• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS BAHASA JERMAN DALAM

PENERJEMAHAN DARI TEKS BAHASA INDONESIA “NAMAKU

MALUBA” BAGAIMANA STATUS ANAK-ANAK PEREMPUAN KITA?

KEDALAM TEKS BAHASA JERMAN “MEIN NAME IST MALUBA”

WELCHEN STATUS HABEN MÄDCHEN IN UNSERER

GESELLSCHAFT?

MAKALAH NON-SEMINAR

TEDY TRIYONO

1006776851

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA JERMAN

DEPOK

JANUARI 2015

(2)
(3)
(4)
(5)

Analisis Penggunaan Deiksis Bahasa Jerman dalam Penerjemahan dari

Teks Bahasa Indonesia “Namaku Maluba” Bagaimana Status Anak-Anak

Perempuan Kita? kedalam Teks Bahasa Jerman „Mein Name ist Maluba“

Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?

Tedy Triyono, Rita Maria Siahaan

Program Studi Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya, Universitas Indonesia Depok, 16424, Indonesia

Email: tedy.triyono@yahoo.com

Abstrak

Deiksis berasal dari bahasa Yunani yang berarti menunjuk (pointing) atau memilih (picking out) (Peter Grundy, 2000: 23). Dalam teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? deiksis sering digunakan untuk menerjemahkan beberapa kata yang ada pada teks bahasa Indonesia “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? Meskipun pada teks aslinya tidak digunakan deiksis sebagai penunjuk hal yang sama. Dalam penulisan jurnal ini akan dianalisis bagaimana deiksis berperan dalam penerjemahan ke dalam bahasa Jerman pada teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in

unserer Gesellschaft?

Kata Kunci: deiksis, terjemahan

Analyse on the use of German deixis in translation text „Mein Name ist

Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? based on

Bahasa Indonesia text “Namaku Maluba” Bagaimana Status Anak-Anak

Perempuan Kita?

Abstract

Deixis basically is borrowed from Greek word meaning pointing toorpicking out. Some deixis were used in the

translated text „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? to refer the same reference from original text “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? This Essay will analyze how is it the German deixis play the role in translation from „Mein Name ist Maluba“

Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?

Keywords: deixis, translation

Pendahuluan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar, salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah bahasa. (Prof.Dr.Koentjoroningrat, 1985: 180)1

1

(6)

Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilaksanakan guna membandingkan bahasa sebagai unsur budaya dalam dua budaya yaitu Indonesia dan Jerman. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis secara linguistik teks terjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Jerman.

Perbedaan bahasa yang akan diteliti bukan hanya bagaimana penyampaian bahasa tersebut, tetapi bagaimana maksud dari teks asli disampaikan oleh teks terjemahan. Perbedaan secara linguistik yang akan dipakai adalah perbedaan pragmatik yang difokuskan pada subbab deiksis.

Teks berbahasa Jerman „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer

Gesellschaft? ini dipilih karena ditemukan banyaknya penggunaan deiksis, baik deiksis sejati

ataupun deiksis tidak sejati. Hal tersebut benar adanya jika dibandingkan dengan apa yang ada dalam teks aslinya bahasa Indonesia yang berjudul “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita?

Penggunaan deiksis, baik yang sejati ataupun yang tidak sejati sering ditemukan dalam teks berbahasa Jerman, hal ini dapat dilihat pada contoh kalimat berikut:

„Weitere Blumennamen werden zudem häufig von Print-und visuellen Median

verwendet, wenn sie etwa über Frauen berichten.“

Pada kalimat tersebut penggunaan deiksis diperlihatkan oleh sie. Sie bertindak sebagai deiksis yang menggantikan keterangan yang sudah dijelaskan pada kalimat atau frase sebelumnya yaitu Weitere Blumennamen. Kata benda dalam bahasa Jerman dibedakan berdasarkan

gendernya (der, die, das).2 Pada kalimat tersebut deiksis sie tergolong sebagai deiksis tidak

sejati karena tidak menggantikan orang ketiga perempuan, ataupun orang ketiga mereka, melainkan menggantikan kata benda yang memiliki artikel yang sama yaitu die

Blummennamen (jamak).

Die Personalpronomen er, sie, es, sie (Pl.) beziehen sich im Nominativ, Dativ, und Akkusativ auf vorher genannte Personen oder Sachen.3

Penggunaan deiksis dalam terjemahan bahasa Jerman dari bahasa Indonesia merupakan suatu bentuk penyesuaian secara gramatikal. Penyesuaian tersebut dilakukan berdasarkan prinsip gramatikal yang berlaku pada bahasa Jerman. Dalam buku Dreyer.Schmitt Lehr-und

2 Götz, Dieter. Langenscheidt Taschenwörterbuch Deutsch als Fremdsprache. Berlin: Langenscheidt Verlag.

2010. halaman 12 3

(7)

Übungsbuch der deutschen Grammatik, penggunaan deiksis salah satunya digunakan dalam

penjelasan mengenai pronomina, hal ini dapat dilihat pada contoh berikut4:

Der Professor ist krank. Er kommt heute nicht.

Die Verkäuferin bedient mich gut. Ich kenne sie schon lange

Hal tersebut yang menyebabkan munculnya deiksis pada teks terjemahan, meskipun pada teks aslinya tidak digunakan deiksis.

Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah saya jelaskan sebelumnya, masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimanakah deiksis bahasa Jerman berperan dalam penerjemahan dari teks “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? ke teks bahasa Jerman „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer

Gesellschaft?

Tujuan Penelitian

Dari masalah tersebut diharapkan dapat dibuktikan peran deiksis dalam penerjemahan dari teks “Namaku Maluba“ Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? ke teks bahasa Jerman „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?

Tinjauan Teoritis

Dalam karya ilmiah ini akan dipakai dua teori yang sangat berperan dalam penelitian yang akan dilakukan. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, yakni deiksis dan teori metode penerjemahan. Teori tersebut akan dibahas secara ringkas sebagai berikut:

A. Deiksis

Deiksis berasal dari bahasa Yunani yang berarti menunjuk (pointing) atau memilih (picking out) (Peter Grundy, 2000: 23). Deiksis adalah makna yang mengacu atau mereferensi pada suatu hal. Dalam penjelasan berikut akan dipakai teori yang ada dalam buku karya Peter Grundy yang berjudul Doing Pragmatics. 5

4 Dreyer, Hilke. Lehr-und Übungsbuch der deutschen Grammatik. Ismaning: Hueber Verlag. 2009. halaman 28

(8)

Salah satu deiksis yang ada adalah deiksis persona, dalam penggunaannya biasa dipakai pronomina.6 Oleh karena itu deiksis dalam hal ini berperan sebagai penjelas lebih lanjut tentang makna dibalik sebuah pronomina dalam sebuah kalimat. Pronomina di Indonesia seperti „dia“ dapat dipergunakan dengan mudah tanpa harus memikirkan siapa yang dituju, baik itu objek laki-laki ataupun perempuan, sehingga deiksis atau makna yang dimaksud oleh pronomina tersebut bisa memiliki jumlah lebih dari satu.

(1) Dia memakan sebuah apel.

Dalam kalimat tersebut deiksis „dia“ tidak dapat menunjukkan secara langsung siapa yang dituju atau dimaksud dalam kalimat tersebut. Konteks memiliki peran yang penting dalam pembahasan deiksis, karena deiksis dapat diketahui jika konteks sebuah ujaran telah ditentukan.7 Dalam ujaran (1) bisa memiliki makna bahwa yang memakan apel tersebut adalah seorang perempuan jika yang dimaksud adalah seorang perempuan yang sedang memakan sebuah apel, begitu juga sebaliknya jika pria.

Berbeda dengan deiksis dalam bahasa Indonesia yang tidak menggunakan gender sebagai pemisah dalam pembedaan penggunaan deiksis, bahasa-bahasa asing seperti bahasa Jerman biasanya menggunakan gender sebagai pembeda dalam penggunaan suatu deiksis. Bahasa asing seperti bahasa Jerman membedakan deiksis berdasarkan gender seperti: er, sie,

es. Selain digunakan untuk menggantikan orang, penggunaan er, es, dan sie juga dipakai

untuk menunjukkan benda-benda dengan artikel tertentu atau biasa disebut deiksis tidak sejati.8 Kata benda dalam bahasa Jerman dibedakan berdasarkan gendernya (der, die, das).9 Seperti yang dijelaskan dalam buku Dreyer.Schmitt Lehr-und Übungsbuch der deutschen

Grammatik.

Die Personalpronomen er, sie, es, sie (Pl.) beziehen sich im Nominativ, Dativ, und Akkusativ auf vorher genannte Personen oder Sachen.10

(2) Das Museum ist sehr modern. Der Architekt Libeskind hat es gebaut.

Penggunaan deiksis es dalam ujaran (2) menunjukkan gender benda yang dimaksud, yaitu das Museum. Pada ujaran (2) es juga memiliki fungsi sebagai deiksis anafer.

6

Grundy, Peter. Doing Pragmatics. London: Hodder Headline Group. 2000. hal. 26 7 Ibid hal. 27

8 Ibid hal. 27

9 Götz, Dieter. Langenscheidt Taschenwörterbuch Deutsch als Fremdsprache. Berlin: Langenscheidt Verlag.

2010. halaman 12 10

(9)

Berbeda dengan bahasa Inggris yang tidak membedakan orang kedua formal dan informal, bahasa Jerman menggunakan deiksis persona tergantung dari konteks kesopanan atau formal dan tidak formalnya situasi komunikasi.11 Deiksis Sie akan ditemukan dalam situasi komunikasi yang lebih formal sebagai pengganti deiksis du.

(3) Kannst du mir helfen? (4) Können Sie mir helfen?

Kedua ujaran tersebut memiliki arti yang sama, yaitu meminta pertolongan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara kedua ujaran tersebut yang dapat dilihat dari penggunaan deiksis yang berbeda. Pada ujaran (4) dapat diketahui bahwa situasi komunikasinya lebih formal daripada ujaran (3), karena penggunaan deiksis Sie menunjukkan situasi yang lebih formal.

Selain deiksis persona masih ada jenis-jenis deiksis lainnya, seperti deiksis lokal, deiksis temporal, deiksis wacana, dan deiksis sosial.12 Teori yang akan dipakai untuk menganalisis teks Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer

Gesellschaft? salah satunya adalah deiksis wacana.

Terdapat dua jenis deiksis wacana, yaitu deiksis anafora (yang sudah dijelaskan) dan deiksis katafora (yang akan dijelaskan).13 Deiksis persona juga dapat berfungsi sebagai deiksis anafer, atau deiksis yang menunjukkan sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya.14 Contoh deiksis anafora:

(5) Hari ini Paulina terlambat datang ke sekolah, dia pun harus dihukum oleh gurunya.

Penggunaan deiksis „dia“ dalam kalimat (5) berbeda jika dibandingkan dengan (1). Meskipun keduanya menunjukkan seseorang, tetapi „dia“ dalam kalimat (5) berfungsi juga sebagai penjelas ujaran sebelumnya. Dalam bahasa Jerman juga terdapat deiksis anafora, dan bahkan dapat menggunakan pronomina atau menggunakan artikel kata benda tersebut.

(6) Eine Schwangerschaft führt zur Katastrophe, wenn sie die Zukunft des Mädchens beendet.

11 Grundy, Peter. Doing Pragmatics. London: Hodder Headline Group. 2000 halaman 26

12 Ibid. hal 26 13

Ibid hal. 27 14 Ibid hal. 34

(10)

Pada kalimat (6) sie bersifat menggantikan atau mengacu pada keterangan yang sudah dijelaskan pada frase atau kalimat sebelumnya yaitu Eine Schwangerschaft.

(7) Ich sehe den Zug, der schnell ist.

Pada kalimat (7) der bersifat menggantikan atau mengacu pada keterangan yang sudah dijelaskan pada frase atau kalimat sebelumnya yaitu den Zug.

B. Penerjemahan

1. Definisi

Penerjemahan memiliki dua definisi yang saling bertautan satu sama lain. (1) Penerjemahan adalah upaya „mengganti‟ teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran; (2) yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang dimaksudkan pengarang. 15

2. Proses Penerjemahan

a. Tahap penerjemahan16

Penerjemahan sebuah teks harus melalui tiga tahap, yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian. Dari ketiga tahap ini, tahap satu dan dua dapat dilakukan secara berulang agar isi teks dapat dipahami dengan benar dan dilanjutkan dengan tahapan ketiga. Seperti yang diperlihatkan pada bagan berikut:

Dalam analisis dan pengalihan kita dapat memanfaatkan teori konstruk konteks situasi Halliday & Hasan yang mengandung tiga unsur: field (bidang, pokok masalah), tenor (suasana umum), dan mode (cara). Ketiga unsur ini menunjukkan kadar kesulitan analisis yang berbeda pada jenis teks yang berbeda.

15

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo. 2000 halaman 4. 16 Ibid, halaman 46.

Analisis 1  Pengalihan Analisis 2 Koreksi pengalihan 1 Analisis 3  Koreksi Pengalihan 2

(11)

b. Prosedur penerjemahan17

Banyak sekali prosedur yang dapat dimanfaatkan dalam penerjemahan, tetapi dalam konteks penerjemahan yang melibatkan bahasa Indonesia terdapat lima yang paling penting. Prosedur yang paling penting adalah: pergeseran bentuk, pergeseran makna, adaptasi, pemadanan berkonteks, pemadanan bercatatan. Dari semua prosedur ini, ada yang memang wajib dilalui dan ada yang sifanya pilihan. Prosedur yang wajib memang harus dilalui jika tidak, terjemahannya mungkin tidak sesuai dengan kaidah bahasa sasaran dan hasil terjemahannya tidak berterima.

c. Teknik penerjemahan18

Menurut Collins English Dictionary, teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas tertentu. Dalam definisi ini terdapat dua hal penting: (1) teknik adalah hal yang bersifat praktis; (2) teknik diberlakukan terhadap tugas tertentu. Dari kedua butir yang penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode dan prosedur penerjemahan yang lebih bersifat normatif. Sesuai dengan sifatnya yang praktis, teknik penerjemahan berkaitan langsung dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahan masalah tersebut.

d. Pergeseran makna atau modulasi19

Terdapat dua macam pergesaran makna atau modulasi yang muncul dalam penerjemahan, yaitu wajib dan bebas. Pergeseran makna wajib adalah ketika suatu kata, frase, atau struktur tidak ada padanannya pada bahasa sasaran. Sementara pergeseran makna bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan karena alasan nonlinguistik, misalnya untuk memperjelas makna, mencari padanan yang terasa alami dalam bahasa sasaran. Pergeseran makna bebas bisa menimbulkan pertanyaan dan permasalahan mengenai kesepadanan. Dalam buku Pedoman Bagi Penerjemah, modulasi wajib dan modulasi bebas tersebut dapat diperlihatkan dalam contoh berikut:

17 Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo. 2000 halaman 74-75.

18

Ibid, halaman 77. 19 Ibid, halaman 69-70.

(12)

Modulasi wajib: penggunaan kata lessor dan lessee dalam bahasa Inggris. Kata lessee diterjemahkan sebagai penyewa tetapi padanan untuk kata lessor tidak ada. Maka, padanannyadapat dicari dengan mengubah sudut pandangnya atau dicari kebalikannya: „Orang/pihak yang menyewakan atau pemberi sewa„.

Modulasi bebas: bentuk negatif ganda dalam bahasa sumber (BSu) menjadi positif dalam bahasa sasaran (BSa)

Conflicts are bound to occur o „Konflik militer tak urung terjadi‟

Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah deskriptif analitis. Korpus data akan dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian dianalisa dengan teori-teori yang sudah dijabarkan.

Hasil Penelitian

Pembahasan tentang deiksis yang muncul dalam teks „Mein Name ist Maluba“

Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?

Dalam teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer

Gesellschaft? terdapat deiksis yang tidak mengacu pada seseorang tetapi lebih mengacu

kepada ujaran yang dijelaskan sebelumnya, sehingga fokus penelitian ini ada pada deiksis wacana anafora dan bagaimana penerjemahan dengan deiksis tersebut jika dibandingkan dengan teks asli bahasa Indonesia. Berikut adalah beberapa deiksis anafora bahasa Jerman yang terdapat dalam teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in

unserer Gesellschaft?

Deiksis Kalimat

sie  Weitere Blummennamen werden zudem häufig von Print-und visuellen Medien verwendet, wenn sie etwa über Frauen berichten,...

Eine Katastrophe ist, wenn sie die Folge einer Vergewaltigung ist.

(13)

Eine Schwangerschaft führt zur Katastrophe, wenn sie die

Zukunft des Mädchens beendet,...

 14% der Abtreibungen werden bei Mädchen im Alter zwischen 15 und 19 Jahren vorgenommen. Sie gefährden das Leben der Mädchen.

Viele Mädchen sterben infolge der weiblichen Genitalbeschneidung, Female Genital Mutilation (FGM), etwa weil sie verbluten.

 Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital und Aufmerksamkeit in ihre Söhne, da sie „Großes“ von ihnen erwarten.

 Wenn wir Schulklassen besuchen würden, dann träfen wir die Mädchen, die es vorziehen zu schweigen oder wenn sie eine falsche Antwort geben,..

 Stellen Sie sich ein Mädchen vor, dass im Alter von zwölf Jahren in Sub-Sahara Afrika zur Witwe wird. Sollte sie nicht in der Schule sein? Sollte sie nicht in der sicheren Obhut ihrer Eltern sein? Sollte sie nicht mit ihren Freundinnen spielen? Sollte sie nicht Spaß am Lernen oder beim Spielen haben? Sollte

sie nicht einfach ein Kind sein dürfen?

 Eine Frau erlebt in jedem Alter Formen der Gewalt, die zeitlebens nicht enden. Ob sie nun ein Mädchen ist, ob sie Opfer einer Vergewaltigung im Jugendalter wird,...

die  Weitere Blummennamen werden zudem häufig von Print-und visuellen Medien verwendet, wenn sie etwa über Frauen berichten, die Opfer einer Vergewaltigung würden.

Junge Mädchen, die nach einer Vergewaltigung schwanger werden,..

Wenn wir Schulklassen besuchen würden, dann träfen wir die

Mädchen, die es vorziehen zu schweigen oder wenn sie eine falsche Antwort geben,..

Eine Frau erlebt in jedem Alter Formen der Gewalt, die zeitlebens nicht enden.

(14)

viele  Junge Mädchen, die nach einer Vergewaltigung schwanger werden, ziehen ihre Kinder nicht selten allein auf: viele werden selbst von ihren Familien verstoßen, müssen die Schule verlassen.

davon  95% der Geburten liegen in Entwicklungsländern, mehr als 50%

davon in Afrika.

die Schwangerschaft  Ein Segen ist die Geburt, wenn die Schwangerschaft gewollt und gut vorbereitet ist.

es  Denn ohne Wissen über das Recht auf selbstbestimmte Reproduktion und auf selbstbestimmte Sexualität kommt es zu ungewollten Schwangerschaften.

Eine Schwangerschaft führt zur Katastrophe, wenn sie die

Zukunft des Mädchens beendet, weil es daraufhin die Schule verlassen muss oder wenn es von seiner Familie verstoßen wird. darüber  Sie gefährden das Leben der Mädchen. Darüber hinaus haben

von jungen Müttern geborene Säuglinge ein höheres Sterbrisiko. da  Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital und

Aufmerksamkeit in ihre Söhne, da sie „Großes“ von ihnen erwarten.

 Das Schicksal unserer Mädchen und die lauerndern Bedrohungen sind da, sobald das Geschlecht des Fötus als weiblich identifiziert ist.

dazu  Diese Position der Jungen führt dazu, dass man von ihnen „Superiorität“ erwartet.

Deiksis-deiksis yang ada pada teks „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen

in unserer Gesellschaft? dalam tabel tersebut merupakan deiksis anafora yang membahas

frase atau kata yang telah dijelaskan sebelumnya. Penjelasan analisis ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penjelasan deiksis serta maknanya dalam tiap kalimat dan penjelasan bagaimana penerjemahan dengan deiksis tersebut jika dibandingkan dengan teks asli bahasa Indonesia.

(15)

Penjelasan deiksis serta maknanya dalam tiap kalimat

1. sie

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, deiksis sie ini adalah deiksis anafora yang menggunakan pronomina.

Dalam kalimat „Weitere Blummennamen werden zudem häufig von Print-und

visuellen Medien verwendet, wenn sie etwa über Frauen berichten,...“ deiksis sie

berperan menggantikan atau menunjukkan kata yang dibahas sebelumnya yaitu

Blummennamen.

Sedangkan dalam kalimat „Eine Katastrophe ist, wenn sie die Folge einer

Vergewaltigung ist.“ Deiksis sie merujuk pada kata yang sudah dijelaskan

sebelumnya yaitu Katastrophe.

Dalam kalimat „Eine Schwangerschaft führt zur Katastrophe, wenn sie die Zukunft

des Mädchens beendet,...“ deiksis sie merujuk pada Schwangerschaft.

Sedangkan dalam kalimat „14% der Abtreibungen werden bei Mädchen im Alter

zwischen 15 und 19 Jahren vorgenommen. Sie gefährden das Leben der Mädchen.“

Deiksis sie berperan merujuk pada kalimat sebelumnya yaitu pada kata Abtreibungen. Dalam kalimat „Viele Mädchen sterben infolge der weiblichen Genitalbeschneidung,

Female Genital Mutilation (FGM), etwa weil sie verbluten.“ deiksis sie mengacu

pada referensi yang ada pada kalimat yang sebelumnya, dalam hal ini adalah viele

Mädchen.

Pada kalimat „Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital und

Aufmerksamkeit in ihre Söhne, da sie „Großes“ von ihnen erwarten.“ deiksis sie

menjadi deiksis anafora, yaitu deiksis yang mengacu pada referensi di kalimat sebelumnya yaitu Eltern.

Dalam kalimat „Wenn wir Schulklassen besuchen würden, dann träfen wir die

Mädchen, die es vorziehen zu schweigen oder wenn sie eine falsche Antwort geben,..“

deiksis sie mengacu pada referensi yang ada pada kalimat yang sebelumnya, dalam hal ini adalah die Mädchen.

Pada kalimat „Stellen Sie sich ein Mädchen vor, dass im Alter von zwölf Jahren in

Sub-Sahara Afrika zur Witwe wird. Sollte sie nicht in der Schule sein? Sollte sie nicht in der sicheren Obhut ihrer Eltern sein? Sollte sie nicht mit ihren Freundinnen spielen? Sollte sie nicht Spaß am Lernen oder beim Spielen haben? Sollte sie nicht einfach ein Kind sein dürfen?“ deiksis sie menjadi deiksis anafora, yaitu deiksis yang

(16)

Dalam kalimat „Eine Frau erlebt in jedem Alter Formen der Gewalt, die zeitlebens

nicht enden. Ob sie nun ein Mädchen ist, ob sie Opfer einer Vergewaltigung im Jugendalter wird,...“ deiksis sie mengacu pada referensi yang ada pada kalimat yang

sebelumnya, dalam hal ini adalah Eine Frau.

Penggunaan deiksis sie dalam kalimat-kalimat tersebut merupakan deiksis persona, karena yang dimaksud adalah orang dan sie dalam kalimat-kalimat tersebut merujuk pada kata yang sudah dijelaskan sebelumnya.

2. die

Deiksis berikut ini menggunakan artikel kata benda yang telah dijelaskan sebelumnya.

Weitere Blummennamen werden zudem häufig von Print-und visuellen Medien

verwendet, wenn sie etwa über Frauen berichten, die Opfer einer Vergewaltigung würden.

Junge Mädchen, die nach einer Vergewaltigung schwanger werden,..

Wenn wir Schulklassen besuchen würden, dann träfen wir die Mädchen, die es

vorziehen zu schweigen oder wenn sie eine falsche Antwort geben,..

Eine Frau erlebt in jedem Alter Formen der Gewalt, die zeitlebens nicht enden.

Dalam keempat kutipan tersebut artikel die berperan merujuk pada kata yang berartikel sama dan sudah dijelaskan pada kalimat atau frase sebelumnya. Pada kalimat pertama deiksis die menggantikan Frauen, sedangkan pada kalimat kedua menggantikan junge Mädchen. Deiksis pada kalimat ketiga menggantikan die

Mädchen sedangkan pada kalimat keempat menggantikan der Gewalt.

3. viele

Selain menggunakan artikel dan pronomina, dalam teks „Mein Name ist Maluba“

Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? ini juga digunakan beberapa

kata acuan, salah satunya viele.

„Junge Mädchen, die nach einer Vergewaltigung schwanger werden, ziehen ihre

Kinder nicht stelten allein auf: viele werden selbst von ihren Familien verstoßen, müssen die Schule verlassen.“

Dalam kutipan tersebut viele berperan merujuk pada kata dengan jumlah tertentu dan sudah dijelaskan pada kalimat atau frase sebelumnya.

4. davon

Selain menggunakan artikel dan pronomina, juga digunakan beberapa kata acuan, salah satunya davon.

(17)

„95% der Geburten liegen in Entwicklungsländern, mehr als 50% davon in Afrika.“ Davon dalam kalimat tersebut merujuk bukan hanya pada satu kata, melainkan

merujuk pada satu frase sebelumnya. 5. die Schwangerschaft

Pada kalimat ini kata Die Schwangerschaft tidak terlihat sebagai deiksis, tetapi akan menjadi deiksis dalam teks bahasa sumbernya.

„Ein Segen ist die Geburt, wenn die Schwangerschaft gewollt und gut vorbereitet ist.“

6. es

„Denn ohne Wissen über das Recht auf selbstbestimmte Reproduktion und auf selbstbestimmte Sexualität kommt es zu ungewollten Schwangerschaften.“

„Eine Schwangerschaft führt zur Katastrophe, wenn sie die Zukunft des Mädchens beendet, weil es daraufhin die Schule verlassen muss oder wenn es von seiner Familie verstoßen wird.“

Penggunaan deiksis es pada hal ini berbeda dengan deiksis sie yang merupakan deiksis persona, karena deiksis es pada kalimat-kalimat tersebut muncul karena keadaan kalimat yang tanpa subjek (Subjektlose)20. Deiksis es juga berfungsi merujuk pada frase yang telah dijelaskan sebelumnya.

7. darüber

Selain menggunakan artikel dan pronomina, juga digunakan beberapa kata acuan, salah satunya darüber.

„Sie gefährden das Leben der Mädchen. Darüber hinaus haben von jungen Müttern geborene Säuglinge ein höheres Sterbrisiko.“

Penggunaan deiksis darüber dalam kalimat tersebut menjelaskan frase sebelumnya. 8. da

Pada kalimat „Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital und

Aufmerksamkeit in ihre Söhne, da sie „Großes“ von ihnen erwarten.“ terdapat

deiksis da yang berfungsi sebagai deiksis anafora yang mengacu pada hal di kalimat sebelumnya yaitu Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital und Aufmerksamkeit in ihre Söhne.

Sedangkan dalam kalimat „Das Schicksal unserer Mädchen und die lauerndern

Bedrohungen sind da, sobald das Geschlecht des Fötus als weiblich identifiziert ist.“

20 Dreyer, Hilke. Lehr-und Übungsbuch der deutschen Grammatik. Ismaning: Hueber Verlag. 2009. halaman

(18)

deiksis da berfungsi sebagai deiksis katafora karena mengacu pada kalimat setelahnya

sobald das Geschlecht des Fötus als weiblich identifiziert ist.

9. dazu

Kalimat „Diese Position der Jungen führt dazu, dass man von ihnen „Superiorität“

erwartet.“ mengacu pada kalimat setelahnya atau bersifat sebagai deiksis katafora.

Penjelasan bagaimana penerjemahan dengan deiksis bahasa Jerman jika dibandingkan dengan teks asli bahasa Indonesia

1. sie

Bahasa Indonesia : “Nama bunga juga sering digunakan media cetak dan visual kita untuk merujuk anak perempuan korban perkosaan.“

Terjemahan bahasa Jerman : „Blummennamen werden zudem häufig von Print-und

visuellen Medien verwendet, wenn sie etwa über Frauen berichten,...“

Dalam kalimat terjemahan tersebut deiksis sie menerjemahkan secara singkat, tetapi sudah mengalami pemadanan berkonteks melalui pergeseran bentuk. Pergeseran bentuk diperlihatkan dengan perubahan susunan karena alasan kewajaran. 2. die

Bahasa Indonesia : “Anak-anak korban perkosaan sering membesarkan bayinya sendirian”

Terjemahan bahasa Jerman : „Junge Mädchen, die nach einer Vergewaltigung

schwanger werden, ziehen ihre Kinder nicht selten allein auf:...“

Dalam kalimat terjemahan tersebut deiksis die menerjemahkan secara singkat dan menggantikan ungkapan yang ada sebelumnya yaitu Junge Mädchen. Deiksis die sudah mengalami pemadanan berkonteks melalui pergeseran bentuk. Pergeseran bentuk diperlihatkan dengan perubahan susunan karena alasan kewajaran dan alasan konsep gramatikal.

3. viele

Bahasa Indonesia : “Anak-anak korban perkosaan sering membesarkan bayinya

sendirian. Terusir dari keluarganya, bahkan. Juga dari sekolahan.”

Terjemahan bahasa Jerman : „Junge Mädchen, die nach einer Vergewaltigung

schwanger werden, ziehen ihre Kinder nicht stelten allein auf: viele werden selbst von ihren Familien verstoßen, müssen die Schule verlassen.“

Deiksis viele menerjemahkan Anak-anak korban perkosaan. Perbedaan antara teks asli dan terjemahannya adalah pada teks asli susunan gramatikalnya cenderung

(19)

terdengar lisan dan akan lebih sulit diterima oleh kelompok sasaran berbahasa Jerman. Sedangkan pada kalimat terjemahannya digunakan deiksis viele dengan alasan agar lebih mudah dipahami oleh kelompok sasaran berbahasa Jerman baik secara gramatikal ataupun maksud yang ingin disampaikan.

4. davon

Bahasa Indonesia : “95% kelahiran berasal dari negara-negara miskin dan sedang berkembang. Lebih dari 50% kelahiran tersebut berada di Afrika.“

Terjemahan bahasa Jerman : „95% der Geburten liegen in Entwicklungsländern,

mehr als 50% davon in Afrika.“

Penggunaan deiksis davon dalam kalimat tersebut menunjukkan 50% dari 95% kelahiran, meskipun pada teks asli bahasa Indonesia tidak dijelaskan dalam satu kalimat bahwa 50% itu dari 95 % kelahiran, tetapi dimunculkan „kelahiran tersebut“ pada kalimat berikutnya. Pada teks bahasa Jerman tidak dijelaskan bahwa 50% itu dari 95% kelahiran, tetapi dimunculkan davon yang menunjukkan kepada hal yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa penerjemahan tersebut mengalami pemadanan berkonteks.

5. die Schwangerschaft

Bahasa Indonesia : “Kelahiran dapat bermakna berkah atau musibah. Menjadi berkah tatkala dipersiapkan dengan baik.“

Terjemahan bahasa Jerman : „Ein Segen ist die Geburt, wenn die Schwangerschaft

gewollt und gut vorbereitet ist.“

Penerjemahan ini merupakan penerjemahan yang cukup optimal karena adanya penambahan komponen kalimat, yaitu die Schwangerschaft. Penerjemahan ini mengalami pergeseran bentuk. Pergeseran bentuk yang terjadi merupakan pergeseran yang secara otomatis harus dilakukan, yaitu dengan menggunakan „Ein Segen ist die

Geburt,...

6. es

Bahasa Indonesia : “...,karena tidak mengetahui hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual kemudian menjadi kehamilan tak dikehendaki.”

Terjemahan bahasa Jerman : „Denn ohne Wissen über das Recht auf selbstbestimmte

Reproduktion und auf selbstbestimmte Sexualität kommt es zu ungewollten Schwangerschaften.“

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya deiksis es pada kalimat ini bukanlah berperan sebagai pronomina tetapi muncul karena keadaan kalimat yang tanpa subjek

(20)

(Subjektlose)21. Penggunaan deiksis es ini juga merupakan salah satu hal yang dialami teks terjemahan tersebut yaitu pergeseran bentuk. Pergeseran bentuk yang terjadi merupakan pergeseran yang secara otomatis harus dilakukan, karena tidak adanya subjek dalam kalimat tersebut.

7. darüber

Bahasa Indonesia : “dan ini membahayakan nyawa anak-anak perempuan kita.

Bayi-bayi yang dilahirkan oleh remaja juga memiliki resiko kematian yang lebih tinggi.”

Terjemahan bahasa Jerman : „Sie gefährden das Leben der Mädchen. Darüber hinaus

haben von jungen Müttern geborene Säuglinge ein höheres Sterbrisiko.“

Pergeseran bentuk terjadi pada kalimat terjemahan tersebut dengan ditandai munculnya darüber sebagai pemadanan secara gramatikal bahasa sasaran Jerman. Pergeseran bentuk tersebut terjadi dengan tujuan kelompok sasaran berbahasa Jerman mampu memperoleh dengan lebih mudah maksud yang ingin disampaikan kalimat tersebut.

8. da

Bahasa Indonesia : “Orang tua seringkali menginvestasikan lebih banyak energi, kapital, dan perhatian pada anak laki-laki karena berharap terlalu “besar” terhadapnya.”

Terjemahan bahasa Jerman : „Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital

und Aufmerksamkeit in ihre Söhne, da sie „Großes“ von ihnen erwarten.“

Pemadanan berkonteks terjadi ketika deiksis da digunakan untuk menggantikan karena agar pesan teks dapat tersampaikan. Pergeseran bentuk tidak terjadi karena konsep kedua kalimat hampir sama.

9. dazu

Bahasa Indonesia : “Posisi ini membuat mereka harus “superior”...”

Terjemahan bahasa Jerman : „Diese Position der Jungen führt dazu, dass man von

ihnen „Superiorität“ erwartet.“

Deiksis dazu menerjemahkan secara harfiah dan mengalami pergeseran bentuk. Dazu menerjemahkan referensi yang sama dengan kalimat asli bahasa Indonesia, namun mengalami pergeseran bentuk yang wajib dan otomatis yang sesuai susunan gramatikal bahasa sasaran Jerman.

21 Dreyer, Hilke. Lehr-und Übungsbuch der deutschen Grammatik. Ismaning: Hueber Verlag. 2009. halaman

(21)

Kesimpulan

„Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?

merupakan artikel terjemahan berbahasa Jerman pada majalah NADI yang disajikan bersamaan dengan teks asli dalam bahasa Indonesianya “Namaku Maluba” Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita?

Penggunaan deiksis dalam terjemahan bahasa Jerman dari bahasa Indonesia merupakan suatu bentuk penyesuaian secara gramatikal. Penyesuaian tersebut dilakukan berdasarkan prinsip gramatikal yang berlaku pada bahasa Jerman. Dalam teks bahasa Jerman „Mein Name ist

Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft? ditemukan banyak deiksis

yang digunakan untuk menerjemahkan hal-hal yang tidak disajikan menggunakan deiksis bahasa Indonesia pada teks aslinya. Hal-hal tersebut kemudian diterjemahkan menggunakan pemadanan berkonteks dan mengalami pergeseran bentuk. Deiksis bahasa Jerman yang digunakan untuk menerjemahkan, diantaranya: davon, darüber, da, dazu.

Deiksis Kalimat Bahasa Indonesia Kalimat Bahasa Jerman Penjelasan

davon 95% kelahiran berasal dari negara-negara miskin dan sedang berkembang. Lebih dari 50% kelahiran

tersebut berada di Afrika.

95% der Geburten liegen in

Entwicklungsländern, mehr als 50% davon in Afrika.

davon menunjukkan kepada

hal yang telah dijelaskan sebelumnya. Penerjemahan tersebut mengalami

pemadanan berkonteks.

darüber dan ini membahayakan

nyawa anak-anak perempuan kita.

Bayi-bayi yang dilahirkan oleh remaja juga

memiliki resiko kematian yang lebih tinggi.

Sie gefährden das Leben der Mädchen. Darüber hinaus haben von jungen Müttern geborene Säuglinge ein höheres Sterbrisiko.

darüber sebagai pemadanan

secara gramatikal bahasa sasaran Jerman yang

menunjukkan hal yang telah disebutkan sebelumnya.

da Orang tua seringkali menginvestasikan lebih banyak energi, kapital, dan perhatian pada anak laki-laki karena berharap terlalu “besar”

terhadapnya.

Eltern investieren jedoch häufig mehr Energie, Kapital und Aufmerksamkeit in ihre Söhne, da sie

„Großes“ von ihnen erwarten.

Pemadanan berkonteks terjadi ketika deiksis da digunakan untuk

menggantikan karena agar pesan teks dapat

tersampaikan.

dazu Posisi ini membuat mereka harus “superior”...

Diese Position der Jungen führt dazu, dass man von ihnen

„Superiorität“ erwartet.

dazu menerjemahkan hal

yang sama dengan kalimat pada teks asli bahasa

Indonesia, namun mengalami pergeseran bentuk yang wajib dalam

penerjamahannya dengan tujuan penyesuaian dengan

(22)

susunan gramatikal bahasa sasaran Jerman.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya dapat terlihat bahwa penggunaan deiksis bahasa Jerman dalam penerjemahan dari teks bahasa Indonesia bukan merupakan hal yang sulit, karena deiksis bahasa Jerman akan cenderung digunakan dalam penerjemahan dengan alasan penyesuaian susunan gramatikal. Hal tersebut terjadi dengan melalui proses pemadanan berkonteks, perubahan makna, perubahan bentuk, dan lainnya untuk penyesuaian dengan bahasa Jerman.

Saran

Dalam penelitian mengenai penggunaan deiksis bahasa Jerman pada penerjemahan dari teks bahasa Indonesia “Namaku Maluba” Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? ditemukan banyak kesulitan untuk menerjemahkan hal yang dimaksud dalam teks asli tersebut menggunakan deiksis. Meskipun tidak disajikan dengan deiksis pada bahasa Indonesia, pada umumnya terjemahan deiksis bahasa Jerman pada teks “Namaku Maluba” Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita? dilakukan dengan maksud menunjukkan hal yang dimaksud sama seperti yang Peter Grundy katakan pada bukunya Doing Pragmatics, yaitu menunjuk (pointing) atau memilih (picking out). Dari penelitian tersebut juga dapat diketahui bahwa tahapan penerjemahan juga dilakukan sehingga dapat diperoleh terjemahan yang maksimal, meskipun masih belum optimal. Dari penelitian ini dapat diketahui penerjemahan akan maksimal jika didukung dengan teori di luar teori terjemahan, dalam penelitian ini, teori deiksis.

Daftar Referensi

Pustaka Utama:

Candraningrum, Dewi. “Namaku Maluba” Bagaimana Status Anak-Anak Perempuan Kita?” dan „Mein Name ist Maluba“ Welchen Status haben Mädchen in unserer Gesellschaft?“

NADI, 2014 No. 19, 14-17

Pustaka Acuan:

Dreyer, Hilke. Lehr-und Übungsbuch der deutschen Grammatik. Ismaning: Hueber Verlag, 2009

(23)

Götz, Dieter. Langenscheidt Taschenwörterbuch Deutsch als Fremdsprache. Berlin: Langenscheidt Verlag, 2010

Grundy, Peter . Doing Pragmatics. London: Hodder Headline Group, 2000.

Koentjoroningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1999. Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.

(24)
(25)
(26)
(27)

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Brain Based Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Prosedural Dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas X Madrasah Aliyah..

Terpenuhinya kebutuhan ini akan menghasilkan rasa dan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat dan mampu Dari pemaparan diatas, maka timbul pertanyaan bagaimana gambaran harga

Apakah terdapat perbedaan efektifitas dari media interpretasi di ruangan “Geodigi” yang sudah dilengkapi teknologi interpretasi dengan Ruangan “Sejarah Kehidupan”

Analisis perbedaan efektifitas media interpretasi Di museum geologi bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 112

Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga

Pengaruh Model Pendekatan Taktis Dan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Sepak Takraw PadaB. Siswa Kelas VIII SMPT

purposive sampling, dimana yang menjadi sampelnya adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B yang berjenis kelamin laki-laki, masing-masing berjumlah 15 orang untuk

tersirat dapat dipahami, maka proses dari membaca itu akan terlaksana