REINTEGRASI SOSIAL
PASCA KONFLIK MALUKU
Katalog Dalam Terbitan ( KDT )
306.3
Sou Soumokil Tontji.
r Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku / oleh Soumokil Tontji – Salatiga: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana Press, 2011
xi, 273p. ; 21 cm
ISBN 978 – 979 – 1098 – 09 - 12
1. Social Integration 2. Social conflict – Maluku 3. Social Capital I. Title
ISBN : 978 – 979 – 1098 – 09 - 12
Setting/layout : Trifosa Widoningsih Desain sampul : Bambang Shakuntala
Diterbitkan oleh:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52- 60, Salatiga
Universitas Kristen Satya Wacana
REINTEGRASI SOSIAL
PASCA KONFLIK MALUKU
DISERTASI
Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor di Universitas Kristen Satya Wacana.
Disertasi ini telah dipertahankan dalam Ujian Terbuka Program Pascasarjana Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana, yang dipimpin oleh
Rektor Magnificus Prof. Pdt.John A. Titaley, Th.D pada hari Kamis, 15 Desember 2011, jam 10.00 W.I.B.
di Balai Rung Universitas Kristen Satya Wacana, Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga,
Jawa Tengah
Oleh:
Soumokil Tontji
Promotor:
Prof. Dr. Ir. Kutut Suwondo, M.S.
Ko Promotor:
Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D.
Prof. Dr. Robert M.Z. Lawang
Penguji:
Dr. Drs. Pamerdi Giriwiloso, M.Si.
Marwata, SE., M.Si., Akt., Ph.D.
Prof. Dr. M. Huliselan, DEA.
KATA PENGANTAR
S
aya sangat menyadari bahwa kebenaran ilmu pengetahuan adalah relatif. Artinya, setiap kebenaran yang pernah dicapai dalam ilmu pengetahuan senantiasa dapat berubah pada ruang dan waktu yang berbeda. Demikian pula, kebenaran ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran tunggal akan tetapi penuh dengan perspektif. Artinya setiap realitas sosial dapat dipelajari oleh dua atau lebih ilmuan dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Proses reintegrasi sosial pasca konflik misalnya, di satu sisi ada penjelasan tentang local genius ber-fungsi sebagai perekat [adhesi sosial] antar komunitas, namun di sisi lain bukan local genius tetapi ada struktur baru yang muncul mungkin lebih fungsional sebagai perekat untuk mengintegrasikan kembali komunitas yang pernah terlibat dalam konflik.Sudah tentu ada kemungkinan penjelasan kemudian adalah sama benarnya, namun bisa juga sama salahnya atau salah satu perspektif menjadi warna dominan dalam kebenaran ilmu pengetahuan. Singkat-nya, hipotesis inilah yang mengakibatkan ilmu pengetahuan itu berkembang, sebab kebenaran seperti ini memiliki sifat yang terbatas. Hanya sesuatu yang terbatas seperti itulah yang memungkinkan bahwa ia akan berkembang. The Structure of Scientific Revolutions yang ditunjukkan oleh Thomas Kuhn adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan itu terbatas, dan oleh karena itu senantiasa berubah dan berkembang.
Dengan pernyataan di atas, saya menyadari bahwa kekeliruan senantiasa terjadi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu sebuah karya penelitian tidak hanya disimpan untuk menghiasi perpustakaan pribadi atau universitas, namun disebarluaskan agar lebih banyak bisa diketahui oleh orang lain. Penyebaran ini dimaksudkan
Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku
iv
untuk mendapatkan umpan balik berupa kritik dan falsifikasi. Tulisan disertasi yang saya selesaikan di penghujung tahun 2011 ini, sudah tentu banyak kekurangannya. Sekurang-kurangnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk menatap masa depan dinamika kelompok dalam kehidupan satu masyarakat yang plural. Dan atas penyelesaian penulisan disertasi ini, saya patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak.
Tidak berlebihan jika dikemukakan bahwa karya tulis ini telah terselesaikan berkat dukungan banyak pihak. Prof. Dr. Robert M.Z. Lawang dan Prof. Dr. Mus Huliselan yang memberikan rekomendasi bagi saya melanjutkan studi pada Program Doktor, Program Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana. Perhatian khusus harus diberikan kepada Prof. Dr. Tonny D Pariela, MA, yang walaupun ditengah kesibukannya sebagai ketua Program Studi Sosiologi PPs Universitas Pattimura namun banyak memberi motivasi dan me-luangkan waktu untuk berdiskusi selama proses penulisan ini berlang-sung. Akan sulit bagi saya untuk meninggalkan posisi saya sebagai Dosen di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pattimura tanpa rekomendasi izin belajar Prof. Dr. J.W Ajawaila, DEA yang pada saat itu menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademis-Universitas Pattimura, dan Alm. Drs. Novy Tupamahu, MS yang pada saat itu menjadi Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pattimura.
Selama saya berada di Universitas Kristen Satya Wacana, saya menerima banyak komentar yang berguna serta saran-saran dari Prof. Dr. Daniel D. Kameo, SE, MA, Dr. Soegeng Hardijanto, Dr. Pieter S Soegiono, Wilson Terik, Pieter J. Pelupessy, Mas Didit, Roy Siahainenia, Dr. Belle Antonius, Dr. Dharma Palekahelu, serta banyak lagi rekan-rekan yang mengambil bagian dalam seminar reguler yang dilaksanakan Program Studi Doktor Studi Pembangunan.
Disertasi ini tidak mungkin memperoleh bentuknya seperti ini apabila Dra. Els Titaley, M.Si, F. Matakena, S.Sos, M.Si, Prapti Murwani, S.Sos, M.Si, Cale Pesurnai, S.Sos, M.Si, Emon Pelupessy, S.Sos, serta Dino, S.Sos tidak menyumbangkan tenaganya untuk
Kata Pengantar
membantu saya mengumpulkan data lapangan di tiga wilayah riset. Terima kasih untuk segala bantuannya.
Bimbingan Promotor Prof. Dr. Ir. Kutut Suwondo, M.Si, Ko-Promotor Merthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D, dan Prof. Dr. Robert M.Z. Lawang, sangat membantu membentuk jalan pikiran saya dalam menjelaskan dan menggambarkan dinamika reintegrasi sosial antar dua komunitas pasca konflik Maluku. Jasa mereka ini sangat besar, karena itu saya patut mengucapkan terima kasih.
Promotor Kut, demikian inisial dari Prof. Dr. Ir. Kutut Suwondo, M.Si, walaupun dalam kondisi fisik yang sementara sakit namun Kut senantiasa memberikan perhatian khusus bagi saya untuk segera menyelesaikan penulisan disetasi ini. Ko-Promotor Robert, demikian inisial Prof. Dr. Robert M.Z. Lawang, sekalipun dengan kesibukan yang cukup tinggi di FISIP Universitas Indonesia, namun di tengah-tengah kesibukannya Pa Robert senantiasa meluangkan waktu untuk mengoreksi naskah disertasi ini sekaligus bersedia menerima ajakan berdiskusi ketika saya mengalami kebuntuan berfikir. Pa Robert, sudah saya kenal lama ketika saya mengikuti pendidikan Magister Sosiologi di FISIP Universitas Indonesia, Pa Robert adalah dosen sekaligus pembimbing tesis saya. Dengan penguasaan teori sosiologi secara komprehensif, Pa Robert banyak memperkaya disertasi saya dengan perspektif sosiologik. Banyak pengetahuan dan pengalaman yang saya peroleh dari Pa Robert. Karena itu, patut menyampaikan terima kasih untuk Pa Robert dan Ibu.
Bagi Ten, demikian inisial nama dari Merthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D, beliau adalah Ko-Promotor yang tidak pernah mengenal lelah. Pengalaman bimbingan bagi saya merupakan sesuatu yang sangat bernilai dan tidak pernah akan saya lupakan dalam hidup selama saya berkarya sebagai seorang dosen. Ketika saya mengalami kebuntuan berfikir kurang lebih selama satu bulan untuk menyelesaikan Bab sintesa, Ten selalu saya kontak melalui telpon dan senantiasa membe-rikan ide-ide yang sangat bermanfaat bagi saya. Siang atau malam hari, Ten selalu saya telpon jika saya ingin bertemu untuk berdiskusi dalam rangka menyelesaikan disertasi ini. Setiap naskah disertasi yang sudah
Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku
vi
saya tulis, ketika diberikan pagi untuk dikoreksi, sore hari saya sudah menerima hasil koreksinya. Banyak pengetahuan dan pengalaman yang saya dapat dari Ten. Terima kasih tanpa pamrih untuk Pak Ten dan Ibu Titi Prabawa, Ph.D atas seluruh kepedulian dan bantuan sehingga disertasi ini dapat saya selesaikan.
Terima kasih saya sampaikan kepada Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D dan seluruh staf Dosen Program Pascasarjana Doktor Studi Pembangunan yang sangat berpe-ran selama saya studi. Ayu, sangat membantu saya mengatasi berbagai problem administrasi yang muncul selama saya studi. Terima kasih atas bantuannya.
Gubernur Maluku [Karel A. Ralahalu], Wali Kota Ambon [Drs. M.J. Papilaya, MS] yang telah memberikan izin bagi saya untuk mengumpulkan data di wilayah riset, terima kasih saya ucapkan. Dua orang Kepala Kecamatan [Saparua dan Salahutu] dan Empat orang Raja pada empat wilayah riset, serta Kepala Kecamatan Sirimau serta Kecamatan Sirimau dan tiga kepala Kelurahan serta Raja Negeri Batu Merah di kota Ambon beserta dengan seluruh masyarakat yang telah bersedia menerima saya selama proses pengumpulan data berlangsung, terima kasih. Seluruh rekan-rekan dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura, terima kasih atas dukungan moril yang diberikan kepada saya. Keluarga besar Pelupessy di negeri Siri Sori Serani, terima kasih saya ucapkan atas keramahtamahan untuk menerima saya dan teman-teman selama proses pengumpulan data di pulau Saparua.
Sahabat-sahabatku di Ambon, Om Nan Polanunu, Bung Cak Saimima beserta Istri, Bung Berthi Papilaya beserta Isteri, Bung Jop Papilaya beserta Isteri, Bung Bito S Temar dan Isteri, Bung Mon Marlissa beserta Isteri, Bung Ucu Leiwakabessy beserta Isteri, Bung Semy Mairuhu beserta Isteri, Bung Nadus Pormes dan Isteri, terima kasih atas semua dukungan moril yang diberikan selama saya studi. Demikian pula di Sala Tiga, Om Ipi Litay, Bung Theo Litay dan Isteri, Bung Roy Siahainenia dan Isteri, Bung Piet Lumalessyl dan Isteri,
Kata Pengantar
terima kasih atas semua dukungan moril yang diberikan selama saya studi.
Sangat sulit untuk melupakan jasa almarhum Ayahku dan Ibuku. Mereka sangat berjasa untuk mendidik dan membesarkan kedelapan anak. Seluruh saudara-saudari saya, terima kasih atas dukungan do’a yang diberikan. Kepada Kakak saya [Ua] dan ponakan [Aca], terima kasih saya ucapkan karena dengan ikhlas sudah menemani Isteri dan Anakku selama saya studi hingga menyelesaikan disertasi ini.
Akhirnya, orang yang sangat menentukan keberhasilan peneli-tian dan penyusunan disertasi ini adalah isteri saya Ann Suzan, yang selalu mendorong untuk segera merampungkan tulisan ini. Anakku Frederika Marcia [Ika] senantiasa menjadi penyegar di kala saya mengalami keletihan bekerja dan memberikan sumbangan yang tidak dapat saya temukan dimana pun, kecuali dalam Tuhan yang saya percaya selalu menyegarkan jiwaku.
Salatiga, Oktober 2011 Tontji Soumokil
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ………... i
Kata Pengantar ………..……….….. iii
Daftar Isi ………... ix
Daftar Gambar ………..……… xiii
Glossary ……… xiv
Bab Satu : Pendahuluan 1 Organisasi Penulisan ……… 6
Bab Dua : Integrasi Sosial, Konflik Sosial, dan Modal Sosial: Kajian Pustaka 9 Pengantar ……….. 9 Integrasi Sosial ……….. 9 Konflik Sosial ……… 17 • Diferensiasi Sosial ………. 18 • Hegemoni ……….. 19 Modal Sosial ………. 21 Kesimpulan ………... 23 Bab Tiga : Mengungkap Realitas Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku 25 Permasalahan Penelitian ………. 25
Pendekatan Kualitatif ……….. 26
• Wilayah Riset ... • Metode yang Digunakan ……….. 29 31 • Proses Penelitian di Kota Ambon ……… 33
• Proses Penelitian di Pulau Saparua ………. 34
• Proses Penelitian di Pulau Ambon ……….. 36
• Masalah yang Dihadapi ……… 37
Kota Ambon ………. 37
Pulau Saparua ………... 39
Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku
x
Bab Empat : Orang Ambon dalam Dinamika Sejarah 41
Pengantar ……….. 41
Catatan Sejarah: Kontak dengan Dunia Luar ……. 42
• Kontak dengan Kesultanan Ternate dan Tidore. 42 • Kontak dengan Portugis ………... 43
• Kontak dengan Belanda ………... 45
Sistem Pemerintahan ………... 46
Pengelompokan Masyarakat ………... 48
Struktur Kekerabatan Orang Ambon ………. 54
Kesimpulan ……….. 58
Bab Lima : Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku 59 Pengantar ……….. 59
Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong, di Pulau Saparua ……….. 59
• Ruang Sosial dan Budaya ………. 59
• Ruang-ruang Politik dan Keagamaan …………. 62
• Pembentukan Ruang-ruang dan Jejaring Baru di Negeri Siri Sori ………. 65
Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon ………... 66
• Ruang Sosial dan Budaya ………. 66
• Ruang Politik dan Keagamaan ………. 70
• Ruang Ekonomi dan Perdagangan ……….. 74
• Pembentukan Ruang-ruang dan Jejaring Baru di Negeri Waai dan Negeri Tulehu ……….. 76
Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong di Kota Ambon ………. 78
• Ruang Sosial dan Budaya ………. 78
• Ruang-ruang Politik dan Keagamaan …………. 80
• Ruang Ekonomi dan Perdagangan ……….. 83
Pembentukan Ruang-ruang dan Jejaring Baru di Kota Ambon ………. 84
Kesimpulan ………... 86
Bab Enam : Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua 89 Pengantar ……….. 89
Intensitas Konflik ………. 90
Daftar Isi
Budaya Lokal ……… 102
Kesimpulan ……….. 105
Bab Tujuh : Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon 107 Pengantar ………. 107
Intensitas Konflik ………. 108
Peran Aktor dan Lembaga ………... 118
Budaya Lokal ……… 122
Kesimpulan ………... 124
Bab Delapan : Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong di Kota Ambon 127 Pengantar ……….. 127
Intensitas Konflik ………. 127
Peran Aktor dan Lembaga ………... 141
Budaya Lokal ………... 148
Kesimpulan ………... 150
Bab Sembilan : Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua 151 Pengantar ……….. 151
Kehidupan Sehari-hari ………. 152
• Pasar ……….. 152
• Sarana Angkutan Umum ……….. 156
Praktik Memperkuat Hubungan Gandong ………. 162
Reintegrasi Berbasis Gendong ………. 168
• Hubungan antar Komunitas: gandong sebagai Kekuaran Perekat (Bridging) ………... 168
• Kesadaran sebagai Satu Gandong ……… 170
• Praktik Mempertahankan Hubungan Gandong (Pembangunan kembali Gedung Gereja) ……… 172
• Peran LSM ……… 178
• Peran Pemerintah ………. 180
Kesimpulan ………. 181
Bab Sepuluh : Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau ambon Pasca Konflik Maluku 183 Sebuah Catatan Perjalanan ………. 183
Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku
xii
• Jasa Angkutan Umum ……….. 187
• Hari-hari Besar Keagamaan dan Daur Hidup….. 193
• Hari-hari Besar Keagamaan ………. 194
• Daur Hidup .……….. 195
Reintegrasi Basis Kerabat ……… 199
• Hubungan antar Komunitas: Kerabat sebagai Kekuatan Perekat (Bridging) ……… 199
• Pembangunan Sarana Peribadatan ……….. 201
Gedung Gereja ………. 201
Cuci Keramat ……… 203
• Peran Pemerintah ………. 206
Kesimpulan ……… 207
Bab Sebelas : Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon 209 Pengantar ………. 209
Sebuah Catatan Perjalanan ……….. 210
Reintegrasi Sosial di Kota Ambon ……… 212
• Hubungan antar Komunitas di Daerah Perkota-an ……… 212
Pasar ………. 212
Jasa Angkutan Umum ……….. 216
Lembaga Pendidikan ……… 219
Pegawai ………. 222
• Peran Pemerintah ………. 224
Kesimpulan ……… 230
Bab Dua belas : Reingtegrasi Sosial 233 Pengantar ………. 233
Katong Samua ……… 234
Katorang versus Dorang ……….. 238
Mayoritas versus Minoritas ………. 245
Dominasi versus Subordinasi ……….. 247
Konflik ……….. 249
Katong Pung Orang ………. 253
Kesimpulan ………... 259
Bab Tiga Belas : Keksimpulan 261
Menjawab Tantangan Pembangunan Bangsa ……. 266
Penelitian Lanjutan ……….. 267
Daftar Pustaka ………. 268
Daftar Isi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Model Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku 238 Gambar 2 : Hubungan antara Agama samawi dengan
Kebuda-yaan Lokal ……… 240 Gambar 3 : Perubahan Pola Hubungan Sosial Komunitas di
Maluku ………. 242 Gambar 4 : Gandong sebagai Perekat (adhesi sosial) ………… 254 Gambar 5 : Kerabat sebagai Perekat (adhesi sosial) …………. 255 Gambar 6 : Pela sebagai Perekat (adhesi sosial) ……… 256 Gambar 7 : Struktur Baru sebagai Perekat (adhesi sosial) …… 258
xiv
GLOSSARY
Adi-Kaka hubungan antar dua orang atau lebih yang berkerabat baik dalam satu keluarga luas maupun keluarga batih dari garis Ibu maupun Ayah
Alune nama salah satu kelompok masyarakat di Seram Barat dan Seram Tengah dan memiliki adat istiadat yang sama
Ama ayah, laki-laki
Aman negeri atau desa
Anak cucu marlou persekutuan kerabat antar empat marga Anak negeri penduduk asli
Badan sekumpulan orang yang merupakan
kesatuan untuk mengerjakan sesuatu
Basudara bersaudara
Beta saya
Bongso menunjukkan status seseorang sebagai
anak bungsu atau adik bungsu dalam satu keluarga batih
Cuci keramat upacara pembersihan kuburan leluhur
Dorang mereka
Dusun dati tanah dengan semua tanaman yang ada di
atas tanah
Eri kampung
Gandong Hubungan persaudaraan antar anak-anak yang lahir dari satu rahim Ibu
Hena negeri atau desa
Hongitochten expedisi perang, operasi pembersihan
Ina ibu, perempuan
Glossary
Katorang kami, kita
Katong pung orang orang kami, orang kita
Keramat kubur atau pekuburan
Kora-kora perahu perang
Lease gugusan pulau meliputi pulau Haruku,
pulau Saparua dan pulau Nusalaut Luma tau mata rumah
Malessi penghulu perang
Masohi kerja sama
Maweng petugas keagamaan
Negeri desa, suatu wilayah pemerintahan Nusa Ina nama lain dari pulau Seram
Patalima pergeseran nama dari kelompok Wemale Patasiwa pergeseran nama dari kelompok Alune Pela ikatan persaudaraan lintas agama antar
dua negeri atau lebih
Petuanan teritorial/wilayah satu negeri [desa]
Raja kepala pemerintahan sekaligus kepala
adat
Saniri dewan yang memerintah
Salam islam
Sarane kristen
Soa kepala marga
Sopi jenis minuman keras lokal
Tua adat tokoh adat
Tuan tanah penguasa tanah
Uku kumpulan beberapa mata rumah [paling
sedikit dua mata rumah]
Uli kumpulan beberapa negeri
Upu Lanite tuan atau tuhan langit Upu Latu raja, atau kepala desa
Wemale nama salah satu kelompok masyarakat di seram barat dan seram tengah dan memi-liki adat istiadat yang sama