• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang menunjukkan sifat yang hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hal yang menunjukkan sifat yang hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat yang hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang dimaksud disini adalah suatu sifat "tidak hakiki" yang selalu menyertai kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya.

Karena tidak adanya suatu kepastian, tentu saja akhinya sampai pada suatu keadaan yang tidak pasti pula. Keadaan yang tidak pasti tersebut, dapat terwujud dalam berbagai bentuk atau peristiwa yang biasanya selalu dihindari. Keadaan tidak pasti terhadap kemungkinan yang dapat terjadi baik dalam bentuk atau peristiwa yang belum tentu menimbulkan rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. Dengan daya upaya tersebut manusia berusaha bergerak dari ketidakpastian menjadi suatu kepastian, sehingga ia selalu dapat menghindari atau mengatasi

risiko-risikonya, baik secara individual atau secara bersama-sama.1

Upaya manusia dalam mengatasi risiko ada beberapa cara, antara lain: 1. Menerima

Apabila diperkirakan kerugian yang mungkin tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan

1 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Semarang,

(2)

pencegahannya, oleh yang bersangkutan diputuskan untuk diterima saja risiko yang mungkin timbul tersebut. Demikian pula apabila keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dari pada kerugian yang mungkin terjadi.

2. Menghindari

Dengan menghindari risiko, berarti yang bersangkutan menjauhkan diri dari perbuatan atau peristiwa yang dapat menimbulkan risiko baginya. Seperti halnya setiap orang yang selalu menghindar dari setiap perbuatan atau peristiwa yang dianggap mengandung risiko, harus tetap dihadapi agar tujuan yang lebih besar dapat tercapai, dengan perkataan lain, untuk menghindari risiko banyak, bergantung kepada berbagai faktor. Suatu yang tidak disangkal bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menghindari risiko yang merupakan rahasia Tuhan. 3. Mencegah

Mencegah adalah melakukan beberapa usaha sehingga akibat yang tidak diharapkan, yang mungkin timbul, dapat diatasi atau dihindari. Dalam kenyataannya, usaha pencegahan tersebut tidak selalu berhasil.

4. Mengalihkan atau Membagi

Mengatasi risiko dapat dilakukan dengan cara mengalihkan atau membagi kepada penanggung (perusahaan asuransi). Asuransi atau pertanggungan mempunyai tujuan untuk mengalihkan risiko yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya dan dilimpahkan kepada orang lain yang mengambil risiko tersebut dengan penggantian kerugian. “Asuransi atau pertanggungan yang tujuannya adalah semata-mata untuk mengganti kerugian tertanggung, maka nilai dari kerugian yang dipertanggungkan itu

(3)

penting untuk diketahui. Maksudnya ialah, biaya asuransi tersebut harus adil

menurut besar kecilnya risiko yang dipertanggungkan”.2

Asuransi jiwa bertujuan untuk memberikan jaminan kepada seseorang atau keluarganya yang disebabkan oleh berbagai risiko yaitu:

a. Kematian (loss in life), baik secara alamiah (natural death) maupun karena kecelakaan (accidentally death) atau karena serangan penyakit.

b. Hari tua (naturity age), yaitu merosotnya kesehatan atau kemampuan fisik atau hilangnya kemampuan menghasilkan.

c. Cacat badan atau penyakit (disability, incapacity, invalidity) disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit sehingga merosot atau hilangnya

kemampuan fisik untuk menghasilkan3.

Asuransi merupakan suatu perjanjian yang sifatnya konsensual, dimana hal yang telah disepakati dalam perjanjian asuransi dituangkan dalam suatu akta yang disebut polis. Polis tersebut berfungsi sebagai alat bukti dalam penyelenggaraan suatu pertanggungan dalam hal pemberian jaminan ganti kerugian atas terjadinya peristiwa tidak pasti atau risiko yang timbul. Polis pertanggungan memegang peranan penting karena sangat bermanfaat pada waktu pengajuan tuntutan ganti rugi (klaim) atas kontrak prestasinya sebagai

akibat dibayarkan premi asuransi pada pihak penanggung.4 Dalam hal ini

2 Abbas Salim, Dasar – Dasar Asuransi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, h. 12. 3file:///F:/proposal%20dan%20skripsi%20indra%20muliawan/PROPOSAL%20INDRA/materi

%20asuransi/bab2_2.pdf dikunjungi pada tanggal 17 Juli 2018 Pukul 10.00.

4 file:///C:/Users/ASUS%20PC/Downloads/Documents/18-Yudhi-Setiawan.pdf dikunjungi

(4)

terlihat bahwa para pihak memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dipahami, khususnya tertanggung sebagai pemegang polis asuransi jiwa.

Terkait dengan pemahaman hak dan kewajiban pemegang polis terdapat unsur-unsur penyebab yang merupakan kurangnya pengetahuan pemegang polis dalam menggunakan hak dan kewajibannya. Dengan adanya hak dan kewajiban tersebut dikenal dengan istilah "Prestasi atau kontra prestasi", maka memungkinkan para pihak untuk melakukan penuntutan atas haknya. Disamping itu pula merupakan kewajiban pihak lain untuk memenuhi ketentuan asuransi telah dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) dan juga Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Pengertian asuransi atau pertanggungan pada umumnya telah diatur dalam Pasal 246 KUHD, dan diatur dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Ketentuan dari kedua Pasal tersebut menjelaskan bahwa para pihak yang berkaitan dengan asuransi atau pertanggungan adalah penanggung dan tertanggung. Penanggung merupakan pihak yang berhak menerima pembayaran uang pertanggungan dan memberi penggantian apabila terjadi kerugian. Tertanggung merupakan pihak yang mengadakan perjanjian asuransi dengan membayar sejumlah uang dan menerima uang penggantian atas kerugian yang diderita. Tertanggung biasanya juga disebut dengan istilah yang

(5)

berbeda seperti “pengambil asuransi” atau “pemegang polis”, namun Pasal 304

Ayat (2) KUHD memakai istilah tertanggung.5

Penanggung dan tertanggung mengikatkan diri dalam perjanjian asuransi harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni terdapat dalam Pasal 1338 Ayat (1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata). Ketentuan ini menyatakan bahwa ketika perjanjian telah disepakati kedua belah pihak, maka perjanjian tersebut akan berlaku sebagai undang-undang yang akan mengikat pihak-pihak didalamnya. Pembuatan perjanjian asuransi juga harus memenuhi syarat-syarat perjanjian, dimana ketentuan-ketentuan yang mengatur hal ini terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian. Perjanjian asuransi mempunyai unsur peristiwa yang tidak tentu, maka perjanjian asuransi dianggap sebagai perjanjian untung-untungan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1774 KUHPerdata.

Perjanjian asuransi apabila diteliti dalam praktiknya, maka tidak dapat digolongkan dalam perjanjian untung-untungan walaupun digantungkan pada

peristiwa yang tidak tentu.6

Menurut Soerjono Soekanto,7

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari

5 Ali Rido, Hukum Dagang : Tentang Aspek-Aspek Hukum Dalam Asuransi Udara,

Asuransi Jiwa, dan Perkembangan Perseroan Terbatas, Remadja Karya, Bandung, 1986, h. 183-184.

6 Abdulkadir Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1990, h. 31.

(6)

perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.

Premi asuransi adalah jumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung. Besar jumlah premi asuransi bergantung pada jumlah

asuransi yang disetujui oleh pihak tertanggung pada saat diadakannya asuransi.8

Dalam perjanjian asuransi, tertanggung mempunyai kewajiban membayar premi. Selain itu harus memberikan keterangan yang sesuai kepada penanggung mengenai obyek yang dipertanggungkan, sesuai Pasal 251 KUHD.

Menurut Moch Chindir dan Mashudi,9

Selain kewajiban tertanggung juga mendapatkan hak menerima polis, dan hak mendapat ganti kerugian bila terjadi peristiwa tertentu, apabila dalam asuransi jiwa maka tertanggung mendapatkan hak berupa uang santunan atas meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

Besarnya uang pertanggungan yang diterima tertanggung tergantung permasalahan yang mungkin terjadi selama perjanjian berlangsung. Sebagai contoh kasus yang terjadi pada proses pembayaran klaim meninggal dunia terhadap 2 (dua) polis yang dimiliki oleh tertanggung Partimah di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (selanjutnya disingkat AJB Bumiputera 1912) Salatiga. Permasalahan timbul terhadap salah satu dari polis yang dimiliki Partimah yang mengalami penunggakan pembayaran preminya, sehingga mengakibatkan uang santunan klaim dibayar tidak sebesar uang pertanggungan

8file:///F:/proposal%20dan%20skripsi%20indra%20muliawan/PROPOSAL%20INDRA/materi

%20asuransi/Chapter%20II.pdf. dikunjungi pada tanggal 17 Juli 2018 Pukul 13.00.

(7)

yang tertera dalam polis. Akibat kurangnya pemahaman pemegang polis atau tertanggung dalam hal ketertiban dan kelancaran pembayaran premi asuransi dapat mengakibatkan kerugian bagi ahli waris apabila pemegang polis/tertanggung tersebut meninggal dunia.

Permasalahan pembayaran klaim meninggal dunia terhadap polis Partimah di AJB Bumiputera 1912 Salatiga, dapat dijelaskan sebagai berikut: Partimah memiliki 2 (dua) polis dengan memilih program asuransi Mitra Melati, yaitu polis pertama Partimah nomor polis: 210102652682, uang pertanggungan sebesar Rp. 25.000.000. (duapuluh lima juta rupiah), jangka waktu asuransi 10 (sepuluh) tahun, dengan perjanjian asuransi mulai pada tanggal 23-09-2010 (duapuluh tiga September duaribu sepuluh), pembayaran premi terakhir pada tanggal 22-09-2018 (duapuluh dua September duaribu delapanbelas), dan pembayaran premi dengan cara tahunan, sebesar Rp. 2.632.500. (dua juta enamratus tigapuluh dua ribu limaratus rupiah), nomor polis: 211101198131, uang pertanggungan sebesar Rp. 11.000.000. (sebelas juta rupiah), jangka waktu asuransi 10 (sepuluh) tahun, dengan perjanjian asuransi mulai pada tanggal 9-05-2011 (sembilan Mei duaribu sebelas), pembayaran premi terakhir pada tanggal 08-11-2017 (delapan September duaribu tujuhbelas), dan pembayaran premi dengan cara triwulan, sebesar Rp. 302.302. (tigaratus dua ribu tigaratus dua rupiah). Polis Partimah nomor:

(8)

211101198131, pembayaran premi asuransinya pernah menunggak selama 2

(dua) triwulan, karena cara pembayaran premi polis tersebut triwulan.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah pemegang polis yang menunggak membayar premi asuransi jiwa memiliki hak untuk melakukan pemulihan polis?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang polis asuransi jiwa yang menunggak membayar premi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemegang polis yang menunggak membayar premi asuransi jiwa, memiliki hak untuk melakukan pemulihan polis.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemegang polis asuransi jiwa yang menunggak membayar premi.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk memahami dan memperjelas pemegang polis yang menunggak membayar premi asuransi jiwa memiliki hak untuk melakukan pemulihan polis.

10 Wawancara dengan Kepala Unit Administrasi dan Keuangan AJB Bumiputera 1912

(9)

2. Untuk memahami dan memperjelas perlindungan hukum bagi pemegang polis asuransi jiwa yang menunggak membayar premi.

E. Metode

Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, maka metode penulisan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian studi kasus (case study). Penelitian ini merupakan suatu studi terhadap kasus tertentu dan bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti secara khusus sebagai suatu kasus berdasarkan pada perundang-undangan, peraturan-peraturan tertulis, pendapat para ahli, jurnal, dan informasi yang diperoleh dari perusahaan asuransi jiwa berupa informasi-informasi yuridis baik lisan maupun tertulis, yang menjadi pedoman pelaksanaan pekerjaannya. Sehingga penelitian ini tidak dapat dilepaskan dan erat hubungannya dengan studi kepustakaan karena mengedepankan norma-norma yuridis baik secara teori maupun dalam prakteknya.

(10)

2. Metode Pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan konsep (conceptual approach).

Menurut Peter Mahmud Marzuki11 pendekatan perundang-undangan

(statute approach) adalah akan lebih akurat bila dibantu oleh satu atau lebih pendekatan lain yang cocok, guna memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat untuk menghadapi problema hukum yang dihadapi. Sedangkan pendekatan konsep (conceptual approach) menurut Aynrand, secara filosofis konsep merupakan integrase mental atas dua unit atau lebih yang disosialisasikan menurut ciri khas yang disatukan dengan definisi yang khas.

3. Bahan-Bahan Hukum

Tehnik pengumpulan bahan-bahan hukum yang dilakukan penulis adalah melalui studi kepustakaan, yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis seperti perundang-undangan, karya ilmiah dari pakar-pakar dan buku-buku literatur yang berkaitan dengan konsep asuransi jiwa dan lain sebagainya, serta meminta informasi yuridis, baik lisan maupun tertulis dari AJB Bumiputera 1912 Salatiga. Oleh karena itu, bahan hukum sebagai sumber penelitian ini meliputi:

a. Bahan hukum primer yaitu: 1) Polis Asuransi Jiwa.

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

11 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia

(11)

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

7) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

8) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

9) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23 /POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi.

10) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2018 Tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Usaha Bersama

11) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 Tentang Badan Perlindungan Konsumen.

12) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

13) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). 14) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

(12)

15) Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.24/DIR/2017 Tentang Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Smart Indonesia (BP Smart Safe).

16) Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.I0/DIR/2017 Tentang Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Beasiswa Berencana (BP Beasiswa Berencana).

17) Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.5/DIR/2017 Tentang Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Cerdas (BP Cerdas).

18) Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.6/DIR/2017 Tentang Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Mandiri (BP Mandiri).

19) Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.I4/DIR/2017 Tentang Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Sehat (BP Sehat).

20) Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.7/DIR/2017 Tentang Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Warisan (BP Warisan).

b. Bahan hukum sekunder

Menurut Peter Mahmud Marzuki12 Bahan hukum sekunder adalah

buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan

12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenamedia Group, Jakarta, 2005, h.

(13)

jurnal hukum. Disamping itu juga kamus-kamus hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum pelengkap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang bersumber dari kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia dan beberapa artikel tervalidasi yang dipublikasikan di internet.

4. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan tehnik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda

dengan sifat dari masalah lainnya.13

13

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Perlakuannya adalah dengan pemberian yoghurt kedelai hitam (black soyghurt), sedangkan keluarannya (outcome) adalah kadar profil lipid serum tikus hiperkolesterolemia

Dari contoh ini dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya pada saat inisiasi awal atau konseptualisasi gagasan proyek, berbagai potensi risiko sepanjang siklus proyek

Dalam pembelajaran menggunakan software Autocad ini disampaikan beberapa bahan ajar yang sebelumnya telah di ajarkan diantaranya adalah, mata pelajaran sambungan

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam resital 34 bahwa penyelidikan perpanjangan Safeguard berfokus pada keadaan apakah pengenaan BMTP masih diperlukan

Dengan adanya penambahan fasilitas ini mengakibatkan bertambahnya jumlah pengunjung yang menuju Kawasan Wisata Pantai Muaro Lasak Kota Padang, hal ini mendorong

Bibit padi muda yang berumur 8 hari ditanam pada plot-plot percobaan yang telah disiapkan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 30 x 30 cm sebanyak satu bibit setiap titik

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah pada hari Sabtu 22 Desember 2012