• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI

REGIONAL

(2)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

VISI BANK INDONESIA :

nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

MISI BANK INDONESIA :

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas, dan

(3)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kata Pengantar

iii

BUKU

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 dengan penekanan kajian pada kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi, Moneter dan Perbankan, Sistem Pembayaran, Kesejahteraan dan Prakiraan Perkembangan Ekonomi Daerah pada triwulan III-2012. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.

Tujuan dari penyusunan buku KER ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi sangat diharapkan.

Pekanbaru, 8 Agustus 2012

BANK INDONESIA PEKANBARU

ttd

Hari Utomo Pemimpin

(4)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

xi

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Indeks Harga Konsumen :

- Kota Pekanbaru 124,57 127,44 129,35 130,20 131,64 - Kota Dumai 129,24 132,55 133,98 133,20 134,91 Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

- Kota Pekanbaru 5,61 6,10 5,09 4,20 5,67 - Kota Dumai 5,42 5,78 3,10 2,75 4,38

PDRB - harga konstan (Rp juta)

- Pertanian 4.276.631 4.429.704 4.432.205 4.288.270 4.367.957 - Pertambangan & Penggalian 11.853.094 11.953.407 12.264.091 12.129.017 11.897.470 - Industri Pengolahan 2.888.736 3.044.214 3.110.746 2.965.843 3.017.927 - Listrik, gas dan Air Besih 57.505 59.567 58.434 58.578 59.486 - Bangunan 968.361 1.012.891 1.062.482 1.028.031 1.113.092 - Perdagangan, Hotel, dan restoran 2.417.986 2.553.129 2.622.699 2.614.065 2.727.816 - Pengangkutan dan Komunikasi 815.252 857.051 879.473 884.446 899.875 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 368.153 385.894 407.477 399.972 423.438 - Jasa 1.354.947 1.435.874 1.467.774 1.458.485 1.484.430

Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 Pertumbuhan PDRB (yoy %, tanpa migas) 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50

INDIKATOR

(dalam Rp juta) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Bank Umum Total Aset 58.275.407 59.370.445 59.752.476 66.463.817 68.837.287 DPK 42.396.619 43.980.255 44.920.105 48.480.274 50.314.329 - Giro 11.252.402 11.567.327 10.837.130 13.012.413 14.452.073 - Tabungan 19.361.097 20.142.350 22.342.860 21.588.604 22.216.431 - Deposito 11.783.121 12.270.578 11.740.115 13.879.258 13.645.825

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 47.521.153 50.011.231 51.090.943 51.475.647 54.197.279 LDR - Lokasi Proyek (%) 112,09 113,71 113,74 106,18 107,72 Kredit 32.170.427 33.623.173 36.082.932 37.414.869 40.303.169 - Modal Kerja 11.445.668 11.939.534 12.729.875 12.804.704 14.246.546 - Investasi 8.838.182 9.199.610 10.207.813 10.676.704 11.298.412 - Konsumsi 11.886.578 12.484.028 13.145.244 13.933.462 14.758.211 - LDR (%) 75,88 76,45 80,33 77,18 80,10 - NPL (%) 2,16% 2,39% 1,95% 2,22% 2,35% Kredit UMKM - Mikro 2.687.024 2.901.705 3.112.386 3.313.470 3.545.514 - Kecil 5.445.174 4.921.351 5.448.902 5.640.244 5.935.445 - Menengah 3.676.323 4.440.529 4.868.783 4.955.899 5.364.799 NPL MKM (%) 3,03% 3,13% 2,40% 3,06% 3,16% BPR Total Aset 824.011 848.125 920.404 972.275 977.523 DPK 609.595 624.634 642.785 685.220 679.522 Kredit - berdasarkan lokasi proyek 581.244 601.015 617.548 655.469 673.534

Rasio NPL 7,95% 8,75% 8,22% 10,51% 10,71% LDR 95,35% 96,22% 96,07% 91,04% 99,12% *) SBH 2007 2011 B. PERBANKAN 2012 2012 A. INFLASI DAN PDRB INDIKATOR 2011

(5)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

xii

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

C. SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Rp juta) 2.564.466 2.500.522 1.075.807 488.445 2.419.614

Inflow (Rp juta) 457.389 1.270.188 1.002.685 1.084.657 828.061

Outflow (Rp juta) 3.021.855 3.770.710 2.078.492 1.573.102 3.247.675

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 406.483 390.321 306.454 476.657 318.844 Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 62.234 65.315 76.774 53.909 79.527

Volume Transaksi RTGS (lembar) 55.387 55.387 27.151 62.391 58.345

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1.020 1.071 1.200 856 1.262

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 908 908 424 990 926

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 131.245 131.245 146.297 138.024 161.134

Volume Tolakan Cek/BG Kosong 4.946 4.946 5.615 5.042 5.680

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 2.152 2.152 2.286 2.191 2.558

Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 81 81 88 80 90

2011

INDIKATOR 2012

(6)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif

1 I. GAMBARAN UMUM

Kondisi ekonomi Riau pada triwulan laporan mencatat perlambatan sejalan dengan melemahnya kinerja sektor strategis setelah pada triwulan sebelumnya mengalami akselerasi cukup tajam. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh ketidakpastian pemulihan ekonomi zona Eropa yang telah mengakibatkan harga komoditas global menurun. Selain itu, tingginya curah hujan di Provinsi Riau selama triwulan laporan telah mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan pertambangan migas relatif terganggu.

RINGKASAN

EKSEKUTIF

Perekonomian Riau tumbuh melambat sejalan dengan melemahnya kinerja sektor strategis

(7)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif

2

II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL

 Pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan dimana tumbuh melambat setelah pada dua triwulan sebelumnya mengalami akselerasi. Terbatasnya produksi di sektor migas diindikasikan menjadi faktor penyebab utama melambatnya pertumbuhan Riau dalam triwulan laporan.

 Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 3,96% dan berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh meningkat dari 7,36% pada triwulan I-2012 menjadi 7,50% dan berada diatas pertumbuhan ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,90%.

 Dari sisi penggunaan, permintaan domestik masih menjadi penopang utama pertumbuhan khususnya konsumsi dengan andil sebesar 2,84% atau turun dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mencapai 2,88%. Di sisi lain, ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) non migas memberikan andil sebesar 6,88% terhadap pertumbuhan triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 2,99% sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur PON.

 Sementara itu, dari sisi sektoral, pada sektor tradables, motor penggerak perekonomian Riau utamanya berasal dari sektor industri pengolahan non migas dengan andil sebesar 0,97% (yoy). Sementara, pada sektor non

tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi roda penggerak utama

perekonomian dengan andil sebesar 2,42% (yoy) sejalan dengan meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia usaha selama triwulan laporan.

 Kinerja sektor primer Riau terutama sektor perkebunan pada triwulan laporan mengalami perlambatan yang disebabkan oleh faktor tingginya curah hujan. Dari hasil penelusuran informasi kepada pelaku usaha diketahui bahwa salah satu sentra produksi perkebunan mengalami

Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan II-2012 melambat. Sementara, dengan mengeluarkan unsurmigas , pertumbuhan ekonomi berada di atas nasional dan menunjukkan peningkatan Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi di salah satu sentra produksi tanaman perkebunan kelapa sawit menurun hingga 70%

(8)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif

3 dampak cukup parah adalah Kab. Rokan Hulu yang tercatat memiliki luas lahan tanaman kelapa sawit terbesar di Provinsi Riau. Terjadinya banjir besar pada bulan Mei 2012 telah mengakibatkan produksi tanaman kelapa sawit turun hingga 70% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

III. ASSESMEN INFLASI

 Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, dinamika perkembangan harga di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan peningkatan, namun meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Hal tersebut utamanya terjadi pada kelompok volatile food, seiring dengan adanya gangguan cuaca.

 Inflasi Riau pada triwulan II-2012 mencapai 5,44% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,94%. Inflasi tahunan Riau pada triwulan laporan juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi triwulan II dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Selain itu, inflasi Riau juga mencatat angka yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi wilayah Sumatera dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar 4,99% (yoy) dan 4,53% (yoy). Hal ini utamanya bersumber dari melonjaknya harga komoditas pangan, khususnya cabe merah keriting dan beras.

 Berdasarkan kota yang disurvey di Provinsi Riau secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 1,28%. Sementara itu, Kota Pekanbaru tercatan mengalami inflasi sebesar 1,10%. Inflasi pada kedua kota tersebut tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

 Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok Volatile Foods (VF) tercatat mengalami inflasi. Peranan kelompok ini juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok core tercatat mengalami penurunan, namun peranannya masih tetap mendominasi.

Tekanan inflasi Riau pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dan berada diatas perkiraan sebelumnya

(9)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif

4 IV. ASSESMEN KEUANGAN

Perbankan

 Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Perkembangan indikator utama perbankan terus menunjukkan peningkatan seperti jaringan kantor, aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit. Di sisi risiko, rasio kredit bermasalah yang dialami perbankan pada triwulan laporan relatif terjaga meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

 Total aset perbankan Riau pada triwulan laporan mencapai Rp69,84 triliun atau naik sebesar 3,56% (qtq). Kenaikan aset perbankan tersebut utamanya berasal dari meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil

dihimpun yakni dari Rp49,16 triliun menjadi Rp51,01 triliun atau naik 3,75% (qtq). Sejalan dengan meningkatnya penghimpunan DPK, jumlah

kredit yang disalurkan oleh perbankan Riau juga menunjukkan kenaikan, yakni dari Rp38,07 triliun menjadi Rp40,99 triliun atau naik 7,68% (qtq).

 Lebih tingginya kenaikan kredit dibandingkan DPK pada triwulan II-2012 telah mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau meningkat, yakni dari 77,43% menjadi 80,37%. Tingkat kredit bermasalah (NPL gross) perbankan di Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,49%, atau relatif lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,36%. Meskipun meningkat, tingkat NPL yang tercatat pada triwulan laporan masih berada di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 5%.

 Sementara, berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp54,19 triliun atau meningkat 5,29% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, LDR perbankan Riau berdasarkan lokasi proyek tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 106,28%.

 Jumlah jaringan kantor bank umum di Riau pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebanyak 10 kantor sehingga menjad 634 kantor.

Total aset perbankan Riau pada triwulan II-2012 mencapai Rp69,81 triliun atau naik 3,53% (qtq).

Pada triwulan laporan, jaringan kantor bank di Riau meningkat 10 kantor sehingga totalnya menjadi 634 kantor. Peningkatan utamanya terjadi pada kantor cabangdan kantor cabang pembantu

(10)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif

5 Penambahan jaringan kantor tersebut terjadi pada jumlah kantor cabang (1 unit), kantor cabang pembantu (6 unit) dan lainnya (3 unit).

Keuangan Daerah

 Realisasi penyerapan anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Riau sampai dengan semester pertama tahun 2012 mencapai Rp2,36 triliun atau mencapai 42,92% dari target yang ditentukan. Prosentase realisasi pendapatan pada semester I-2012 lebih rendah dibandingkan dengan semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 47,83%. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi Riau sampai dengan periode yang sama tercatat sebesar Rp1,40 triliun atau sekitar 22,01% dari rencana anggaran belanja tahun 2012. Realisasi anggaran belanja pada semester I-2012 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 28,25%%.

V. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

 Perekonomian Riau pada triwulan III-2012 diperkirakan akan relatif lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari menguatnya keyakinan konsumen terkait faktor pelaksanaan PON ke-18 yang secara umum diperkirakan akan memberikan stimulus bagi perekonomian Riau. Secara tahunan, dengan memasukkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh relatif stabil pada kisaran 4,0%-4,50% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,5%-7,9% (yoy).

 Dari sisi penggunaan, permintaan domestik diperkirakan masih akan menjadi penopang utama terutama PMTB non migas. Kondisi ini bersumber dari masih berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur menjelang pelaksanaan PON pada bulan September mendatang. Secara umum, hingga semester I-2012, prosentase realisasi pendapatan dann belanja daerah mencatat angka yang lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Perekonomian Riau pada triwulan III-2012 diproyeksikan tumbuh meningkat

(11)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Ringkasan Eksekutif

6  Sementara, dari sisi sektoral, beberapa sektor yang diperkirakan akan menjadi motor penggerak perekonomian pada triwulan mendatang utamanya berasal dari sektor tersier yakni sektor bangunan, perdagangan, dan jasa. Hal ini sejalan pelaksanaan PON ke-18 yang jatuh pada triwulan III-2012 sehingga akan mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian baik yang berasal dari perdagangan domestik maupun perdagangan internasional (ekspor dan impor).

 Namun demikian, terdapat beberapa hal yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside

risks) diantaranya terkait dengan ketidakpastian pemulihan ekonomi zona

Eropa yang diperkirakan masih akan memberikan tekanan terhadap pergerakan harga komoditas energi global. Adanya prediksi curah hujan yang relatif tinggi terkait Badai El-Nino di wilayah Asia diperkirakan juga akan mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan pertambangan relatif terganggu..

 Di sisi harga, inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan mendatang diproyeksikan berada pada kisaran 4,3% - 4,7% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar 1,0% - 1,4% (qtq). Kondisi ini diperkirakan tidak terlepas dari potensi penguatan sisi permintaan (demand

pull inflation) terkait dengan pelaksanaan PON yang jatuh pada triwulan

laporan serta adanya pengaruh baseline effect.

 Beberapa faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi tekanan inflasi pada triwulan mendatang antara lain (i) menguatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur pendukung PON, (ii) perkiraan tingginya curah hujan dalam triwulan mendatang yang diindikasikan akan memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap sisi penawaran (cost push inflation), dan (iii) rencana pemberlakuan pengaturan tata niaga impor hortikultura dan rencana

kenaikan LPG pada bulan September 2012yang dapat memberikan tekanan terhadap harga secara umum.

Tekanan inflasi triwulan III-2012 diperkirakan relatif terkendali yakni berkisar 4,30%-4,70% (yoy) Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan berasal dari sektor tersier

(12)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

7

1. KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, tumbuh melambat setelah pada dua triwulan sebelumnya mengalami akselerasi pertumbuhan. Terbatasnya produksi di sektor migas dan melemahnya daya beli masyarakat diindikasikan menjadi faktor penyebab utama melambatnya pertumbuhan Riau dalam triwulan laporan. Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 3,9% melambat dibandingkan triwulan I-2012 dan berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, dengan mengeluarkan

unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh meningkat dari 7,3% pada

Bab 1

KONDISI EKONOMI

(13)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

8 triwulan I-2012 menjadi 7,5% dan berada diatas pertumbuhan ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,9%. Pertumbuhan ekonomi non migas Riau tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,%)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

2.

PDRB SISI PENGGUNAAN

Pertumbuhan ekonomi Riau secara umum menunjukkan perlambatan akibat menurunnya kinerja ekspor migas. Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas menunjukkan hal yang menggembirakan sebagaimana terlihat dari pertumbuhan positif yang terjadi pada seluruh komponen. Secara umum, permintaan domestik khususnya konsumsi masih menjadi penopang utama pertumbuhan dengan andil sebesar 2,84% namun menurun dibandingkan dengan andil pada triwulan I-2012 yang mencapai 2,88%. Di sisi lain, ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)1 memberikan andil sebesar 6,88%

terhadap pertumbuhan triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 2,99%. Sementara itu, jika memasukkan unsur migas, kedua peran tersebut relatif menurun yakni dari 6,98% menjadi 3,92% sejalan dengan melambatnya kinerja sektor migas dalam triwulan laporan. Konsumsi sebagai motor penggerak utama mulai menurun dari 6,16% pada triwulan I-2012 menjadi 5,90% pada triwulan II-2012.

PPembentukan Modal Tetap Bruto merupakan salah cermin perkembangan investasi di Provinsi Riau

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

Riau 5,1 2,1 1,6 3,0 2,9 3,7 4,7 5,2 4,0 3,4 3,9 4,6 5,0 3,9

Nasional 4,5 4,0 4,1 5,4 5,6 6,1 5,8 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 Riau (Tanpa Migas) 6,6 6,5 5,7 7,3 6,0 6,7 7,9 7,8 7,5 7,5 7,6 7,4 7,3 7,5 Nasional (Tanpa Migas) 4,9 4,4 4,5 5,8 6,2 6,5 6,2 7,4 6,9 7,0 6,9 6,9 6,7 6,9

-1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 yo y (%)

(14)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

9 Pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada komponen impor yakni sebesar 8,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut utamanya didorong oleh meningkatnya impor barang modal seperti pupuk, pasir dan bebatuan sejalan dengan tingginya kebutuhan pada industri non migas dan pesatnya pembangunan infrastruktur menjelang akan digelarnya PON ke-18 pada bulan September mendatang. Kondisi tersebut juga secara simultan memberikan pengaruh terhadap PMTB tanpa migas Riau yang pada triwulan laporan mengalami akselerasi dengan tumbuh sebesar 11,73% (yoy).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan Tanpa Migas (yoy)

2.1.

Konsumsi

Dalam triwulan II-2012, pertumbuhan konsumsi Riau tercatat tumbuh melambat menjadi 6,65% (yoy). Peningkatan ini utamanya bersumber dari melambatnya konsumsi rumah tangga Riau yakni dari 7,45% pada triwulan I-2012 menjadi 7,11% pada triwulan laporan. Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari pengaruh menurunnya harga CPO internasional yang berimbas pada harga TBS lokal sehingga secara implisit mempengaruhi daya beli masyarakat Riau secara umum. Selama triwulan laporan, harga rata-rata TBS lokal yang ditentukan berdasarkan mekanisme kesepakatan antara Pemda dengan pelaku usaha mencapai Rp1.317/Kg atau turun 18,88% dibandingkan dengan triwulan I-2012.

I II III IV I II III IV I II I-2012 II-2012

Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,65 2,88 2,84

8,91 8,98 8,27 7,58 7,74 8,79 8,85 8,12 6,27 5,98 1,79 1,71

Ekspor 2,93 3,10 3,79 5,18 -0,16 0,77 1,17 4,71 5,91 2,28 5,19 2,21

Impor 14,57 6,84 5,35 8,84 2,94 5,48 3,46 8,16 7,27 8,70 2,23 8,70

2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 7,63 3,96

Sumber : BPS Provinsi Riau

Ket : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Andil

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Total

Komponen 2010** 2011*** 2012***

I II III IV I II III IV I II I-2012 II-2012

Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,65 2,88 2,84

18,91 15,02 12,22 11,24 8,28 10,38 8,85 10,22 10,44 11,73 3,01 3,18

Ekspor Non Migas 7,66 2,01 3,46 3,29 6,28 10,88 12,02 6,20 -0,04 6,24 -0,02 3,70

Impor Non Migas 15,65 6,09 5,06 7,73 2,60 6,17 4,35 9,65 4,51 8,75 2,66 4,97

6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,36 7,50

Sumber : BPS Provinsi Riau

Ket : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Andil

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Komponen 2011*** 2012***

Total Tanpa Migas

(15)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

10 Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (survei konsumen), tingkat optimisme masyarakat terhadap perekonomian Riau juga cenderung melemah sebagaimana terlihat dari menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Riau pada triwulan laporan2. IKK3 Riau pada triwulan laporan mencapai 128,10 atau lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 126,90. Hal ini disebabkan adanya penurunan pendapatan masyarakat saat ini sebagai dampak dari menurunnya harga jual TBS lokal pada triwulan laporan.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Riau Tahun 2010-2012

Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau

Grafik 1.3. Perkembangan Trend Harga CPO Lokal dan Dunia

Sumber : Survei Konsumen BI Sumber : Disbun Riau dan Bloomberg

Sejalan dengan kondisi diatas, penyaluran kredit konsumsi yang merupakan cerminan konsumsi yang dibiayai dari dana perbankan juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat4 yakni dari 20,34% (yoy) menjadi 17,49% (yoy).

Beberapa indikator lain yang menunjukkan penguatan konsumsi diantaranya adalah pertumbuhan indikator tingkat penjualan kendaraan bermotor yang pada

2 Data BPS Riau menunjukkan bahwa sekitar 60% penduduk di Riau bekerja di sektor perkebunan 3 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Pekanbaru triwulan I-2012

4 Note : catatan dari Ibu Christin sebaiknya dibobot dengan IHK Riau bukan IHK Pekanbaru

I II III IV I II III IV I II

Konsumsi 7.22 7.21 7.53 7.30 6.90 6.31 5.68 5.83 7.25 6.65

- MigasRumah Tangga 7.52 8.06 8.51 9.08 7.85 6.93 6.39 5.65 7.45 7.11

- MigasSwasta Nirlaba -4.95 -5.20 0.65 4.55 8.16 6.30 6.15 5.23 6.75 4.21

- MigasPemerintah 5.96 2.55 1.82 -2.52 0.56 2.23 0.94 6.95 5.85 3.60 7.22 7.21 7.53 7.30 6.90 6.31 5.68 5.83 7.25 6.65 2010** Total 2011*** 2012*** Komponen 50 70 90 110 130 150 170

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline -200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 1.600 1.700 1.800 1.900 Ja n -10 Fe b -10 M a r-10 A p r-10 M a y-10 Ju n -10 Ju l-10 A u g -10 Sep -10 O ct -10 N o v-10 D e c-10 Ja n -11 Fe b -11 M a r-11 A p r-11 M a y-11 Ju n -11 Ju l-11 A u g -11 Sep -11 O ct -11 N o v-11 D e c-11 Ja n -12 Fe b -12 M a r-12 A p r-12 M a y-12 Ju n -12 U S D /M T R p /K g

(16)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

11 triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,81%. Sementara itu, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Riau juga mencatat penurunan menjadi 344 ribu KL atau secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 0,15% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar 18,67%

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi di Riau

Grafik 1.5. Perkembangan Indikator Penjualan Kendaraan Bermotor di Riau

Sumber : Dispenda Provinsi Riau

Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi BBM di Riau

Sumber : PT. Pertamina Wilayah Riau

2.2.

Investasi

Kinerja investasi di Riau sebagaimana dicerminkan dari PMTB Riau pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat dari 6,27% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 5,98% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, PMTB Riau tercatat tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 11,73% atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan pada dua triwulan sebelumnya. Terakselerasinya

20,34 17,49 -5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 -2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % R p tr il iu n

K. Konsumsi (kiri) yoy (kanan)

(20,00) -20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 -20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % u n it

Penjualan Kendaraan yoy (kanan)

-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 -100 200 300 400 500 600 700 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % ri bu K L BBM yoy (kanan)

(17)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

12 pertumbuhan PMTB non migas pada triwulan laporan diperkirakan tidak terlepas dari faktor pembangunan infrastruktur PON ke-18 seperti jalan layang, stadion, kantor, apartemen, pusat perbelanjaan, tempat penginapan dan bandara udara SSK II.

Kondisi tersebut tercermin dari relatif tingginya konsumsi semen Riau yang pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 361,46 ribu ton atau tumbuh sebesar 15,68%. Meskipun mengalami pertumbuhan yang relatif melambat dibandingkan dengan triwulan I-2012 namun tingkat konsumsi semen Riau pada triwulan laporan masih relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata konsumsi semen tahun 2011 yang tercatat sebesar mencapai 300 ribu ton. Selain itu, perkembangan indikator penjualan truk juga masih tinggi dimana pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 49,93% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 13,34% (yoy).

Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Semen di Riau

Grafik1.8. Perkembangan Kredit Investasi di Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.9. Perkembangan Penjualan Kendaraan Jenis Truk

Grafik 1.10. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Riau

Sumber : Dispenda Provinsi Riau Sumber : BKPM -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 -50 100 150 200 250 300 350 400 450 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % ri b u T o n

Konsumsi Semen (kiri) g.yoy (kanan)

-5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 -2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % R p t ri li u n

K. Investasi yoy (kanan)

-20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % unit

Truck yoy (kanan)

139,16 289,01 -500 1.000 1.500 2.000 2.500 2008 2009 2010 2011 I-2012 II-2012 USD ri b u

(18)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

13 Sejalan dengan bertumbuhnya investasi, jumlah investasi yang dibiayai melalui kredit juga masih tumbuh tinggi yakni sebesar 20,97% dengan tingkat realisasi sebesar Rp11,30 triliun. Sebagian besar kredit investasi yang disalurkan perbankan Riau utamanya diserap sektor konstruksi yang diperkirakan sejalan dengan tingginya kebutuhan dana investasi dalam rangka PON ke-18 yang akan berlangsung di Riau pada tahun ini.

Sementara itu, pesatnya pembangunan investasi di Riau juga dapat dilihat dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk ke Provinsi Riau. Dalam triwulan laporan jumlah PMA yang masuk tercatat sebesar USD289,01 ribu atau meningkat 10,7,68% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan jumlah PMDN yang masuk ke Provinsi Riau pada triwulan laporan mencapai Rp3.507 triliun meningkat signifikan sebesar 896,38% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

2.3.

Ekspor Impor

Kinerja perdagangan eksternal Riau pada triwulan laporan mencatat perkembangan yang kurang menggembirakan dimana total ekspor tumbuh melambat dari 5,91% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 2,28% (yoy). Perlambatan ekspor utamanya disebabkan oleh tidak optimalnya produksi migas pada triwulan laporan sehingga mengakibatkan ekspor migas menurun. Di sisi lain, impor mencatat kenaikan pertumbuhan yakni dari 7,27% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 8,70% (yoy) pada triwulan laporan yang utamanya bersumber dari meningkatnya impor barang modal.

Grafik 1.11. Perkembangan Penanaman Modal Asing Dalam Negeri (PMDN) Provinsi

Riau Sumber : BKPM 352 3.507 -1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 2008 2009 2010 2011 I-2012 II-2012 R p mi li ar

(19)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

14 Grafik 1.12. Perkembangan Volume

Ekspor CPO Riau

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Pulp and Paper Riau

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

Grafik 1.15. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, ekspor menunjukkan peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor non migas Riau pada triwulan II-2012 tumbuh meningkat dipicu oleh meningkatnya ekspor komoditas pulp and paper ke negara mitra dagang utama. Dalam triwulan laporan, volume ekspor komoditas pulp and paper mencapai 562,31 ribu ton atau tumbuh sebesar 11,18% (yoy).

Di sisi lain, kenaikan yang berarti juga terjadi pada komponen impor non migas yang tercatat tumbuh meningkat dari 4,51% (yoy) menjadi 8,75% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya impor barang mentah terutama pupuk kimia dan pasir. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor pembangunan infrastruktur dan

(100,0) (50,0) -50,0 100,0 150,0 200,0 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 % U S D ju ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(100,0) (50,0) -50,0 100,0 150,0 200,0 -100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 800,0

I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I II

2006 2007 2008 2009 2010 20112012 % U S D j u ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(200,0) (100,0) -100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 -200,0 400,0 600,0 800,0 1.000,0 1.200,0 1.400,0 1.600,0

I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI II

2006 2007 2008 2009 2010 20112012 % U S D j u ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(500,0) -500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 -1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II

2006 2007 2008 2009 2010 20112012 % U S D j u ta

(20)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

15 meningkatnya kebutuhan industri pengolahan non migas (CPO, pulp and paper

dan karet olahan) untuk meningkatkan produktivitas outputnya.

3.

PDRB SEKTORAL

Kinerja ekonomi sektoral Riau pada triwulan laporan secara umum menunjukkan hal yang menggembirakan dimana seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Pada sektor tradables, motor penggerak perekonomian Riau utamanya berasal dari sektor industri pengolahan non migas dengan andil sebesar 0,97% (yoy). Sementara, pada sektor non tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi roda penggerak utama perekonomian dengan andil sebesar 2,42% (yoy) sejalan dengan meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia usaha selama triwulan laporan. Relatif tingginya pertumbuhan pada sektor perdagangan diindikasikan tidak terlepas dari momentum PON ke-18 yang memberikan magnet tersendiri bagi para pelaku usaha dalam membuka usahanya di Riau.

Pertumbuhan tertinggi secara sektoral terjadi pada sektor keuangan dan sektor bangunan yakni masing-masing sebesar 15,02% dan 14,96% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang masing-masing tercatat sebesar 10,78% dan 12,38% (yoy).

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy)

Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

I II III IV I II III IV I II Tw I Tw II Pertanian 2,90 3,03 4,73 4,86 4,55 3,94 3,58 2,41 2,88 2,14 0,48 0,36 Pertambangan 0,08 -1,98 -1,39 2,66 0,89 -0,37 0,27 1,97 2,65 0,43 1,29 0,21 - Non Migas 9,60 9,64 11,06 8,66 12,89 13,94 13,65 12,62 7,62 6,94 0,16 0,14 Ind. Pengolahan 4,94 5,86 7,78 7,92 7,42 7,42 7,66 5,19 4,97 4,63 0,56 0,53 - Non Migas 6,18 7,24 8,78 8,73 8,91 9,09 8,74 5,88 4,95 5,47 0,88 0,97 Listrik, Gas & Air 3,71 4,89 8,78 4,62 5,46 7,56 9,21 6,73 5,47 3,45 0,01 0,01 Bangunan 9,02 9,34 9,02 7,77 9,99 12,38 13,25 14,04 12,38 14,96 0,46 0,57 Perdagangan 7,97 9,52 10,36 12,22 9,10 9,13 9,61 12,38 12,89 12,82 1,20 1,22 Pengangkutan 7,80 9,30 11,22 8,97 8,91 9,02 9,59 11,12 11,30 10,38 0,36 0,33 Keuangan 8,82 10,15 10,07 9,03 9,58 9,37 9,46 10,22 10,78 15,02 0,16 0,22 Jasa-jasa 7,89 8,75 9,15 7,89 8,04 8,07 8,82 8,92 9,15 9,56 0,49 0,51 2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 5,02 3,96 6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,36 7,50 Sumber : BPS Provinsi Riau

Ket : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Komponen Sektoral 2011*** 2012***

Total (Tanpa Migas)

2010**

Total

(21)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

16

3.1.

Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh melambat sebesar 2,14% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan oleh tingginya curah hujan selama periode lapoan sehingga mengakibatkan banjir dan mengganggu produksi tanaman perkebunan secara umum. Berdasarkan hasil penelusuran informasi, diketahui bahwa salah satu wilayah yang menerima dampak cukup parah adalah di Kab. Rokan Hulu dimana sekitar produksi tanaman perkebunan menurun 70% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Grafik1.16. Perkembangan Curah Hujan di Provinsi Riau

Grafik 1.17. Perkembangan NTP Tanaman Perkebunan Riau

Sumber : USDA Sumber : BPS Provinsi Riau

Sebagaimana diketahui, Kab. Rokan Hulu dengan luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit terbesar dengan kontribusi produksi sebesar 15,72 terhadap total produksi TBS Riau. Disamping itu, menurunnya trend harga CPO dunia berimbas kepada penurunan harga TBS lokal sehingga mengakibatkan penerimaan petani relatif turun. Lebih lanjut, berdasarkan hasil ARAM I diketahui bahwa produksi tanaman pangan terutama padi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh menurunnya luas lahan panen dari 1.831 ha menjadi 1.709 ha atau turun 6,66%.

Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy

-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 96 98 100 102 104 106 108 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % ind e k s

(22)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

17

3.2.

Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan Riau pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat dari 2,65% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 0,43% (yoy) pada triwulan II-2012. Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor usia sumur minyak yang sudah relatif tua serta minimnya penggunaan teknologi modern dalam penggalian sumur minyak tua juga menjadi salah satu hal yang mengakibatkan rendahnya kinerja sektor pertambangan migas di Riau secara umum.

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau

Sumber : Departmen ESDM

Disamping itu, relatif tingginya curah hujan yang terjadi pada bulan laporan juga telah mengakibatkan proses ekstraksi minyak relatif terganggu. Berdasarkan data yang dihimpun dari 9 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di

2010 2012

ATAP ATAP ARAM I Absolut % Absolut %

a Luas Panen - Januari - April 1,279 1,844 515 565 44 (1,329) (72.07) - Mei - Agustus 2,449 1,831 1,709 (618) (25) (122) (6.66) - September - Desember 1,524 2,750 2,417 1,384 91 (333) (12.11) - Januari - Desember 5,252 6,425 4,641 1,331 25 (1,784) (27.77) b Produkstivitas (ku/ha) - Januari - April 10.84 10.84 11.13 0.18 1.69 0.29 2.68 - Mei - Agustus 11.28 11.28 11.40 0.01 0.11 0.12 1.06 - September - Desember 11.04 11.04 11.33 0.14 1.30 0.29 2.63 - Januari - Desember 11.10 11.05 11.33 0.07 0.59 0.28 2.53 c Produksi (ton) - Januari - April 1,386 1,999 573 646 47 (1,426) (71.34) - Mei - Agustus 2,762 2,065 1,948 (695) (25) (117) (5.67) - September - Desember 1,682 3,036 2,738 1,569 93 (298) (9.82) - Januari - Desember 5,830 7,100 5,259 1,520 26 (1,841) (25.93) Periode Perkembangan 2010-2011 2011-2012 Keterangan 2011 300,00 320,00 340,00 360,00 380,00 400,00 420,00 440,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 ri bu ba re l/ ha ri

(23)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

18 Riau, volume lifting minyak pada triwulan II-2012 mencapai 377,24 ribu barel/hari atau tumbuh 4,71% (yoy).

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, laju pertumbuhan sektor pertambangan mencatat angka yang lebih tinggi yaitu sebesar 6,94% (yoy) namun relatif melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 7,62% (yoy). Berdasarkan hasil survei liasson kepada pelaku usaha, diketahui bahwa kondisi ini utamanya disebabkan oleh terbatasnya produksi batubara sejalan dengan faktor lokasi tambang yang sudah cukup dalam serta relatif tingginya curah hujan yang mengakibatkan produksi tidak optimal.

3.3.

Industri Pengolahan

Dalam triwulan laporan, sektor industri pengolahan Riau mencatat perlambatan pertumbuhan yakni dari 4,97% (yoy) menjadi 4,63% (yoy). Kondisi ini bersumber dari terbatasnya produksi industri migas yang pada triwulan laporan pertumbuhannya tercatat melambat cukup tajam dari 5,04% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,87% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan sektor industri pengolahan mencatat peningkatan sejalan dengan relatif stabilnya permintaan dan tidak ditemukannya selisih antara penjualan dengan produksi.

Peningkatan yang terjadi pada sektor industri dalam triwulan laporan diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya produksi pada industri pengolahan strategis terutama pulp and paper. Berdasarkan hasil survei liasson kepada pelaku usaha, diketahui bahwa masih terdapat kenaikan produksi sekitar 80% (yoy) yang di dorong oleh masih tingginya kebutuhan di pasar domestik. Disamping itu, berdasarkan informasi dari contact liason di sektor industri karet olahan, diketahui bahwa permintaan karet dunia saat ini masih relatif stabil dan juga beberapa perusahaan penghasil karet telah menjalin kontrak penjualan baru dengan pabrik ban berskala internasional dengan volume kontrak sekitar 400 ton/bulan.

3.4.

Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR Riau pada triwulan laporan tumbuh relatif stabil yaitu sebesar 12,82% (yoy). Kondisi ini terkonfirmasi dari relatif stabilnya tingkat hunian hotel (hotel berbintang 3,4,5) di Kota pekanbaru yakni dari 48,96% pada triwulan I-2012

(24)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

19 menjadi 53,54% pada triwulan laporan. Sementara, tingkat penjualan kendaraan bermotor di Riau masih tumbuh positif meskipun relatif melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan adanya menurunnya pendapatan masyarakat dan keyakinan terhadap ekonomi Riau dalam beberapa bulan kedepan.

Grafik.1.19. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Bintang 3,4,5 Riau

Grafik.1.20. Perkembangan Penjualan Kendaraan di Riau

Sumber : Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumber : Dispenda Provinsi Riau

3.5.

Pengangkutan dan Komunikasi

Secara umum perkembangan sektor pengangkutan dalam triwulan laporan menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi di Riau mencapai 10,38% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 (11,30%) namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 9,02% (yoy).

Salah satu indikator yang mendukung kondisi tersebut adalah relatif tingginya arus kedatangan dan keberangkatan penumpang dan pesawat di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Pada triwulan laporan, arus kedatangan penumpang di Bandara SSK II mencapai 331.684 jiwa, meningkat 10,30% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan triwulan I-2012 yang mencapai 8,91% (yoy). Di sisi lain, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara SSK II juga relatif tinggi yakni mencapai 333.841 jiwa atau naik 9,94% (yoy).

46,72% 54,41% 48,12% 56,06% 45,91% 51,33% 44,35% 52,42% 48,96% 53,54% 40,00% 42,00% 44,00% 46,00% 48,00% 50,00% 52,00% 54,00% 56,00% 58,00% I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 (20,00) -20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 I II III IV I II III IV I II 2010 2011 2012 % u n it

(25)

GE

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Ekonomi Makro Regional

20

Grafik 1.21. Arus Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang di Bandara

SSK II

Grafik 1.22 Arus Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat di Bandara

SSK II

Sumber : PT. Angkasa Pura II 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 datang berangkat 200000 220000 240000 260000 280000 300000 320000 340000 360000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

(26)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

31

1. KONDISI UMUM

Sejalan

dengan perkiraan sebelumnya, dinamika perkembangan harga di

Provinsi Riau1 pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan peningkatan,

namun meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Peningkatan tersebut utamanya terjadi pada kelompok volatile food, seiring dengan adanya gangguan cuaca. Di sisi lain meskipun nilai rupiah terdepresiasi, namun inflasi

core (inti) masih menunjukkan trend menurun. Kondisi ini terjadi karena

pengaruh penurunan harga global yang terus berlanjut dan adanya upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.

1Perhitungan inflasi Riau diwakili oleh Kota Pekanbaru dan Kota Dumai dengan bobot masing-masing

kota sebesar 82% dan 18%

Bab 2

PERKEMBANGAN

(27)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

32

2. INFLASI TRIWULANAN (QTQ)

Inflasi Riau pada triwulan II-2012 (qtq) mencapai 1,13%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya (0,43%) maupun inflasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,31%). Namun demikian, inflasi Riau pada triwulan laporan tercatat lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi Wilayah Sumatera (1,29%) dan inflasi nasional (1,96%). Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan harga yang terjadi di Provinsi Riau selama triwulan laporan relatif lebih terjaga bila dibandingkan dengan peningkatan harga pada kota-kota di wilayah Sumatera dan kota-kota di Indonesia lainnya.

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq)Riau, Sumatera dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan kota yang disurvey di Provinsi Riau, inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 1,28%, tercatat mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-0,58%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,31%). Sementara itu, Kota Pekanbaru tercatat mengalami inflasi sebesar 1,10%, juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,66%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,30%).

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2009 2010 2011 2012 P.baru 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,10 Dumai -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 Nasional 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 Riau 0,25 -0,58 2,04 0,03 0,69 1,89 1,90 2,71 1,18 -0,31 2,35 1,43 0,43 1,13 Sumatera -0,49 2,80 0,16 0,91 1,97 2,12 2,62 0,58 0,09 2,74 0,55 0,35 1,29 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

(28)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

33

Tabel 2.1 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 di Pekanbaru

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan komoditasnya, maka kenaikan harga cabe merah dan bawang merah telah memberikan andil yang besar terhadap meningkatnya inflasi selama triwulan II-2012. Kondisi ini diperkirakan tidak terlepas dari gangguan produksi akibat musim penghujan yang mengakibatkan terhambatnya pasokan dari sentra produksi utama seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Di sisi lain komoditas beras secara berturut-turut pada triwulan II-2012 terus menunjukkan penurunan harga. Kondisi ini terjadi sejalan dengan terjaganya pasokan beras di Riau terutama beras Bulog sejak awal triwulan laporan yang mencapai 15 ribu ton dan tersebar diseluruh gudang-gudang beras di Riau. Beras-beras tersebut sebagian merupakan beras impor yang berasal dari India, Vietnam dan Thailand. Selain itu, sejalan dengan rekomendasi dari TPID Riau, Bulog juga telah melakukan penyaluran raskin dari alokasi April pada bulan Maret.

Tabel 2.2 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 di Dumai

Sumber : BPS, diolah

Perubahan

Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

1 Cabe Merah 13,86 0,13 Bawang Merah 8,41 0,05 Cabe Merah 36,63 0,44 2 Kontrak Rumah 1,31 0,03 Rokok Kretek Filter 1,02 0,03 Tarif Rumah Sakit 23,15 0,23 3 Rokok Kretek Filter 1,02 0,03 Keramik 11,63 0,03 Bawang Merah 18,65 0,13 4 Pisang 7,59 0,03 Mobil 0,80 0,02 Rekreasi 22,61 0,08 5 Teri 5,11 0,03 Surat Kabar Harian 6,71 0,02 Gula Pasir 7,69 0,07 1 Beras -1,44 -0,08 Beras -1,22 -0,06 Beras -1,17 -0,06 2 Serai -5,39 -0,05 Cabe Merah -3,30 -0,03 Minyak Goreng -3,89 -0,05 3 Daging Ayam Ras -3,48 -0,04 Emas Perhiasan -0,90 -0,02 Kentang -7,16 -0,02 4 Bawang Merah -5,71 -0,03 Telur Ayam Ras -2,26 -0,02 Serai -2,70 -0,02 5 Emas Perhiasan -1,19 -0,03 Serai -1,52 -0,01 Teri -2,41 -0,01

DEFLASI INFLASI

April (0,021%) Mei (0,09%) Juni (0,80%)

No.

Perubahan

Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

1 Bayam 25,05 0,36 Bayam 34,20 0,65 Cabe Merah 42,13 0,42 2 Sewa Rumah 1,57 0,09 Sewa Rumah 1,55 0,09 Jengkol 40,84 0,08 3 Cabe Merah 9,96 0,08 Serai 5,27 0,05 Bawang Putih 51,81 0,07 4 Rokok Kretek Filter 1,53 0,06 Bawang Merah 16,41 0,05 Celana Pannjng 7,25 0,04 5 Mobil 1,07 0,03 Kangkung 36,56 0,05 Buku Tulis Bergaris 15,83 0,04 1 Teri -9,89 -0,07 Teri -9,08 -0,06 Beras -0,82 -0,04 2 Serai -6,80 -0,06 Cabe Merah -7,45 -0,05 Daging yam ras -1,80 -0,03 3 Telur Ayam Ras -5,30 -0,05 Beras -0,28 -0,01 Tongkol -3,40 -0,03 4 Tongkol -6,03 -0,05 Emas Perhiasan -0,47 -0,01 Cabe Rawit -8,50 -0,01 5 Perhiasan -1,08 -0,02 Tomat Buah -2,22 -0,01 Kentang -2,50 -0,01

INFLASI DEFLASI

(29)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

34

2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa, maka terjadi inflasi pada semua kelompok barang dan jasa yang disurvey, kecuali kelompok sandang yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,20%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan diikuti oleh kelompok bahan makanan. Namun, kelompok bahan makanan tercatat memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau, diikuti oleh kelompok makanan jadi.

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Barang dan Jasa secara Triwulanan (qtq)

Sumber : BPS, diolah

2.1.1. Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan laporan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,95%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi 0,02%. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 2,74% sementara Kota Pekanbaru sebesar 1,77%. Inflasi pada kedua kota dimaksud juga tercatat mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi.

Kelompok bahan makanan juga tercatat memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau yaitu mencapai 0,53% pada triwulan II-2012. Berdasarkan komoditasnya, kenaikan harga cabe merah dan bawang merah selama triwulan laporan memberikan andil yang besar terhadap meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan. Kondisi ini diperkirakan karena adanya gangguan produksi akibat musim penghujan yang mengakibatkan terhambatnya pasokan dari sentra produksi utama seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Sementara untuk komoditas bawang merah, sebagian besar

(30)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

35

pasokannya berasal dari Jawab Barat, yang pada triwulan laporan mengalami gangguan cuaca yaitu relatif tingginya curah hujan sehingga mengakibatkan proses panen mengalami kendala.

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Merah di Kota Pekanbaru

Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

Di sisi lain, menurunnya harga komoditas beras dan minyak goreng cukup memberikan andil yang berarti untuk meredam kenaikan inflasi kelompok bahan makanan selama triwulan laporan. Kecukupan stok beras Bulog dan alokasi raskin April pada bulan Maret (rekomendasi TPID Riau) telah memberikan faktor psikologis untuk mencegah kenaikan harga beras, meskipun harga beras dunia menunjukkan peningkatan. Selain itu, stok yang masih tercukupi karena adanya siklus panen di sentra produksi utama beberapa bulan sebelumnya turut memberikan pengaruh terhadap relatif rendahnya tingkat harga beras pada triwulan laporan. Sementara itu, adanya tren penurunan harga CPO telah mendorong harga minyak goreng pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beras Dunia dan Beras di Kota Pekanbaru

Sumber : Bloomberg dan Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 M g I M g II M g III M g IV M g I M g II M g III M g I M g II M g III M g IV M g I M g II M g III M g IV M g I M g II M g III M g IV M g I M g II M g III M g IV

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Cabe Merah Bawang Merah (RHS)

4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Mundam (MDAS) Belida Sokan Harga Rata-Rata

300,00 350,00 400,00 450,00 500,00 550,00 600,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 * ) 2010 2011 2012

(31)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

36

Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Dunia dan Minyak Goreng di Kota Pekanbaru

Sumber : Bloomberg dan Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

2.1.2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi pada triwulan II-2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,06%, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,34%. Kenaikan harga komoditas rokok kretek filter, gula pasir dan rokok putih merupakan faktor pendorong terjadinya inflasi pada kelompok ini di triwulan II-2012. Kenaikan harga rokok didorong oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok dari 12,5% menjadi 15%. Sementara itu, informasi anekdotal menunjukkan bahwa peningkatan harga gula pasir didorong oleh gagalnya panen tebu di Jawa Tengah.

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Gula Pasir di Kota Pekanbaru

Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

5.000 7.000 9.000 11.000 13.000 15.000 17.000 Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Curah (tanpa merek) Migor bermerk Harga Rata-Rata

500,00 600,00 700,00 800,00 900,00 1.000,00 1.100,00 1.200,00 1.300,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 * ) 2010 2011 2012

Harga CPO Dunia, USD/Metric

6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Mg I Mg II Mg III Mg IV Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Harga Dalam Negeri (SHS) Harga Eks Luar Negeri Harga Rata-Rata

(32)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

37

2.1.3. Kelompok Perumahan

Pada triwulan laporan, inflasi kelompok perumahan mengalami penurunan yaitu dari 0,93% pada triwulan I-2012 menjadi 0,72% pada triwulan laporan. Berdasarkan subkelompoknya, maka inflasi tertinggi berasal dari subkelompok biaya tempat tinggal yang tercatat sebesar 1,08%, diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah tangga yaitu sebesar 0,91%. Di sisi lain, subkelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami deflasi sebesar 0,01% yang berasal dari penurunan harga pertamax. Deflasi pada subkelompok ini telah mendorong terjadinya penurunan pada kelompok perumahan.

Dilihat dari kontribusinya, pada triwulan laporan subkelompok biaya tempat tinggal juga memberikan andil tertinggi dalam mendorong terjadinya inflasi kelompok perumahan diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Berdasarkan komoditasnya, maka andil tertinggi dalam mendorong inflasi kelompok perumahan berasal dari kenaikan kontrak rumah, keramik dan semen.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan

Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

2.1.4. Inflasi Kelompok Sandang

Kelompok sandang merupakan satu-satunya kelompok barang/jasa yang mengalami deflasi pada triwulan laporan yaitu sebesar 0,20% setelah mengalami inflasi sebesar 1,49% pada triwulan sebelumnya. Masih berlanjutnya penurunan harga emas dunia telah mendorong menurunnya harga jual emas perhiasan di Riau pada triwulan laporan. Menurunnya harga

0,13

(0,00)- 0,02

Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga

(33)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

38

emas dunia diperkirakan merupakan dampak dari adanya penukaran emas ke minyak dari Iran oleh China sebagai negara pemilik cadangan emas terbesar di dunia. Namun demikian, pada akhir triwulan laporan, harga emas dunia sudah mulai menunjukkan peningkatan.

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Emas Dunia

Sumber : Bloomberg, diolah

2.1.5. Inflasi kelompok Kesehatan

Pada triwulan laporan, kelompok kesehatan mengalami inflasi yang berarti yaitu dari 0,56% pada triwulan I-2012 menjadi 3,69% pada triwulan laporan. Satu-satunya yang menyebabkan kenaikan inflasi pada kelompok ini adalah adanya peningkatan tarif rumah sakit pada akhir triwulan laporan yaitu pada bulan Juni. Pada tahun 2011 yang lalu tarif rumah sakit juga menunjukkan peningkatan. Sementara itu harga dari barang dan jasa lainnya dari kelompok kesehatan tercatat relatif stabil.

2.1.6. Inflasi Kelompok Pendidikan

Kelompok pendidikan pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,33%, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,24%. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, maka kenaikan biaya rekreasi, harga surat kabar harian dan harga buku tulir bergaris menjadi faktor pendorong kenaikan inflasi kelompok pendidikan pada triwulan laporan. Peningkatan ini tidak terlepas dari faktor musiman masa liburan sekolah yang memicu tingginya kegiatan rekreasi di Kota Pekanbaru dan adanya persiapan memasuki tahun ajaran baru sehingga sudah mulai mendorong peningkatan harga beberapa peralatan sekolah.

800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00 2.000,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6*) 2010 2011 2012

(34)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

39

2.1.7. Inflasi kelompok Transportasi

Inflasi kelompopk transportasi pada triwulan laporan relatif stabil yaitu sebesar 0,23%. Hampir semua subkelompok mengalami inflasi kecuali subkelompok komunikasi dan pengiriman yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,02%. Berdasarkan komoditasnya, maka peningkatan harga hanya terjadi pada mobil, sepeda motor, service, dan pelumas/oli, selain komoditas tersebut harga-harga pada kelompok transportasi tercatat stabil.

3. INFLASI TAHUNAN (YOY)

Pada triwulan laporan, inflasi tahunan (yoy)2 Riau mencapai 5,44%, meningkat

dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 3,94%. Inflasi pada triwulan laporan juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi triwulan II dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Peningkatan harga komoditas pangan terutama cabe merah dan beras menjadi faktor pendorong meningkatnya laju inflasi pada triwulan laporan. Inflasi pada Provinsi Riau tercatat lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi wilayah Sumatera yang tercatat sebesar 4,99% maupun inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53%.

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional secara Tahunan (yoy)

Sumber : BPS, diolah

2yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbanndingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada

bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya

3,94 5,44

4,60

Inflasi Tw I-12 (yoy) Inflasi Tw II-12 (yoy)

Rata-rata tw II-12 selama 2009-2011 (yoy)

3,97 4,53 4,75

3,754,99 4,82

Sumatera

Riau

(35)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

40

Berdasarkan kota yang disurvey, maka inflasi tertinggi terjadi di Kota Pekanbaru yaitu sebesar 5,67%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,20%, maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61%. Sementara itu, inflasi Kota Dumai mencapai 4,38%, juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,75%. Namun, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,42%.

Grafik 2.9 Perkembangan Pekanbaru dan Dumai secara Tahunan (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Peningkatan harga di Kota Pekanbaru berasal dari kenaikan harga cabe merah, rokok kretek filter, dan beras. Namun, penurunan harga mujair, serai, kelapa, daging ayam ras dan bawang putih merupakan komoditas yang meredam inflasi berada pada tingkat yang lebih tinggi. Sementara, kenaikan harga di Kota Dumai didorong oleh adanya peningkatan harga bayam, beras, dan sewa rumah. Beberapa komoditas yang meredam tingkat inflasi Dumai berada pada tingkat yang lebih tinggi antara lain teri, udang basah, bawang merah, telepon selular dan bawang putih.

Tabel 2.4. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 (yoy)

Sumber : BPS, diolah 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2009 2010 2011 2012 Dumai 10,16 2,74 3,22 0,80 1,81 5,27 3,94 9,05 8,49 5,42 5,78 3,10 2,75 4,38 Riau 7,67 3,50 2,39 1,73 2,18 4,71 4,57 7,37 7,90 5,57 6,04 4,72 3,94 5,44 P.baru 6,99 3,68 2,20 1,94 2,26 4,58 4,72 7,00 7,76 5,61 6,10 5,09 4,20 5,67 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Perubahan

Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

1 Cabe Merah 155,06 1,85 Bayam 38,53 0,60 2 Rokok Kretek Filter 13,61 0,45 Beras 9,28 0,48 3 Beras 7,05 0,37 Sewa Rumah 7,36 0,42 4 Kontrak Rumah 11,84 0,31 Emas Perhiasan 19,78 0,36 5 Emas Perhiasan 10,60 0,23 Nasi 8,70 0,26 1 Mujair -15,96 -0,09 Teri -24,25 -0,16 2 Serai -5,61 -0,05 Udang Basah -15,80 -0,11 3 Kelapa -9,65 -0,04 Bawang Merah -17,49 -0,06 4 Daging Ayam Ras -2,01 -0,02 Telepon Selular -5,23 -0,05 5 Bawang Putih -7,00 -0,02 Bawang Putih -21,43 -0,03

Dumai Tw II-2012 (4,38%) No. Pekanbaru Tw II-2012 (5,67%)

INFLASI

(36)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Perkembangan Inflasi Daerah

41

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan laporan terjadi inflasi pada semua kelompok barang dan jasa yang disurvey. Kelompok pendidikan tercatat mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 8,25%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,90%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,93%). Namun, Jika dilihat dari kontribusinya, inflasi pada kelompok bahan makanan memberikan andil tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau pada triwulan II-2012.

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi kelompok Barang dan Jasa Triwulan II-2012 (yoy)

Sumber : BPS, diolah

3.1.1. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan laporan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 7,49% meningkat cukup berarti dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (1,28%). Berdasarkan kota yang disurvey maka inflasi tertinggi terjadi di Kota Pekanbaru yaitu mencapai 8,01% diikuti inflasi Kota Dumai yaitu sebesar 5,19%. Peningkatan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan tercatat memberikan andil tertinggi dalam pembentukan inflasi kelompok bahan makanan yang berasal dari kenaikan harga cabe merah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir. Selanjutnya diikuti oleh peningkatan pada subkelompok padi-padian, umbi dan hasilnya yang berasal dari peningkatan harga beras, yang didorong oleh peningkatan harga beras dunia.

Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau

Bahan Makanan 7.07 3.22 6.33 1.82 -1.09 1.28 0.47 -0.31 0.34 8.01 5.19 7.49 2.07 1.47 2.03 Makanan Jadi 5.99 10.10 6.72 7.12 5.01 6.72 1.47 1.06 1.40 7.00 5.50 6.73 1.45 1.15 1.40 Perumahan 4.24 8.11 4.92 3.22 4.49 3.45 0.70 0.90 0.72 3.59 3.33 3.53 0.77 0.66 0.74 Sandang 7.57 7.88 7.62 7.69 10.84 8.22 0.58 0.77 0.61 5.45 8.91 6.03 0.40 0.62 0.44 Kesehatan 8.78 2.41 7.65 7.17 2.81 6.40 0.30 0.09 0.25 5.39 2.46 4.90 0.24 0.08 0.19 Pendidikan 6.69 2.44 5.93 7.05 6.14 6.90 0.42 0.28 0.37 8.40 7.53 8.25 0.50 0.34 0.44 Transportasi 2.48 1.05 2.20 2.23 0.48 1.89 0.32 0.08 0.28 2.03 0.57 1.74 0.29 0.09 0.25 UMUM 5.61 5.42 5.57 4.20 2.75 3.94 4.20 2.75 3.94 5.67 4.38 5.44 5.67 4.38 5.44 Kontribusi Inflasi Kontribusi Kelompok II-12 I-12 Inflasi II-11 Inflasi

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,%)
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan Tanpa Migas (yoy)
Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan  Konsumen Riau
Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Semen  di Riau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suhu dua bulan sebelumnya, curah hujan di bulan yang sama, radiasi matahari di bulan yang sama.Implikasi prak- tis: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan

Namun yang berbeda adalah bahwa penelitian ini berusaha melihat dampak dinamika persenjataan yang dilakukan Korea Utara dengan mengembangkan senjata nuklir terhadap

Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik,

Jika pada buku karangan O’Hanlon dan Mochizuki melihat kebijakan dialog sebagai upaya penyelesaian masalah krisis tahun 2003, tesis ini memiliki sudut pandang lain yang

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian ilmu ekonomi,

mengembangkannya. Pada saat ini tenaga kependidikan menggunakan model pembelajaran berbasis WEB. Dikarenakan sudah banyak penyebaran secara langsung virus corona tanpa kita

Berdasarkan penelitian terkait Strategi Humas Basarnas Dalam Memberikan Edukasi Tanggap Bencana Melalui Program SAR Goes To SChool, maka dapat ditarik kesimpulan sebgai

Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem informasi peramalan obat–obatan dengan menggunakan metode Winter, dan membuat perencanaan persediaan obat-obatan