• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Copied!
289
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan

daerah untuk periode 1 (satu) tahun sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 1 angka 9,selanjutnya Pasal 25 ayat 2 mengamanatkan bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD. Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2014,alur perencanaan pembangunan daerah dapat dijelasakan melalui diagram di bawah ini.

Gambar 1.1

Alur Penyusunan Dokumen Perencanaan

Proses penyusunan RKPD Kota Tangerang tahun 2016 dilakukan melalui beberapa pendekatan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.Pendekatan partisipatif dilakukan melalui penjaringan aspirasi masyarakat pada pelaksanaan Rembug Warga, musrenbang Kelurahan dan Musrenbang Kecamatan. Proses teknokratis merupakan pendekatan kajian dan analisis yang dilaksanakan Bappeda terhadap berbagai aspek pembangunan di Kota Tangerang. Pendekatan top down-bottom up RPJPD KOTA

TANGERANG

RPJP NASIONAL RPJM NASIONAL RKP NASIONAL

RPJMD KOTA TANGERANG RKPD KOTA TANGERANG RENSTRA SKPD RENJA SKPD Pedoman Pedoman Dijabarkan nn Pedoman Dijabarkan APBD Pedoman

20 Tahun 5 Tahun 1 Tahun

Pedoman diperhatikan

Diacu u

(2)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-2 adalah upaya sinkronisasi dan penyelarasan antara program nasional, program Provinsi Banten dengan Program yang akan dilaksanakan Pemerintah Kota Tangerang, sedangkan pendekatan politis dilakukan melalui penyelarasan kebijakan pemerintah Kota Tangerang dengan pokok-pokok pikiran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang sebagaimana amanat Permendagri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah disusun melalui beberapa tahapan yang diawali dengan Penyusunan Rancangan Awal, Penyusunan Rancangan dan penyusunan Rancangan akhir kemudian ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

I.2 Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Tangerang Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

(3)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-3 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2015; 12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005–2025;

16. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2012-2017;

17. Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 30 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun 2016

18. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

19. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Tangerang;

20. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

(4)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-4 21. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tangerang Tahun 2005-2025;

22. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tangerang Tahun 2012-2032;

23. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang tahun 2014-2018.

24. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang

25. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah.

26. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

I.3 Kedudukan RKPD dan Hubungan Antar Dokumen

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Tangerang tahun 2015 dalam proses penyusunannya mengacu serta mempedomani dokumen perencanaan dari pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Banten dan dokumen perencanaan yang ada di Kota Tangerang. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya dapat dijabarkan dalam gambar di bawah ini.

(5)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-5

Gambar 1.2

Hubungan antar Dokumen Perencanaan Pembangunan

Bagan di atas memberikan gambaran tentang kedudukan RKPD Kota Tangerang tahun 2016 terhadap berbagai dokumen perencanaan lainnya baik dokumen perencaanaan Provinsi Banten maupun dokumen perencanaan nasional. Hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan,sebagaimana bagan di atas dijelaskan sebagai berikut:

a. RKPD tahun 2016 merupakan penjabaran tahun ke-3 dari RPJMD Kota Tangerang periode 2014-2018. Penjabaran dimaknai bahwa substansi RKPD harus mempedomani RPJMD.

b. RKPD Kota Tangerang tahun 2016 menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD sebagai unit teknis pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2016.

c. RKPD Kota Tangerang tahun 2016 turut mendukung program nasional dan program Provinsi Banten, sehingga dalam penyusunannya mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten yang diwujudkan melalui sinkronisasai Program prioritas nasional dan daerah.

(6)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-6

I.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang tahun 2016 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010.RKPD Kota Tangerang tahun 2016 terdiri dari enam bab, dengan substansi per bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menjabarkan tentang Latar Belakang dan Dasar Hukum Penyusunan RKPD. Kemudian mengenai Hubungan antar Dokumen yang meliputi RPJMN, RPJMD Provinsi Banten dan RPJMD Kota Tangerang juga diuraikan. Selanjutnya, disampaikan Sistematika Dokumen RKPD.

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD KOTA

TANGERANG TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Mendeskripsikan Gambaran Umum Kondisi Daerah dengan penyajian informasi yang relevan dan penting, selaras, dan mendukung isu strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi Kepala Daerah, dan perumusan kebutuhan strategi. Gambaran Umum tersebut meliputi aspek-aspek Geografi dan Demografi, Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Umum, dan Daya Saing Daerah.Selanjutnya, dilakukan telaah terhadap hasil evaluasi pencapaian kinerja pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD tahun sebelumnya dan realisasi RPJMD. Turut disampaikan berbagai permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas pembangunan daerah, dan permasalahan lainnya yang berhubungan dengan layanan dasar dan tugas fungsi SKPD.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH KOTA

TANGERANG

Menguraikan kondisi ekonomi tahun 2013 dan tahun 2014 dan perkiraan tahun berjalan (tahun 2015), antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah (pendapatan, belanja,

(7)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-7 dan pembiayaan daerah). Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 dan Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017 juga dipaparkan untuk melihat target perekonomian yang akan dicapai tahun berjalan yaitu tahun 2015.Hal lainnya yang dimuat dalam Bab III meliputi Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan dan Arah Kebijakan Keuangan Daerah, yang terdiri dari Arah Kebijakan Pendapatan Daerah, Arah Kebijakan Belanja Daerah, dan Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA TANGERANG

Menjabarkan tentang perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang didasarkan pada hasil analisis terhadap evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak di tingkat daerah dan nasional.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta indikasi prioritas kegiatan yang direncanakan disampaikan dengan memperhatikan usulan SKPD dengan memperhitungkan prakiraan maju pada RKPD tahun sebelumnya.Sub Bab Tujuan dan Sasaran Pembangunan, yang menjelaskan hubungan visi/misi dan tujuan/sasaran pembangunan 5 (lima) tahunan berdasarkan pada dokumen RPJMD, dan Sub Bab Prioritas dan Pembangunan, yang menjelaskan prioritas pembangunan daerah yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana yakni tahun 2016.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS

DAERAH KOTA TANGERANG

Menguraikan Rencana program dan kegiatan prioritas daerah, yang disampaikan dalam Bab V ini disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD.

(8)

Rancangan Akhir RKPD Kota Tangerang Tahun 2016 I-8

BAB VI PENUTUP

Berisi penegasan dan harapan tentang perlunya sinergitas seluruh stakeholder untuk melaksanakan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang tahun 2016.

I.5 Maksud dan Tujuan.

a. Maksud

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016 disusun dengan maksud :

1. Menyediakan dokumen resmi sebagai acuan bagi Pemerintahan Daerah Kota Tangerang untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang dimulai dengan tahapan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) tahun 2016.

2. Menyediakan dokumen resmi bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk dipedomani dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja-SKPD).

b. Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan prioritas dan sasaran pembangunan Kota Tangerang tahun 2016.

2. Merumuskan kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan Kota Tangerang tahun 2016

3. Menjabarkan rencana kerja Kota Tangerang tahun 2016 ke dalam program/kegiatan prioritas disertai dengan indikasi pagu anggaran.

(9)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 1

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

II.1 GAMBARAN UMUM DAERAH

II.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

II.1.1.1 Letak, Luas, dan Batas Wilayah

Secara geografis wilayah Kota Tangerang terletak antara 6°6’ - 6°13’ Lintang Selatan (LS) dan 106°36’-106°42’ Bujur Timur (BT) yang merupakan bagian timur Provinsi Banten. Jarak Kota Tangerang ± 60 km dari Ibukota Provisinsi Banten dan ± 27 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia, DKI Jakarta. Luas wilayah mencapai 184,24 Km2 (termasuk kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta seluas 19,69 Km2).

Gambar 2.1

Peta Administrasi Wilayah Kota Tangerang

Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka 2014

Batas wilayah administrastif Kota Tangerang adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan

Kosambi, dan Kecamatan Sepatan Timur di Kabupaten Tangerang.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug dan Kecamatan Kelapa Dua di Kabupaten Tangerang serta Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren di Kota Tangerang Selatan.

(10)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 2

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa di Kabupaten Tangerang.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di Provinsi DKI Jakarta.

Letak Kota Tangerang yang strategis ini sangat mendukung bagi aktivitas perdagangan dan jasa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Tangerang. Secara administratif, Kota Tangerang terdiri dari 13 wilayah Kecamatan, yang terbagi dalam 104 wilayah Kelurahan.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kota Tangerang menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Batas Administrasi

Kel. RW RT Utara Timur Selatan Barat 1 Batuceper 11,58 7 45 216 Kec. Benda Prov. DKI Jakarta Kec. Cipondoh,

Kec. Tangerang Kec. Neglasari 2 Benda*) 5,92 5 42 199 Kab. Tangerang Prov. DKI Jakarta Kec. Batuceper,

Kec. Neglasari Kec. Neglasari 3 Cibodas 9,61 6 86 450 Kec. Periuk, Kec.

Karawaci

Kec. Pinang Kab. Tangerang Kec. Jatiuwung 4 Ciledug 8,77 8 102 356 Kec. Karang

Tengah, Kec. Pinang

Kec. Larangan Kab. Tangerang Kab. Tangerang 5 Cipondoh 17,91 10 97 585 Kec. Batuceper,

Prov. DKI Jakarta

Kec. Karang Tengah,Prov. DKI Jakarta

Kec. Pinang, Kec. Karang Tengah

Kec. Tangerang 6 Jatiuwung 14,41 6 41 220 Kec. Periuk Kec. Cibodas Kab. Tangerang Kab. Tangerang 7 Karang Tengah 10,47 7 74 358 Kec. Cipondoh Prov. DKI Jakarta Kec. Ciledug Kec. Pinang 8 Karawaci 13,48 16 127 528 Kec. Neglasari Kec. Tangerang Kec. Cibodas Kec. Cibodas, Kec.

Periuk

9 Larangan 9,40 8 89 407 Prov. DKI Jakarta Prov. DKI Jakarta Kab. Tangerang Kec. Ciledug, Kec. Karang Tengah 10 Neglasari 16,08 7 50 240 Kab. Tangerang Kec. Benda, Kec.

Batuceper

Kec. Karawaci, Kec. Tangerang

Kab. Tangerang, Kec. Periuk 11 Periuk 9,54 5 60 373 Kab. Tangerang Kec. Neglasari,

Kec. Karawaci

Kec. Jatiuwung, Kec. Cibodas

Kab. Tangerang 12 Pinang 21,59 11 74 438 Kec. Cipondoh,

Kec. Tangerang Kec. Tengah Karang Kab. Tangerang Kec. Cibodas 13 Tangerang 15,79 8 78 398 Kec. Neglasari,

Kec. Batuceper Kec. Kec. Pinang Cipondoh, Kec. Pinang Kec. Karawaci Tahun 2014 164,55 104 965 4.768

Tahun 2013 164,55 104 965 4.768 Tahun 2012 164,55 104 956 4.704 Tahun 2011 164,55 104 949 4.652 Tahun 2010 164,55 104 931 4.587

Sumber: RPJMD Kota Tangerang 2014-2018,Kota Tangerang Dalam Angka 2014 keterangan*)Tidak termasuk luas Bandara Internasional Soekarno-Hatta: 19,69 km².

II.1.1.2 Topografi

Wilayah Kota Tangerang sebagian besar berada pada ketinggian 10-18 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan di bagian Utara meliputi sebagian besar Kecamatan Benda ketinggiannya rata-rata 10 m dpl, sedang di bagian

(11)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 3

selatan seperti Kecamatan Ciledug, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Karang Tengah memiliki ketinggian 18 m dpl. Selain itu, Kota Tangerang mempunyai tingkat kemiringan tanah 0% - 3% dan sebagian kecil (yaitu di bagian Selatan wilayah Kota) kemiringan tanahnya 3% - 8% yang meliputi wilayah Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggilan Selatan, dan Kelurahan Cipadu Jaya. Kota Tangerang tidak memiliki wilayah pesisir karena tidak ada daerah yang langsung berbatasan dengan pantai.

Tabel 2.2

Kondisi Topografi Kota Tangerang

No. Kecamatan Kondisi Topografi Kemiringan Lahan Ketinggian dpl (m) 1. Batuceper 0-3% 14,0 2. Benda 0-3% 10,0 3. Cibodas 0-3% 14,0 4. Ciledug 3-8% 18,0 5. Cipondoh 0-3% 14,0 6. Jatiuwung 0-3% 14,0 7. Karang Tengah 0-3% 18,0 8. Karawaci 0-3% 14,0 9. Larangan 3-8% 18,0 10. Neglasari 0-3% 14,0 11. Periuk 0-3% 14,0 12. Pinang 0-3% 14,0 13. Tangerang 0-3% 14,0

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka, 2014

II.1.1.3 Kondisi Geologi

Dari segi geologi, Kota Tangerang termasuk dalam Cekungan Jakarta bagian Barat, yang tersusun oleh endapan alluvium pantai, endapan delta, sebagian tersusun dari material gunung api yang berada pada suatu tinggian struktur (Tangerang High). Dilihat dari sebaran jenis tanah, pada umumnya di Kota Tangerang berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, yang cocok untuk pertanian atau perkebunan. Batuan yang menutupi Kota Tangerang merupakan batuan kuarter yang terdiri atas Tuf Banten yang tersusun atas tuf, tuf batu lempung, batu pasir tufan; ditindih oleh endapan kipas alluvium yang terdiri atas pasir tufan berselingan dengan konglomerat tufan; endapan pematang pantai yang terdiri atas pasir halus – kasar, cangkang

(12)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 4

moluska; serta endapan alluvium yang terdiri atas bongkah, kerakal, kerikil, pasir halus, dan lempung. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten

Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang berasal dari letusan Gunung Rawa Danau.Tuf tersebut menunjukkan sifat yang lebih asam (pumice) dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan sesudahnya.Bagian atas satuan tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan pengendapan dari lingkungan pengendapan di atas permukaan air menjadi di bawah permukaan air.Satuan ini berumur

Plio–Plistosen atau sekitar dua juta tahun.

2. Endapan Vulkanik Muda

Endapan ini terdiri atas material batu pasir, batu lempung tufan, endapan lahar, dan konglomerat yang membentuk endapan kipas.Ukuran butiran berubah menjadi semakin halus (lempungan) dan menebal ke arah utara.Hal ini menunjukkan sumber material berasal dari selatan. Satuan ini terbentuk oleh material endapan vulkanik yang berasal dari gunung api di sebelah selatan Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango. Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 – dua juta tahun). Kipas vulkanik tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material vulkanik dengan jumlah besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan material tersebut bergerak ke bawah dan melalui lembah. Ketika mencapai tempat yang datar, material tersebut akan menyebar dan membentuk endapan seperti kipas.

3. Endapan Pantai dan Endapan Pematang Pantai

Endapan batuan ini berasal dari material batuan yang terbawa oleh aliran sungai dan berumur antara 20.000 tahun hingga sekarang.Endapan tersebut tersusun oleh material lempung, pasir halus dan kasar, dan konglomerat serta mengandung cangkang moluska.Endapan alluvium tersebut dapat membentuk endapan delta, endapan rawa, endapan gosong pasir pantai, dan endapan sungai dengan bentuk meander atau sungai teranyam.

4. Endapan Aluvium

Endapan ini terdiri atas lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah yang berumur Kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar aliran sungai.

(13)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 5

Deskripsi singkat mengenai jenis batuan adalah sebagai berikut:

Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten

Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang berasal dari letusan Gunung Rawa Danau.Tuf tersebut menunjukkan sifat yang lebih asam (pumice) dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan sesudahnya.Bagian atas satuan tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan pengendapan dari lingkungan pengendapan di atas permukaan air menjadi di bawah permukaan air.Satuan ini berumur sekitar dua juta tahun yang lalu (Plio-Plistosen).

Endapan Kipas Alluvium

Endapan ini terdiri dari material tuf halus berlapis, tuf pasiran, berselingan dan tuf konglomerat. Ukuran butiran pada endapan kipas aluvial ini akan berubah menjadi semakin halus ke arah utara. Satuan ini terbentuk oleh material endapan vulkanik yang berasal dari gunung api di sebelah selatan Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango. Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 - dua juta tahun). Kipas aluvial vulkanik tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material vulkanik dengan jumlah besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan material tersebut bergerak ke bawah dan membentuk aliran sungai. Ketika mencapai tempat yang datar, material tersebut akan menyebar dan membentuk endapan seperti kipas yang disebut kipas aluvial.

Endapan Alluvium

Endapan ini terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah, yang berumur kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar aliran sungai. Endapan aluvium tersebut dapat membentuk endapan delta, endapan rawa, endapan gosong pasir pantai, dan endapan sungai dengan bentuk meander atau sungai teranyam.

II.1.1.4 Kondisi Hidrologi

Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaituSungai Cisadane, Sungai Angke dan Sungai Cirarab, dengan total panjang DAS mencapai 32 kilometer.

(14)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 6 Tabel 2.3

Daerah Aliran Sungai di Kota Tangerang Nama Daerah Aliran

Sungai (DAS) catchment area (Ha) Panjang (Km) Lebar (m) Tinggi (m) (m³/detik) Debit

DAS Cisadane 106.350 15,00 100,00 5,35 88

DAS Cirarab 6.030 7,00 11,00 3,5 24

DAS Angke 7.430 10,00 12,00 5,5 18

Sumber:

Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2013 dan Materi Teknis RTRW Kota Tangerang 2012-2032

a. Daerah Aliran Sungai Cisadane

Sungai Cisadane yang membagi Kota Tangerang menjadi dua wilayah (bagian Timur sungai dan bagian Barat sungai) memiliki daya tampung airseluas 106.350 Ha, dengan panjang 15 km dan lebar 100 m, kedalaman sungai Cisadane rata rata 5,35 m serta debit air dalam kondisi normal sekitar 88 m3/det.Bendungan Pintu 10 di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Neglasari merupakan bendungan untuk mengendalikan debit air Sungai Cisadane ke arah hilir Kabupaten Tangerang dan dimanfaatkan untuk irigasi teknis. Pada DAS Cisadane yang berada di Kota Tangerang terdapat 43 anak sungai / saluran pembuangan yang semuanya bermuara di Kali Cisadane, dimana anak sungai yang terbesar adalah Saluran Mookervaart yang merupakan sodetan penghubung Kali Cisadane dan Kali Angke.Sungai Cisadane sangat panjang melintasi daerah administrasi Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Tangerang dan akhirnya bermuara di Laut Jawa.

b. Daerah Aliran Sungai Angke

Sungai Angke melalui wilayah Kota Tangerang sepanjang 10 km dengan lebar sungai sekitar 12 m pada kawasan terbuka dan menyempit menjadi 3-4 meter pada kawasan terbangun/perkotaan. Kedalaman rata-rata Kali Angke adalah 5,5 m, memiliki daerah tangkapan air seluas 7.430 Ha dan debit air pada kondisi normal tercatat sekitar 18 m3/det.

Sungai Angke mengalir di bagian Timur Kota Tangerang. Hulu Sungai Angke berasal dari daerah Semplak, Kabupaten Bogor. Aliran Sungai Angke melintasi 4 daerah administrasi, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Jakarta Barat, berakhir di Saluran Pembuang Cengkareng Drain, Jakarta Barat.

(15)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 7

Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Angke merupakan kawasan terbangun intensitas sedang-tinggi, yaitu kegiatan permukiman dan kegiatan perkotaan. Pada DAS Angke yang berada di Kota Tangerang terdapat 7 anak sungai / saluran pembuangan yang semuanya bermuara ke Kali Cirarab.

c. Daerah Aliran Sungai Cirarab

Sungai Cirarab melintasi wilayah administrasi Kota Tangerang sekitar 7 km, di daerah perbatasan barat dengan Kabupaten Tangerang. Lebar Kali Cirarab sekitar 11 m dengan kedalaman rata-rata 3,5 m dan debit air dalam kondisi normal 24 m3/detik.DAS Cirarab memiliki daerah tangkapan air seluas 6.030 Ha.Hulu sungai Kali Cirarab berada di bagian Utara Kabupaten Bogor sekitar Kecamatan Rumpin. Aliran Kali Cirarab berkelok-kelok, melintasi 3 daerah administrasi, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Cirarab merupakan kawasan budidaya daerah terbangun. Pada DAS Cirarab yang berada di Kota Tangerang terdapat 4 anak sungai / saluran pembuangan yang semuanya bermuara ke Kali Cirarab, yaitu: Kali Cangkring, Kali Sasak, Kali Keroncong, dan Kali Jatake.

Selain sungai, di wilayah Kota Tangerang terdapat 9 (sembilan) danauyang memiliki luas 257 Ha dengan kedalaman antara 2,5-3,0 m. Salah satu dari danau tersebut yaitu Situ Cipondoh yang terluas (kurang lebih 126,17 ha),yang terletak di Kecamatan Cipondoh.Situ Cipondoh difungsikan sebagai pengendali banjir, irigasi, cadangan air baku, dan rekreasi. Kondisi Situ Cipondoh saat ini cenderung mengalami pendangkalan terutama di tepi situ karena banyak ditumbuhi tanaman eceng gondok yang memenuhi permukaan air Situ Cipondoh.

Tabel 2.4

Nama Situ/Danau di Kota Tangerang

No Nama Situ/Danau Lokasi Luas (Ha) kedalaman (m)

Kewenangan Digunakan oleh masyarakat 1. 1 Cipondoh Kec. Cipondoh

Kec. Pinang 126,17 3,00 Pusat / Prop. Banten sebagai pengendalian banjir dan sarana pariwisata 2. Besar(Gede) Kel. Cikokol

Kec. Tangerang 5,06 3,00 Pusat / Prop. Banten sebagai pengendalian banjir dan sarana pariwisata 3. Cangkring Kec. Periuk 5,17 3,00 Pusat / Prop.

Banten

sebagai pengendalian banjir dan

(16)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 8

sarana pariwisata 4. Kunciran Kel. Kunciran

Kec. Pinang

0,40 2,00 Pusat / Prop.

Banten sebagai danau Reservoar 5. Bojong Kel. Kunciran

Kec. Pinang

0,20 2,50 Pusat / Prop. Banten

sebagai danau Reservoar 6. Bulakan Kec. Periuk 15,00 3,00 Pusat / Prop.

Banten sebagai pengendalian banjir dan sarana pariwisata 7. Kompeni Kel. Rawa

Bokor Kec. Benda

- - - -

8. Plawad Kec. Cipondoh - - - -

9. Kambing Kec. Karang Tengah

- - - -

Kota Tangerang 257,00 152

Sumber: RPJMD Kota Tangerang 2014-2018

II.1.1.5 Kondisi Klimatologi

Kota Tangerang merupakan daerah beriklim tropis, dengan rata-rata kondisi iklim yaitu suhu udara rata rata yang terjadi di Kota Tangerang pada tahun 2013 sebesar 27,8ºC. Suhu tertinggi berada pada kisaran 28,6ºC sedangkan suhu udara terendah sebesar 26,9oC. Rata-rata suhu udara di Kota Tangerang sebesar 27,8oC. `

Kecepatan angin rata-rata mencapai 4,1 knot. Kecepatan angin tertinggi 5,9 knot dan terendah 2,4 knot. Tekanan udara rata-rata sebesar 1.011,3 mb. Tekanan udara tertinggi berkisar 1012,7 dan terendah pada 1009,9 mb.Intensitas penyinaran matahari rata-rata 55,4 %. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan sebanyak 15 hari dengan Rata-rata curah hujan per bulan sebesar 192,5 mm. Kelembaban udara per bulan rata-rata sebesar 76,7 %.

Tabel 2.5

Curah Hujan di Kota Tangerang Tahun 2014

Bulan Banyak Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) (Rata-Rata) Suhu Kelembaban Udara (%)

Januari 27 555,0 26,6 87 Februari 18 230,8 27,5 84 Maret 16 190,3 28,4 77 April 20 45,5 28,2 77 Mei 13 203,5 28,1 76 Juni 10 108,0 28,1 75 Juli 17 311,3 26,9 79 Agustus 2 21,8 27,8 71 September 8 90,0 28,1 74 Oktober 8 63,7 28,6 69 Nopember 11 156,0 28,2 69 Desember 26 334,1 27,2 82 Rata-rata 15 192,5 27,8 76,7 Tahun 2013 11 99,0 27,8 78,7

(17)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 9 Bulan Banyak Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) (Rata-Rata) Suhu Kelembaban Udara (%)

Tahun 2012 14 99,6 27,7 78,7

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka, 2014 II.1.1.6 Penggunaan Lahan

Diantara jenis peruntukan lahan, sampai tahun 2013, Lahan Terbuka masih mencapai persentase terbesar, yakni 28.242% (atau 5.137,530 ha), bahkan luasnya mengalami kenaikan 18,750 ha dari tahun 2012. Peruntukan lahan luas kedua adalah pemukiman, yang totalnya mencapai 27,383% (atau 4.799,249 ha) yang terdiri dari Pemukiman Tidak Teratur 15,129% (atau 2.752,111 ha) dan Pemukiman Teratur 11,254% (atau 2.047,148 ha).

Gambar 2.2

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2012 Kota Tangerang

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang

Secara lengkap Penggunaan lahan di Kota Tangerang akan lebih jelas sebagaimana ditampilkan di dalam tabel berikut.

Tabel 2.6

Luas Lahan (Ha) Tahun 2011-2013 menurut Penggunaannya

Tematik Tahun 2011 Luas (Ha) Persentase Luas per Tema Tahun 2011 Tahun 2012 Luas (Ha) Persentase Luas per Tema Tahun 2012 Tahun 2013 Luas (Ha) Persentase Luas per Tema Tahun 2013 Selisih (Ha) Tahun 2013-2012 Lahan Terbuka Hijau 5.117,780 28,134% 5.118,780 28,139% 5.137,530 28,242% 18,750 Pemukiman Tidak Teratur 2.871,510 15,785% 2.822,111 15,514% 2.752,111 15,129% -70,000 Kawasan Pertanian 3.962,394 21,782% 3.130,306 17,208% 2.474,856 13,605% -655,450 Lahan Terbuka 1.756,144 9,654% 1.999,823 10,993% 2.099,823 11,543% 100,000 Pemukiman Teratur 1.215,420 6,681% 1.647,148 9,055% 2.047,148 11,254% 400,000 Infrastruktur Wilayah 1.331,288 7,318% 1.442,613 7,930% 1.542,613 8,480% 100,000 Pabrik Industri 734,836 4,040% 735,064 4,041% 762,064 4,189% 27,000 Kawasan Perairan 593,066 3,260% 593,266 3,261% 593,766 3,264% 0.500 Fasilitas Umum 289,033 1,589% 371,535 2,042% 424,535 2,334% 53.000 Sarana Olahraga 202,874 1,115% 205,874 1,132% 208,874 1,148% 3.000 Gedung 40,517 0,223% 41,693 0,229% 51,693 0,284% 10,000

(18)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 10 Pemerintahan Sarana Pendidikan 33,076 0,182% 34,076 0,187% 36,076 0,198% 2,000 Sarana Peribadatan 25,946 0,143% 25,994 0,143% 27,994 0,154% 2,000 Sarana Transportasi 12,070 0,066% 16,070 0,088% 22,070 0,121% 6,000 Sarana Kesehatan 4,306 0,024% 5,906 0,032% 9,106 0,050% 3,200 Bangunan Bersejarah 0,706 0,004% 0,706 0,004% 0,706 0,004% 0,000 Luas : 18.190,965 100,000% 18.190,965 100,000% 18.190,965 100,000% 0,000

Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Tangerang, 2013.

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan luasan lahan pada fasilitas umum (52,994 Ha), gedung pemerintah (10,003 Ha), infrastruktur wilayah (1.526,54 Ha), kawasan perairan (0,495 Ha), lahan terbuka (100,00 Ha), lahan terbuka hijau (18,75 Ha), pabrik industri (27,004 Ha), pemukiman teratur (400 Ha), sarana kesehatan(3,196 Ha), sarana olahraga (3,004 Ha), sarana pendidikan (1,996 Ha) dan sarana peribadatan (2,004 Ha). Sedangkan yang mengalami pengurangan luasan adalah kawasan pertanian (655,45 Ha), pemukiman tidak teratur (70,0 Ha) serta sarana transportasi (1.420,54 Ha) dan yang tidak mengalami perubahan adalah bangunan bersejarah.

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Tangerang ingin meningkatkan pelayanan terkait dengan fasilitas umum dan infrastruktur wilayah. Selain itu untuk penyediaan ruang terbuka hijau juga disediakan lahan yang lebih dibandingkan dengan sebelumnya.

II.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan Kota Tangerang terletak pada lokasinya yang strategis dengan nilai potensi sebagai berikut :

a) Menjadi pintu gerbang hubungan internasional yang didukung oleh keberadaan Bandara Soekarno Hatta. Kapasitas penerbangan yang padat mendorong pergerakan orang, barang dan jasa antar kawasan, baik lokal (nasional), kawasan regional (asean), dan kawasan internasional, sehingga peluang investasi sangat terbuka di Kota Tangerang, khususnya sektor perdagangan,hotel & restoran serta sektor industri pengolahan.

b) Kota Tangerang sebagai wilayah yang memiliki sistem perkotaan yang terintegrasi dengan daerah lain khususnya kawasan Jabodetabek, memberikan kesempatan bagi Kota Tangerang untuk menangkap peluang terjadinya stagnasi pembangunan di kota-kota sekitarnya khususnya Kota Jakarta. Pengembangan

(19)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 11

pusat bisnis, pusat pelayanan publik, pengembangan transportasi modern sangat potensial untuk dikembangkan.

c) Kota Tangerang sebagai kota yang paling maju di Provinsi Banten menjadi daerah transit arus orang dan barang menuju Jakarta. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan pusat perbelanjaan,wisata belanja, pusat kuliner dan perhotelan

II.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Bencana yang mengancam Kota Tangerang dapat digolongkan pada tiga kategori, yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Jenis bencana tersebut meliputi, antara lain: banjir, kekeringan, gempa bumi, wabah penyakit, kebakaran, dan pencemaran lingkungan.

Bencana kebakaran merupakan salah satu ancaman bencana yang terjadi di perkotaan.Penyebab terbesar adalah terjadinya arus pendek listrik, sisanya adalah karena kompor dan lainnya.Berikut diuraikan penyebab kebakaran yang ada di Kota Tangerang tahun 2014.

Tabel 2.7

Data Penyebab Kebakaran di Kota Tangerang Tahun 2014

No Kecamatan Penyebab Arus Pendek Kompor Puntung rokok Lain lain 1 Tangerang 15 2 - 3 2 Periuk 6 - - 9 3 Cibodas 2 1 - 1 4 Karawaci 10 - - 3 5 Jatiuwung 6 - - 5 6 Neglasari 4 1 - 4 7 Batuceper 3 - - 3 8 Benda 4 - - - 9 Ciledug 1 - - 1 10 Larangan 3 - - - 11 Karang Tengah 6 - - 2 12 Pinang 5 - - 4 13 Cipondoh 7 1 - 4 JUMLAH 72 5 0 39

Jika dilihat dari jenis bangunan yang terbakar adalah jenis pemukiman penduduk, kawasan komersial, industri, pertokoan/ruko, dan lain lain. Berikut data bangunan yang terbakar tahun 2014.

(20)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 12 Tabel 2.8

Data Jenis Bangunan yang Terbakar di Kota Tangerang Tahun 2014

No Kecamatan

Jenis bangunan yang terbakar Pemukiman penduduk Kawasan komersial industri Pertoko an/ruko Lain lain (gardu,limbah, alang-alang,mobil) 1 Tangerang 7 2 5 5 2 Periuk 3 2 3 7 3 Cibodas 1 1 1 1 4 Karawaci 3 2 2 6 5 Jatiuwung 1 8 2 6 Neglasari 2 3 1 3 7 Batuceper 3 3 8 Benda 1 2 1 9 Ciledug 2 10 Larangan 1 1 1 11 Karang Tengah 4 1 2 1 12 Pinang 4 1 1 3 13 Cipondoh 6 2 4 JUMLAH 35 6 24 14 37

Sumber : Dinas Pemadam Kebakaran 2014

Permasalahan yang terjadi dalam penanganan bencana kebakaran adalah :

a. Rendahnya Tingkat Waktu Tanggap (Response time rate) di daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK).

b. Kemampuan dan ketrampilan aparatur pemadam kebakaran belum sesuai dengan standar kualifikasi yang diatur dalam Permendagri

c. 90 % dari 300 aparatur pemadam kebakaran masih berstatus tenaga harian lepas d. Tingginya jumlah bangunan yang belum memiliki alat proteksi kebakaran

e. Rendahnya tingkat keterampilan aparatur pemadam kebakaran di bidang pemeriksaan sarana proteksi kebakaran

f. Jumlah kendaraan operasional pemadam dan mobil tanki belum sesuai dengan syarat dalam SPM, dan terdapat 6 unit kendaraan operasional pemadam pembuatan tahun 1991 s/d 1994 yg perlu peremajaan

g. Terbatasnya sarana pencegahan, pemadaman, penyelamatan korban dan laboratorium sesuai standar

h. Belum tersusunnya prosedur pelaksanaan manajemen laboratorium kebakaran sesuai standar (ISO/IEC 17025:2005)

i. Belum tersedianya aparatur pemadam kebakaran yang mempunyai kualifikasi terampil dan ahli dibidang laboratorium kebakaran

(21)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 13

j. Menyempitnya ruang terbuka kota kurang mendukung tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sirkulasi dan aksesibilitas petugas pemadam kebakaran k. Berkembangnya pembangunan gedung dengan fungsi campuran serta gedung

bertingkat tinggi belum seluruhnya diimbangi dengan manajemen dan pemenuhan persyaratan teknis.

Gambar 2.3

Zonasi Resiko Bencana Kebakaran Kota Tangerang

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2013

Selain bencana kebakaran, bencana lain yang sering dialami oleh warga Kota Tangerang yaitu bencana banjir yang terjadi dari tahun ke tahun hampir di seluruh wilayah kecamatan Kota Tangerang, kecuali 3 (tiga) kecamatan yang tidak mengalami banjir yaitu kecamatan Tangerang, Neglasari dan Batuceper.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penanggulangan banjir yaitu : a. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap adanya resiko bahaya kebakaran dan

bencana lain/banjir

b. Kurangnya informasi bencana banjir yang diterima masyarakat c. Terbatasnya sarana dan prasarana evakuasi dan penyelamatan korban. d. Rendahnya kemampuan dan ketrampilan aparatur penyelamatan korban

e. Belum tersedianya tempat penampungan disetiap lokasi titik bencana banjir. f. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap resiko bencana bajir, sehingga tidak

mau dievakuasi.

Jika dilihat berdasarkan wilayah kecamatan, terdapat 10 kecamatan yang memiliki titik banjir tahun 2014 dengan ketinggian genangan yang berbeda-beda.

(22)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 14 Tabel 2.9

Genangan Banjir menurut kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2014

(23)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 15 II.1.4 Kondisi Demografi

Penduduk merupakan modal pembangunan bagi daerah sebagai input besar untuk melakukan kegiatan dan menghasilkan keluaran yang optimal. Seperti yang diamanatkan dalam Undang Undang nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah daerah diharapkan mampu mengelola jumlah, kualitas dan laju pertumbuhan penduduk agar tercapai kondisi yang ideal antara kualitas dan kuantitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun dari luar. Pentingnya penanganan kependudukan ini tidak hanya dilakukan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan kepada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

Pengendalian kuantitas penduduk ditempuh dengan 3 cara :

1. Pengaturan Fertilitas : upaya yang ditempuh untuk pengaturan fertilitas ini adalah program Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana (KB) ini menyebabkan terwujudnya peluang bonus demografi. Jika dilihat dari gambar Piramida penduduk Kota Tangerang maka terlihat bahwa kelompok usia produktif 15-44 tahun memiliki jumlah yang sangat besar,sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Grafik 2.1

(24)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 16

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kota Tangerang menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.10

Penduduk Kota Tangerang Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 No, Kelompok Umur Pria Penduduk Kota Tangerang Wanita Jumlah

1 0 – 4 36,918 34,164 71,802 2 5 – 9 56,151 52,256 108,407 3 10 – 14 60,945 57,468 118,413 4 15 – 19 61,258 58,107 119,365 5 20 – 24 77,317 74,807 152,124 6 25 – 29 82,047 81,791 163,838 7 30 – 34 95,064 96,565 191,629 8 35 – 39 91,976 92,075 184,051 9 40 – 44 78,416 75,787 154,203 10 45 – 49 65,924 61,685 127,609 11 50 – 54 50,028 48,486 98,514 12 55 – 59 40,248 36,804 77,052 13 60 – 64 27,812 22,101 49,913 14 65+ 31,623 29,665 61,288 Tahun 2014 855,727 821,751 1,677,478 Tahun 2013 950,435 896,320 1,846,755 Tahun 2012 1.037.311 993.983 2,043,432 Tahun 2011 964.496 919.261 1,883,971 Tahun 2010 859.743 820.888 1,680,631

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2014

2. Penurunan Mortalitas : penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensi. Upaya yang dilakukan adalah penurunan angka kematian ibu hamil, penurunan angka kematian ibu melahirkan, penurunan angka kematian pasca kelahiran, penurunan angka kematian bayi dan anak. Upaya penurunan angka kematian ini diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyrakat melalui upaya proaktif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dan norma agama .

3. Pengarahan Mobilitas : bertujuan untuk tercapainya persebaran penduduk optimal, didasarkan pada keseimbangan jumlah penduduk dan daya tampung lingkungan.

Penurunan dan peningkatan jumlah penduduk Kota Tangerang dipengaruhi oleh jumlah migrasi dan penduduk yang lahir atau mati. Adapun penyebab turunnya jumlah penduduk di Kota Tangerang pada tahun 2013 lebih disebabkan adanya masyarakat yang memiliki data kependudukan ganda sehingga setelah adanya penataan administrasi

(25)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 17

kependudukan bahwa penduduk yang seharusnya tercatat tidak sebanyak tahun sebelumnya, hal ini terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2014

No. Kecamatan 2010 2011 Jumlah (jiwa) 2012 2013 2014 LPP 2012-2014 (%)

1 Ciledug 123,373 136,614 146,237 134,841 123,302 -4,18 2 Larangan 143,805 160,810 171,550 152,423 138,765 -5,16 3 Karang Tengah 103,251 114,705 124,946 115,875 105,876 -4,06 4 Cipondoh 181,644 205,408 227,289 207,106 188,490 -4,57 5 Pinang 149,857 172,092 188,422 168,855 154,434 -4,85 6 Tangerang 144,632 162,747 182,679 168,104 155,274 -3,98 7 Karawaci 177,486 196,471 214,810 186,088 170,146 -5,66 8 Cibodas 147,543 168,593 188,733 166,667 151,493 -5,35 9 Jatiuwung 105,057 116,291 118,374 106,814 94,695 -5,43 10 Periuk 124,684 139,289 153,707 139,925 126,957 -4,67 11 Neglasari 109,301 127,296 134,940 123,734 108,581 -5,29 12 Batu Ceper 94,884 103,543 104,441 96,078 86,710 -4,54 13 Benda 74,114 80,112 87,304 80,245 72,755 -4,46 Kota Tangerang 1,680,631 1,883,971 2,043,432 1,846,755 1,677,478 -4,81 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2014

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia, digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan penduduk atau dependency ratio yaitu seberapa besar seorang penduduk usia produktif harus menanggung beban atas usia non produktif. Dilihat berdasarkan wilayah, maka Kecamatan Batuceper memiliki angka dependency ratio yang paling tinggi yakni mencapai 39,72%, sedangkan yang terkecil terdapat di wilayah Kecamatan Larangan sebesar 34,04%.

Tabel 2.12

Rasio Ketergantungan Penduduk Tiap Kecamatan Kota Tangerang Tahun 2014

No, Kecamatan 0 – 14 Jumlah (jiwa) 15 – 64 65+ Jumlah Depedency Ratio

1 Ciledug 22,322 96,175 4,805 123,302 28,21 2 Larangan 22,443 110,370 5,952 138,765 25,73 3 Karang Tengah 17,615 83,583 4,678 105,876 26,67 4 Cipondoh 34,845 146,985 6,660 188,490 28,24 5 Pinang 27,106 122,120 5,208 154,434 26,46 6 Tangerang 26,946 121,141 7,187 155,274 28,18 7 Karawaci 30,156 132,985 7,005 170,146 27,94 8 Cibodas 26,846 119,223 5,424 151,493 27,07 9 Jatiuwung 17,731 75,621 1,343 94,695 25,22 10 Periuk 22,919 100,813 3,225 126,957 25,93 11 Neglasari 19,077 84,875 4,629 108,581 27,93 12 Batuceper 16,366 67,629 2,715 86,710 28,21 13 Benda 13,530 56,778 2,447 72,755 28,14 Tahun 2014 297,902 1,318,298 61,278 1,677,478 27,25 Tahun 2013 435,301 1,516,040 57,126 1,846,755 36,36 Tahun 2012 459,412 1,516,040 55,842 2,031,294 33,99 Tahun 2011 377,959 1,449,349 56,449 1,883,757 29,97

(26)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 18 No, Kecamatan 0 – 14 Jumlah (jiwa) 15 – 64 65+ Jumlah Depedency Ratio

Tahun 2010 380,104 1,254,325 46,202 1,680,631 33,99

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2014

Sedangkan untuk skala Kota Tangerang, Tahun 2013 nilai rasio ketergantungan sebesar 36.36%. Hal ini berarti bahwa diantara 100 penduduk usia produktif (15–64 tahun) terdapat sekitar 34 penduduk usia non produktif (0–14 tahun dan 65 tahun), atau dengan kata lain bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sekitar sebanyak 34 penduduk usia non produktif.

II.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat.

Keberhasilan pembangunan Kota Tangerang dari aspek kesejahteraan masyarakat dapat diukur dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, serta indikator seni budaya dan olahraga. Indikator-indikator tersebut akan dijabarkan di bawah ini.

II.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi. II.2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Di bidang pembangunan ekonomi, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah nilai PDRB. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah barang barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah pada periode tertentu, biasanya satu tahun. Angka PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan setiap sektor ekonomi, yang mencakup sektor (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas, dan air minum; (5) bangunan dan konstruksi; (6) perdagangan, restoran dan hotel; (7) angkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan, & jasa perusahaan; dan (9) jasa-jasa.

Terdapat 2 (dua) jenis penghitungan PDRB yaitu Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) dan Atas Dasar Harga Konstan (adhk). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhk) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. PDRB (adhk) digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Perkembangan PDRB Kota Tangerang (adhb) tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(27)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 19 Tabel 2.13

Produk Domestik Regional Bruto (adhb)Tahun 2009–2014 Kota Tangerang(Miliar Rupiah)

No Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013 2014)*

PRIMER 92,34 104,73 114,85 131,16 13,586

1 Pertanian 92,34 104,73 114,85 131,16 13,586 2 Pertambangan & Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

SEKUNDER 28.995,92 32.327,95 34.642,95 38.636,22 42,677.12

3 Industri Pengolahan 27.286,91 30.364,79 32.399,06 36.076,79 39,452.04 4 Listrik,Gas & Air Minum 400,15 442,36 502,66 574,77 558.68 5 Bangunan &Konstruksi 1.308,86 1.520,80 1.741,23 1.984,66 2,666.40

TERSIER 27.832,99 31.691,55 36.246,04 41.348,62 46,476

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 17,574.85 19,755.10 22,438.65 25.638,63 27,109.48 7 Angkutan & Komunikasi 6,861.69 8.029,32 9,303.09 10.542,34 12,693.16 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan 2,015.33 2,282.76 2,580.29 2.952,91

3,907.52 9 Jasa-jasa 1,381.12 1,624.37 1,924.01 2.214,74 2,765.48

TOTAL PDRB-ADHB 56.921,25 64.124,23 71.003,84 80.116,00 89,288.62

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014 *): angka sementara.

Dalam lima tahun terakhir PDRB atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan secara konsisten, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi tahun 2012 mencapai 10 persen dari tahun sebelumnya dan tahun 2013 meningkat menjadi 12 persen. Sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan PDRB Kota Tangerng adalah sektor sekunder yang didominasi oleh sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor tersier menunjukkan pertumbuhan yang pesat yang didorong oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Diperkirakan tahun 2014 total PDRB (adhb) mencapai Rp 89.288,62 milliar . Trend peningkatan PDRB Kota Tangerang tahun 2009-2014 dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.

(28)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 20 Grafik 2.2

PDRB Kota Tangerang (adhb) tahun 2010-2014

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014.(Bappeda diolah 2015)

Sementara itu PDRB Atas Dasar Harga Konstan (adhk) menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar yakni tahun 2000. PDRB (adhk) digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun dengan memperhitungkan tingkat inflasi. Perkembangan PDRB (adhk) Kota Tangerang lima tahun terakhir sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.14

Produk Domestik Regional Bruto (adhk) Tahun 2010–2014Kota Tangerang (Rp Millliar)

No Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013 2014*

PRIMER 49,98 54,26 57,24 61,29 60.53

1 Pertanian 49,98 54,26 57,24 61,29 60.53

2 Pertambangan & Penggalian 0 0 0 0 0

SEKUNDER 15.044,00 15.749,58 16,242,06 16.922,09 17,448.21

3 Industri Pengolahan 14.177,00 14.822.77 15,242.67 15.840,04 16,277.75 4 Listrik,Gas & Air Minum 285,08 294,45 311,31 329,09 350.33 5 Bangunan &Konstruksi 581,92 632,36 688.08 752,96 820.14

TERSIER 14,308.84 15,613.79 17,134.60 18.431,97 19,956.21

6 Perdagangan, Hotel

&Restoran 8.705,98 9.465,06 10.386,75 11.201,00 11,953.12 7 Angkutan & Komunikasi 3.894,54 4.302,90 4.748,74 5.059,26 5,567.41 8 Keuangan, Persewaan, &

Jasa Perusahaan 1.074,85 1.154,05 1.246,35 1.352,45 1,490.62 9 Jasa-jasa 633,47 691,78 752,76 819,26 945.07

TOTAL PDRB-ADHK 29.402,85 31.417,63 33.433,90 35.415,35 37,464.95

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

(29)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 21

Jika dilihat lebih lanjut, PDRB berdasarkan Harga Konstan selama kurun waktu lima tahun (2009-2013) cenderung meningkat dari Rp27,562.54 Miliar (Tahun 2009), menjadi Rp29.402,85 Miliar (Tahun 2010), lalu Rp31.417,63 Miliar (Tahun 2011), kemudian menjadi Rp33.433,90 Miliar (Tahun 2012) dan Rp35.415,35 Miliar (Tahun 2013). Secara absolut dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2013 terdapat kenaikan nilai PDRB (adhk) Kota Tangerang sebesar Rp1.981,45 Miliar. Sementara itu diperkirkan PDRB (adhk) tahun 2014 mencapai Rp 37.464,95 Milliar

Trend peningkatan PDRB Kota Tangerang tahun 2009-2014 dapat

digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.3

PDRB Kota Tangerang (adhk) tahun 2010-2014

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Untuk melihat sektor-sektor potensial dan unggulan dapat dinilai berdasarkan kontribusi sektoral terhadap total PDRB. Kontribusi sektoral terhadap PDRB dalam kurun selama kurun waktu 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

(30)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 22 Tabel 2.15

Kontribusi Sektor Terhadap PDRB ADHB Tahun 2010–2014 Kota Tangerang (persen)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014*

1 Pertanian 0,16% 0,15% 0,15% 0,15% 0,15%

2 Pertambangan & penggalian - - - - 0%

3 Industri pengolahan 47,44% 46,47% 45,04% 45,22% 42,97%

4 Listrik,gas & air bersih 0,69% 0,66% 0,68% 0,67% 0,78%

5 Konstruksi 2,30% 2,34% 2,48% 2,66% 2,18%

6 Perdagangan, hotel & restoran 31,34% 31,47% 31,96% 30,19% 32,49% 7 Pengangkutan & komunikasi 12,11% 12,81% 13,27% 13,92% 14,86% 8 Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan 3,55% 3,55% 3,68% 4,24% 4,19%

9 Jasa-jasa 2,42% 2,54% 2,74% 2,96% 2,38%

PDRB 100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Tahun 2010-2014, sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan dua penyumbang terbesar terhadap PDRB, khususnya pada Tahun 2013 masing-masing sektor menyumbang sebesar 45,03% dan 32 %. Sedangkan sektor pertanian merupakan sektor yang berkontribusi paling kecil. Berdasarkan kontribusi lima tahun terakhir menunjukkan trend pergeseran dimana sektor industri pengolahan mengalami kontribusi yang semakin menurun, sementara sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran meningkat secara significan. Data mengindikasikan bahwa arah pengembangan ekonomi Kota Tangerang ke depan adalah pengembangan sektor perdagangan dan jasa.

II.2.1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan angka yang menunjukan kinerja ekonomi suatu daerah atau negara dalam periode tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi sangat tergantung terhadap tingkat konsumsi masyarakat dan pemerintah, tingkat investasi dan besaran ekspor, sehingga pertumbuhan ekonomi dalam formulasi adalah Y= C + I + G + (X-M). Laju Pertumbuhan Ekonomi dapat diukur dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB (adhk). Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang 2012-2014 dapat ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

(31)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 23 Tabel 2.16

Laju Pertumbuhan Ekonomi 2010-2014

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Dalam tiga tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang cenderung fluktuatif tetapi masih konsisten pada angka 6%. Hal ini menunjukan bahwa kondisi perekonomian relatif stabil dan tidak ditemukan kondisi ekonomi yang ekstrim yang mengganggu kinerja ekonomi daerah. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi nasional, provinsi Banten dan Kota Tangerang mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya, hal ini erat kaitannya dengan berkurangnya permintaan komoditi ekspor dari negara Eropa dan Amerika yang belum pulih dari krisis. Dibawah ini disampaikan trend pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang tahun 2012-2014.

Grafik 2.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012-2014

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Tahun 2014 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang diperkirakan mencapai 6,72% atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.Sementara itu perekonomina Provinsi Banten juga tumbuh mencapai 6,7%, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan tumbuh di bawah 6% atau hanya sebesar 5,2% atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Tahun LPE (%)

Kota Tangerang Prov.Banten Nasional

2014* 6,72 6,7 5,21

2013 6,3 5,86 5,8

(32)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 24

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang,yang dihitung berdasarkan sisi produksi masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor Perdaganganf, Hotel, dan Restoran, serta Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, juga Pengangkutan dan Komunikasi. Ketiga sektor ini memberikan daya ungkit yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan per kapita. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang didominasi oleh konsumsi masyarakat sedangkan investasi dan ekspor masih perlu didorong untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

II.2.1.3 PDRB Per Kapita

PDRB per kapita adalah jumlah PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per-jiwa atau satu orang penduduk yang dihitung berdasarkan harga pada tahun penghitungan dengan mengesampingkan laju inflasi. Sedangkan PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan harga konstan menunjukkan pertumbuhan nyata ekonomi per-kapita penduduk dengan memperhitungkan angka inflasi. Perkembangan PDRB per Kapita Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.17

PDRB per Kapita Tahun 2012–2014 Kota Tangerang

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Perkapita Tumbuh (%) Perkapita Tumbuh (%) (juta) (juta) 2012 33.51 4.72 16.56 1.01 2013 35.64 6.35 16.89 1.99 2014* 36.92 3.6 17.09 1.18

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Tahun 2013 Pendapatan per kapita meningkat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan adhb mencapai Rp 35,64 juta atau naik 6,35% sedangkan berdasarkan adhk mencapai Rp 16,56 juta atau naik 1,99%. Data ini menunjukkan bahwa pertambahan pendapatan per kapita riil hanya naik sebesar 1,99%, sedangkan kenaikan sebesar 6,35% terdorong oleh faktor inflasi. Dibawah ini disampaikan perbandingan PDRB perkapita adhk dengan PDRB perkapita adhb.

(33)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 25 Grafik 2.5

PDRB Per Kapita Kota Tangerang 2012-2014

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Tahun 2014 terjadi perlambatan pertumbuhan, dimana pendapatan perkapita (adhb) mencapai Rp 36,92 juta rupiah atau tumbuh sebesar 3,6 persen. Pendapatan per kapita (adhk) juga mengalami perlambatan pertumbuhan yakni sebesar 1,18% atau secara absolute mencapai Rp 17,09 juta. Perlambatan pertumbuhan pendapatan per kapita secara makro disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang belum stabil,sementara pertumbuhan ekonomi nasional masih tertekan di bawah 6%. Disisi lain kebijakan ekonomi makro seperti kenaikan BBM, tarif listrik dan gas berdampak pada tertekannya pertumbuhan ekonomi.

II.2.1.4 Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang.Inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas ekonomi suatu wilayah. Perkembangan tingkat inflasi Kota Tangerang dalam tiga tahun terakhir yakni tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel grafik di bawah ini.

(34)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 26 Grafik 2.6

Tingkat Inflasi Tahun 2010 – 2014 Kota Tangerang

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Perkembangan inflasi Kota Tangerang dalam lima tahun terakhir yakni tahun 2010-2014 cenderung fluktuatif. Inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 yakni 3,73%, sementara angka inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 mencapai 10,02% dan tahun 2014 diperkirakan mencapai 10.03%. Dibandingkan dengan laju Inflasi Provinsi Banten dan Nasional , Inflasi Kota Tangerang selalu tumbuh lebih tinggi.

Tingkat inflasi Kota Tangerang erat kaitannya dengan Kebiajkan ekonomi nasional seperti kenaikan harga BBM. Kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga elpigi (gas). Kebijakan ini mendorong kenaikan ongkos produksi dan transportasi sehingga mendorong produsen untuk menaikkan harga untuk mengindari kerugian yang lebih tinggi, kenaikan harga tersebut dikenal dengan push cost inflation.

Secara mikro inflasi di Kota Tangerang didorong oleh kelangkaan beberapa bahan makanan pokok seperti bawang, cabai dan sayuran. Kota Tangerang yang minus area pertanian sangat tergantung kepada supplay produksi daerah sekitar seperti Bogor dan serang. Adapun sumbangan terhadap inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran sampai dengan Juni 2014 sebagai

(35)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 27

berikut: (a) bahan makanan sebesar 8,17 %, (b) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 10,51%, (c) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,51%, (d) sandang sebesar 2,08%, (e) pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 9,78% dan (f) transpor, komunikasi sebesar 5,85%.

Untuk menjaga stabilitas tingkat inflasi Kota Tangerang, diharapkan peran dewan inflasi daerah harus nyata, seperti koordinasi antar instansi terkait Bulog, pasar daerah dan para pengusaha.

II.2.1.5 Tingkat Ketimpangan dan Pemerataan Ekonomi

Untuk mengukur tingkat ketimpangan dan pemerataan ekonomi digunakan Gini Ratio (GR) atau dikenal dengan istilah Indeks Gini. Indeks Gini merupakan sebagai salah satu parameter untuk menilai tingkat pemerataan hasil pembangunan melalui distribusi pendapatan. Nilai Indeks Gini terentang dari angka 0 (yang berarti merata sempurna) sampai dengan angka 1 (yang berarti tidak merata sempurna). Semakin mendekati angka 0 nilai Indeks Gini tersebut, maka semakin merata distribusi pendapatannya. Dalam periode tahun 2010 – 2014 terjadi peningkatan angka Gini Ratio secara perlahan di Kota Tangerang. Jika tahun 2010 sebesar 0,27 di tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi 0,31,angka ini diperkirakan sama dengan angka pada tahun 2012-2013. Perkembangan Gini Ratio Kota Tangeran Tahun 2010-2014 dapat diuraikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.18

Perkembangan Nilai Koefisien Gini Tahun 2010-2014 Kota Tangerang

Sumber:Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2014 dan Kajian indikator makro ekonomi Tahun 2014

*) angka sementara

Secara keseluruhan selama tahun 2010-2014, ketimpangan di Kota Tangerang masih berada dalam batas toleransi (rendah atau sedang).

Tahun Nilai Koefisien Gini Keterangan

2010 0,27 Ketimpangan Rendah

2011 0,28 Ketimpangan Sedang

2012 0,31 Ketimpangan Sedang

2013 0,31 Ketimpangan Sedang

(36)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 28 II.2.1.6 Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan

Indikator Kemiskinan menjadi salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Kemiskinan diukur dengan menggunakan standar kehidupan Minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar disebut dengan Garis Kemiskinan. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar asupan kalori sebesar 2.100 kkal/hari per kapita.

Data penduduk miskin di Kota Tangerang lima tahun terakhir 2012-2014 dapat disajikan pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.7

Data Kemiskinan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2010-2014

Sumber: BPS Provinsi Banten (Bappeda diolah, 2015)

Tingkat kemiskinan di Kota Tangerang kurun waktu 2010-2014 cenderung menurun. Jika tahun 2010 tingkat kemiskinan mencapai 6.88% tahun 2014 diperkirakan menurun menjadi 5.33%. Artinya Pemerintah Kota Tangerang berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1.55%. Angka penurunan tingkat kemiskinan di Kota Tangerang belum memuaskan, sehingga dibutuhkan stretegi pembangunan yang bisa menjangkau dan tepat sasaran terhadap masyarakat miskin.

Dibandingkan dengan Provinsi Banten, penduduk miskinan di Kota Tangerang jauh lebih kecil.

(37)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang 2016 II- 29 II.2.1.7 Angka Kriminalitas yang Tertangani

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma - norma sosial sehingga masyarakat menentangnya (Kartono, 1999:122). Bentuk - bentuk tindakan kriminalitas yang ada di masyarakat seperti :

1. Pencurian 2. Tindak asusila 3. Pencopetan 4. Penjambretan

5. Penodongan dengan senjata tajam/api 6. Penganiayaan

7. Pembunuhan 8. Penipuan 9. Korupsi

Angka Kriminalitas dapat dihitung dengan rumusan jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah penduduk dikalikan dengan 10.000. Perkembangan Angka Kriminalitas Tahun 2009-2014 di Kota Tangerang sebagai berikut :

Tabel 2.19

Perkembangan Angka Kriminalitas Tahun 2009-2013 Kota Tangerang

Sumber : Polres Metro Kota Tangerang 2014 *) angka sementara

Berikut disajikan jenis kejahatan (crime) dari jumlah kejahatan dan jumlah penyelesaiannya seperti diuraikan dalam tabel di bawah ini :

Tahun Kejadian Tertangani AngkaKriminalitas yang Tertangani 2010 2.337 1.014 43,38 % 2011 963 654 67,91 % 2012 748 600 80,21 % 2013 807 507 62,82% 2014* 807 507 62,82%

Gambar

Tabel    di  atas  menunjukkan  bahwa  sejak  tahun  2010  sampai  2014,  persentase  penduduk  Kota  Tangerang  menamatkan  pendidikan  pada  setiap  jenjang pendidikan selalu meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada jenjang  pendidikan SD/MI  yang pad
Tabel  di  atas  memberikan  gambaran  bahwa  seluruh  sektor  mengalami  pertumbuhan  secara  fluktuatif  namun  cenderung  meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gunadi (2012), rekonsiliasi fiskal adalah suatu cara untuk menyesuaikan atau mengoreksi seperlunya oleh karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan atau

kaizen untuk meningkatkan kapasitas produksi karena berdasarkan analisis dari diagram tulang ikan diketahui akar permasalahan bahwa kapasitas yang ada saat ini tidak dapat memenuhi

Daripada aspek yang lain, operasi pasaran dan persaingan di pasaran akan menjadi kurang cekap sekiranya pengguna tidak ada pengetahuan atau kemahiran untuk menguruskan hubungan

Untuk menemukan asesmen alternatif didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) evaluasi hendaknya berbasis unjuk kerja sehingga selain memanfaatkan penilaian

Taksirkan ciri-ciri alam sekitar yang perlu dipertimbangkan dalam merekabentuk kawasan tambah tanah yang cekap untuk sisa berbahaya.

191 individu pada sistem semi intensif, dan 131 individu pada sistem ekstensif. Agar ukuran populasi pada saat pemanenan tersebut tersedia dan target kuota panenan dapat tercapai,

24 Poin 8.e Hasil pleno calon penerima bantuan sosial di tingkat pusat maupun provinsi direkomendasikan kepada Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan untuk ditetapkan;. Hasil

Peserta lelang sudah melakukan registrasi dan telah terdaftar pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Muara Enim di situs internet