PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN
PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
DAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN MATEMATIKA
SISWA KELAS IV SD
Luh Pt Ariestia Dewi
1, I Wyn Wiarta
2, I.B Surya Manuaba
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: d.ariestia@yahoo.co.id
1, wiartawayan@yahoo.co.id
2,
manuabasurya@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui penerapan pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek dan (2) meningkatkan hasil belajar pengetahuan Matematika melalui penerapan pendekatan Saintifik dengan penilaian Proyek. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing – masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes yaitu tes uraian untuk kemampuan berpikir kreatif dan tes objektif untuk hasil belajar pengetahuan Matematika. Data tersebut, di analisis dengan metode deskritif kuantitatif. Hasil analisis data diperoleh persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif meningkat 8,53% dari 76,66% pada siklus I menjadi 85,19% pada siklus II. Persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan Matematika meningkat 12,80% dari 68,26% pada siklus I menjadi 81,06% pada siklus II. Dengan ketuntasan klasikal yang dicapai yaitu 84% melebihi indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan.
Kata kunci : Pendekatan Saintifik, Penilaian Proyek, Kemampuan Berpikir Kreatif, Hasil
Belajar, Matematika
Abstract
This study aimed to (1) improving the creative thinking ability through scientific approach with project assessment, (2) improving the Mathematical knowledge learning outcomes through scientific approach with project assessment. It is a kind of classroom action research (CAR) that is conducted in 2 cycles. Each of those cycles consist of 4 steps such as planning, action, observation, ada reflection. The subject of this classroom action research are the students at IV grade of SD Negeri 2 Serangan with the total of 25 students; consists of 14 female students and 11 male students. The data collection of this research is done usingtest method, consists of essay tes for creative thinking ability and objective test for the Mathematical knowledge learning outcomes. Those data are analyzed using descriptive kuantitative method. The result of data analysis obtained average percentage of creative thinking abilities increase 8,53% from 76,66% in the first cycle to 85,19% in the second cycle. The average precentage of the student‟s Mathematical knowledge learning outcomes increase 12,80% from 68,26% in the first
cycle to 81,06% in the second cycle. The classical completeness that is achievent is 84% exceed the indicators of success which expected is 80 %.
Keywords: Scientific approach, project assessment, creative thinking ability,
Mathematical learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting, karena dengan pendidikan dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia. Potensi-potensi tersebut meliputi kecerdasan intelektual, sosial, spiritual, dan
keterampilan yang dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan sebagai manusia. Pendidikan yang efektif dan efisien akan menghasilkan hasil belajar siswa yang maksimal dan pembelajaran yang diberikan akan bermakna bagi siswa. Pendidikan
Dasar diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan,
memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar kepada siswa untuk dikembangkan dalam masyarakat serta
sebagai persiapan diri siswa untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya.
Pendidikan dasar yang memiliki periode selama 6 tahun adalah Sekolah Dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran yang diberikan di SD harus terencana, terarah dan dioptimalkan sebaik mungkin agar terbentuk konsep dasar siswa yang kuat.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam usaha meningkatkan dan memperbaharui kualitas pendidikan. Salah satunya dengan diterapkannya kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik siswa khususnya pada tingkat sekolah dasar. Melalui Kurikulum, rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pemerintah Indonesia saat ini telah
menetapkan pemberlakuan Kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013. Gradasi kurikulum 2013 antar satuan pendidikan memperhatikan beberapa hal, yakni: 1) perkembangan psikologis anak, 2)
lingkup dan kedalaman materi, 3)
kesinambungan, 4) fungsi satuan
pendidikan, dan 5) lingkungan (Sani, 2014:46). Pada jenjang sekolah dasar, Kurikulum 2013 ini dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I, II, IV dan V. Proses
pembelajaran dengan menggunakan
kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara hardskill dan softskill
dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat diwujudkan. Penilaian dalam Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan, proses, dan hasil pembelajaran (Sunarti dan Rahmawati, 2014:3). Maka kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara
proporsional sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, terdapat karakteristik penilaian di dalam Kurikulum 2013 yaitu: 1) belajar tuntas (mastery learning), 2)
penilaian autentik, 3) penilaian
kesinambungan, (4) menggunakan teknik
penilaian yang bervariasi, dan (5)
berdasarkan acuan kriteria. Pada
pembelajaran kurikulum 2013 ini memiliki
beberapa keunggulan diantaranya:
munculnya siswa yang berkarakter, siswa menjadi lebih aktif kreatif dan inovatif, dan guru hanya sebagai fasilitator.
Menurut Sunarti dan Rahmawati (2014:2) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (Scienific Approach)
dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Selain itu proses pembelajaran pendekatan saintifik
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
penerapan pendekatan saintifik diharapkan
siswa memiliki kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang lebih baik. Siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif dalam menghadapi berbagai persoalan di kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendekatan saintifik proses penilaian menggunakan penilaian autentik, berupa penilaian proyek. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus di selesaikan oleh peserta didik dalam waktu atau periode tertentu (Kunandar, 2014:286).
Kurikulum 2013 saat ini merupakan
kurikulum yang di dalam proses
pembelajarannya terlaksana secara
tematik. Pembelajaran tematik adalah
pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang kemudian di buatkan sebuah tema sehingga dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna kepada siswa. Dengan adanya perubahan Kurikulum 2013 saat ini, guru memiliki
tugas untuk menciptakan suatu
pembelajaran menjadi lebih efektif dan juga menarik sehingga bahan pembelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun
dilihat dari kenyataannya, dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas
ternyata masih banyak guru yang belum
melakukan inovasi (pembaharuan)
pendidikan dengan baik. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan dan siswa diam dan hanya sekedar mendengarkan materi yang diberikan oleh guru tanpa memberikan respon atau pendapatnya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SD Negeri 2 Serangan pada tanggal 11 Desember 2014 dikatakan terdapat beberapa kendala atau masalah yang di hadapi guru. Contohnya, yang terjadi pada saat guru membelajarkan materi tematik di kelas IV perolehan hasil belajar Matematika siswa kurang optimal, ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar Matematika sebelumnya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 25 orang siswa, 10 orang siswa yang sudah mencapai KKM dan 15 orang siswa yang
masih belum mencapai KKM. Ini
memperlihatkan bahwa 60% siswa memiliki hasil belajar yang berada di bawah KKM. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas bila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Susanto (2013:185)
menyatakan bahwa “Matematika
merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi”.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa. Banyak siswa
beranggapan bahwa pembelajaran
Matematika itu sulit. Bahkan siswa
terkadang takut dan malas ketika
mendapatkan pelajaran Matematika. Untuk
dapat menciptakan pembelajaran
Matematika yang dapat dipahami oleh
siswa, diperlukan pemahaman guru
terhadap siswa dan karakteristik
matematika itu sendiri. Selain itu, masalah yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan Kurikulum 2013 yaitu guru masih sulit
mengajak siswanya untuk aktif
mengungkapkan pendapat yang dimilikinya
dan sulit untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam berpikir
kreatif. Yang ketika dalam proses
pembelajaran kurikulum tersebut
memadukan beberapa mata pelajaran yang kemudian saling bersinambungan yang membuat siswa bingung. Seperti yang diungkapkan oleh Porter dan Hernacki (dalam Uno, 2011:163) bahwa “seorang yang berpikir kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba bertualang serta intuitif”. Salah satu solusi untuk
mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan pendekatan saintifik.
Diharapkan dengan menerapkan
pendekatan saintifik dengan penilaian
proyek, kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Matematika dapat mengalami peningkatan.
Pembelajaran dalam pendekatan
saintifik adalah pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum, atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Daryanto, 2014:51).
Pendekatan saintifik memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal , memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak tergantung pada
informasi searah dari guru. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat hafalan. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap siswa peroleh berdasarkan
kesadaran dan kepentingan siswa sendiri (Kosasih, 2014:72).
Dalam penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan.
Kurinasih (2014:29) menyatakan
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Selain itu siswa untuk mendapatkan informasi bisa dari mana saja,kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi dari guru. Pembelajaran pendekatan saintifik berbeda dengan strategi pembelajaran yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, menjelaskan, dan menyimpulkan. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kemampuan dan keterampilan untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kemampuan dan keterampilan inilah yang
menjadi ciri khas pembelajaran
pendekatan saintifik. Karakteristik
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
menurut (Daryanto, 2014:53) yaitu
sebagai berikut:
a) Perpusat pada siswa, b) Melibatkan
keterampilan proses sains dalam
mengkontruksikan konsep, hukum, atau
prinsip, c) Melibatkan proses-proses
kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa,
d) Dan dapat mengembangkan
karakter siswa.
Pada kurikulum 2013, pembelajaran Saintifik di padukan dengan penilaian autentik, salah satunya yaitu penilaian proyek. Menurut Kunandar (2013:286)
menyatakan bahwa penilaian proyek
merupakan kegiatan terhadap suatu tugas
yang meliputi pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan peserta didik dalam waktu atau periode tertentu. Peserta didik dapat melakukan
penelitian melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya (Sunarti dan Rahmawati, 2014:63). Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah atau saintifik. Dalam kurikulum 2013 menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran menekankan pada lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a) Mengamati, b) menanya, c)
mengumpulkan informasi, d)
mengasosiasikan, e) mengkomunikasikan (Permendikbud No 81A Tahun 2013).
Karena pendekatan Saintifik
dipadukan dengan penilaian proyek, maka
terdapat beberapa langkah-langkah
penilaian proyek yang dapat mendorong proses pembelajaran. Penilaian proyek
dapat dilakukan dengan memulai
perencanaa, proses selama pengerjaan tugas, dan terhadap hasil proyek. Selain itu, laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian ini dapat
menggunakan alat/instrument penilaian
berupa daftar cek (checklist) ataupun skala
rentang (Rating Scale). Selanjutnya
melakukan penilaian terhadap laporan proyek atau penugasan peserta didik mengacu kepada rubrik penskoran yang telah disusun.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami sesuatu yang tidak
sesuai dengan rencana atau keinginan atau yang sering disebut masalah. Untuk memperoleh cara yang efektif dan efisien
inilah, maka dibutuhkan kemampuan
berpikir. Menurut Munandar (1985:47) “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada”. “Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang
tersedia untuk menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah
pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keberagaman jawaban. Guilford
mengemukakan bahwa ada dua cara berpikir yaitu dengan berpikir konvergen
dan berpikir divergen. Berpikir konvergen
merupakan berpikir yang menghasilkan jawaban benar atau salah untuk sebuah pertanyaan yang hanya memiliki jawaban
benar. Sedangkan berpikir divergen
merupakan berpikir dengan arah berbeda untuk sebuah pertanyaan yang mungkin memiliki jawaban-jawaban yang benar. Selain itu berpikir divergen menuntut siswa
mencari sebanyak mungkin jawaban
terhadap suatu persoalan. Keingin tahuan
yang tinggi yang diikuti dengan
keterampilan dalam membaca. Seperti
yang diungkapakan oleh Porter dan
Hernacki (dalam Uno, 2011:163) “seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin
tahu, ingin mencoba-coba bertualang
secara intuitif”.
Menurut Gilford dan Torrance (dalam Filsaime, 2008:21) menyebutkan terdapat empat karakteristik berpikir kreatif yaitu Orisinalitas, Elaborasi, Kelancaran, dan Fleksibilitas. Pada proses kreatif terdapat lima tahapan yaitu: stimulus, eksplorasi, perencanaan, aktivitas, dan review yang kelima tahapan tersebut saling berkaitan (Susanto, 2013:115). Apabila kelima tahapan tersebut tidak ada maka, proses berpikir kreatif tidak akan berjalan dengan optimal. Semua itu dilihat dari adanya dorongan oleh suatu masalah yang harus di selesaikan, yang selanjutnya siswa mengidentifikasi lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut. Kemudian siswa
merencanakan strategi untuk
menyelesaikan masalah itu yang dilakukan
dalam bentuk tindakan dan meninjau kembali tindakan yang telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalah tersebut.
Belajar adalah “suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari
terbentuknya respons utama, dengan
syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal” (Uno, 2011:141). Selain itu, belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya
melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman baik berupa perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan
(Baharuddin dan Wahyuni, 2007:12).
Menurut Abdillah (dalam Annurrahman, 2012:35) belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut
Purwanto (2013:44) hasil belajar seringkali
digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengetahui apakah hasil belajar
telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui
evaluasi. Pengetahuan, pemahaman, dan kejelasan tentang hasil-hasil belajar ini sangat penting terutama bagi guru, karena hasil belajar inilah sesungguhnya yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran (Kurniawan, 2014:15).
Depdiknas (dalam Susanto,
2013:184) mengemukakan Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai
dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema
yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang (si pelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika (Japa dkk, 2011:2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
pengetahuan Matematika adalah
perubahan perilaku seorang siswa yang
diperoleh setelah mengalami aktivitas
belajar dan menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dan diamati melalui sikap
peserta didik, keterampilan dan
penguasaan konsep. Dilaksanakan pada
saat guru memberikan pembelajaran
Matematika kepada peserta didik, yang selanjutnya guru akan melakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami pengetahuan Matematika tersebut.
Berdasarkan paparan di atas, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan judul: “Penerapan
Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar
Pengetahuan Matematika Tema “Cita-Citaku” Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Serangan”
Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) Apakah Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika tema “Cita-Citaku” siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015?, (2)
Apakah Pendekatan Saintifik dengan
Penilaian Proyek dapat meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika tema “Cita-Citaku” siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015?
Terkait dengan rumusan masalah yang
telah dipaparkan, maka tujuan dalam penelitian ini untuk (1) meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika tema “Cita-Citaku” melalui penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015, (2)
Untuk meningkatan Hasil Belajar
Pengetahuan Matematika tema “Cita-Citaku” melalui penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015
METODE
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 yang bertempat di SD Negeri 2 Serangan. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, yang terdiri dari 15 perempuan dan 10 laki-laki. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun ajaran 2014/2015. Variabel yang ditangani dalam penelitian ini ialah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebasnya adalah pendekatan saintifik
dengan penilaian proyek dan variabel terikatnya kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan Matematika.
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas, maka penelitian ini
dirancang untuk mengetahui tingkatan keberhasilan siswa dalam menerima dan memahami pelajaran di kelas. Perencanaan
tindakan dan persiapan materi
pembelajaran merupakan rencana sebelum dilaksanakannya penelitian dan rencana
tersebut menggunakan pembelajaran
pendekatan saintifik. Rancangan penelitian tindakan yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan dari Arikunto, dkk (2009:17). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan dua siklus, yang pada setiap siklusnya memiliki empat
tahapan yaitu: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
Ternyata pada hasil penelitian
Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil
Belajar Matematika Tema Cita-Citaku
Siklus I belum sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh peneliti walaupun
rancangan tindakan sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembelajaran, namun masih dijumpai beberapa kendala
yang ditemukan oleh peneliti yaitu : (a)
siswa belum mampu belajar secara
kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, (b) siswa masih merasa malu, tegang, dan kaku dalam mengemukakan ide-ide yang dimilikinya, (c) kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih kurang karena belum berani atau ragu-ragu berbicara di depan kelas. Setelah merefleksi semuanya, peneliti melanjutkan ke siklus II.
Pada perencanaan siklus II yang disesuaikan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti dengan guru mata
pembelajaran Matematika, maka
perencanaan untuk tindakan siklus II
dilakukan dengan cermat untuk
mengantisipasi masalah-masalah yang
dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan harapan. Pada perencanaan tindakan peneliti menyiapkan RPP sesuai pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek dan membandingkan dengan RPP siklus I untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan akan lebih di tekankan pada siswa melakukan kerja sama kelompok diarahkan untuk dapat bekerja sama menyelesaikan permasalahan mengenai sudut segitiga. Siswa di tekankan mengenai penilaian
individu untuk berkompetensi dalam
menyelesaikan masalah. Maka dari hal yang dilakukan tersebut banyak siswa yang berani untuk berkerja sama, menanggapi jawaban teman-temannya dalam kelompok yang berbeda, dan mau mengemukakan ide-ide kreatif yang dimilikinya tanpa ada rasa canggung dan mau berbagai dengan teman kelompoknya.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan
Matematika kelas IV SD Negeri 2
Serangan. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian untuk kemampuan berpikir kreatif dan tes objektif untuk hasil belajar.
Menurut Sudijono (2012:106) tes
obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test) adalah salah satu jenis tes
hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee
dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items. Selain itu tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan Tes uraian yang dalam literature disebut juga essay examination, yang merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah
pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan dan
bentuk lain sesuai dengan tuntutan
pertanyaan (Sudjana, 2005:35). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes objektif dan tes uraian atau
essay.
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas isi atau content validity
secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrument. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomer butir atau item pertanyaan atau pernyataan yang dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2012:129).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data
yang diperoleh yaitu: (1) tingkat
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV pada mata pembelajaran Matematika Tema Cita-Citaku yang dilakukan penelitian pada siklus I di dapat Mean yaitu 76,6636 yang selanjutnya pada siklus I (M%) yang didapat yaitu 76,66% yang digolongkan pada kriteria sedang. (2) tingkat hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV pada Tema Cita-Citaku yang dilakukan pada siklus I mendapatkan hasil Mean yaitu 68,2648 selanjutnya pada siklus I (M%) yang didapat yaitu 68,26% yang berada pada kriteria sedang.
Pada siklus II hasil analisis yang ditemukan yaitu: (1) tingkat kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas IV pada
pembelajaran Matematika Tema
Cita-Citaku di dapatkan hasil Mean adalah 85,1972 sedangkan hasil (M%) yang didapatkan yaitu 85,19% yang berada pada kriteria tinggi. (2) tingkat hasil belajar
pengetahuan Matematika siswa yaitu
81,0672 dan hasil (M%) yang didapatkan yaitu 81,06% yang berada pada kriteria tinggi. Dengan melihat hasil analisis yang diperoleh, peneliti merefleksi bahwa hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Persentase rata-rata
kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I dan siklus II yang mengalami
peningkatan yaitu 8,53%. Sedangkan
persentase rata-rata hasil belajar
pengetahuan Matematika pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu 12,80% dengan ketuntasan klasikal 84%.
Persentase kemampuan berpikir
kreatif setelah dikonversikan ke PAP
(Penilaian Acuan Patokan) skala lima didapatkan tingkat kemampuan berpikir kreatif 76,66% yaitu kriteria sedang (65% - 79%). Pada siklus II kemampuan berpikir kreatif yang didapatkan yaitu 85,19% pada kriteria tinggi (80% - 89%). Sedangkan
tingkat hasil belajar pengetahuan
Matematika pada siklus I didapatkan 68,26% yang berada pada kriteria sedang (65%-79%) sedangkan pada siklus II hasil belajar pengetahuan Matematika yang didapatkan yaitu 81,06% yang berada pada kriteria tinggi (80%-89%). Dan ketuntasan
klasikal sudah mencapai indikator
keberhasilan yang di harapakan yaitu 80% dengan hasil yang didapatkan yaitu 84% pada siklus II. Yang pada ketuntasan klasikal 21 siswa dari 25 siswa sudah mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah pada pembelajaran Matematika.
Tabel 1. Tabel Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Serangan
Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif 76,66% 85,19% 8,53% Hasil Belajar Pengetahuan Matematika 68,26% 81,06% 12,80% Ketuntasan Klasikal 60% 84% 24%
Sejak dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri 2 Serangan Tahun Pelajaran 2014/2015, banyak hal yang dapat ditemui terkait dengan kegiatan
pembelajaran. Mulai dari tahap
perencanaan sampai dengan tahap akhir yaitu pengambilan data siklus I dan siklus II. Pada saat pertama kali peneliti memasuki
kelas, peneliti hanya melakukan
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung terlihat siswa yang kurang
terfokus dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung masih ada siswa yang ribut, bermain-main dengan teman
sebangkunya, dan siswa yang tidak
antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu dalam setiap pertemuan dikelas
masih ada saja siswa yang tidak
mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan dan tidak menyelesaikan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Berlatar dari masalah tersebut maka akan di bahas mengenai PTK pada siklus I dan siklus II dalam penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan Matematika Tema
Cita-Citaku siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan.
Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Pada siklus I,
kemampuan berpikir kreatif siswa
menunjukkan dari 25 siswa baru 12 siswa yang memenuhi kriteria berpikir kreatif dengan persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh 76,66% bila
dikonversikan pada tabel kriteria
persentase berada pada interval 65% - 79% kriteria sedang. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan. Begitu pula dengan halnya hasil belajar pengetahuan Matematika pada siklus I baru mencapai 68,26% bila dikonversikan ke dalam tabel kriteria persentase berada pada interval 65% - 79% kriteria sedang. Data hasil belajar pengetahuan Matematika siklus I menunjukkan bahwa dari 25 siswa baru 15 orang yang tuntas dan memenuhi kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal yang diperoleh baru mencapai 60% yaitu 15 siswa yang tuntas dan memenuhi nilai sesuai dengan KKM sehingga belum memenuhi criteria
yang diharapkan yakni 80% siswa
memperoleh nilai sesuai KKM yaitu 70.00. Dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat kekurangan baik berasal dari guru maupun dari siswa.
Berdasarkan kekurangan yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus I yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan, selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus II ini menerapkan solusi untuk dapat memperbaiki kendala pada siklus I yaitu dengan menekankan pada siswa mengenai
pendekatan saintifik dengan penilaian
proyek, memberikan penguatan, motivasi,
dan bimbingan kepada siswa pada
pembelajaran serta mengunakan media pembelajaran yang mudah di pahami oleh siswa dan sumber belajar yang lebih variatif
sehingga menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar.
Bertolak dari
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I peneliti melakukan perbaikan tindakan selanjutnya yang diterapkan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan antara lain memberikan perhatian khusus kepada siswa yang belum paham mengenai pembelajaran melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dan memberikan penguatan kepada siswa yang memiliki
kemampuan kurang seperti pada
kemampuan berpikir kreatifnya agar lebih termotivasi pada proses pembelajaran berlangsung. Mengajak siswa untuk berlatih diri mengemukakan pendapat atau ide-ide yang dimilikinya.
Pada siklus II kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 85,19% dengan kriteria tinggi. Dari data kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukkan 21 siswa dari 25 siswa memenuhi kriteria tinggi sedangkan 4 siswa berada pada kriteria sedang. Hasil belajar siswa pada siklus II adalah 81,06% berada pada interval 80% - 89% kriteria tinggi yakni 21 siswa yang tuntas dan 4 siswa belum tuntas sedangkan ketuntasan klasikal
memperoleh 84%. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik. Refleksi dari siklus II menunjukkan bahwa melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek siswa menjadi lebih bersemangat dalam berkerja sama dan berkompetisi
untuk menyelesaikan masalah.
Pemahaman siswa dalam memahami materi juga sudah mengalami peningkatan dan dapat mengerjakan pertanyaan atau permasalahan yang diberikan dengan baik dan benar.
Berdasarkan uraian tersebut,
meningkat kemampuan berpikir kreatif
dan hasil belajar pengetahuan
Matematika. Kemampuan berpikir kreatif pada siklus I memperoleh persentase
persentase rata-ratanya 85,19% kriteria tinggi sehingga meningkat yaitu 8,53%. Hasil belajar pengetahuan Matematika
siswa, pada siklus I memperoleh
persentase rata-rata 68,26% dengan
ketuntasan klasikal 60% sedangkan pada siklus II memperoleh persentase rata-rata 81,06% kriteria tinggi dan ketuntasan
klasikal memperoleh 84%. Sehingga
persentase rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II meningkat yaitu 12,80%.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang diharapakan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yakni kemampuan berpikir kreatif telah mencapai persentase rata-rata 85,19% berada pada kriteria tinggi yang sudah mencapai indikator keberhasilan minimal 80% dan hasil belajar pengetahuan Matematika
telah mencapai persentase rata-rata
81,06% berada pada kriteria tinggi yang sudah mencapai indikator keberhasilan minimal 80%, serta ketuntasan klasikal
juga telah mencapai 80% siswa
mendapatkan nilai sesuai dengan KKM.
Tercapainya indikator
keberhasilan dalam penelitian ini
disebabkan karena pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek memberikan kesempatan pada siswa belajar, diskusi, serta saling berbagi informasi dengan sesama teman sekelompok dan yang lainnya. Selain itu siswa memiliki tanggung
jawab baik tanggung jawab pada
kelompoknya maupun pada dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah dalam
bentuk soal-soal Matematika yang
diberikan oleh guru. Meskipun terdapat beberapa kendala-kendala yang terjadi dalam proses siklus I dan siklus II yang disebabkan oleh karakteristik siswa yang beranekaragam, guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran ini hendaknya dapat mencari alternatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dapat memaksimalkan hasil dari penerapan
pendekatan Saintifik dalam proses
pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa semangat dan minat siswa baik sebagai penerima informasi maupun yang
menyampaikan informasi, sehingga secara tidak langsung seluruh siswa harus menguasai pokok bahasan yang sedang
dipelajarinya. Penelitian ini telah
membuktikan bahwa dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kreatif siswa melalui penerapan pendekatan
saintifik dengan penilaian proyek
meningkatkan pula hasil belajar
pengetahuan Matematika siswa. Hal ini di
dukung oleh pendapat Munandar
(1985:51) yang menyatakan bahwa ada banyak kegiatan yang dapat dirancang oleh pendidik yang sifatnya meningkatkan kreativitas anak. Tugas-tugas yang bersifat mengembangkan kreativitas anak selalu
menuntut anak untuk memikirkan
kemungkinan jawaban untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian melalui penerapan pendekatan Saintifik dengan penilaian proyek siswa yang kreatif dalam proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang optimal.
Berdasarkan paparan tersebut
telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian melalui penerapan pendekatan saintifik dengan
penilaian proyek pada pembelajaran
Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan telah berhasil dan penelitian ini dapat dihentikan karena kriteria dan tujuan yang diperoleh sudah tercapai yakni kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pengetahuan Matematika siswa pada tahun pelajaran 2014/2015 telah meningkat.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan atas permasalahan yang dirumuskan dan hasil yang diperoleh dari penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal berikut. (1) Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun pelajaran 2014/2015 yang dilihat pada persentase rata-rata pada siklus I mencapai 76,66% pada kriteria „sedang‟ sedangkan pada siklus II memperoleh persentase rata-rata = 85,19% pada kriteria „tinggi‟ sehingga kemampuan berpikir kreatif meningkat dari siklus I ke siklus II 8,53%. (2) Penerapan
pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Serangan tahun pelajaran 2014/2015 yang dilihat pada persentase rata-rata pada siklus I mencapai 68,26% kriteria „sedang‟ sedangkan pada siklus II
memperoleh persentase rata-rata =
81,06% pada kriteria „tinggi‟ sehingga hasil belajar pengetahuan Matematika meningkat dari siklus I ke siklus II 12,80% . (3) Penerapan pendekatan Saintifik dengan
penilaian proyek sudah mencapai
ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 80%, dari 21 siswa sudah mencapai KKM yang di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007.
Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran
Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta : Gava Media
.
Filsaime, Dennis. K. 2008. Menguak
Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.
Jakarta: Buku Berkualitas Prima.
Japa. I. Gusti. Ngurah. 2011. Pendidikan Matematika I. Singaraja : Undiksa Singaraja.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 81A
tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajara Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung : Yrama
Widya.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta : Rajawali Pers.
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran
Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian). Bandung:Alfabeta.
Munandar, Prof.Dr.Utami, 1985.
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:Grasindo
---. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta
Purwanto, Dr. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014.
Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:PT Bumi Aksara
Sudijono, Prof.Drs.Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Sunarti M.Pd, Dr. dkk. 2014. Penilaian
dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta:CV Andi Offset
Susanto, Drs. Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Uno, Prof. Dr. dkk. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara