• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih Teknologi Budidaya Lebah Trigona sp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alih Teknologi Budidaya Lebah Trigona sp"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Alih Teknologi “Budidaya Lebah

Trigona sp

Mataram, 24-25 September 2013

MENGEMBANGKAN JEJARING UNTUK

MENINGKATKAN PENGUSAHAAN MADU

Oleh : Yumantoko

(Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu)

DISELENGGARAKAN OLEH :

(2)

Mengembangkan Jejaring untuk Meningkatkan Pengusahaan Madu Oleh : Yumantoko

Email :yumant@gmail.com

Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram

1. Pendahuluan

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan komoditas yang penting terutama untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan.Luas hutan Indonesia yang begitu besar memiliki potensi pengembangan HHBK. Masih banyak jumlah penduduk miskin disekitar hutan akan mengancam kemberadaan hutan itu sendiri baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi konservasi.

Untuk saat ini, produksi madu nasional hanya 1.000 -1500 ton per tahun.Padahal, kebutuhan nasional mencapai 4.000 ton.Indonesia masih mengimpor madu 2.500 – 3.000 ton pertahun dan setiap orang di Indonesia pertahun mengonsumsi madu hanya satu sampai dua sendok makan (Hasan, 2012).

Usaha madu memiliki prospek cerah untuk dikembangkan.Untuk saat ini, antara permintaan tidak sebanding jumlah yang tersedia.Indonesia masih kekurangan stok madu. Masyarakat menjadikan madu karena manfaat antara lain sebagai bahan pangan, dan obat.

Kegiatan pengusahaan madu akan sangat sulit jika diusahakan sendiri. Karena, petani di Indonesia pada umumnya masih memiliki keterbatasan dari sisi teknologi, modal, pasar dan sumberdaya manusia.Pengembangan usaha bersama akan memperkuat posisi petani.

Salah satu bentuk ideal untuk mengembangkan usaha adalah dengan berjejaring. Berjejaring diperlukan masyarakat agar usaha yang dijalani mampu bersaing dengan pihak lain. Berjejaring bekerjasama dengan pihak lain untuk menyelesaikan permasalahan dalam pengusahaan komoditas tertentu.

Contoh dalam pengembangan usaha madu dengan berjejaring adalah JMHI (Jaringan Madu Hutan Indonesia).Pendirian JMHI memberi peluang bisnis yang begitu besar dalam pengusahaan madu.Latarbelakang terbentuknya asosiasi tersebut yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan khususnya masyarakat petani madu hutan.

(3)

2. Apa itu Jejaring

Profesor J.A. Barnes dalam Thomson(2006)memberikan pengertian Jejaring sosial yaitu struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi.Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah Jejaring dalam pengertian usaha maduadalah hubungan untuk meningkatkan usaha petani madu. Hubungan tersebut bisa diwujudkan dengan menjalin kerjasama antara petani dengan petani, petani dengan pemerintah, petani dengan swasta, petani dengan perguruan tinggi, petani dengan BUMN dan lain sebagainya. Dimana masing-masing pihak memperoleh manfaat yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan keterpaduan yang didasari rasa saling menguntungkan.

3. Manfaat Berjejaring Dalam Konteks Pengusahaan Madu

Eksis, Petani lebih memiliki kemampuan untuk menunjukan kepada pihak lain bahwa

bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk menghasilkan madu dalam kualitas yang baik. Stok produksi akan ditingkatkan dan diusahakan baik kualitas dan kuantitas.

Cari teman baru.Banyak teman akan banyak rejeki. Dalam sebuah jejaring terdapat

banyak individu-individu untuk memperkuat jaringan pemasaran madu.

Berbagi informasi.Ilmu yang Kita miliki akan lebih bermanfaat lagi jika dibagikan

dengan anggota lain. Ilmu yang Kita bagikan akan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

(4)

Mencari informasi. Informasi diperlukan untuk menambah pengetahuan.Tentunya, ada

banyak orang didalam jaringan yang bisa pelajari ilmunya untuk meningkatkan usaha pengembangan madu agar lebih baik.

Memperkenalkan produk. Produk yang dihasilkan oleh individu/kelompok akan mudah

dikenali oleh orang lain. Dengan menjadi anggota jaringan, individu/ kelompok dengan mudah menjelaskan/mensosialisasikan produk tertentu

Brand.Produk yang sudah memiliki reputasi baik akan dihargai tinggi oleh masyarakat.

Nama tersebut untuk memperkuat posisi kita dengan pihak lain.

Sumber informasi update terakhir atas sebuah isu. Isu-isu penting dalam pengusahaan

madu akan cepat ter-update. Hal ini menjadikan, individu/kelompok anggotadapat mudah mendapat info terbaru mengenai perkembangan pengusahaan madu.

4. Hambatan dalam berjejaring

Dalam berjejaring seringkali diwarnai dengan hambatan-hambatan. Hambatan akan selalu ada, itu itu diperlukan kesiapan dari anggota-anggota dari jaringan untuk menghadapi hambatan. Agar, hambatan yang ada tidak menimbulkan dampak buruk yang berkepanjangan bagi jaringan. Hambatan yang biasa ditemui antara lain rasa takut, rasa puas, rutinitas tinggi, kemalasan mental, birokrasi, terpaku pada masalah kerja, "stereotyping" (AppliEpcmcom, 2013).

5. Perwujudan Nyata Dalam Berjejaring

Dalam berjejaring, hubungan diantara individu-individu maupun antar kelompok dapat membentuk kelompok formal dan informal.Dasar pokok sederhana yang menjadikan suatu organisasi adalah interaksi.Kesamaan latar belakang menjadi penguat dalam berinteraksi. Latar belakang tersebut antara lain usia, jenis kelamin, asal daerah, pendidikan, mata pencaharian, kebiasaan tertentu dan lain sebagainya.

Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap orang ingin ber-organisasi sebagai wujud memperluas jaringan dengan memperbanyak peluang sekaligus sebagai fitrah manusia sebagai mahluk sosial(AppliEpcmcom, 2013).Sehingga perwujudan

(5)

dalam berjejaring dapat berupa asosiasi, persatuan, kelompok, koperasi, jaringan, paguyuban, Dll.

6. Menjaga Jaringan

Ada istilah “ menjaga/mempertahankan lebih sulit dari membuat”. Istilah tersebut memang ada benarnya.Manusia cenderung untuk menciptakan namun ada keengganan untuk menjaga tetap baik. Banyak Kita jumpai suatu organisasi, dimana anggota aktif saat awal-awal berdiri, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, keaktifan anggota kian luntur.

Ada banyak cara untuk tetap tegar agar usaha yang kita jalani memberikan harapan. Seperti yang dikutip dari Nugroho (2013), agar anggota suatu jaringan dapat berpikir sesuatu dengan cara pandang yang lebih luas yaitu :

• Dalam banyak situasi, kita harus cerdik membaca peta untuk bisa memaksimalkan nilai yang kita hasilkan. Intinya: ubahlah cara pandang kita. Jangan melihat dalam konteks sempit. Melihat secara meluas itu selayaknya dipraktekkan dalam tiap langkah kita, dalam konteks apapun. Mahasiswa belajar bukan karena kewajiban saja, petani menanam bukan hanya untuk mencari makan saja orang tua mendidik anak bukan hanya karena merasa itu sudah menjadi tugasnya. Kita melakukan semua itu karena ada manfaat luar biasa di masa depan. Dan jika ada kesulitan menghadang, Manfaat lain dari memandang secara meluas adalah melatih diri untuk tidak mudah menyerah. Sebuah jejaring, apapun bentuknya, secara alamiah menyediakan alternatif-alternatif yang bisa ditempuh. Buntu bagiantertentu, kita bisa mencari jalan lain melalui jalur yang berbeda. Tujuan yang sama, peningkatan nilai, bisa dicapai melalui jalur-jalur yang berbeda. Terbiasa melakukan hal ini akan meningkatkan survivability kita di jaman yang sangat dinamis ini.

• Hidup berjejaring memerlukan cara pandang dan skill set yang sesuai. Intinya: kerjakan tugas kita sebaik-baiknya. Jika ada kendala, jangan mudah menyerah, karena di balik kesulitan itu selalu ada manfaat besar, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk pihak-pihak lain.

Kerjasama akan melahirkan usaha kreatif. Ide dan pikiran akan berkembang tatkala kita saling berbagi dengan yang lain. Satu persoalan akan dipikirkan oleh banyak orang. Sehingga masing-masing individu akan berkerja lebih ringan.Berbeda tatkala satu persoalan kita pikirkan sendiri. Walaupun persoalannya ringan, namun akan sulit untuk mengatasinya. Karena, energi dan waktu yang dicurahkan untuk mengatasi masalah menjadi lebih besar. Manfaat berjejaring adalah untuk mendapatkan wadah agar setiap anggota dapat berbagi pengalaman kepada semua anggota.

(6)

7. Contoh Jaringan Dalam Pengusahaan Madu (Studi Kasus JMHI)

a. Struktur JMHI

Anggota JMHI tersebar diseluruh Indonesia. JMHI dibentuk untuk menjadi forum komunikasi, membangun proses-proses berbagi pengalaman mengenai pengelolaan dan pemanfaatan lebah Apis dorsata di masing-masing wilayah, memfasilitasi proses produksi yang baik, membangun pasar, dan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai lebah Apis dorsata, hutannya, dan madunya

JMHI adalah jaringan yang terstruktur yang mewadahi petani-petani anggotanya diseluruh Indonesia agar mampu berusaha dalam mengusahakan madu agar lebih memberi nilai manfaat.Pengusahaan madu yang berada dibawah JMHI memiliki sistem untuk penguatan-penguatan kepada anggotanya.Sehingga, anggota JMHI akan terus mendapatkan penguatan kapasitas baik dari sisi SDM (Sumber Daya Manusia) petani maupun sisi kelembagaan dalam berorganisasi.

JMHI didukung oleh sumberdaya manusia yang baik karena ada persyaratan tertentu agar bisa masuk menjadi anggota.Yang tidak kalah pentingnya untuk mengatur anggota dengan menerapkan aturan-aturan dan juga sanksi.Mereka juga bekerjasama dengan pihak luar untuk mengembangkan usaha, sehingga usaha yang dilakukan bisa berkembang.

(7)

b. Anggota

Anggota JMHI terdiri dari Kelompok petani madu hutan dan lembaga pendamping.Kelompok petani madu hutan disini adalah sekumpulan petani madu hutan dari lebah Apis dorsata yang menghasilkandan mengolah madu hutan atau produk lainnya yang dihasilkan dari lebah Apisdorsata (lebah hutan).

Jaringan JMHI tersebar di :

1. Kalimantan Barat di Taman Nasional Danau Sentarum Pendamping Kaban, Riak Bumi

2. Kalimantan Selatan di Pegunungan Meratus : Pendamping LPMA Borneo 3. Sulawesi Tenggara, di Alaaha : Pendamping YASCITA

4. Sulawesi Selatan di Luwu Utara : Pendamping YBS

5. Riau di Taman Nasional Tessonilo :Pendamping WWF Tessonilo 6. Sumbawa : Pendamping JMHS

7. Banten – Taman Nasional Ujung Kulon pendamping PHMN

Sedangkan lembaga pedamping adalah organisasi atau instansi yang berbadan hukum dan secara intensifmendampingi kelompok petani madu hutan. Lembaga pendamping tugasnya membimbing petani madu agar pengusahaan madu yang dilakukan sesuai dengan aturan JMHI.

Untuk menjaga agar sesuai dengan aturan, JMHI mengenakan aturan bagi anggota yang melanggar antara lain jika anggota melanggar visi, atau misi, atau Pedoman Organisasi JMHI, yang diperkuat adanya laporan dari lembaga pendamping dan atau kelompokpetani madu hutan yang bersangkutan.Sanksi yang dikenakan tergantung tingkat pelanggaran. Selanjutnya untuk menindaklanjuti pelanggaran akan dibentuk tim yang khusus menangani sanksi.Bentuk sanksi bisa berupa teguran secara lisan, tertulis hingga pemberhentiansebagai anggota JMHI.

Kategori Pelanggaran terdiri dari Pelanggaran ringan dan pelanggaran berat.Pelanggaran ringan misalnya tidak hadir dalam pertemuan tahunan, sekretariat memberikan teguran baiksecara lisan atau pun tertulis. Sedangkan Pelanggaran beratSeperti pemalsuan/pencampuran madu dengan air gula dan lainnya akan dikenakansanksi pemecatan dan sanksi hukum.

(8)

c. Kolaborasi

Untuk memperkuat posisi, JMHI melakukan kolaborasi dengan pihak lain yang memiliki keahlian khusus dibidangknya. Kerjasama dilakukan baik dengan LSM maupun lembaga pemerintah untuk memberikan pemberdayaan kepada masyarakat. Kerjasama tersebut yaitu dalam bentuk fasilitasi dan pelatihan kepada petani madu maupun program lain yang berkaitan dengan program pemberdayaan. Lembaga pemerintah yang menjadi mitra antara lain Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan, Cordoid, Cifor, Ford Foundation, dan kerjasama dengan LSM lokal, nasional maupun mancanegara.

Daftar Pustaka

AppliEpcmcom. 2013. Facebook. Diakses 1 September 2013, dari

https://www.facebook.com/AppliEpcmcom/posts/518390154868667

Cocon. (Tanpa Tahun). Scribd. Diakses 4 September 2013, dari

http://id.scribd.com/doc/97524284/Pentingnya-Kelembagaan-Dalam-Industrialisasi-Perikanan

FORCLIME. (Tanpa Tahun). FORCLIME. Diakses 28 Januari 2013, dari http://www.forclime.org/index.php/in/latar-belakang/hutan

Hasan R.A, dan Yumantoko. 2012. Kajian Kelembagaan Pengusahaan Madu Hutan di Indonesia. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Nugroho, L. E.2013. Diakses2 September 2013, dari

http://lukito.staff.ugm.ac.id/2013/03/14/hidup-berjejaring-apa-yang-diperlukan/

R, H. 2007. RANCANGAN KELEMBAGAAN TANI DALAM

IMPLEMENTASIPRIMA TANI DI SUMATERA SELATAN. Analisis

Kebijakan Pertanian, 110-125.

Thompson, K. 2006. Diakses 4 September 2013, dari

Referensi

Dokumen terkait

Metode TOPSIS telah banyak digunakan sebagai metode pengambilan keputusan, beberapa penelitian telah menerapkan metode TOPSIS dalam sistem pendukung keputusan, salah

Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.” Suwanto & Priansa

Selain itu, faktor lain yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan adalah kepuasan yang berasal dari para petugas yang bekerja di dalam layanan tersebut. Aturan yang berlaku

Foto morfologi permukaan dari spesimen baja dalam larutan NaCl yang telah dilapisi ekstrak daun teh selama 24 jam, setelah itu direndam pada medium korosif pada perendaman

Pada kalimat di atas, terdapat dua subjek berbeda, tetapi hanya terdapat satu predikat yang predikatnya tidak dapat berpasangan dengan satu dari kedua subjek

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

INTI untuk setiap kriteria dimana nilai tersebut akan digunakan untuk membantu pemilihan perekrutan siswa/mahasiswa PKL yang sesuai dengan kebutuhan PT. INTI