• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan langsung diterima dunia usaha. Untuk mencapai itu kurikulum SMK berberda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan langsung diterima dunia usaha. Untuk mencapai itu kurikulum SMK berberda"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Perencanaan Unit Usaha Perhotelan dalam Pengembangan Kompetensi Siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang kegiatan belajar mengajarnya lebih dominan praktek dari pada teori. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari sekolah kejuruan adalah adanya sumber daya yang siap pakai, dan langsung diterima dunia usaha. Untuk mencapai itu kurikulum SMK berberda dengan SMA, yakni frekuensi kegiatan belajar mengajar mencapai 70 % praktek dan 30 % teori. SMK Negeri 2 Kota Gorontalo adalah bagian dari sekolah kejuruan yang memiliki orientasi jurusan perhotelan, kria kain, serta tata boga. Dengan demikian, sekolah tersebut sejauh telah mengalami perkembangan pesat.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah fokus utamanya adalah Pengelolaan Unit Usaha Perhotelan Dalam Pengembangan Kompetensi Siswa, oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh tentang pengelolaan usaha hotel, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden yang mengetahuai dan memahami proses pengelolaan usaha perhotelan dimaksud. Berikut kutipan wawancara dengan kepala SMK Negeri 2 Kota Gorontalo:

“Tujuan pengelolaan unit usaha hotel pada dasarnya adalah sebagai media praktek siswa. Satu hal yang perlu di ingat adalah SMK Negeri 2 Kota Gorontalo memiliki fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yakni Hotel. Jadi dengan demikian, disini didik bagaimana bisa mengelola usaha hotel, inklud dengan proses pembelajaran. Karena itu, kembali lagi kita memahami sekolah kejuruan yakni mendidik siswa trampil pada bidangnya masing-masing”, (W/1/HL/15/5/2012)

(2)

Sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Kepala Sekolah tersebut menjelaskan eksistensi SMK dalam mengembangkan kemampuan peserta didik, sehingga itu fasilitas praktek seperti hotel sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai tenaga siap pakai. Disamping itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang guru termasuk siswa sebagai data pendukung dalam penelitian ini, berikut kutipan wawancara dengan salah seorang guru mata pelajaran pada jurusan perhotelan:

“Salah satu misi bagi sekolah kejuruan adalah bagaimana menciptakan sumber daya yang siap pakai. Karena itu mendirikan sebuah usaha harus melihat prospektif yang lebih baik disamping dari sisi bisnis tetapi yang terpenting adalah proses pembelajaran bagi siswa. Jadi di kelas, kita ajarkan siswa untuk bisa mandiri dan mampu bekerja sebagai receptionist, ataupun manajemen hotel. Jadi itu adalah bagian dari proses yang ada dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga memang harapan untuk menjadi seorang yang professional pada bidangnya. Mungkin peryatanyaan anda tadi yang berkaitan dengan kompetensi siswa, disitulah dilih mulai dari proses sampai pada hasil yang dicapai oleh siswa”.(W/1/AD/15/5/2012)

Pernyataan-pernyataan di atas, menunjukkan bahwa keberadaan sekolah menengah kejuruan yang memang mengharapkan output yang siap pakai, adalah bagian dari proses yang dijalankan selama ini. Disamping itu, jurusan perhotelan adalah jurusan yang saat ini menjadi pilihan-pilihan yang memang dibutuhkan, karena sumber daya manusia yang berkompeten di bidang perhotelan relatif masih kurang. Peluang ini menjadi bagian dari tujuan pendirian jurusan bagian perhotelan, namuan disisi lain ada tujuan pembelajaran yang mesti menjadi perhatian penting. Menyikapi pertanyaan dari tujuan pengelolaan unit usaha perhotelan. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tujuan dimaksud, berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah.

(3)

“Tujuan pendirian unit usaha hotel yang terpenting adalah siswa kejuruan adalah siswa yang siap pakai. Jadi kalau belajar hanya menggunakan teori, siswa akan bingung, sehingga itu perlu praktek. Perhotelan memiliki jurusan disini, untuk menciptakan kemampuan siswa dalam bidang perhotelan maka perlu memiliki tempat praktek seperti hotel. Jadi yang anda tanyakan tadi tentang tujuannya unit usaha ini, saya kira sangat jelas penjelasan tadi, bahwa orientasi provit bukan menjadi tujuan utama, tetapi tujuan mendasar adalah bagaimana siswa bias praktek di hotel mereka sendiri, saya kira yang terpenting adalah itu. Jadi Alumni SMK 2 khususnya jurusan perhotelan siap pakai”.(W/1/HL/15/5/2012)

Pernyataan tersebut, juga di amini oleh guru-guru yang ada di jurusan perhotelan. Berikut hasil wawancara dengan guru yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo.

“Tujuan pengelolaan unit usaha itu semata-mata untuk memberikan modal pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Kami hanya menjalankan visi dan misi sekolah kejuruan yang telah di ramu dalam kurikulum. Dengan demikian kelihatan tujuannya adalah untuk menciptakan siswa yang terampil. Salah satu syarat trampil adalah tersedianya fasilitas yang memadai yang akan digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa itu sendiri. Jadi unit usaha toko adalah sebagai laboratorium bagi jurusan perhotelan, dan dengan usaha tersebut siswa didik untuk mempraktekan apa yang telah di ajarkan khususnya yang berhubungan dengan usaha perhotelan. Jadi begitulah argumentasi saya terkait dengan tujuan unit usaha hotel di sekolah”.(W/1/AD/15/5/2012)

Sangat jelas apa yang disampaikan oleh kedua informan tersebut di atas, yang pasti bahwa ketersediaan unit usaha seperti hotel yang dijadikan sebagai tempat praktek siswa memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan pengetahuan atau kompetensi siswa itu sendiri.

Selanjutnya, untuk mengetahuai apakah harapan yang telah ditetapkan dalam tujuan dan program pembelajaran di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo tersebut, dapat diterima oleh siswa sebagai objek dalam penelitian ini. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang siswa jurusan perhotelan :

(4)

“Siswa belajar apapun itu tergantung pada kemauan. Disamping itu, fasilitas juga menjadi penunjang. Jika hal itu dipenuhi, maka tujuan pendidikan akan tercapai. Begini saja, kalau di SMA laboratorium mereka itu ada Lab. Fisika, Kimia, Biologi dll. Tapi kalau kita di sini (SMK 2) yang jurusannya tata boga, perhotelan, tata busana maka yang perlu disediakan laboratorium adalah usaha hotel, usaha konfensi, usaha rumah makan. Dengan demikian siswa bisa belajar mengelola hotel, mengelola usaha konfesi dan rumah makan. Dan sejauh ini, kita telah melakukan itu dan secara pribadi saya sangat senang dengan itu. Sekarang tidak perlu ikut diklat lagi untuk bagaimana melayani tamu hotel, Karena dengan adanya hotel yang dimiliki kita telah belajar dengan menggunakan standar hotel berbintang. Jadi itulah penjelasan saya”.(W/S/15/5/2012)

Pernyataan siswa tersebut menjadi titik penjelas tentang pengelolaan hotel dalam meningkatkan kompetensi siswa. Siswa sangat terbantu dengan kehadiran tempat-tempat praktek seperti hotel, rumah makan dan konfeksi. Apa yang dimiliki oleh SMK Negeri 2 Kota Gorontalo saat ini telah memenuhi syarat untuk meningkatkan kompetensi siswa agar lebih baik lagi.

Di atas telah dijelaskan lebih jauh tentang usaha perhotelan dalam rangka peningkatan kompetensi siswa dalam bidang perhotelan. Disamping itu, hal-hal yang perlu dilihat juga khususnya yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo adalah asumsi-asumsi tentang perencanaan pengelolaan usaha hotel. Sebetulnya, masalah hotel itu memiliki manajeman professional sendiri, sehingga manajemen dituntut untuk mampu mendesain sebuah perencanaan yang nantinya peserta didik mampu melaksanakannya dengan baik. Lebih jelasnya, berikut kutipan wawancara peneliti dengan Kepala SMK Negeri 2 Kota Gorontalo:

“Masalah perencanaan untuk menciptakan kompetensi siswa, itu secara umum telah didesain oleh kurikulum. Kita tetap mengacu pada kurikulum sekolah kejuruan, dan selanjutnya guru-guru juga ada istilah MGMP. Tujuan dari semua itu adalah mendesain program pembelajaran dan menyamakan persepsi tentang garis-garis besar pembelajaran. Sehingga dengan hasil itu dapat diterapkan, dimana

(5)

siswa dituntut untuk mandiri dengan hasil proses belajar mengajar. Jadi memang rencana pembelajran itu telah tersedia, dan guru tinggal menjalankannya sesuai dengan kondisi sekolah”.(W/1/HL/15/5/2012)

Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan usaha hotel. Jadi apa yang disampaikan oleh kepala sekolah tersebut pada prinsipnya sudah memenuhi kiriteria. Karena itu, perencanaan pembelajaran pengelolaan usaha sudah ada dalam kurikulum, yang pada akhirnya adalah pengembangan kompetensi siswa. Untuk mendukung pernyataan tersebut, pernyataan tersebut, peneliti juga mewawancarai salah seorang guru yang mengajar pada jurusan perhotelan. Berikut kutipan wawancaranya:

“Guru memiliki schedulnya untuk merencanakan program pembelajaran yang telah digariskan dalam kurikulum SMK. Untuk usaha perhotelan, itu sebetulnya dalam kurikulum kami siswa harus mampu mendesain dan merencanakan sebuah pengelolaan hotel. Tentu saja kalau cerita tentang pengelolaan hotel, maka yang patut diperhatikan adalah manajemennya. Jadi tetap menggunakan manajemen professional, sehingga siswa mampu untuk bekerja sebagai manajer. Memang target kita adalah menciptakan siswa yang mampu mengelola hotel”.(W/1/AD/15/5/2012)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa perencanaan pengelolaan Unit Usaha Perhotelan untuk mengembangkan potensi siswa dilakukan melalui tahapan penyusunan kurikulum, penyusunan silabus dan rencana pembelajaran, kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan praktikum. Kurikulum merupakan dokumen yang disusun sekolah yang memuat perencanaan kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler. Silabus dan rencana pembelajaran merupakan penjabaran isi kurikulum yang memuat berbagai kompetensi perhotelan yang harus dikuasai oleh siswa.

(6)

2. Pelaksanaan Unit Usaha Perhotelan dalam Pengembangan Kompetensi Siswa di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo

Pengelolaan unit usaha perhotelan menjadi bagian dari proses belajar mengajar yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo. Untuk itu ada harapan-harapan dalam pengelolaan usaha hotel bagi peserta didik. Misalanya saja kompetensi siswa dalam pengembangan prilaku, pengetahuan maupun keterampilan. Tiga hal pokok tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pembelajaran baik di lembaga formal maupun non formal. Di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo

Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian, yakni kepala sekolah SMK Negeri 2 Kota Gorontalo:

”Pengelolaan hotel itu pada pelaksanaannya bukan saja pada orientasi masalah usaha ataupun hanya masalah ketermpilan siswa pada apa yang diajarkan. Tetapi hal lain yang lebih penting adalah siswa dibuat memahami attutide. Etika dan sopan santun menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk memberikan bekal kepada siswa. Jadi memang disamping diajarkan masalah pengelolaan perhotelan, hal-hal yang berhubungan etika dan sopan santun menjadi bagian yang terpenting”. (W/2/HL/15/5/2012)

Pernyataan tersebut menggambarkan begitu pentingnya proses pembelajaran dalam segala hal termasuk dalam pengelolaan perhotelan. Untuk memperjelas dan menyamakan persepsi serta mencari titik kebenaran terhadap pernyataan-pernyatan informan, peneliti juga mengiterview guru-guru yang secara langsung berhubungan dengan peserta didik. Berikut kutipan wawancaranya:

”Pada prinsipnya belajar mengajar yakni afektif, kognitif serta psikomotor tetap menjadi dasar utama kami sebagai tenaga pengajar untuk mendiik siswa. Jadi tidak cukup hanya pada kategori psikomotor atau kehalian saja, siswa juga harus diajak dan diajarkan tentang tata krama. Hal ini penting bagi pengelola hotel, karena hotel bisa meningkatkan pengunjung tergantung dari pelayanan yang

(7)

diberikan saat menggunakan fasilitas hotel serta cara penyambutannya”.(W/2/AD/15/5/2012)

Dalam teori belajar, pembelajaran afektif menjadi sebuah keharusan bagi siswa. Output dari itu adalah mendidik siswa untuk bisa menghargai orang lain dan menunjukkan sikap yang sopan kepada orang lain atau pihak lawan bicara. Inilah bagian dari manfaat pendidikan.

Disamping pembelajaran tentang prilaku, siswa juga dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dalam materi atau jurusan yang dipilih sebagai lembaga pendidikan. Misalnya bicara masalah perhotelan, maka siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang perhotelan mulai dari pengelolaan sampai pada pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan guru-guru yang mengajar pada jurusan perhotelan .

”Disadari bahwa pengetahuan menjadi target utama dalam kegiatan belajar mengajar. Artinya disamping pengembangan etika hidup sosial, kami juga mengajarkan pengetahuan tentang apa yang menjadi ikon sekolah kejuruan. Jadi pengetahuan seiring dengan pengembangan etika serta didukung lagi dengan keterampilan bagi peserta didik”.(W/2/MB/15/5/2012/)

Apa yang menjadi penjelasan guru mata pelajaran tersebut, adalah bagian dari proses kegiatan belajar mengajar yang berlansung di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo. Proses pembelajaran baik untuk menciptakan efektif, kognitif maupun psikomotor, begitupula dengan proses pengelolaan unit usaha perhotelan. Usaha pengeloaan perhotelan cukup relevan dengan kemampuan siswa, disamping ketermpilan, maupuan kemampuan etika. Berikut hasil wawancara peneliti dengan guru yang mengajar di Jurusan Perhotelan SMK Negeri 2 Kota Gorontalo :

”Pengembangan afektif, kognitif dan psikomotor itu seiring dengan pengelolan unit usaha perhotelan. Misalnya, untuk mengelola hotel

(8)

dengan profesional, maka yang dibutuhkan adalah kemampuan dari segi kepribadian, pengetahuan tentang substansi keilmuan serta kerampilan tentang pengelolaan hotel. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip manajemen perhotelan, yakni orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan hotel itu harus memiliki kemampuan tiga aspek pendidikan tersebut di atas”.(W/2/AD/15/5/2012)

3. Evaluasi Unit Usaha Perhotelan dalam Pengembangan Kompetensi Siswa

Berbicara evaluasi, tentunya yang patut dilihat adalah bagaimana proses perencanaan sampai pada pelaksanaan program itu. Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok pembahasan adalah pengelolaan hotel. Dengan demikian yang diharapkan adalah hotel yang dikelola berjalan baik dan manajamennya professional, sehingga apa yang menjadi tujuan didirikannya hotel dapat tercapai.

Sejauh ini, yang menjadi barometer untuk mengevaluasi pengeloaan program adalam proses manajemennya serta output yang kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui tentang hal tersebut, peneliti mengiterview guru-guru yang juga sebagai manajemen hotel Education yang dimiliki oleh SMK Negeri 2 Kota Gorontalo. Berikut kutipan wawancaranya:

“Pengelolaan hotel memerlukan manajemen professional. Tetapi ini, kaitannya dengan pengembangan kompetensi siswa jelas program yang didesain dan berhubungan dengan kompetensi siswa. Sejauh ini yang kami laksanakan adalah merencanakan semua hal yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan hotel, tetapi itu secara langsung dipraktekan oleh siswa. Untuk saat ini telah berjalan sebagaimana mestinya, karena itu ada pada setiap mata pelajaran di kelas, mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi. Jadi menurut saya, kalau pertanyaannya saya jawab dengan model manajemen hotel, tentunya fokus penelitian anda jauh dari itu, karena kaitannya dengan siswa. Pastinya bahwa pengelolaan hotel itu diajarkan disini (SMK 2) kepada siswa, agar siswa mampu dan memiliki keterampilan dalam hal pengelolaan hotel. Dan saat ini telah berjalan dengan baik”.(W/3/AD/15/5/2012)

(9)

Pernyataan tersebut lebih jauh menjelaskan tentang pengelolaan hotel yang berkaitan dengan aktivitas pembelajaran. Instrument hotel sebagai media pembelajaran, jadi bukan menjadi unit usaha. Dengan demikian, tidak menonjolkan orientasi usahanya tetapi lebih pada proses pembelajaran siswa. Disamping penjelasan tersebut di atas, kepala sekolah sebagai penentu kebijakan, maka peneliti melakukan wawancara dengan kepala SMK Negeri 2 Kota Gorontalo, berikut kutipan wawancaranya:

“Memang salah satu tujuan didirikannya hotel untuk SMK itu, karena kita memiliki jurusan perhotelan. Ini dimaksudkan untuk proses pembelajaran siswa sehingga siswa setelah keluar dari sini, mereka sudah memiliki kemampuan di bidang perhotelan. Terkait dengan pengelolaan usaha hotel, itu sepenuhnya menjadi tanggungjawab sekolah, hanya saja dipercayakan kepada guru-guru sebagai penglelola. Siswa pun dilibatkan dalam proses pengelolaan, dan mereka dijadikan sebagai objek. Artinya, siswa sebagai objek dan mereka secara langsung yang mengelola dan menjadi bagian dari hotel itu. Jadi, kita jadikan pengelola itu secara langsung oleh sekolah”.(W/3/HL/15/5/2012)

Pernyataan tersebut menunjukkan ketegasan bahwa hotel yang dimiliki oleh SMK 2 Kota Gorontalo itu adalah bagian dari kegiatan belajar mengajar, dan hotel dimaksud hanya untuk kebutuhan proses belajar siswa.

Kepala SMK Negeri 2 Kota Gorontalo melanjutkanya penjelasannya tentang evaluasi pengelolaan unit usaha perhotelan.

“Jadi pada prinsipnya, pengelolaan hotel dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa sudah berjalan dengan baik. Mulai dari pengelolaan hotel sampai pada kegiatan pembelajaran, dan hotel dijadikan sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa untuk setiap mata pelajaran yang berhubungan dengan perhotelan”.(W/3/HL/15/5/2012)

Apa yang disampaikan oleh kepala sekolah tersebut menjadi catatan penting, bahwa pengelolaan usaha hotel sudah berjalan sebagaimana mestinya.

(10)

Begitupula dengan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan hotel sebagai media pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Bahkan dari hasil evaluasi kegiatan belajar mengajar sebagaimana pada setiap semester, nilai-nilai yang diperoleh oleh siswa telah mencukupi standar ketuntasan yang ditetapkan.

Disamping itu, peneliti juga melakukan interview yang berhubungan dengan evaluasi untuk mengetahui input sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah siswa yang terampil pada bidang yang menjadi pokok bahasan. Misalnya saja, bidang perhotelan, siswa dituntut untuk memahami dengan baik tentang perhotelan. Lebih jelasnya, peneliti melakukan interview dengan orang yang secara langsung terlibat dalam proses itu, berikut kutipan wawancara dengan kepala sekolah SMK Negeri 2 Kota Gorontalo:

“Ketersediaan sumber daya baik dari segi sumber daya manusianya dalam hal ini tenaga pengajar, termasuk juga fasilias penunjang untuk perhotelan. Sumber daya tersebut semata-mata untuk memperoleh tujuan yang diharapkan. Misalnya saja tujuan yang diinginkan adalah siswa-siswa yang memiliki kemampuan dalam bidang perhotelan, pencapaian itu karena dukungan sumber daya yang kita miliki. Dan sejauh ini, dari sekian alumni kami telah terserap dunia kerja, dan sebagian melanjutkan jenjang perguruan tinggi dalam jurusan yang sama, bahkan sudah sebagian besar bekerja paruh waktu di hotel-hotel di Gorontalo ini. Kondisi ini membuktikan bahwa tujuan untuk menciptakan alumni yang siap pakai tercapai”.(W/3/HL/15/5/2012)

Penjelasan yang disampaikan oleh kepala sekolah tersebut, mengindikasikan bahwa ketersediaan sumber daya mampu melahirkan pekerja-pekerja atau tenaga-tenaga terampil di bidang perhotelan telah tersedia dari berbagai macam kualifikasi pendidikan. Mulai dari alumni SMK Negeri 2 Kota

(11)

Gorontalo, sampai pada alumni yang telah melanjutkan studi dan saat ini bekerja sebagai pegawai hotel.

Disamping penjelasan yang telah disampaikan oleh kepala Sekolah tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran pada jurusan perhotelan, berikut kutipan wawancaranya :

“Memang ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah kejuruan sangat berpengaruh pada peserta didik. Misalnya saja sekolah tidak memiliki hotel, maka siswa mau praktek dimana? Tidak ada konfeksi maka siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tidak pernah melihat seperti apa itu konfeksi. Dengan ketersediaan fasilitas serta ditunjang dengan tenaga pendidik yang professional pada bidang tertentu, mengakibatkan hasil belajar siswa meningkat. Jadi dalam perspektif kami, bahwa siswa bila dilatih dengan hal-hal baru akan menghasilkan output yang berkualitas”.(W/3/15/5/2012)

Semakin memperjelas bahwa ketersediaan fasilitas sangat memberikan manfaat yang lebih terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas, apa lagi yang berhubungan dengan profesionalisme siswa. Selanjutnya, untuk melakukan evaluasi, peneliti juga memfokuskan pertanyaan pada evaluasi proses pelaksanaan. Dalam hasil pengamatan, pelaksanaan pengelolaan hotel telah berjalan sebagaimana mestinya. Artinya manajemen hotel telah melaksanakan proses manajerial dengan tetap mengacu pada ketentuan pembelajaran di sekolah.

Terkait dengan kesesuaian rencana sebagaimana yang telah dirancang oleh pihak pengelolaan hotel, tentunya yang patut dilihat adalah kelancaran dan kesesuaian dengan serta factor pendukungan dan penghambat. Dalam pengamatan di lokasi penelitian, pengelolaan hotel kendala yang dialami selama ini adalah promosi. Kurangnya peminat atau pelanggan mengakibatkan hotel tersebut tidak memiliki nilai atau bentuk praktek siswa tidak memenuhi harapan.

(12)

Lebih jauh mengetahui kondisi tersebut, peneliti melakukan interview dengan beberapa orang informan khususnya guru-guru yang mengajar pada jurusan perhotelan. Berikut kutipan wawancaranya:

“Salah satu alasan yang mengakibatkan hotel ini tidak begitu diminati oleh konsumen adalah karena kesan sebagai tempat praktek siswa. Animo itu membuat hotel ini tidak begitu berjalan dari segi usaha atau upaya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Namun target untuk kegiatan pembelajaran cukup berjalan dengan baik. Semua program yang berhubungan dengan pengembangan hotel ini tidak berjalan dengan baik, artinya rencana-rencana pengembangan untuk jangka panjang sejauh ini belum terealisasi, karena memang keterbatasan modal. Namun demikian upaya untuk kearah itu selalu menjadi perdebatan pada setiap rapat pembahasan program tahunan sekolah”.(W/3/AD/15/5/2012)

Penjelasan di atas lebih memperlihatkan bahwa salah satu alasan yang mengakibatkan hotel yang dimiliki sekolah, saat ini tidak berjalan maksimal karena keterbatasan anggaran untuk pengembangan usaha, disamping itu promosi tidak dilakukan oleh pihak pengelola sehingga persespsi masyarakat tentang hotel yang dimiliki oleh SMK 2 Kota Gorontalo hanya sebagai tempat praktek dan pelayanan yang sangat standar.

Disamping itu Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kota Gorontalo menjelaskan mengenai evaluasi yang selama ini di jalankan,untuk itu berikut kutipan wawancara dengan kepala sekolah SMK Negeri 2 Kota Gorontalo:

“Mengenai evaluasi yang ada di Sekolah kami dibagi dalan tiga tahap yaitu ada evaluasi tiap bulan, evaluasi triulan dan evaluasi persemester.baik itu evaluasi dalam proses belajar mengajar maupum dalam proses pengelolaan hotel”.(W/3/HL/15/5/2012).

(13)

B. Temuan

Terkait dengan itu, ada satu hal yang menarik dalam hasil deskripsi penelitian ini yakni proses pembelajaran yang telah berjalan efektif. Sekalipun usaha Hotel tidak berjalan maksimal, tetapi tujuan utama untuk memberikan pembelajaran kepada siswa telah tercapai.

Proses penting evaluasi baik itu pengelolaan usaha maupuan kegiatan belajar mengajar yang mendukung pengelolaan usaha, prinsipnya telah berjalan sebagaimana mestinya, artinya pengelolaah usaha telah baik dan kegiatan belajar mengajar yang membuat peserta didik atau siswa memiliki nilai yang baik yang telah diwujudkan dalam hasil ujian. Disamping itu, wujud dari keberhasilan penyelenggarakan kegiatan belajar mengajar adalah terserapnya alumni oleh dunia kerja, ini mengindikasikan tingkat keberhasilan dan efektivitas penyelenggaran pembelajaran dan pengelolaan perhotelan yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo.

1. Perencanaan unit usaha perhotelan dalam pengembangan kompetensi siswa

Perencanaan unit usaha perhotelan dalam kerangka pengembangan kompetensi siswa dilakukan melalui desain dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum inilah yang memberikan rambu-rambu terhadap pelaksanaan pembelajaran baik melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstarkurikuler. Aspek-aspek kompetensi yang hendak dicapai tercermin melalui silabus dan perencanaan pembelajaran.

(14)

Substansi perencanaan unit usaha perhotelan menjadi kerangka acuan terhadap pencapaian kompetensi siswa. Untuk masalah ini dapat dilihat pada diagram konteks berikut ini.

Diagram 1. Proses perencanaan pada Jurusan Usaha Perhotelan SMK Negeri 2 Kota Gorontalo

2. Pelaksanaan unit usaha perhotelan dalam pengembangan kompetensi siswa

Peran afektif, kognitif dan psikomotor sebagaimana dijelaskan di atas, sangat jelas dan dapat memberikan nilai tambah terhadap pengelolan hotel. Disamping sebagai modal utama bagi siswa untuk memahami setiap proses pengelolaan hotel dan kegiatan belajar mengajar. Intinya bahwa pengelolaan hotel yang professional membutuhkan kemampuan dalam etika atau attitude, kemampuan pengetahuan tentang perhotelan serta memiliki keteramnpilan yang

DOKUMEN KTSP SILABUS DAN RPP

S I S W A

I N T R A K U R I K U L E R K O K U R I K U R I K U L E R E K S T R A K U R I K U L E R

(15)

baik dibidang perhotelan, sehingga yang output dari sekolah ini dalam menciptakan generasi yang siap pakai dapat terpenuhi. Untuk lebih jelasnya seperti disajikan pada diagram berikut ini.

Diagram 2. Pelaksanaan unit usaha perhotelan di SMK 2 Kota Gorontalo

3. Evaluasi unit usaha perhotelan dalam pengembangan kompetensi siswa

Berdasarkan wawancara diatas bahwa evaluasi itu sangat penting bagi sekolah karena untuk melihat keberhasilan proses belajar mengajar maupun dalam proses pengelolaan hotel dan untuk itu pada proses evaluasi ini perlu adanya keterlibatan pihak – pihak yang terkait.Untuk lebih jelasnya seperti disajikan pada diagram berikut ini.

PBM

KOMPETENSI

SISWA

KOGNITIF PSIKOMOT OR AFEKTIF

(16)

Diagram 3. Proses evaluasi Pengelolaan Unit Usaha Perhotelan

C. Pembahasan

Pengembangan organisasi ke arah yang lebih baik, membutuhkan kamampuan manajerial yang baik pula. Sering dilupakan bahwa usaha yang baik harus dikelola lebih profesional. Sehingga itu perlu pemahaman tentang pengelolaan usaha atau dalam istilah umum adalah manajamen. Mengenal manajemen atau biasa disebut pengelolaan harus memahami duluu pendefinisian, sehingga ketika melaksanakannya berjalan sesuai dengan tujuan organisasi.

Griffin manajemen atau pengelolaan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

PROSES EVALUASI PENGAWAS SEKOLAH KEPALA SEKOLAH P B M

(17)

Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu : 1) Manajemen sebagai suatu proses, 2) Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, 3) Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).

Dari penejelasan tentang manajemen tersebut, setidaknya memberikan gambaran bahwa pengelolaan usaha itu melingkupi hal-hal pokok yang terdapat dalam prinsip-prinsip manajemen. Prinsip-prinsip manajemen yang dikenal yakni perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Empat prinsip tersebut bila dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan tujuan yang hendak dicapai telaksana dengan baik.

Terkait dengan penelitian ini, yang melihat pengelolaan usaha dalam perspektif kompetensi siswa. Ini menunjukkan bahwa ada proses pembelajaran bagi siswa untuk mendorong dan melaksanakan manajemen usaha tersebut melalui proses pembelajaran, apalagi pengelolaan unit usaha perhotelan yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo, yang dikenal bahwa SMK itu sekolah yang siap pakai dan terampil pada jurusan yang digeluti. Untuk mencapai hasil yang diharapkan sebagaimana tujuan yang direncanakan, maka pengelolaan usaha pun harus profesional, disamping itu dengan memberdayakan potensi siswa-siswa yang ada di SMK 2 Kota Gorontalo khususnya jurusan perhotelan. Di atas telah dijelaskan terkait dengan tujuan didirikannya unit usaha hotel, dimaksudkan untuk proses pembelajaran bagi siswa khususnya pada jurusan perhotelan.

(18)

Mengacu pada fokus penelitian ini, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang berhubungan dengan pengelolaan hotel yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo, sudah berjalan dengan baik. Maksud dari pengelolan hotel tersebut adalah untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran sudah memenuhi criteria. Lain halnya dalam sudut padang bisnis, pengelolaannya harus professional dan membutuhakan terobosan-terobosan baru dalam upaya pengembangan hotel kearah yang lebih baik. Namun demikian, jenis usaha sekolah sejauh ini belum dapat mendorong sebagai sumber daya untuk meningkatkan pendapat sekolah dari sisi usaha.

Disamping itu, ada hal yang mendasar yang menjadi temua dalam penelitian ini yakni peran prinsip-prinsip pembelajaran seperti afektif, kognitif dan psikomotor menjadi bagian dari kegiatan pengelolaan hotel, dalam prakteknya hal ini dapat memberikan nilai tambah terhadap pengelolan hotel. Intinya bahwa pengelolaan hotel yang professional membutuhkan kemampuan dalam etika atau attitude, kemampuan pengetahuan tentang perhotelan serta memiliki keteramnpilan yang baik dibidang perhotelan, sehingga yang output dari sekolah ini dalam menciptakan generasi yang siap pakai dapat terpenuhi.

Selanjutnya, hasil penelitian sebagaimana disebutkan di atas, yang terpenting adalah proses evaluasi baik itu pengelolaan usaha maupuan kegiatan belajar mengajar yang mendukung pengelolaan usaha, prinsipnya telah berjalan sebagaimana mestinya, artinya pengelolaan usaha telah baik dan kegiatan belajar mengajar yang membuat peserta didik atau siswa memiliki nilai yang baik yang telah diwujudkan dalam hasil ujian. Disamping itu, wujud dari keberhasilan

(19)

penyelenggarakan kegiatan belajar mengajar adalah terserapnya alumni oleh dunia kerja, ini mengindikasikan tingkat keberhasilan dan efektivitas penyelenggaran pembelajaran dan pengelolaan perhotelan yang ada di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo.

Gambar

Diagram 1. Proses perencanaan pada Jurusan Usaha Perhotelan SMK Negeri 2  Kota Gorontalo
Diagram 2. Pelaksanaan unit usaha perhotelan di SMK 2 Kota Gorontalo
Diagram 3. Proses evaluasi Pengelolaan Unit Usaha Perhotelan

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakbermaknaan korelasi tingkat gejala adiksi internet dengan aktivitas yang dilakukan jika tidak tersedia dana, dapat dijelaskan karena sebagian besar

Dalam penelitian ini, pendekatan kuantitatif dipergunakan untuk mengukur kesesuaian Pasal 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, sebagai produk kebijakan fiskal

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di

Artinya: Dari Ibnu Abbbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda Ka‟bah adalah kiblat bagi orang yang berada di dalam Masjid (al-Haram), dan Masjid (al-Haram)adalah kiblat bagi

(Nakita niya si Simoun na naghuhukay nang kung ano at may katabing isang malaking kahon. Isang pagbabalik tanaw ang nangyari kay Basilio: Sa paghabol niya sa kanyang ina noon,

Peran civil society cenderung diabaikan oleh eksekutif dan legislatif yang ditandai: (1) aspirasi masyarakat tidak dijadikan sebagai muatan atau isi kebijakan anggaran

Hasil dari penelitian ini terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) dampak keberadaan hiburan malam (band) terhadap perilaku remaja baik berdampak positif maupun negatif, (2) faktor

Secara umum, penelitin ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang: Manajemen Pengembangan Human Capital Tenaga Kependidikan Menuju Perguruan Tinggi Unggul, di lingkungan