• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN

PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

DAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN MATEMATIKA

SISWA KELAS IV SD

Luh Pt Ariestia Dewi

1

, I Wyn Wiarta

2

, I.B Surya Manuaba

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: d.ariestia@yahoo.co.id

1

, wiartawayan@yahoo.co.id

2

,

manuabasurya@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui penerapan pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek dan (2) meningkatkan hasil belajar pengetahuan Matematika melalui penerapan pendekatan Saintifik dengan penilaian Proyek. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing – masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes yaitu tes uraian untuk kemampuan berpikir kreatif dan tes objektif untuk hasil belajar pengetahuan Matematika. Data tersebut, di analisis dengan metode deskritif kuantitatif. Hasil analisis data diperoleh persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif meningkat 8,53% dari 76,66% pada siklus I menjadi 85,19% pada siklus II. Persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan Matematika meningkat 12,80% dari 68,26% pada siklus I menjadi 81,06% pada siklus II. Dengan ketuntasan klasikal yang dicapai yaitu 84% melebihi indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan.

Kata kunci : Pendekatan Saintifik, Penilaian Proyek, Kemampuan Berpikir Kreatif, Hasil

Belajar, Matematika

Abstract

This study aimed to (1) improving the creative thinking ability through scientific approach with project assessment, (2) improving the Mathematical knowledge learning outcomes through scientific approach with project assessment. It is a kind of classroom action research (CAR) that is conducted in 2 cycles. Each of those cycles consist of 4 steps such as planning, action, observation, ada reflection. The subject of this classroom action research are the students at IV grade of SD Negeri 2 Serangan with the total of 25 students; consists of 14 female students and 11 male students. The data collection of this research is done usingtest method, consists of essay tes for creative thinking ability and objective test for the Mathematical knowledge learning outcomes. Those data are analyzed using descriptive kuantitative method. The result of data analysis obtained average percentage of creative thinking abilities increase 8,53% from 76,66% in the first cycle to 85,19% in the second cycle. The average precentage of the student‟s Mathematical knowledge learning outcomes increase 12,80% from 68,26% in the first

(2)

cycle to 81,06% in the second cycle. The classical completeness that is achievent is 84% exceed the indicators of success which expected is 80 %.

Keywords: Scientific approach, project assessment, creative thinking ability,

Mathematical learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang penting, karena dengan pendidikan dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia. Potensi-potensi tersebut meliputi kecerdasan intelektual, sosial, spiritual, dan

keterampilan yang dibutuhkan dalam

memenuhi kebutuhan sebagai manusia. Pendidikan yang efektif dan efisien akan menghasilkan hasil belajar siswa yang maksimal dan pembelajaran yang diberikan akan bermakna bagi siswa. Pendidikan

Dasar diselenggarakan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan,

memberikan pengetahuan dan

keterampilan dasar kepada siswa untuk dikembangkan dalam masyarakat serta

sebagai persiapan diri siswa untuk

mengikuti pendidikan selanjutnya.

Pendidikan dasar yang memiliki periode selama 6 tahun adalah Sekolah Dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran yang diberikan di SD harus terencana, terarah dan dioptimalkan sebaik mungkin agar terbentuk konsep dasar siswa yang kuat.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam usaha meningkatkan dan memperbaharui kualitas pendidikan. Salah satunya dengan diterapkannya kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik siswa khususnya pada tingkat sekolah dasar. Melalui Kurikulum, rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan yang diinginkan.

Pemerintah Indonesia saat ini telah

menetapkan pemberlakuan Kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013. Gradasi kurikulum 2013 antar satuan pendidikan memperhatikan beberapa hal, yakni: 1) perkembangan psikologis anak, 2)

lingkup dan kedalaman materi, 3)

kesinambungan, 4) fungsi satuan

pendidikan, dan 5) lingkungan (Sani, 2014:46). Pada jenjang sekolah dasar, Kurikulum 2013 ini dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I, II, IV dan V. Proses

pembelajaran dengan menggunakan

kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara hardskill dan softskill

dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat diwujudkan. Penilaian dalam Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan, proses, dan hasil pembelajaran (Sunarti dan Rahmawati, 2014:3). Maka kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik secara

proporsional sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, terdapat karakteristik penilaian di dalam Kurikulum 2013 yaitu: 1) belajar tuntas (mastery learning), 2)

penilaian autentik, 3) penilaian

kesinambungan, (4) menggunakan teknik

penilaian yang bervariasi, dan (5)

berdasarkan acuan kriteria. Pada

pembelajaran kurikulum 2013 ini memiliki

beberapa keunggulan diantaranya:

munculnya siswa yang berkarakter, siswa menjadi lebih aktif kreatif dan inovatif, dan guru hanya sebagai fasilitator.

Menurut Sunarti dan Rahmawati (2014:2) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah (Scienific Approach)

dalam pembelajaran sebagaimana

dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Selain itu proses pembelajaran pendekatan saintifik

menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

(3)

penerapan pendekatan saintifik diharapkan

siswa memiliki kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang lebih baik. Siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif dalam menghadapi berbagai persoalan di kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendekatan saintifik proses penilaian menggunakan penilaian autentik, berupa penilaian proyek. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus di selesaikan oleh peserta didik dalam waktu atau periode tertentu (Kunandar, 2014:286).

Kurikulum 2013 saat ini merupakan

kurikulum yang di dalam proses

pembelajarannya terlaksana secara

tematik. Pembelajaran tematik adalah

pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang kemudian di buatkan sebuah tema sehingga dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna kepada siswa. Dengan adanya perubahan Kurikulum 2013 saat ini, guru memiliki

tugas untuk menciptakan suatu

pembelajaran menjadi lebih efektif dan juga menarik sehingga bahan pembelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun

dilihat dari kenyataannya, dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas

ternyata masih banyak guru yang belum

melakukan inovasi (pembaharuan)

pendidikan dengan baik. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan dan siswa diam dan hanya sekedar mendengarkan materi yang diberikan oleh guru tanpa memberikan respon atau pendapatnya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SD Negeri 2 Serangan pada tanggal 11 Desember 2014 dikatakan terdapat beberapa kendala atau masalah yang di hadapi guru. Contohnya, yang terjadi pada saat guru membelajarkan materi tematik di kelas IV perolehan hasil belajar Matematika siswa kurang optimal, ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar Matematika sebelumnya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 25 orang siswa, 10 orang siswa yang sudah mencapai KKM dan 15 orang siswa yang

masih belum mencapai KKM. Ini

memperlihatkan bahwa 60% siswa memiliki hasil belajar yang berada di bawah KKM. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas bila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Susanto (2013:185)

menyatakan bahwa “Matematika

merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi”.

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa. Banyak siswa

beranggapan bahwa pembelajaran

Matematika itu sulit. Bahkan siswa

terkadang takut dan malas ketika

mendapatkan pelajaran Matematika. Untuk

dapat menciptakan pembelajaran

Matematika yang dapat dipahami oleh

siswa, diperlukan pemahaman guru

terhadap siswa dan karakteristik

matematika itu sendiri. Selain itu, masalah yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan Kurikulum 2013 yaitu guru masih sulit

mengajak siswanya untuk aktif

mengungkapkan pendapat yang dimilikinya

dan sulit untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik dalam berpikir

kreatif. Yang ketika dalam proses

pembelajaran kurikulum tersebut

memadukan beberapa mata pelajaran yang kemudian saling bersinambungan yang membuat siswa bingung. Seperti yang diungkapkan oleh Porter dan Hernacki (dalam Uno, 2011:163) bahwa “seorang yang berpikir kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba bertualang serta intuitif”. Salah satu solusi untuk

mengatasi masalah tersebut dengan

menggunakan pendekatan saintifik.

Diharapkan dengan menerapkan

pendekatan saintifik dengan penilaian

proyek, kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Matematika dapat mengalami peningkatan.

Pembelajaran dalam pendekatan

saintifik adalah pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,

(4)

hukum, atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan

masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai

teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengkomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan” (Daryanto, 2014:51).

Pendekatan saintifik memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal , memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,

kapan saja, tidak tergantung pada

informasi searah dari guru. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat hafalan. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan

sikap siswa peroleh berdasarkan

kesadaran dan kepentingan siswa sendiri (Kosasih, 2014:72).

Dalam penerapan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,

menjelaskan, dan menyimpulkan.

Kurinasih (2014:29) menyatakan

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Selain itu siswa untuk mendapatkan informasi bisa dari mana saja,kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi dari guru. Pembelajaran pendekatan saintifik berbeda dengan strategi pembelajaran yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan pada mengamati,

mengklasifikasi, mengukur, menjelaskan, dan menyimpulkan. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kemampuan dan keterampilan untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kemampuan dan keterampilan inilah yang

menjadi ciri khas pembelajaran

pendekatan saintifik. Karakteristik

pembelajaran dengan pendekatan saintifik

menurut (Daryanto, 2014:53) yaitu

sebagai berikut:

a) Perpusat pada siswa, b) Melibatkan

keterampilan proses sains dalam

mengkontruksikan konsep, hukum, atau

prinsip, c) Melibatkan proses-proses

kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa,

d) Dan dapat mengembangkan

karakter siswa.

Pada kurikulum 2013, pembelajaran Saintifik di padukan dengan penilaian autentik, salah satunya yaitu penilaian proyek. Menurut Kunandar (2013:286)

menyatakan bahwa penilaian proyek

merupakan kegiatan terhadap suatu tugas

yang meliputi pengumpulan,

pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan peserta didik dalam waktu atau periode tertentu. Peserta didik dapat melakukan

penelitian melalui pengumpulan,

pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya (Sunarti dan Rahmawati, 2014:63). Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan ilmiah atau saintifik. Dalam kurikulum 2013 menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran menekankan pada lima pengalaman belajar pokok yaitu:

a) Mengamati, b) menanya, c)

mengumpulkan informasi, d)

mengasosiasikan, e) mengkomunikasikan (Permendikbud No 81A Tahun 2013).

Karena pendekatan Saintifik

dipadukan dengan penilaian proyek, maka

terdapat beberapa langkah-langkah

penilaian proyek yang dapat mendorong proses pembelajaran. Penilaian proyek

dapat dilakukan dengan memulai

perencanaa, proses selama pengerjaan tugas, dan terhadap hasil proyek. Selain itu, laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster.

Pelaksanaan penilaian ini dapat

menggunakan alat/instrument penilaian

berupa daftar cek (checklist) ataupun skala

rentang (Rating Scale). Selanjutnya

melakukan penilaian terhadap laporan proyek atau penugasan peserta didik mengacu kepada rubrik penskoran yang telah disusun.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami sesuatu yang tidak

(5)

sesuai dengan rencana atau keinginan atau yang sering disebut masalah. Untuk memperoleh cara yang efektif dan efisien

inilah, maka dibutuhkan kemampuan

berpikir. Menurut Munandar (1985:47) “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada”. “Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang

tersedia untuk menemukan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah

pada kuantitas, ketepatgunaan, dan

keberagaman jawaban. Guilford

mengemukakan bahwa ada dua cara berpikir yaitu dengan berpikir konvergen

dan berpikir divergen. Berpikir konvergen

merupakan berpikir yang menghasilkan jawaban benar atau salah untuk sebuah pertanyaan yang hanya memiliki jawaban

benar. Sedangkan berpikir divergen

merupakan berpikir dengan arah berbeda untuk sebuah pertanyaan yang mungkin memiliki jawaban-jawaban yang benar. Selain itu berpikir divergen menuntut siswa

mencari sebanyak mungkin jawaban

terhadap suatu persoalan. Keingin tahuan

yang tinggi yang diikuti dengan

keterampilan dalam membaca. Seperti

yang diungkapakan oleh Porter dan

Hernacki (dalam Uno, 2011:163) “seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin

tahu, ingin mencoba-coba bertualang

secara intuitif”.

Menurut Gilford dan Torrance (dalam Filsaime, 2008:21) menyebutkan terdapat empat karakteristik berpikir kreatif yaitu Orisinalitas, Elaborasi, Kelancaran, dan Fleksibilitas. Pada proses kreatif terdapat lima tahapan yaitu: stimulus, eksplorasi, perencanaan, aktivitas, dan review yang kelima tahapan tersebut saling berkaitan (Susanto, 2013:115). Apabila kelima tahapan tersebut tidak ada maka, proses berpikir kreatif tidak akan berjalan dengan optimal. Semua itu dilihat dari adanya dorongan oleh suatu masalah yang harus di selesaikan, yang selanjutnya siswa mengidentifikasi lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut. Kemudian siswa

merencanakan strategi untuk

menyelesaikan masalah itu yang dilakukan

dalam bentuk tindakan dan meninjau kembali tindakan yang telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalah tersebut.

Belajar adalah “suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari

terbentuknya respons utama, dengan

syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal” (Uno, 2011:141). Selain itu, belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya

melalui pelatihan-pelatihan atau

pengalaman baik berupa perubahan

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan

(Baharuddin dan Wahyuni, 2007:12).

Menurut Abdillah (dalam Annurrahman, 2012:35) belajar adalah suatu usaha sadar

yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut

Purwanto (2013:44) hasil belajar seringkali

digunakan sebagai ukuran untuk

mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengetahui apakah hasil belajar

telah sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki dapat diketahui melalui

evaluasi. Pengetahuan, pemahaman, dan kejelasan tentang hasil-hasil belajar ini sangat penting terutama bagi guru, karena hasil belajar inilah sesungguhnya yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran (Kurniawan, 2014:15).

Depdiknas (dalam Susanto,

2013:184) mengemukakan Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai

dari tingkat sekolah dasar hingga

perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema

yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.

(6)

Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja

dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan yang

memungkinkan seseorang (si pelajar)

melaksanakan kegiatan belajar matematika (Japa dkk, 2011:2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

pengetahuan Matematika adalah

perubahan perilaku seorang siswa yang

diperoleh setelah mengalami aktivitas

belajar dan menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dan diamati melalui sikap

peserta didik, keterampilan dan

penguasaan konsep. Dilaksanakan pada

saat guru memberikan pembelajaran

Matematika kepada peserta didik, yang selanjutnya guru akan melakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami pengetahuan Matematika tersebut.

Berdasarkan paparan di atas, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan judul: “Penerapan

Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar

Pengetahuan Matematika Tema “Cita-Citaku” Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Serangan”

Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) Apakah Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika tema “Cita-Citaku” siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015?, (2)

Apakah Pendekatan Saintifik dengan

Penilaian Proyek dapat meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika tema “Cita-Citaku” siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015?

Terkait dengan rumusan masalah yang

telah dipaparkan, maka tujuan dalam penelitian ini untuk (1) meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika tema “Cita-Citaku” melalui penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015, (2)

Untuk meningkatan Hasil Belajar

Pengetahuan Matematika tema “Cita-Citaku” melalui penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015

METODE

Penelitian Tindakan Kelas ini

dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 yang bertempat di SD Negeri 2 Serangan. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, yang terdiri dari 15 perempuan dan 10 laki-laki. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun ajaran 2014/2015. Variabel yang ditangani dalam penelitian ini ialah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebasnya adalah pendekatan saintifik

dengan penilaian proyek dan variabel terikatnya kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan Matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas, maka penelitian ini

dirancang untuk mengetahui tingkatan keberhasilan siswa dalam menerima dan memahami pelajaran di kelas. Perencanaan

tindakan dan persiapan materi

pembelajaran merupakan rencana sebelum dilaksanakannya penelitian dan rencana

tersebut menggunakan pembelajaran

pendekatan saintifik. Rancangan penelitian tindakan yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan dari Arikunto, dkk (2009:17). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan dua siklus, yang pada setiap siklusnya memiliki empat

tahapan yaitu: perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.

Ternyata pada hasil penelitian

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Belajar Matematika Tema Cita-Citaku

Siklus I belum sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh peneliti walaupun

rancangan tindakan sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembelajaran, namun masih dijumpai beberapa kendala

(7)

yang ditemukan oleh peneliti yaitu : (a)

siswa belum mampu belajar secara

kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, (b) siswa masih merasa malu, tegang, dan kaku dalam mengemukakan ide-ide yang dimilikinya, (c) kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih kurang karena belum berani atau ragu-ragu berbicara di depan kelas. Setelah merefleksi semuanya, peneliti melanjutkan ke siklus II.

Pada perencanaan siklus II yang disesuaikan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti dengan guru mata

pembelajaran Matematika, maka

perencanaan untuk tindakan siklus II

dilakukan dengan cermat untuk

mengantisipasi masalah-masalah yang

dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan harapan. Pada perencanaan tindakan peneliti menyiapkan RPP sesuai pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek dan membandingkan dengan RPP siklus I untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan akan lebih di tekankan pada siswa melakukan kerja sama kelompok diarahkan untuk dapat bekerja sama menyelesaikan permasalahan mengenai sudut segitiga. Siswa di tekankan mengenai penilaian

individu untuk berkompetensi dalam

menyelesaikan masalah. Maka dari hal yang dilakukan tersebut banyak siswa yang berani untuk berkerja sama, menanggapi jawaban teman-temannya dalam kelompok yang berbeda, dan mau mengemukakan ide-ide kreatif yang dimilikinya tanpa ada rasa canggung dan mau berbagai dengan teman kelompoknya.

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan

Matematika kelas IV SD Negeri 2

Serangan. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian untuk kemampuan berpikir kreatif dan tes objektif untuk hasil belajar.

Menurut Sudijono (2012:106) tes

obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test) adalah salah satu jenis tes

hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee

dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items. Selain itu tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan Tes uraian yang dalam literature disebut juga essay examination, yang merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah

pertanyaan yang menuntut siswa

menjawabnya dalam bentuk menguraikan,

menjelaskan, mendiskusikan,

membandingkan, memberikan alasan dan

bentuk lain sesuai dengan tuntutan

pertanyaan (Sudjana, 2005:35). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes objektif dan tes uraian atau

essay.

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas isi atau content validity

secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrument. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomer butir atau item pertanyaan atau pernyataan yang dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2012:129).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data

yang diperoleh yaitu: (1) tingkat

kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV pada mata pembelajaran Matematika Tema Cita-Citaku yang dilakukan penelitian pada siklus I di dapat Mean yaitu 76,6636 yang selanjutnya pada siklus I (M%) yang didapat yaitu 76,66% yang digolongkan pada kriteria sedang. (2) tingkat hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV pada Tema Cita-Citaku yang dilakukan pada siklus I mendapatkan hasil Mean yaitu 68,2648 selanjutnya pada siklus I (M%) yang didapat yaitu 68,26% yang berada pada kriteria sedang.

Pada siklus II hasil analisis yang ditemukan yaitu: (1) tingkat kemampuan

(8)

berpikir kreatif siswa kelas IV pada

pembelajaran Matematika Tema

Cita-Citaku di dapatkan hasil Mean adalah 85,1972 sedangkan hasil (M%) yang didapatkan yaitu 85,19% yang berada pada kriteria tinggi. (2) tingkat hasil belajar

pengetahuan Matematika siswa yaitu

81,0672 dan hasil (M%) yang didapatkan yaitu 81,06% yang berada pada kriteria tinggi. Dengan melihat hasil analisis yang diperoleh, peneliti merefleksi bahwa hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan yang

diharapkan. Persentase rata-rata

kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I dan siklus II yang mengalami

peningkatan yaitu 8,53%. Sedangkan

persentase rata-rata hasil belajar

pengetahuan Matematika pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu 12,80% dengan ketuntasan klasikal 84%.

Persentase kemampuan berpikir

kreatif setelah dikonversikan ke PAP

(Penilaian Acuan Patokan) skala lima didapatkan tingkat kemampuan berpikir kreatif 76,66% yaitu kriteria sedang (65% - 79%). Pada siklus II kemampuan berpikir kreatif yang didapatkan yaitu 85,19% pada kriteria tinggi (80% - 89%). Sedangkan

tingkat hasil belajar pengetahuan

Matematika pada siklus I didapatkan 68,26% yang berada pada kriteria sedang (65%-79%) sedangkan pada siklus II hasil belajar pengetahuan Matematika yang didapatkan yaitu 81,06% yang berada pada kriteria tinggi (80%-89%). Dan ketuntasan

klasikal sudah mencapai indikator

keberhasilan yang di harapakan yaitu 80% dengan hasil yang didapatkan yaitu 84% pada siklus II. Yang pada ketuntasan klasikal 21 siswa dari 25 siswa sudah mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah pada pembelajaran Matematika.

Tabel 1. Tabel Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Serangan

Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kreatif 76,66% 85,19% 8,53% Hasil Belajar Pengetahuan Matematika 68,26% 81,06% 12,80% Ketuntasan Klasikal 60% 84% 24%

Sejak dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015, banyak hal yang dapat ditemui terkait dengan kegiatan

pembelajaran. Mulai dari tahap

perencanaan sampai dengan tahap akhir yaitu pengambilan data siklus I dan siklus II. Pada saat pertama kali peneliti memasuki

kelas, peneliti hanya melakukan

pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru. Ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung terlihat siswa yang kurang

terfokus dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung masih ada siswa yang ribut, bermain-main dengan teman

sebangkunya, dan siswa yang tidak

antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu dalam setiap pertemuan dikelas

masih ada saja siswa yang tidak

mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan dan tidak menyelesaikan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Berlatar dari masalah tersebut maka akan di bahas mengenai PTK pada siklus I dan siklus II dalam penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan Matematika Tema

(9)

Cita-Citaku siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan.

Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Pada siklus I,

kemampuan berpikir kreatif siswa

menunjukkan dari 25 siswa baru 12 siswa yang memenuhi kriteria berpikir kreatif dengan persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh 76,66% bila

dikonversikan pada tabel kriteria

persentase berada pada interval 65% - 79% kriteria sedang. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan. Begitu pula dengan halnya hasil belajar pengetahuan Matematika pada siklus I baru mencapai 68,26% bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 65% - 79% kriteria sedang. Data hasil belajar pengetahuan Matematika siklus I menunjukkan bahwa dari 25 siswa baru 15 orang yang tuntas dan memenuhi kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal yang diperoleh baru mencapai 60% yaitu 15 siswa yang tuntas dan memenuhi nilai sesuai dengan KKM sehingga belum memenuhi criteria

yang diharapkan yakni 80% siswa

memperoleh nilai sesuai KKM yaitu 70.00. Dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat kekurangan baik berasal dari guru maupun dari siswa.

Berdasarkan kekurangan yang

menjadi kendala dalam pelaksanaan

tindakan pada siklus I yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan, selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus II ini menerapkan solusi untuk dapat memperbaiki kendala pada siklus I yaitu dengan menekankan pada siswa mengenai

pendekatan saintifik dengan penilaian

proyek, memberikan penguatan, motivasi,

dan bimbingan kepada siswa pada

pembelajaran serta mengunakan media pembelajaran yang mudah di pahami oleh siswa dan sumber belajar yang lebih variatif

sehingga menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar.

Bertolak dari

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I peneliti melakukan perbaikan tindakan selanjutnya yang diterapkan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan antara lain memberikan perhatian khusus kepada siswa yang belum paham mengenai pembelajaran melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dan memberikan penguatan kepada siswa yang memiliki

kemampuan kurang seperti pada

kemampuan berpikir kreatifnya agar lebih termotivasi pada proses pembelajaran berlangsung. Mengajak siswa untuk berlatih diri mengemukakan pendapat atau ide-ide yang dimilikinya.

Pada siklus II kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 85,19% dengan kriteria tinggi. Dari data kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukkan 21 siswa dari 25 siswa memenuhi kriteria tinggi sedangkan 4 siswa berada pada kriteria sedang. Hasil belajar siswa pada siklus II adalah 81,06% berada pada interval 80% - 89% kriteria tinggi yakni 21 siswa yang tuntas dan 4 siswa belum tuntas sedangkan ketuntasan klasikal

memperoleh 84%. Pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik. Refleksi dari siklus II menunjukkan bahwa melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek siswa menjadi lebih bersemangat dalam berkerja sama dan berkompetisi

untuk menyelesaikan masalah.

Pemahaman siswa dalam memahami materi juga sudah mengalami peningkatan dan dapat mengerjakan pertanyaan atau permasalahan yang diberikan dengan baik dan benar.

Berdasarkan uraian tersebut,

meningkat kemampuan berpikir kreatif

dan hasil belajar pengetahuan

Matematika. Kemampuan berpikir kreatif pada siklus I memperoleh persentase

(10)

persentase rata-ratanya 85,19% kriteria tinggi sehingga meningkat yaitu 8,53%. Hasil belajar pengetahuan Matematika

siswa, pada siklus I memperoleh

persentase rata-rata 68,26% dengan

ketuntasan klasikal 60% sedangkan pada siklus II memperoleh persentase rata-rata 81,06% kriteria tinggi dan ketuntasan

klasikal memperoleh 84%. Sehingga

persentase rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II meningkat yaitu 12,80%.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang diharapakan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yakni kemampuan berpikir kreatif telah mencapai persentase rata-rata 85,19% berada pada kriteria tinggi yang sudah mencapai indikator keberhasilan minimal 80% dan hasil belajar pengetahuan Matematika

telah mencapai persentase rata-rata

81,06% berada pada kriteria tinggi yang sudah mencapai indikator keberhasilan minimal 80%, serta ketuntasan klasikal

juga telah mencapai 80% siswa

mendapatkan nilai sesuai dengan KKM.

Tercapainya indikator

keberhasilan dalam penelitian ini

disebabkan karena pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek memberikan kesempatan pada siswa belajar, diskusi, serta saling berbagi informasi dengan sesama teman sekelompok dan yang lainnya. Selain itu siswa memiliki tanggung

jawab baik tanggung jawab pada

kelompoknya maupun pada dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah dalam

bentuk soal-soal Matematika yang

diberikan oleh guru. Meskipun terdapat beberapa kendala-kendala yang terjadi dalam proses siklus I dan siklus II yang disebabkan oleh karakteristik siswa yang beranekaragam, guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran ini hendaknya dapat mencari alternatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dapat memaksimalkan hasil dari penerapan

pendekatan Saintifik dalam proses

pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa semangat dan minat siswa baik sebagai penerima informasi maupun yang

menyampaikan informasi, sehingga secara tidak langsung seluruh siswa harus menguasai pokok bahasan yang sedang

dipelajarinya. Penelitian ini telah

membuktikan bahwa dengan

meningkatnya kemampuan berpikir kreatif siswa melalui penerapan pendekatan

saintifik dengan penilaian proyek

meningkatkan pula hasil belajar

pengetahuan Matematika siswa. Hal ini di

dukung oleh pendapat Munandar

(1985:51) yang menyatakan bahwa ada banyak kegiatan yang dapat dirancang oleh pendidik yang sifatnya meningkatkan kreativitas anak. Tugas-tugas yang bersifat mengembangkan kreativitas anak selalu

menuntut anak untuk memikirkan

kemungkinan jawaban untuk

menyelesaikan suatu masalah.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian melalui penerapan pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek siswa yang kreatif dalam proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang optimal.

Berdasarkan paparan tersebut

telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian melalui penerapan pendekatan saintifik dengan

penilaian proyek pada pembelajaran

Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan telah berhasil dan penelitian ini dapat dihentikan karena kriteria dan tujuan yang diperoleh sudah tercapai yakni kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan Matematika siswa pada tahun pelajaran 2014/2015 telah meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan atas permasalahan yang dirumuskan dan hasil yang diperoleh dari penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal berikut. (1) Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun pelajaran 2014/2015 yang dilihat pada persentase rata-rata pada siklus I mencapai 76,66% pada kriteria „sedang‟ sedangkan pada siklus II memperoleh persentase rata-rata = 85,19% pada kriteria „tinggi‟ sehingga kemampuan berpikir kreatif meningkat dari siklus I ke siklus II 8,53%. (2) Penerapan

(11)

pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun pelajaran 2014/2015 yang dilihat pada persentase rata-rata pada siklus I mencapai 68,26% kriteria „sedang‟ sedangkan pada siklus II

memperoleh persentase rata-rata =

81,06% pada kriteria „tinggi‟ sehingga hasil belajar pengetahuan Matematika meningkat dari siklus I ke siklus II 12,80% . (3) Penerapan pendekatan Saintifik dengan

penilaian proyek sudah mencapai

ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 80%, dari 21 siswa sudah mencapai KKM yang di tentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007.

Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran

Saintifik Kurikulum 2013.

Yogyakarta : Gava Media

.

Filsaime, Dennis. K. 2008. Menguak

Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.

Jakarta: Buku Berkualitas Prima.

Japa. I. Gusti. Ngurah. 2011. Pendidikan Matematika I. Singaraja : Undiksa Singaraja.

Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 81A

tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajara Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung : Yrama

Widya.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta : Rajawali Pers.

Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran

Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian). Bandung:Alfabeta.

Munandar, Prof.Dr.Utami, 1985.

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:Grasindo

---. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta

Purwanto, Dr. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014.

Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:PT Bumi Aksara

Sudijono, Prof.Drs.Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sunarti M.Pd, Dr. dkk. 2014. Penilaian

dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta:CV Andi Offset

Susanto, Drs. Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Uno, Prof. Dr. dkk. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara

Gambar

Tabel 1.  Tabel  Data  Peningkatan  Kemampuan  Berpikir  Kreatif  dan  Hasil  Belajar  Pengetahuan  Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Serangan

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini mengkaji bagaimana respons Ulama Dayah Aceh Tamiang terhadap pemberlakuan Kompilasi Hukum Islam (KHI), khususnya yang terkait dengan hak-hak kaum perempuan yang diatur

Media dakwah merupakan salah satu unsur yang terdapat proses dakwah. Proses dakwah tidak ada bedanya dengan proses komunikasi karena dalam prosesnya dakwah juga

Untuk mengetahui pemberian Ultra Sound therapy dapat pengurangan nyeri pada kasus sinusitis frontalis bagi awak kabin. Untuk mengetahui pemberian Micro Wave Diathermy

Perilaku konsemen adalah sebagai perilaku yang terlibat dalam hal perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa yang konsumen harapkan untuk dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah spesies/jenis lamun, mengetahui kerapatan dan tutupan lamun, dan mengetahui nilai biomassa dan estimasi simpanan

Pendekatan yang dikemukakan ole Edward III mempunyai empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu (1) komunikasi, (2)

Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan jelamin di antara seorang laki-laki dan perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan 39. Para fuqaha

Berbanding terbalik dengan hal tersebut, rata-rata waktu paling lama yang dibutuhkan adalah 135,6 second yaitu waktu yang diperoleh ketika variasi ketinggian pompa 3,5 meter