• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temu Ilmiah Nasional Peneliti 2016 Kemenkominfo Bogor, 28 Juli 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Temu Ilmiah Nasional Peneliti 2016 Kemenkominfo Bogor, 28 Juli 2016"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

FINANCIAL TECHNOLOGY

(FinTech)

“A n a l i s a Pe l u a n g I n d o n e s i a d a l a m E r a E ko n o m i D i g i t a l d a r i A s p e k I n f r a s t r u k t u r, Te k n o l o g i , S D M , d a n Re g u l a s i Pe nye l e n g g a r a d a n Pe n d u k u n g J a s a S i s te m Pe m b aya r a n ”

D e p a r t e m e n K e b i j a k a n d a n P e n g a w a s a n S i s t e m P e m b a y a r a n

Bank Indonesia | Juli 2016

Temu Ilmiah Nasional Peneliti 2016 – Kemenkominfo

Bogor, 28 Juli 2016

(2)

I.

Pendahuluan

II.

Analisis

(3)

I. Pendahuluan

Paradigm Shift....

There are two big

opportunities in future financial industry...online banking, all financial

institutions go online;

...internet finance, which is purely led by outsiders

Jack Ma

Teori Maslow Baru

Bill Gates

The world

needed banking services but

not necessarily banks

(4)

Creative destruction … process of

industrial mutation that

incessantly

revolutionizes the

economic structure from within

,

incessantly

destroying the old one

,

incessantly

creating a new one

Referensi: berbagai sumber

*) Go-Jek tidak mempublikasi jumlah pengguna aktif, hanya menginformasikan jumlah pengunduh aplikasi di smart phone

Setelah Industri buku, film, komunikasi, dan transportasi,

kini giliran Industri keuangan yang ter-disrupt

Joseph Schumpeter - 1942

(5)

Namun Fintech bukan merupakan fenomena baru yang jejaknya dapat ditelusuri sejak abad ke-17...

I. Pendahuluan

Evolusi Teknologi Keuangan

1800s 1900s 2000s 1838 1865 Late 1800 Key Point Telegraph Trans-Atlantic Cable Exchange goods using credit 1918 1950 1960 1966 1967 1970 1971 1973 1982 1983 1984 1987 1993 1998 1999 Fedwire established Diners (1stCredit Card)

1st Stock Market System (Quotron) Telex 1st ATM (Barclasys) Clearing House NASDAQ SWIFT 1st Online Brokerage 1st Online Banking 1st Online Shopping Black Monday

- Fintech is coined as a term - Fintech Consortium (Citicorp)

- Majority US Bank set up internet banking - Paypal Alibaba 2008 2009 2014 2015 - Financial Crisis - Wealthfront - MPesa Square Apple Pay - Samsung Pay - ”Smile to Pay” (Alibaba) Sumber: New York Times & Arner

(6)

Evolusi Teknologi Keuangan

Bila di dua dekade lalu, inovasi teknologi keuangan masih berpusar di sisi bank (misalnya, teknologi core banking

system), maka saat ini inovasi teknologi terjadi di sisi pengguna (customer). Pergeseran ini memungkinkan

menjamurnya Fintech

(7)

Apakah Fintech perlu diatur, dengan degree sejauh mana?

Respon Kebijakan

Regulatory gap (heavy vs un(less) regulated):

Apakah benefit & risiko dibalik model bisnis Fintech?

Stance Regulator:

Bagaimana sebaiknya stance otoritas? menghambat atau mendorong perkembangan

Fintech?

Urgensi Pengaturan

Bagaimanakan posisi Fintech dalam peta sistem keuangan formal saat ini?

Disrupter vs

Enabler

I. Pendahuluan

Isu Strategis

Bagaimanakah Fintech perlu didefinisikan secara unik dan spesifik dalam konteks regulasi?

Definisi &

Cakupan

(8)

Financial technology (Fintech) merupakan fenomena perpaduan antara teknologi dengan fitur keuangan yang

mengubah model bisnis dan melemahnya barrier to entry

Terminologi Fintech

tidak mengacu

pada pengertian

kelembagaan/insitusional

ataupun

intrumen

keuangan/pembayaran tertentu

(9)

II. Analisis

Cakupan

Fintech merupakan terminologi generik dengan cakupan pengertian yang luas

• FSB membagi Fintech ke dalam empat kategori berdasarkan jenis inovasinya

• Kategori ini bersifat non-exaustive

model bisnis fintech dapat

merepresentasi lebih dari satu kategori

• Perusahaan fintech juga sering disebut

‘startup’, karena rata-rata merupakan pemain baru (new entrants)

• Untuk payments, clearing & settlement,

FSB membatasi cakupan Fintech pada model bisnis mobile & web based payment

• Dalam praktiknya, terbuka kemungkinan sebuah model bisnis Fintech masuk

dalam lebih dari satu kategori

Kategorisasi Fintech

Basis Teknologi:

(10)

Dimanakah Posisi Indonesia?

Nilai transaksi Fintech di Indonesia di tahun 2016 diperkirakan mencapai USD 14,5 milyar USD, atau 0,6% dari

total nilai transaksi global yang diperkirakan mencapai USD 2.355,9 milyar

1

(11)

II. Analisis

Dimanakah Posisi Indonesia?

96

*)

perusahaan Fintech teridentifikasi beroperasi di Indonesia yang mayoritas (56%) bergerak

dalam kategori payment, clearing & settlement

(12)

Dimanakan Posisi Indonesia?

Peluncuran Asosiasi Fintech Indonsesia, 17 September 2015

Notes: Fintech penyedia financial service seperti crowdfunding & P2P lending masih belum tergabung (masih pada level

pembahasan)

Komunitas Fintech Indonesia telah membentuk Asosiasi Fintech Indonesia pada 17 September 2015 dan sejauh ini

telah memiliki 20 anggota

Niki Luhur, Ketua

• Menjadi mitra pemerintah

• Pengembangan UMKM.

• Mendukung program inklusi keuangan

TUJUAN PEMBENTUKAN Mar 2015 Mei 2015 17 Sep 2015 Gathering Pertama Komunitas Fintech Pertemuan dg Presiden Joko Widodo

Peresmian asosiasi

Okt 2015

Feb & Mar 2015

Pertemuan dg Ketua OJK

FGD dengan BI Akta Notaris &

Registrasi Kemenkumham

Apr 2016

(13)

Inovasi teknologi dan

integrasinya ke jasa keuangan mengubah pola hubungan agen ekonomi dengan Bank dan perilaku agen ekonomi dalam mengelola keuangannya

Peranmiddle man

semakin tereduksi

(misalnya, tercermin pada menurunnya fungsi kantor cabang)

Akselerasi Fintech didorong oleh infleksibilitas sistem keuangan formal pasca krisis ekonomi global 2008 (GFC)

yang cenderung di-regulasi secara lebih ketat

. serta pesatnya evolusi ekonomi digital, termasuk Fintech,

didorong oleh munculnya sejumlah inovasi teknologi

Teknologi memungkinkan

berlangsungnya proses fasilitasi keuangan secara lebih nyaman, cepat, dan lebih efisien dari sisi biaya

Keunggulan kompetitif bagi pihak yang

mampu cepat

mengadopsi teknologi

Di satu sisi, fleksibilitas sektor keuangan formal dalam

berinvestasi dan intermediasi menurun pasca-GFC 2008. Di sisi lain, lembaga non formal cenderung lebih fleksibel

New entrants, yaitu lembaga non formal yg hadir sebagai solusi alternatif atas

ketidakoptimalan fungsi sektor keuangan formal

III. Analisis

Push Factor

Regulatory Gap

Internet of things Virtual currencies

Advance robotic and 3D printing Sharing economy

Increased access to government data

Faktor-faktor

yang

mendorong

ekonomi digital

(14)

Indonesia merupakan perekonomian besar dengan basis konsumen yang luas dan potensial

Pull Factor

Potensi Pasar

Populasi penduduk terbesar keempat didunia dg kelas menengah mencapai 17,3 jt RT di 2014 & diperkirakan melampaui 20 jt RT di 2030

Gross Income Per-Kapita naik eksponensial dari USD 560 di 2000 menjadi USD 3630 di 2014

Peringkat ke 10 perekonomian terbesar di dunia dari sisi kemampuan daya beli (purchasing power)

Anggota G20 yg mampu memangkas tingkat kemiskinan lebih dari setengah dlm kurun waktu 15 tahun hingga mampu mencapai angka 11,2% dari total populasi penduduk di tahun 2015

Struktur demografis ke depan yg semakin bergeser ke generasi Y dan Z memperbesar penetrasi digital economy di jasa keuangan

Top Five Emerging Markets With The Best Middle Class Potential: 2015-2030

(15)

Penetrasi Kantor Cabang Bank per 100 ribu Penduduk Dewasa

Pasar Indonesia yang besar belum sepenuhnya tergarap oleh sektor keuangan formal yang sekaligus

menunjukkan besarnya potensi yang dapat digarap oleh Fintech

Pangsa kredit thd PDB yang baru 34,77%

mencerminkan besarnya potensi pasar yg dapat disasar Fintech (P2P Lending), tanpa harus menggerus pangsa pasar perbankan

• Populasi unbanked yang besar dipadu oleh

akselerasi income kelas menengah

menunjukkan tingginya potensi pasar

• Relatif longgarnya sebaran infrastruktur fisik

(khususnya jarigan kantor cabang)

perbankan di Indonesia, ketimbang Eropa

70%

34,77%

65,23%

Kredit Bank Selain Kredit Bank

Sumber Pembiayaan PDB (Q4 – 2015)

34,77% PDB dibiayai kredit bank 65,23% PDB dibiayai oleh sumber

selain kredit bank

36%

adults in Indonesia have an account at a formal financial institution

Europe Union: 62,5 APAC: 12,5 Indonesia: 11

III. Analisis

(16)

Fintech vs Sistem Keuangan Formal

• Apakah keberadaan Fintech akan menggantikan (disrupter) atau justru mendukung (enabler) lembaga keuangan formal?

Model bisnis Fintech cenderung mereplikasi model bisnis lembaga keuangan formal, khususnya bank

(17)

Perbankan memandang bahwa Fintech perlu diatur agar memiliki level playing field yang setara dengan bank.

Sementara itu, pelaku Fintech cenderung ingin diregulasi guna membangun kepercayaan konsumen

III. Analisis

Respon Perbankan

•Bank yang bergerak di

micro lending

cenderung

reluctant

karena; (i) berpotensi

merebut segmen pasar; (ii) besarnya potensi

sunk cost

karena besarnya belanja

investasi, khususnya pembukaan kantor cabang

•Bank yang bergerak di

corporate lending

cenderung koperatif

•Seluruh bank yang disurvey memandang bahwa Fintech

perlu diatur

agar berada

dalam

level playing field

sama

FGD dengan

Perbankan

(10 Mei 2016)

•Pelaku Industri

Fintech

cenderung

ingin diregulasi oleh otoritas untuk membentuk

kepercayaan konsumen

•Saat ini, masih menggunakan bank sebagai penyelenggara jasa pembayaran

•Fokus pada mikro lending khususnya

segmen yang belum memiliki

cash flow record

FGD dengan

Pelaku Fintech

(18)

Sejumlah bank DN maupun LN mulai mengubah core banking-nya melalui penerapan platform banking

Respon Perbankan

Digibank (DBS India) memanfaatkan teknologi biometrics dan artificial intelligence utk memfasilitasi transaksi paperless, signatureless dan branchless bank

BRI memanfaatkan teknologi internet banking untuk meluncurkan produk pembukaan deposito tanpa mengharuskan nasabah untuk datang ke kantor

(19)

Sejumlah lembaga multilateral mulai mengangkat fenomena Fintech menjadi agenda utama penelitian. IMF dan

BIS memiliki perhatian yang sama pada Fintech Virtual Currencies

II. Analisis

Respon Lembaga Multilateral

Fintech is where technology & financial services come together. Technology drives the innovation of financial services and is transforming the industry to better the lives of many

Since 2010 we have invested over

160 million in equity and debt in early & growth stage Fintech in Asia, Africa, Latin America

Stance Aksi

“....Virtual currencies and their underlying technologies can provide faster and cheaper financial services, and become powerful tools for deepening financial inclusion in the developing world…”(Christine Lagarde, Managing Director IMF)

Menyusun IMF Paper On Virtual

Currencies Prepares The Industry For Larger Bitcoin Acceptance

CPMI is looking at digital innovations as well as Fintech & their

implications for payments & market infrastructures(BIS – CPMI)

Membentuk grup riset terutama untuk membahas digital currency Under the concept of ”sharing economy”, digital finance promotes

interconnection and resources sharing among participants in economic activites

Form the foundation of a set of high level principles for action on digital financial inclusion

Describing the landscape and a framework for Analysis Membahas isu Fintech dalam forum FSB yang dituangkan dalam paper

(20)

Opportunity Fintech

Inovasi teknologi yang terintegrasi dalam layanan keuangan mendatangkan berbagai implikasi positif

Sumber: De Nederlansche Bank

Apa yang membedakan, sekaligus menjadi keunggulan FinTech dari jasa perbankan tradisional pd umumnya?

Regulatory dan IT cost yang lebih efisien (unregulated);

Lebih mudah memanfaatkan big data dalam melakukan asesmen terhadap risiko dan dalam pengambilan keputusan;

Lebih mudah dalam mendiversifikasi risiko melalui sharing economics

2

3 1

(21)

III. Implikasi Kebijakan

Risk Mapping

Risiko SSK dapat tereskalasi apabila: (i) fintech berkembang dalam interconnectedness meningkat dan eskalasi risiko sistemik; (ii) merebaknya praktik shadow banking

Implikasi Otoritas perlu merespon perkembangan Fintech dalam konteks upaya mitigasi risiko SSK dan pereknomian secara menyeluruh

(22)

Implikasi dari Keberadaan Virtual Currency

Penggunaan virtual currency memiliki beberapa implikasi negatif, a.l.

Virtual

Currency

(VC)

Perlindungan Konsumen

Regulasi yang belum tegas serta sistem

yang terdesentralisasi kurang

memberikan jaminan apabila terjadi kegagalan transaksi

Stabilitas Keuangan

Kebijakan Moneter

Pajak

Penggunaan VC berpotensi sebagai

sarana untuk menghindari pajak (peer-to-peer, cross border, anonymous)

Sumber Virtual Currencies and Beyond: Initial Considerations, IMF Staff Discussion Note, Jan 2016

 Penggunaan VC dalam jumlah besar

dapat mengurangi efektivitas

kebijakan moneter

 Dalam hal bersifat relatively fixed supply & terdistribusi, maka VC belum dapat menjalankan fungsi LOLR

 Penggunaan VC dalam skala besar

dengan tingkat keterhubungan yang tinggi meningkatkan potensi sistemik

 Belum ada bentuk baku pengaturan

terhadap VC agar tercipta stabilitas keuangan (beberapa otoritas masih dalam tahap awal mengatur)

(23)

Regulator dapat menetapkan threshold, pada skala berapa penyelenggara Fintech diwajibkan untuk

memperoleh izin

III. Implikasi Kebijakan

Regulatory Threshold

Too Small

to Care

Too Large

to Ignore

Too Big

to Fail

Tacit

Acceptance

Licencing

Obligation

Dalam tahap awal dan skala

yang kecil regulator cukup

memonitor kegiatan usaha dan

perkembangan

Fintech

(rezim

pendaftaran)

Dalam skala besar dapat

memunculkan risiko

“blind

spot”

, sehingga fraud dapat

menggangu

market/investor

confident

(rezim perizinan)

(24)

Benchmarking

Fintech Center : Wadah untuk memfasilitasi perkembangan Fintech melalui konsorsium & konsultasi antara regulator, pelaku, dan pihak terkait lainya Monitoring (Designated): Pengawasan oleh otoritas dilakukan ketika perkembangan Fintech telah melebihi threshold

Di sejumlah negara, regulator merespon kehadiran FinTech melalui a.l. penerbitan aturan, perizinan, dan pembentukan task force maupun regulatory sandbox.

(25)

III. Implikasi Kebijakan

Konteks Kebijakan dan Pengaturan BI

Posisi Bank Indonesia dalam kebijakan dan pengaturan Fintech terletak pada kewenangan yang terkait dengan

SSK, SP, Moneter, Pendalaman Pasar Keuangan, Cyber Security dan Perlindungan Konsumen

ISU STRATEGIS KONTEKS KEBIJAKAN DAN PENGATURAN BI

Market Provisioning Deposit, Lending, Capital Rising Investment & Risk Management Payment, Clearing, Settlement Teknologi dan

Integritas & Proteksi Data Perlindungan Konsumen, Cyber Security Stabilitas Sistem Keuangan,

Stabilitas Moneter,

dan Integritas & Proteksi Data

Perlindungan konsumen, Macroprudential Policy, Pendalaman Pasar Keuangan,Payment

System sebagai enablers Stabilitas Sistem Keuangan,

Stabilitas Moneter,

dan Integritas & Proteksi Data

Perlindungan Konsumen, Macroprudential Policy, Pendalaman Pasar Keuangan, Payment

System sebagai enablers Sistem Pembayaran,

Stabilitas Sistem Keuangan, dan Integritas & Proteksi Data

(26)

FinTech dalam Landskap Regulasi SP

Dibidang SP, regulasi terhadap Fintech sudah dapat dicakup dalam framework pengaturan, perizinan, dan

pengawasan yang sudah ada saat ini

(27)

Kedepan, rezim regulasi ini akan dilengkapi dengan pengaturan pemrosesan transaksi pembayaran (PTP) yang

akan memungkinkan masuknya seluruh jenis merchant acquiring services dan penyelenggara e-Wallet sebagai

jenis layanan yang lazim ditawarkan dalam model bisnis Fintech

III. Implikasi Kebijakan

FinTech dalam Landskap Regulasi SP

Ketentuan ini berlaku

untuk:

Fintech yang

menawarkan payment

services sebagai

core

business

-nya

Fintech yang

menggunakan payment

services sebagai

enablers

dari core

business-nya (misalnya,

GoPay, GrabPay)

(28)

Potensi imbal hasil yang lebih tinggi Akses dana yang cepat dan nyaman segmen pasar yang belum terjangkau bank Regulasi yang lebih ketat di sektor perbankan

Equity / Reward

based

Crowd funding

Peer to Peer Lending

Efisiensi, kemampuan menawarkan suku bunga yang lebih rendah

Dibidang SSK, konteks pengaturan terhadap Fintech akan muncul pada saat risiko sistemik diyakini tereskalasi

secara signifikan

Fintech dan Dampak Stabilitas Sistem Keuangan

POTENSI DAMPAK TERHADAP STAILITAS SISTEM KEUANGAN

Default dari peminjam dana, a.l akibat penurunan standar kredit (krn peningkatan kompetisi), lemahnya monitoring

Terganggunya kesinambungan pembiayaan, akibat kreditur keluar dari aktivitas Fintech a.l krn shock negatif perekonomian

Aktivitas sekuritisasi pinjaman P2P yang tumbuh cepat dan dgn porsi signifikan.

Risiko Sistemik

Sumber: DKMP & FSB, “Fintech:

Describing the Landscape and Framework for Analysis” , 2016 - restricted

Kebijakan

Makroprudensial

Kebijakan

Makroprudensial

(29)

III. Implikasi Kebijakan

Urgensi Pengaturan

Hasil Koordinasi FSPI

Isu Fintech telah dibahas pada rapat Tim Pelaksana FSPI tanggal 22 April 2016

.

OTORITAS JASA KEUANGAN

Fintech memiliki definisi luas

Masih mengkaji & memetakan Fintech (diskusi dg stakeholder)

Arah pengaturan: kelembagaan atau platform

Concern terhadap risiko default

Target pengaturan (POJK) Fintech awal 2017

Fintech diharapkan tidak menghilangkan fungsi intermediasi

LK eksisting

KEMENKOMINFO

Cakupan bisnis Fintech sangat beragam: layanan transportasi (Uber, Grab, Go-Jek) hingga keuangan

FDI dimungkinkan apabila investasi > Rp100 miliar

Kemenkominfo mengangkat isu default

Pengaturan sebaiknya mengacu pd layanan (mis: Uber sbg

penyedia layanan transportasi mengacu regulasi Kemenhub)

1

Definisi dan cakupan Fintech masih perlu diperjelas

2

Perlu pembagian kewenangan pengaturan Fintech antar kementerian dan otoritas

3

Pengaturan mengacu pada kewenangan yang telah dimilikioleh masing-masing kementerian/ otoritas Kesimpulan

(30)

Otoritas perlu mengambil posisi yang tepat untuk menyikapi tren integrasi teknologi dengan fitur jasa

keuangan yang sulit dibendung…

36% Unbanked 11 Cabang per 100 ribu orang dewasa Rp7.528 T Gap Kredit terhadap PDB Porsi Gen Y

& Gen Z besar (42%) > 310 Juta Pelanggan Ponsel

Infrastruktur

Regulasi

Perilaku

Otoritas perlu mengambil sikap

yang tepat untuk:

Kondisi Indonesia Gap Implikasi

Integrasi teknologi ke sektor

keuangan dan desentralisasi jasa

keuangan merupakan tren struktural

yang sulit dihindari

Menjaga keseimbangan antara peran sektor keuangan formal dengan informal

Memitigasi risiko melalui rezim regulasi yang tepat tanpa harus mematikan laju inovasi di sektor jasa keuangan

(31)

1. Digital economics merupakan sebuah

keniscayaan yang sulit dielakkan

. Fenomena tersebut akan mendorong

lahirnya model bisnis baru, matinya model bisnis lama, dan redefinisi terhadap

risk and opportunity

2. Untuk itu, otoritas perlu mengambil sikap a.l.:

i.

Menjaga

keseimbangan peran

antara sektor keuangan formal dengan informal,

ii.

Memitigasi risiko melalui

rezim regulasi yang tepat

tanpa mematikan laju inovasi di sektor jasa keuangan,

dengan tetap memperhatikan dan mengedepankan perlindungan konsumen dan kepentingan nasional.

iii.

Memperkuat

koordinasi antar otoritas

terkait, baik dalam maupun luar negeri

3. Konteks kebijakan dan pengaturan Bank Indonesia:

i.

Di area Sistem Pembayaran, perkembangan dan pengadopsian digital economics

telah tercakup dalam

framework pengaturan, perizinan, dan pengawasan Bank Indonesia saat ini

yang wajib dipenuhi oleh

seluruh entitas, termasuk Fintech, yang menyelenggarakan layanan SP di wilayah NKRI.

ii.

Di area Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan Fintech

mengambil langkah mitigasi khususnya apabila perkembangan Fintech mengarah pada

unsur-unsur yang

bersifat sistemik

.

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku gaya hidup sehat yang diungkapkan oleh Roizen (1999: 61-82) dan Fardian (2007: 3), perlu dikontruksi kembali berdasarkan kebutuhan penelitian dan kondisi siswa yang akan

Peristiwa kematian bagi remaja akan lebih buruk lagi apabila kematian tersebut terjadi secara mendadak karena mereka tidak memiliki kesiapan psikologis untuk

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat. Masalah gizi, dietetik dan kesehatan sudah mengalami banyak pergeseran- pergeseran, yakni terjadinya

Multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996) atau Multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks (McCormick 1996)

Peserta didik mencari informasi terkait cara menyusun ayat jurnal penyesuaian melalui modul yang telah diberikan..

%HUQDSDV PHUXSDNDQ NHJLDWDQ \DQJ VDQJDW SHQWLQJ EDJL NLWD VHPXD 6HWLDS WDULNDQ QDSDV EHUDUWL NHKLGXSDQ 3DGD ZDNWX EHUQDSDV NLWD  SHUOX RNVLJHQ 2NVLJHQ

Danau Sipin Source : National Education Office of Jambi City, Danau Sipi District Unit https://jambikota.bps.go.id..

Pada gambar 5.28 untuk tinggi gelombang signifikan (Hs) spektra respons untuk gerakan pitch pada kapal Crew boat Orela dengan menggunakan foil belakang menunjukkan respons