapan lainnya adalah adanya kegiatan serupa guna menghasilkan produk fisik sebagai fasilitas pariwisata desa melalui karya-karya seni yang dapat memperkuat karakter desa wisata Selorejo melalui ikon-ikon visual. Yakni bentuk karya seni selain patung yang sudah direalisasikan pada tahun 2020 ini (Noonan & Rizzo, 2017).

Melalui program evaluasi, tim PPDM LP2M UM juga melakukan monitoring terhadap pengunjung kawasan wisata di Desa Selorejo guna mengetahui sejauh mana karya patung landscape memiliki fungsi atau memiliki makna terhadap keberadaan desa wisata Selorejo (Rendy Widi Prasetyo & Nur Wakhid Hidayatno, 2017). Pada umumnya para pengunjung sangat antusias untuk berfoto ketika berada di dekat patung. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya ikon dalam bentuk patung sebagai karya seni yang dapat menjadi kenangan visual kepada pengunjung setelah mereka datang di lokasi wisata Desa Selorejo Dau Malang (Sthapit & Jiménez-Barreto, 2018). Patung memiliki nilai positif terhadap penguatan ikon Desa Selorejo melalui bentuk visual patung yang selaras dengan lingkungan alam setempat. Pada sisi lain keberadaan karya patung tersebut juga memberi dampak ekonomi, dan pencitraan suatu kawasan atau meningkatkan citra suatu kawasan desa wisata. Selama kegiatan berlangsung tim merasakan bahwa suatu kawasan wisata apabila dikelola secara baik dengan melibatkan peran masyarakat maka masyarakat akan merasa memiliki dan merawatnya (Ponimin et al., 2020).

PENUTUP

Kegiatan kreatif atau kolaboratif yang dilakukan secara bersama oleh tim LP2M melalui program PPDM bersama dengan tim pengelola desa wisata merupakan kegiatan kemitraan desa. Kegiatan tersebut untuk memperkuat daya tarik desa wisata Selorejo sebagai desa wisata berbasis pada lingkungan alam dan pertanian. Keberadaan seni patung landscape bertema ibu dan anak berpanen jeruk adalah produk seni patung ruang publik yang dilakukan secara bersama atau atas dasar kerjasama antara tim LP2M dan tim pengelola desa wisata Selorejo. Kegiatan tersebut dipelopori tim pengelola yang didukug aparat desa. Kegiatan ini tentu merupakan kegiatan kreatif yang mampu mendorong kreativitas masyarakat desa. Mereka sangat antusias untuk mewujudkan program tersebut dengan mengacu pada arahan dari tim PPDM LP2M UM. Kegiatan kreatif tidak dapat berjalan dengan lancar dan baik ketika tidak adanya kerjasama yang baik oleh kedua belah pihak dalam wadah kemitraan desa. Dalam proses kegiatan mereka telah menyepakati dan menerima apa yang menjadi tim PPDM

(15)

LP2M UM untuk memperkuat keberadaan desa wisata tersebut dengan menciptakan ikon wisata patung landscape yang disajikan di kawasan tersebut. Kegiatan kreatif diawali dengan koordinasi, perancangan desain, perwujudan karya, pemajangan di lokasi, hingga mengevaluasi kerja kreatif. Untuk proses kerja kreatif mewujudkan karya para peserta program sangat antusias karena ini merupakan pengalaman pertama dalam merealisasi karya seni patung utamanya seni patung landscape. Para mitra program kegiatan menyadari bahwa mereka hanya memiliki pengalaman sebagai petani jeruk dan pengelola desa wisata serta tidak memiliki modal pengalaman artistik. Pengalaman artistik untuk menciptakan karya patung melalui program ini merupakan pengalaman pertama yang dapat memperkuat kreativitas dan semangat di dalam memajukan desa wisata Selorejo. Desa Selorejo sebagai desa wisata dengan berbasis pada lingkungan alam dan pertanian. Oleh karena itu kegiatan kreatif yang mengacu pada kerjasama ini dapat mudah-mudahan dapat berlanjut pada program-program berikutnya. Pihak Universitas Negeri Malang dalam perancangan, dan penciptaan patung tersebut berharap agar dapat memperkuat ikon-ikon visual artistik di kawasan desa wisata sebagai desa wisata yang berbasis pada eco-cultural. Sehingga hadirnya ikon-ikon visual artistik ini akan menjadi karakter, dan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terlaksananya kegiatan kreatif ini karena adanya dukungan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu penulis sekaligus sebagai pelaksana kegiatan tersebut mengucapkan terima kasih kepada pendukung kegiatan tersebut, di antaranya kepada: Kepala LP2M UM, Perangkat Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang, seluruh tim pengelola desa wisata setempat, para dosen dan mahasiswa UM yang terlibat kegatan.

DAFTAR RUJUKAN

AI-Rifaei, N. H. (2015). The Principle of Movement in Moroccan Design; as a source of inspiration for contemporary artistic applications. By Routledge 2 Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon, OX14 4RN, vol 1, 284.

An, D., & Youn, N. (2018). The inspirational power of arts on creativity. Journal of Business Research, 85, 467–475.

Angelini, F., & Castellani, M. (2019). Cultural and economic value: A critical review. Journal of Cultural Economics, Voume 43(Issue 2), 173–188.

Avilés Ochoa, E., & Canizalez Ramírez, P. M. (2018). Cultural industries and spatial economic growth a model for the emergence of the creative cluster in the architecture of Toronto. City, Culture and Society, 14, 47–55.

Beardsley, J., & Finn, D. (1996). A landscape for modern sculpture: Storm King Art Center (2nd ed). New York: Abbeville Press.

Botella, M., & Lubart, T. (2016). Creative Processes: Art, Design and Science. In G. E. Corazza & S. Agnoli (Eds.), Multidisciplinary Contributions to the Science of Creative Thinking (pp. 53–65). Singapore: Springer Singapore.

(16)

Nature. Aisthesis. Pratiche, linguaggi e saperi dell’estetico, 57-72 Pages.

Cooke, P. (2012). Green design aesthetics: Ten principles. City, Culture and Society, 3(4), 293–302.

Dharsono. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni, Karang Anyar. Surakarta: LPKBN Citra Sains.

Diah, Pratiwi. (2016). Humanisme Karya Seni Patung Abstrak Simbolik. Jurnal Ilmiah Cakra Manggilingan, 1.

Fürst, G., Ghisletta, P., & Lubart, T. (2012). The Creative Process in Visual Art: A Longitudinal Multivariate Study. Creativity Research Journal, 24(4), 283–295. Gao, J., & Wu, B. (2017). Revitalizing traditional villages through rural tourism: A case study

of Yuanjia Village, Shaanxi Province, China. Tourism Management, 63, 223–233. Gustami, S., Wardani, L. K., & Setiawan, A. H. (2014). Craft Arts and Tourism in Ceramic Art

Village of Kasongan in Yogyakarta. Journal of Arts and Humanities, (2), 13.

Harrison, S. (2002). Culture, tourism and local community—The heritage identity of the Isle of Man. Journal of Brand Management, 9(4), 355–371.

Korani, Z., & Shafiei, Z. (2020). In search of traces of ‘The Tourist Gaze’ on locals: An ethnographic study in Garmeh village, Iran. Journal of Tourism and Cultural Change, 1–19.

Marianto, M. Dwi. (2015). Art & Levitation “ Seni Dalam Cakrawala” (1st ed.). Yogyakarta: Penerbit Pohon Cahaya.

Nam, N. T. (2019). Ethnic minority community access to popular culture in the context of tourism (case of Thai ethnic group in Lac Village, Mai Chau, Hoa Binh, Vietnam). Review of Nationalities, 9(1), 275–283.

Noonan, D. S., & Rizzo, I. (2017). Economics of cultural tourism: Issues and perspectives. Journal of Cultural Economics, 41(2), 95–107.

Pardoe, C., & Hutton, D. (2020). Aboriginal heritage as ecological proxy in south-eastern Australia: A Barapa wetland village. Australasian Journal of Environmental Management, 1–17.

Pérez-Fabello, M. J., & Campos, A. (2011). Dissociative experiences, creative imagination, and artistic production in students of Fine Arts. Thinking Skills and Creativity, 6(1), 44–48.

Ponimin, 2018, Diversifikasi desain produk sentra keramik dinoyo bersumber ide budaya lokal malang. Jurnal bahasa & seni, 46.(1), 111–123.

Ponimin, Mitra Istiar Wardhana, Ahmad Taufik, Nur Hadi, & Andy Pramono. (2020). Kreasi Seni Patung Bertema Figur Wayang “Punokawan” Sebagai Penguat Karakter Pada Desa Wisata Selorejo, Dau Malang. Jurnal Karinov, Vol. 3 No. 3, 164–173.

Rendy Widi Prasetyo, & Nur Wakhid Hidayatno. (2017). Analisis Visual Patung Roro Kuning Di Tempat Wisata Air Terjun Roro Kuning Kabupaten Nganjuk. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 1–10.

Ryu, K., Roy, P. A., Kim, H. (Lina), & Ryu, H. B. (2020). The resident participation in endogenous rural tourism projects: A case study of Kumbalangi in Kerala, India. Journal of Travel & Tourism Marketing, 37(1), 1–14.

Sangchumnong, A., & Kozak, M. (2018). Sustainable cultural heritage tourism at Ban Wangka Village, Thailand. Anatolia, 29(2), 183–193.

Sthapit, E., & Jiménez-Barreto, J. (2018). Exploring tourists’ memorable hospitality

experiences: An Airbnb perspective. Tourism Management Perspectives, 28, 83–92. Tabrani, P. (n.d.). Prinsip-Prinsip Bahasa Rupa. 13.

Gambar

Gambar 1. Proses pembuatan global bagian badan bentuk patung wanita pemetik  jeruk (foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020)
Gambar 2. Proses pembentukan karya dengan menggabungkan material keramik terakota  dan konstruksi bagian bentuk dari bahan semen
Gambar 3. Proses Finishing patung sebelum didispaly di lokasi wisata   (foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020)
Gambar 4. Proses display karya di lokasi wisata Bumi Perkemahan Bedengan Selorejo   yang diakukan oleh tim pengelola wisata bersama Tim PPDM LP2M UM
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil validasi dari ahli media diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis web perlu direvisi pada bagian gambar dengan menggunakan gambar yang lebih menarik

1) Promosi jabatan dan kompensasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan kerja; 2) Promosi jabatan secara parsial berpengaruh positif dan

Hasil penelitian ini adalah penerapan habits of mind matematis dalam pembelajaran dapat dilakukan sedikit dikegiatan pendahuluan yaitu dengan cara menyampaikan

Adanya buangan limbah cair hasil pengolahan sawit yang dilakukan oleh pabrik kelapa sawit ke badan Sungai Krung Mane diduga telah menyebabkan gangguan terhadap komunitas fitoplankton

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Melalui Inpres Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang direvisi dengan Inpres Nomor 11 Tahun 2015 bahwa ada 25 lembaga pemerintah

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang menggunakan analisis kualitatif, yaitu terhadap bahan hukum primer dilakukan deskripsi hukum positif,

kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Individu akan