• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI PEMASARAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI PEMASARAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Oleh :

Diana Leni Lia Wijayanti

NIM: 092310198

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2014

(2)
(3)
(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiwa : Diana Leni Lia Wijayanti

NIM : 092310198

Program Studi : Agribisnis

dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 4 April 2014

Yang membuat peryataan,

(5)

v

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua” (Aristoteles) “ Hanya kebodohan yang meremahkan pendidikan”

(P. Syrus)

“ Bunga yang tidak akan layu sepanjang jaman adalah kebajikaan”

(William Cowper) “ Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

(Lessing) “ Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”

(Ibu Kartini) “Kita menilai diri dari apa yang yang kita pikir bisa kita lakukan padahal orang lain menilai diri kita dari apa yang sudah kita lakukan”.

(Mario Teguh) “Ketika kamu berhasil teman – temanmu akhirnya tahu siapa kamu, ketika kamu gagal kamu akhirnya tahu siapa sesungguhnya teman –

temanmu”. (Aristoteles)

“ Seorangsahabat adalah orang yang menjawab, apabila kita memanggil dan sering menjawab sebelum kita panggil ”

(Diana Leni Lia Wijayanti) “ Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah dikerjakan” (Diana Leni Lia Wijayanti) “ Hidup bagai kupu – kupu indah dipandang tapi sulit untuk ditangkap” (Amat Sariyanto)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sesungguhnya sholat, ibadah, hidup dan matiku hanya untuk Rabb sekalian alam

Skripsi nan sederhana ini kupersembahkan untuk:

Kedua orangtua tercinta (Bapak Triyono dan Ibu Suyatmi) yang tak

pernah lelah dan bosan untuk mendo’akan, memberikan semangat, dukungan serta nasehat dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk terus maju dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Kakakku (Tambah Risdiyanto), adikku (Bagas Satrio Wicaksono) yang selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang.

Kekasihku Amat Sariyanto yang selalu mendo’akan, memberikan

semangat, motivasi dan dukungan untuk terus maju.

Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan dukungan

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

All my best friend : Elly, Friska, Anjar, Muthoharoh, Anggita atas kebersamaan dalam suka dan dukanya.

Ari, Sigit, Mukhsin, Yanu, Yono, dan semua teman-teman

seperjuangan yang telah memberi dukungan, semangat dan senantiasa membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses. Amin ya Allah……

(7)

vii

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efisiensi Pemasaran Cengkeh (Syzygium aromaticum) di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo”.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak, untuk itu Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Ir. Zulfanita, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3. Uswatun Hasanah, S.P., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I.

4. Dyah Panuntun Utami, S.P., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Agribisnis sekaligus Dosen Pembimbing II.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Pertanian.

6. Kepala Desa beserta Perangkat Desa dan petani cengkeh Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang telah memberikan data. 7. Kedua orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan sampai skripsi ini

selesai.

8. Rekan-rekan Fakultas Pertanian.

(8)

viii

kasih yang setulus – tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu sampai terselesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya. Amin ya Rabb.

Purworejo, 4 April 2014

(9)

ix Muhammadiyah Purworejo. 2014.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) biaya, pendapatan dan keuntungan pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, 2) margin dan share pemasaran cengkeh untuk masing – masing saluran pemasaran di Desa Kaligono, 3) share bagian harga yang diterima petani di Desa Kaligono, dan 4) efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan lokasi penelitian dipilih Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing karena desa tersebut merupakan sentra penghasil cengkeh terbesar di Kecamatan Kaligesing. Teknik pengambilan sampel petani menggunakan metode simple random sampling sehingga diperoleh 33 petani sampel dan pengambilan sampel pedagang menggunakan metode snowball.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran cengkeh di Desa Kaligono ada 2 pola yaitu : pola I : Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – Perwakilan Pabrik, pola II : Petani – Pedagang pengumpul – Perwakilan Pabrik. Saluran pemasaran yang berbeda tersebut menyebabkan besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran juga berbeda. Margin pemasaran cengkeh basah pada saluran pemasaran pola I sebesar Rp. 93.226,41 dengan biaya pemasaran Rp 84.854,24 dan keuntungan Rp. 8.372,18. Margin pemasaran cengkeh kering pada saluran I Rp. 41.272,24 dengan biaya pemasaran Rp. 1.670,63 dan keuntungan Rp. 39.601,61.

Margin pemasaran cengkeh basah pada saluran pemasaran pola II Rp.117.229,17 dengan biaya pemasaran Rp. 86.783,91 dan keuntungan Rp.30.445,26. Margin pemasaran cengkeh kering pada saluran II Rp. 35.926,42 dengan biaya pemasaran Rp. 653,61 dan keuntungan Rp. 35.272,81. Efisiensi pemasaran cengkeh basah ditinjau dari persentase bagian harga yang diterima petani maka saluran yang paling efisien adalah saluran I dimana bagian harga yang diterima petani 32,93% sedangkan efisiensi pemasaran cengkeh kering ditinjau dari persentase harga yang diterima petani maka saluran yang paling efisien adalah saluran pola II dimana bagian harga yang diterima petani 78,23%.

Efisiensi pemasaran ditinjau dari efisiensi biaya pemasaran maka saluran pemasaran yang paling efisien untuk cengkeh basah adalah saluran II karena mempunyai nilai efisiensi biaya lebih kecil yaitu 0,53% sedangkan cengkeh kering ditinjau dari efisiensi biaya pemasaran maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran II karena mempunyai nilai efisiensi biaya lebih kecil yaitu 0,40%.

(10)

x

Diana Leni Lia Wijayanti (092310198). Clove Marketing Efficiency (Syzygium Aromaticum) in Kaligono Village Kaligesing subdistricts Purworejo Regency. Thesis. Agribusiness study program. Agriculture Faculty. Muhammadiyah Purworejo University. 2014.

The research aims to know : 1) cost, revenue and marketing profit of cloves in Kaligono, 2) margin and share value of clove marketing for each of channel marketing in Kaligono, 3) share of received price for farmers in Kaligono and 4) clove marketing efficiency in Kaligono.

The method was used in this research is descriptive method. The Kaligono was used for sample of location research because the Village is central of clove producer in Kaligesing subdistricts. Sampling techniques of farmer was used simple random sampling to get 33 sample of farmer and snowball method to get merchants sample.

Based on the result of research are clove marketing channel in Kaligono there are 2 (two) patterns are : Pattern I: farmer - middlemen - wholesalers - factory representatives, pattern II: farmer - middlemen - factory representative. Different marketing is causing the cost, marketing and profit margins are also different. Marketing margins of wet cloves on marketing channel pattern I Rp. 93.226.41 with marketing costs Rp. 84.854.24 and profits Rp. 8.372, 18. Marketing margin dried clove on pattern of the I channel. RP. 41272.24. with marketing costs Rp.1.670,63, and profits Rp. 39.601,61.

Marketing margin of wet cloves the channel pattern II Rp. 117.229,17 with marketing costs Rp. 86.783,91 and profits Rp. 30.445,26. Marketing margin of dried cloves the channel II Rp. 35.926,42 with marketing costs Rp. 653,61 and profits Rp. 35.272,81. Marketing efficiency of wet cloves in terms of percentage part of the prices received by farmers the most efficient channel is the channel I where part of the price received farmers 32.93% while the marketing efficiency dried clove in terms of percentage part of the prices received by farmers the most efficient channel is the channel II part of the price received by farmers 78,23%.

Marketing efficiency in terms of cost efficiency marketing then marketing channel The most efficient for wet cloves is channel II because it has a value less cost efficiency namely 0,53% whereas dried cloves in terms of cost efficiency of marketing then marketing channel the most efficient channel II because it has a value less cost efficiency namely 0,40%.

(11)

xi HALAMAN JUDUL ………... i HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii HALAMAN PENGESAHAN ………. SURAT PERNYATAAN ………... MOTTO……… PERSEMBAHAN……….... PRAKATA ………...………. ABSTRAK……….. ABSTRACT……… DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR GAMBAR ………. DAFTAR LAMPIRAN ……….. iii iv v vi vii ix x xi xiii xvi xvii BAB I. PENDAHULUAN A. B. Latar Belakang ……… Identifikasi Masalah ……… 1 6 C. Perumusan Masalah ……… 7 D. Tujuan Penelitian ………..………….. 8 E. Kegunaan Penelitian ………..………. 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ………. 10 B. C. Landasan Teori ……… Kerangka Pemikiran ………. 23 33 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ………...………… 35

B. Metode Pengambilan Sampel ……….… 35

C. Jenis dan Sumber Data………. 37

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 38 E.

F. G. H.

Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian………….. Definisi Operasional……… Metode Analisis Data ……… Tempat dan Waktu Penelitian……….

39 39 41 43

(12)

xii A. Keadaan Geografis………...………… 44 B. Keadaan Penduduk………….. ……… 45 C. Keadaan Pertanian………...………… 48 D. E. Keadaan Peternakan………...……….. Sarana Perekonomian……… 50 50 BAB V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian………...………. 52 B.

C. D.

Pola Saluran Pemasaran……….. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran……… Efisiensi Pemasaran………....

62 65 71

BAB VI. PENUTUP

A. Simpulan…………...….………...………… 76

B. Saran……...………..……… 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

xiii Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kabupaten Purworejo……… Luas Panen dan Produksi Cengkeh dari Tahun 2007 – 2010 di Kabupaten Purworejo……… Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cengkeh di Kecamatan Kaligesing Tahun 20131………. Matrik Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian ini………....

Sebaran Populasi Sampel di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo ……… Waktu Penelitian………... Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan di Desa Kaligono Tahun 2013……… Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kaligono Tahun 2013……… Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Kaligono tahun 2013………. Jumlah Penduduk Desa Kaligono Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2013………... Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kaligono Tahun 2013………... Jenis Tanaman Perkebunan dan Produksi Tanaman di Desa Kaligono Tahun 2013……… Jenis Tanaman Hortikultura dan Produksi Tanaman di Desa Kaligono Tahun 2013……… Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak Di Desa Kaligono Tahun 2013……… 3 4 21 36 43 44 45 46 47 48 49 49 50

(14)

xiv Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Tahun 2013……… Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...

Sebaran Responden Berdasarkan Umur……… Jumlah Anggota Keluarga Responten Petani Cengkeh di Desa Kaligono………... Luas Lahan Responden Petani Cengkeh di Desa Kaligono ………... Identitas Pedagang Pengumpul di Desa Kaligono……. Identitas Pedagang Besar di Desa Kaligono………….. Identitas Perwakilan Pabrik………... Biaya, Pendapatan dan Keuntungan Petani Cengkeh Pola Saluran I di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo………. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan Petani Cengkeh Pola Saluran I di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo……….. Persentase Jumlah Petani pada Masing-masing Pola Saluran Pemasaran Cengkeh di Desa Kaligono……… Harga Jual Cengkeh pada Tiap – tiap Saluran Pemasaran di Desa Kaligono ……… Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I di Desa Kaligono Tahun 2013………. Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I di Desa Kaligono Tahun 2013……… 52 53 54 55 56 59 60 61 62 63 63 65 66

(15)

xv Tabel Tabel Tabel Tabel 31 32 33 34

Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II di Desa Kaligono Tahun 2013………. Persentase Harga yang diterima Petani untuk cengkeh basah atas dasar Harga yang dibayarkan Perwakilan Pabrik ………. Persentase Harga yang diterima Petani cengkeh kering atas dasar Harga yang dibayarkan Perwakilan Pabrik… Efisiensi Pemasaran Cengkeh Basah setiap Saluran Pemasaran di Desa Kaligono Tahun 2013 ………. Efisiensi Pemasaran Cengkeh Basah setiap Saluran Pemasaran di Desa Kaligono Tahun 2013 ……….

71

71

72

(16)

xvi

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran……… 33

(17)

xvii

Lampiran 2. Data Petani Responden dan Luas Lahan Petani Cengkeh Lampiran 3. Biaya – biaya yang Dikeluarkan Petani Sampel pada Pola

Pemasaran I

Lampiran 4. Biaya – biaya yang Dikeluarkan Petani Sampel pada Pola Pemasaran II

Lampiran 5. Perhitungan Pembelian Cengkeh Basah Pedagang Pengumpul pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 6. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 7. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 8. Lampiran 6. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 9. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 10. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 11. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Pola Pemasaran I

Lampiran 12. Perhitungan Biaya dan Keuntungan yang Dikeluarkan Pedagang Besar pada Pola Pemasaran I

Lampiran 13. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Basah Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 14. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 15. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Pola Pemasaran II

(18)

xviii Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 17. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 18. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 19. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Pola Pemasaran II

Lampiran 20. Perhitungan Total Pembelian Perwakilan Pabrik Pola Saluran Pemasaran I dan II

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia bermuara pada pembangunan usahatani dengan kebijaksanaannya pada berbagai bidang yang secara langsung atau tidak langsung mendukung usahatani yang menggerakkan peran serta petani. Pembangunan pertanian dilaksanakan secara terus - menerus guna meningkatkan produksi pertanian dan pemerataan pendapatan petani. Pertanian diarahkan untuk menjadi subyek atau pelaksana dari pembangunan pertanian tersebut, sehingga kemauan dan kemampuan petani dalam mengembangkan teknik-teknik baru menjadi lebih besar (Tjahjadi, 1994:15).

Kebijaksanaan pembangunan mendasarkan diri pada berbagai wawasan yang salah satunya adalah wawasan ekonomi. Wawasan ini dimaksudkan bahwa setiap kegiatan pembangunan pertanian haruslah ditujukan pada tercapainya peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat pada umumnya. Hubungan dengan ini maka para petani perlu terus dibina agar dapat mengembangkan usahataninya dengan prinsip-prinsip bisnis (agribisnis) untuk lebih mengembangkan produktivits usahataninya dan meningkatkan nilai tambah produksi pertanian (Tjahjadi, 1994:18).

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai kedudukan penting bagi kehidupan ekonomi rakyat Indonesia terutama para petani cengkeh dan industri rokok kretek. Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr & Perry) di Indonesia lebih kurang 95 % diusahakan

(20)

oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di seluruh propinsi. Sisanya sebesar 5% diusahakan oleh perkebunan swasta dan perkebunan negara. Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting antara lain sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk pemerataan wilayah pembangunan serta turut serta dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing merupakan salah satu daerah penghasil cengkeh terbesar di Kabupaten Purworejo. Penyampaian produk hasil panen cengkeh dari petani produsen sampai ke pabrik dapat melalui mata rantai pemasaran yang panjang maupun jalur distribusi yang pendek. Panjang pendeknya saluran pemasaran akan menentukan banyaknya lembaga pemasaran yang terlihat dan selanjutnya akan berpengaruh pada biaya pemasaran dan efisiensi pemasaran.

Menurut data Badan Pusat Statistik Purworejo (2011) dari 9 kecamatan penghasil cengkeh di Kabupaten Purworejo. Kecamatan Kaligesing merupakan kecamatan yang memiliki luas tanaman, produksi serta jumlah petani cengkeh tertinggi. Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

(21)

 

Tabel 1

Luas Panen, Jumlah Produksi dan Banyaknya Petani Menurut Kecamatan Untuk Komoditas Cengkeh

di Kabupaten Purworejo 2011 No. Kecamatan Luas Tanaman (Ha) Produksi

(Ton)

Banyaknya Petani Muda Menghasilkan Tua/Rusak

1 Bagelen 1 19 - 1 65 2 Kaligesing 171 431 55 62 433 3 Purworejo 43 16 2 4 30 4 Pituruh 109 280 4 10 80 5 Kemiri 47 123 1 3 75 6 Bruno 30 325 6 25 340 7 Gebang 79 189 0 7 130 8 Loano 55 38 4 2 240 9 Bener 68 84 48 19 210 Jumlah 603 1505 120 133 1603

Sumber: Badan Pusat Statistik Purworejo (2011)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Kecamatan Kaligesing merupakan daerah sentra usahatani cengkeh di Kabupaten Purworejo dengan total luas tanaman 657 ha. Sebanyak 171 ha merupakan tanaman muda berumur 1-5 tahun, 431 ha merupakan tanaman menghasilkan berumur 5-20 tahun dan 55 ha merupakan tanaman tua/rusak berumur ≥ 20 tahun. Jumlah petani cengkeh di Kecamatan Kaligesing sebanyak 433 orang. Produksi cengkeh sebanyak 62 ton. Menurut Badan Pusat Statistik Purworejo 2011 luas lahan dan produksi cengkeh dari tahun 2007 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2

Luas Panen dan Produksi Cengkeh dari Tahun 2007-2010 Di Kabupaten Purworejo.

Tahun

Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton)

Banyaknya Petani Muda Menghasilkan Tua/rusak

2007 403 1.525 120 120 11.000

2008 479 1.480 116 128 10.982

2009 343 1.511 113 115 10.982

2010 337 1.482 117 242 10.975

(22)

 

 

Berdasarkan Tabel 2, produksi cengkeh di Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan kecuali tahun 2009. Produksi cengkeh mengalami peningkatan dari tahun 2007 yang menghasilkan produksi sebesar 120 ton, tahun 2008 produksi cengkeh menjadi 128 ton dan tahun 2009 cengkeh mengalami penurunan dari 128 ton menjadi 115 ton. Tahun 2010 produksi cengkeh mengalami kenaikan yang signifikan meningkat lebih dari 100% yang semula produksi sebesar 115 ton menjadi 242 ton.

Menurut data Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing (2013) luas panen, produksi dan produktivitas cengkeh terbesar di Kecamatan Kaligesing terdapat di Desa Kaligono, Desa Tlogoguwo, dan Desa Ngaran. Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cengkeh di Kecamatan Kaligesing 2013

No. Desa Luas Panen ( Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) Banyaknya Petani 1 Kaligono 180 15,6 0,87 120 2 Tlogoguwo 160 11,7 0,73 90 3 Ngaran 140 7 0,5 70 Jumlah 480 34,3 2,1 280

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing (2013)

Berdasarkan Tabel 3, Desa Kaligono memiliki luas panen cengkeh tertinggi di Kecamatan Kaligesing yaitu 180 Ha dengan produksi 15,6 Ton dengan produktivitas 0,87 Kw/Ha sehingga dipilih sebagai lokasi penelitian. Produksi cengkeh di Desa Kaligono tahun 2013 tidak termasuk panen raya. Saat panen raya produksi cengkeh bisa mencapai 2 atau 3 kali lipat dari produksi tahun 2013.

(23)

 

Proses pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dapat dikategorikan belum efisien. Hal ini dapat diketahui salah satu penyebabnya yaitu kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki sehingga masyarakat setempat kurang mengetahui informasi tentang harga cengkeh. Fluktuasi harga yang tajam dan dalam waktu yang singkat sangat sering terjadi pada perkembangan harga cengkeh, dan keadaan ini sangat berisiko bagi petani.

Petani di Desa Kaligono mayoritas menjual cengkehnya dalam bentuk cengkeh kering. Biasanya petani menyimpan cengkehnya untuk dijual pada saat harga sedang dipuncak untuk memperbanyak keuntungan. Kenyataannya para petani tidak mengetahui saat harga dalam keadaan puncak. Petani biasanya menunggu terjadi lonjakan harga yang tinggi tanpa kejelasan informasi dan tidak mengadakan transaksi. Saat lonjakan harga itu berhenti dan mengarah ke penurunan barulah mereka melakukan penjualan. Akibatnya keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang. Secara tidak langsung untuk mengetahui harga cengkeh petani harus datang ke pasar dengan ini petani tentunya mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

(24)

 

 

B. Identifikasi Masalah

Cengkeh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting di Indonesia terutama digunakan sebagai bahan campuran tembakau yang akan dibuat rokok kretek. Percengkehan Indonesia masih menghadapi berbagai masalah yang sangat membutuhkan penanganan yang serius. Permasalahan tersebut antara lain dalam bidang pemasaran hasil dan kelembagaan.

Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo sebagai salah satu sentra penghasil cengkeh di Kabupaten Purworejo, ternyata tidak terlepas dari permasalahan dalam bidang pemasaran. Permasalahan petani dalam memasarkan cengkeh secara umun antara lain masih panjangnya saluran pemasaran, posisi tawar petani dengan pedagang perantara dan pedagang besar yang sangat lemah sehingga harga ditentukan secara mutlak oleh pabrikan dan belum diketahuinya saluran pemasaran yang paling efisien.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan sehingga menimbulkan adanya biaya pemasaran yang menentukan tingkat harga yang diterima petani dan lembaga pemasaran, atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga pemasaran akan mengambil keuntungan (profit). Besarnya biaya pemasaran dan keuntungan yang diterima pedagang perantara akan didapatkan marjin pemasaran yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar pula marjin pemasarannya, karena lembaga pemasaran yang terlibat

(25)

 

semakin banyak. Semakin besar marjin pemasaran akan menyebabkan bagian harga yang diterima oleh petani produsen dibandingkan dengan harga yang dibayarkan konsumen semakin kecil, yang berarti saluran pemasaran tidak efisien. Saluran pemasaran yang dipilih petani akan menentukan besar kecilnya pendapatan petani sebagai produsen, pemasaran efisien diharapkan dapat menguntungkan petani. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

C. Rumusan Masalah

1. Berapa besarnya biaya, pendapatan dan keuntungan pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

2. Berapa besarnya marjin dan share pemasaran cengkeh masing-masing saluran pemasaran di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

3. Berapa besar share (bagian) harga yang diterima petani cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

4. Bagaimana efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

(26)

 

 

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, pendapatan dan keuntungan pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 2. Mengetahui besarnya marjin dan share pemasaran cengkeh untuk

masing-masing saluran pemasaran di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

3. Mengetahui share (bagian) harga yang diterima petani di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

4. Mengetahui efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Bagi Petani

Penelitian ini diharapkan sebagai informasi atau masukan untuk memperbaiki kekurangan ataupun kelemahan yang mungkin terjadi pada pemasarancengkeh diDesa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

(27)

 

3. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pemasaran cengkeh.

4. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan atau informasi untuk penelitian lebih lanjut.

(28)

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman perkebunan (industri) berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal tanaman cengkeh ini belum jelas, karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pohon cengkeh berasal dari Maluku Utara, Kepulauan Maluku, Philipina atau Papua. Daerah kepulauan Maluku ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen cengkeh terbesar di dunia.

Klasifikasi Tanaman Cengkeh : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Syzygium

Jenis : Syzygium aromaticum (L.)Merr. & Perry Sumber : Muljana (1997:15)

2. Morfologi Tanaman Cengkeh a. Daun

     Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun, helaian daun, namun tidak memiliki pelepah daun. Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Daun

(29)

 

tanaman cengkeh termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun.

b. Batang

    Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat, permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens). Pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun. Tangkainya kira-kira1-2,5 cm.

c. Akar

Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal dari akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang. Bentuk akar tunggangnya termasuk berbentuk tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang kecil-kecil. Akar kuat sehingga bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun. Akarnya biasanya mampu masuk cukup dalam ke tanah. Perakaran pohon cengkeh relatif kurang berkembang, tetapi bagian yang dekat permukaan tanah banyak tumbuh bulu akar. Bulu akar tersebut berguna untuk menghisap makanan.

(30)

d. Biji

Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji (nukleus seminis). Tanaman cengkeh dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri.

e. Bunga

Bunga cengkeh  muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai (pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik (andoginofor).

f. Buah

Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah.

(31)

 

3. Jenis – jenis Cengkeh

Jenis cengkeh di Indonesia dibagi kedalam 4 tipe yaitu : a. Cengkeh Siputih

Cengkeh siputih ciri – cirinya : bentuk buahnya kecil dan agak panjang lebih besar dari cengkeh sikotok tetapi lebih kecil dari cengkeh jenis Zanzibar dan ambon, cengkeh yang telah masak berwarna merah muda/agak putih.

b. Cengkeh Sikotok

Cengkeh sikotok ciri – cirinya : buah relatif kecil dari jenis cengkeh lainnya , awalnya buah berwarna hijau tetapi setelah masak berwarna kekuningan dengan pangkal buah berwarna merah.

c. Cengkeh Tipe Ambon

Cengkeh tipe ambon ciri – cirinya : buahnya pendek, mahkota (kelopak) besar dan berwarna hijau mulus,

d. Cengkeh Zanzibar

Cengkeh Zanzibar ciri – cirinya : buahnya panjang dan besar, warna hijau bercampur merah atau hijau kemerah – merahan.

4. Budidaya Tanaman Cengkeh

Budidaya tanaman cengkeh cocok pada ketinggian 0-900 m dpl (paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketinggian lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah

(32)

hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari. Suhu yang optimal untuk tanaman ini adalah 22°C -30°C, dengan kelembaban udara antara 60% - 80%. Tanaman cengkeh juga menghendaki tanah yang subur, gembur tidak berbatu, dan berdrainase baik (Hadiwijaya, 1986:30).

Hama dan penyakit tanaman cengkeh adalah sebagai berikut : a. Hama

1) Kutu Daun ( Coccus viridis )

Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun, bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA +AERO 810 atau Natural BVR.

2) Penggerek Ranting/Batang ( Xyleborus sp )

Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting/batang menjadi rapuh dan mudah patah. Pengendalian : pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA atau Natural BVR.

(33)

3) Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )

Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran. Pencegahan : semprotkan Natural BVR atau PESTONA.

b. Penyakit

1) Penyakit Mati Bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium).

Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman, gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah. Pencegahan : kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO. 2) Penyakit Busuk Akar ( Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).

Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.

(34)

 

 

5. Manfaat Cengkeh

Cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara- negara Asia dan Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Bagian utama dari tanaman cengkeh yang bernilai komersial adalah bunganya, yang sebagian besar digunakan dalam industri rokok. Cengkeh selain digunakan sebagai bahan baku rokok kretek, cengkeh juga digunakan untuk industri farmasi dan industri makanan. Minyak cengkeh yang berasal dari bunga cengkeh, gagang/tangkai dan daun cengkeh mengandung eugenol dan bersifat anestetik dan antimikrobial. Eugenol tersebut dapat digunakan untuk aromaterapi, mengobati sakit gigi, menghilangkan bau nafas, dan dapat mengendalikan beberapa jamur patogen pada tanaman.

6. Standar Mutu Cengkeh Indonesia

Penentuan standar mutu cengkeh ruang lingkupnya mencakup ukuran, warna, bau, bahan asing, gagang cengkeh, cengkeh inferior, cengkeh rusak, kadar air, dan kadar minyak atsiri. Bahan asing yang dimaksud yaitu semua bahan yang bukan berasal dari bunga cengkeh. Cengkeh inferior yaitu cengkeh keriput, patah, dan cengkeh yang telah dibuahi. Cengkeh rusak adalah cengkeh yang telah berjamur dan telah diekstraksi. Standar mutu cengkeh di Indonesia tercantum di dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3392-1994 yang ditetapkan oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dari Standar Perdagangan SP-48-1976.

(35)

Standar mutu cengkeh Indonesia adalah: a. Ukuran: sama rata

b. Warna: coklat kehitaman c. Bau: tidak apek

d. Bahan asing maksimum: 0.5-1.0 persen e. Gagang maksimum: 1.0-5.0 persen f. Cengkeh rusak maksimum: 0 persen g. Kadar air maksimum: 14.0 persen

h. Cengkeh inferior maksimum: 2.0-5.0 persen i. Kadar Atsiri maksimum: 16.0-20.0 persen

Beberapa upaya perbaikan untuk menanggulangi permasalahan mutu cengkeh di Indonesia antara lain dapat dilakukan dengan perwilayahan cengkeh sehingga penanaman dilakukan pada daerah yang sangat sesuai, penggunaan varietas unggul, serta perbaikan dan standardisasi cara pengolahan. Perbaikan cara pengolahan antara lain dengan waktu panen yang tepat sehingga rendemen cengkeh kering dan kadar minyak meningkat serta cengkeh inferior dan menir berkurang. Mengurangi kadar bahan asing pada cengkeh sebaiknya dilakukan pengeringan pada lantai jemur yang bersih atau di atas para-para menggunakan tampah atau pengering buatan. Kadar bahan asing dan persentase gagang cengkeh dapat dikurangi dengan melakukan sortasi sebelum cengkeh disimpan atau dipasarkan.

(36)

7. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan (2000) yang berjudul Analisis Pemasaran Cengkeh di Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada empat macam saluran pemasaran yang terjadi, yaitu : saluran I : petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → perwakilan pabrik, saluran II : petani → pedagang besar → perwakilan pabrik. Hasil penelitian menunjukkan biaya pemasaran pada saluran pemasaran I dan II masing-masing sebesar Rp.1390/kg cengkeh dan Rp.606/kg, persentase marjin pemasaran pada saluran pemasaran I dan II masing-masing sebesar 6,85% dan 2,31% sedangkan total keuntungan lembaga pemasaran cengkeh lewat saluran I sebesar Rp. 2.310/kg, dan saluran II sebesar Rp. 646/kg. Saluran pemasaran II lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran I, karena saluran pemasaran II mempunyai persentase marjin pemasaran lebih rendah (2,31%) dan farmer’s share lebih tinggi (97,73%).

Berdasarkan hasil penelitian Maryatun (1999) yang berjudul Analisis Biaya dan Pemasaran Kayu Gergajian di DKI dengan studi kasus di daerah Kalibaru. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang profil perdagangan yang berada di wilayah Kalibaru, mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terlibat dan menentukan efisiensi saluran pemasarannya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kayu gergajian di Kalibaru adalah distributor, pedagang besar dan pengecer. Tingkat pengecer pada

(37)

kayu Borneo Kalimantan merupakan tingkat pemasaran yang efisien secara ekonomi, sedangkan kayu Keruing pada tingkat distributor adalah jenis kayu yang efisien secara operasional.

Hasil penelitian Barata (2009) yang berjudul Analisis Pemasaran Tembakau Rakyat di Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa saluran pemasaran tembakau dari petani produsen sampai ke pabrikan melalui pedagang perantara dan pedagang besar. Hasil penelitiannya ada 4 macam saluran pemasaran yang terjadi, yaitu : saluran I : petani, pabrikan, saluran II : petani, pedagang perantara, pabrikan, saluran III : petani, pedagang perantara, pedagang besar, pabrikan, dan saluran IV : petani, pedagang besar, pabrikan.

Hasil penelitian Sujiwo (2004) yang berjudul Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp) di Kecamatan Singorejo, Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa saluran/rantai pemasaran kopi yang ada di Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal ada 2 macam saluran. Saluran pertama yaitu: petani kopi, pedagang besar, eskportir. Saluran kedua terdiri dari: petani kopi, pedagang kecil, pedagang besar, eksportir. Berdasarkan hasil penelitian banyak responden petani kopi yang melalui saluran pemasaran kedua, yaitu sebanyak 39 responden petani kopi, menjual ke pedagang kecil (sebanyak 6 responden pedagang kecil), sedangkan responden pedagang besar yang melalui saluran pemasaran pertama sebanyak 1 orang. Hasil analisis perhitungan biaya pemasaran, harga jual, harga beli serta keuntungan masing-masing lembaga pemasaran

(38)

yang terlibat, maka pemasaran kopi di Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal sudah efisien.Besarnya margin pemasaran kopi di Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal adalah sebesar Rp. 5.120 per kilogram kopi. Hasil ini diperoleh dari perhitungan antara harga di tingkat petani kopi dan harga di tingkat eksportir. Keuntungan terbesar diperoleh oleh lembaga pemasaran pedagang kecil kopi, yaitu sebesar Rp. 2.445 per kilogram kopi, sedangkan keuntungan terkecil diperoleh oleh lembaga pemasaran pedagang besar kopi yaitu sebesar Rp. 571,67 per kilogram kopi.

(39)

(2013) Pemasaran Cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo”.

dari petani sampai perwakilan pabrik.

2. Mengetahui besar margin, biaya dan keuntungan cengkeh basah dan cengkeh kering untuk masing – masing saluran pemasaran. 3. Mengetahui bagian harga

yang diterima petani serta mengetahui efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono. dan metode pengambilan sampel pedagang menggunakan metode snowball yaitu dengan cara menelusuri pedagang yang terkait dengan pemasaran cengkeh. Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

adalah cengkeh. penelitian Tujuan penelitian ini sama – sama untuk mengetahui banyaknya pola saluran pemasaran cengkeh dari petani sampai perwakilan pabrik serta mengetahui besarnya biaya, keuntungan, margin dan efisiensi pemasaran dari masing – masing saluran pemasaran.

Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Objek yang diteliti adalah cengkeh serta metode pengambilan data sampel petani menggunakan metode stratified random sampling. 2. Ahmad Kurniawan (2000). Penelitian ini berjudul “Analisis Pemasaran Cengkeh di Kabupaten Wonogiri”.

Tujuan penelitian Kurniawan: 1. Mengetahui berapa banyak saluran pemasaran cengkeh dari petani sampai perwakilan pabrik.

2. Mengetahui besarnya biaya, keuntungan, margin dan efisiensi pemasaran dari masing – masing saluran pemasaran. Metode pengambilan data sampel petani menggunakan metode stratified random sampling dan pengambilan sampel pedagang menggunakan metode snowball yaitu dengan cara menelusuri pedagang yang terkait dengan pemasaran cengkeh. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Obyek yang diteliti dalam penelitian Kurniawan adalah cengkeh.

Persamaan penelitian Kurniawan dengan penelitain Diana Leni Lia W. adalah tujuan penelitian sama – sama untuk mengetahui pola saluran pemasaran dari petani sampai ke konsumen terakhir (pabrik), menghitung besarnya biaya, pendapatan dan keuntungan pemasaran. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode deskriptif serta metode pengambilan sampel pedagang dilakukan secara snowball.

Perbedaan penelitian Kurniawan dengan penelitian Diana Leni Lia W. adalah Penelitian Kurniawan dilakukan pada petani cengkeh di Kabupaten Wonogiri, sedangkan penelitian Diana Leni Lia Wijayanti dilakukan di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

(40)

(1999). berjudul “Analisis Biaya dan Pemasaran Kayu Gergajian di DKI dengan study kasus di daerah Kalibaru” adalah : 1. Mendapatkan gambaran tentang profil perdagangan yang berada di wilayah Kalibaru,.

2. Mengidentifikasikan lembaga – lembaga yang terlibat dan menentukan efisiensi saluran pemasaran.

digunakan dalam penelitian Maryatun adalah metode deskriptif dan metode pengambilan sampel pedagang menggunakan metode snowball. Maryatun dilakukan di DKI dengan study kasus di daerah Kalibaru.

diteliti dalam penelitian

Maryatun adalah kayu gergajian.

dengan penelitian Diana Leni Lia Wijayanti adalah tujuan penelitian sama – sama untuk mengetahui pola saluran pemasaran dari produsen sampai ke konsumen akhir (pabrik) atau lembaga – lembaga yang terlibat dalam pemasaran dan menentukan efisiensi saluran pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode deskriptif serta metode pengambilan sampel pedagang dilakukan secara snowball.

penelitian Diana Leni Lia W. adalah Penelitian Maryatun objek yang diteliti untuk penelitian adalah kayu gergajian, metode pengambilan data sampel petani menggunakan metode survey, sedangkan penelitian Diana Leni Lia Wijayanti objek yang diteliti adalah cengkeh dan metode pengambilan data sampel petani menggunakan metode simple random sampling.

4. Barata Wicaksono (2009). Penelitian ini berjudul “ Analisis Pemasaran Tembakau Rakyat di Kabupaten Temanggung.

Tujuan penelitian Barata adalah untuk mengetahui banyaknya pola saluran pemasaran tembakau dari petani sampai ke pabrikan.

Metode

pengambilan data sampel petani yang digunakan dalam penelitian Barata adalah metode sensus. Penelitian Barata dilakukan di Kabupaten Temanggung. Obyek yang diteliti dalam penelitian Barata adalah tembakau.

Persamaan penelitian Barata dengan penelitian Diana Leni Lia Wijayanti adalah tujuan penelitian sama – sama mengetahui pola saluran pemasaran dari petani sampai ke konsumen terakhir (pabrik) serta menghitung besarnya pendapatan, biaya dan keuntungan pemasaran. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif.

Hal yang membedakan dari penelitian Barata dengan penelitian Diana Leni lia Wijayanti adalah bahwa lokasi penetitian Diana Leni Lia W. dilakukan di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dengan objek yang diteliti adalah cengkeh, sedangkan penelitian Barata lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Temanggung dengan objek yang diteliti adalah tembakau. 5. Agus Sujiwo (2004). Penelitian ini berjudul “Efisiensi Pemasaran Kopi (coffea sp) di Kecamatan Singorejo, Kabupaten Kendal”.

Tujuan penelitian Sujiwo adalah:

1. Mengetahui banyaknya saluran pemasaran kopi di Kecamatan Kendal. 2. Menghitung besarnya biaya,

margin dan keuntungan pemasaran kopi untuk masing – masing saluran pemasaran. Metode yang digunakan dalam penelitian Sujiwo adalah menggunakan metode deskriptif dan metode pengambilan data sampel petani menggunakan metode survey dengan teknik wawancara. Lokasi penelitian Sujiwo dilakukan di Kecamatan Singorejo. Obyek yang diteliti dalam penelitian Sujiwo adalah kopi.

Persamaan penelitian Sujiwo dengan penelitian Diana Leni Lia W. adalah penelitian sama – sama untuk mengetahui pola saluran pemasaran dari petani sampai ke konsumen terakhir (pabrik). Metode penelitian menggunakan metode deskriptif serta Metode pengambilan sampel pedagang yaitu secara snowball.

Penelitian Sujiwo (2004) dilakukan pada petani kopi di Kecamatan Singorejo, Kabupaten Kendal, metode pengambilan data sampel petani yaitu menggunakan metode survey dengan teknik wawancara, sedangkan penelitian Diana Leni Lia Wijayanti dilakukan di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dengan metode yang digunakan adalah metode simple random sampling.

(41)

 

B. Landasan Teori 1. Definisi Pemasaran

Pengertian pemasaran banyak didefinisikan oleh para pakar dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Kotler dan Amstrong (2004 : 6) berpendapat bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan produk lain.

Menurut Stanton (1997 : 7) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan barang dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Pemasaran secara sistematis dapat dikatakan bahwa pemasaran mencakup kegiatan untuk mengetahui keinginan konsumen, merencanakan dan mengembangkan produk yang memenuhi keinginan kemudian memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk.

Pengertian pemasaran dapat dilihat dengan pendekatan aspek manajerial dan aspek ekonomi. Berdasarkan aspek manajerial, pemasaran merupakan analisis perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengendalian untuk menentukan kedudukan pasar, sedangkan berdasarkan aspek ekonomi, pemasaran merupakan distribusi fisik dan aktivasi ekonomi yang memberikan fasilitas-fasilitas untuk bergerak, mengalir dan

(42)

pertukaran komponen barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena meningkatkan, menciptakan nilai guna bentuk, waktu, tempat dan kepemilikan, dengan demikian pemasaran pertanian dapat diartikan sebagai semua bentuk kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen (Limbong, 1987 : 11).

2. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah rute dan status kepemilikan yang ditempuh oleh suatu produk ketika produk ini mengalir dari penyedia bahan mentah melalui produsen sampai ke konsumen akhir. Saluran ini terdiri dari semua lembaga atau pedagang perantara yang memasarkan produk atau barang/jasa dari produsen sampai ke konsumen.

Efisiensi saluran pemasaran merupakan kemampuan suatu sistem pemasaran untuk menyampaikan produk ke tangan konsumen dengan saluran pemasaran yang pendek dan harga yang serendah-rendahnya.

Tujuan dari efisiensi saluran pemasaran adalah menyediakan barang dalam bentuk yang dibutuhkan, pada waktu dan tempat yang diperlukan dengan biaya yang sekecil mungkin tetapi konsisten dengan apa yang diinginkan oleh konsumen.

(43)

Menurut Tomek dan Robinson (1990 : 75), semakin jauh jarak pemasaran yang ditempuh semakin besar biaya transportasinya yang berarti pula semakin besar biaya pemasarannya. Semakin besar biaya pemasaran maka harga yang terjadi pada konsumen terakhir juga semakin besar. Hal ini berarti semakin jauh jarak pemasarannya maka semakin besar pula harga yang terjadi di tingkat konsumen terakhir.

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran barang dari produsen ke konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga barang tersebut di titik produsen dan akan semakin besar harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Kotler dan Susanto, 2001:95). Hal tersebut disebabkan setiap lembaga pemasaran dalam kegiatannya membutuhkan biaya dan keuntungan. Hal ini akan menjadi beban bagi produsen atau konsumen akhir, misalnya dengan menekan harga di tingkat petani produsen atau menaikkan harga per satuan tingkat konsumen terakhir.

Swastha (1984:97), mengemukakan bahwa saluran pemasaran yang umum digunakan dalam pemasaran barang untuk komoditi yang masuk ke industri pengolahan adalah sebagai berikut:

a. PolaI : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar → Pabrik. b. Pola II : Petani → Tengkulak → Pedagang besar → Pabrik.

(44)

3. Fungsi – fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan kegiatan atau tindakan dalam proses pemasaran. Anindita (2004 : 19) menjelaskan bahwa fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran. Downey & Erickson (1992 : 282) menambahkan bahwa beberapa kegiatan atau fungsi khusus membentuk langkah-langkah yang akan dilakukan, namun dalam pelaksanaannya tidak perlu berurutan tetapi mencakup semuanya agar proses pemasaran berhasil dicapai.

Anindita (2004 : 19) mengemukakan fungsi pemasaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Fungsi Pertukaran

Terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pertukaran memerlukan adanya transaksi antara dua pihak atau lebih. Fungsi pembelian adalah usaha untuk memilih barang – barang yang dibeli untuk dijual lagi dengan harga, pelayanan dan kualitas tertentu. Fungsi penjualan bertujuan untuk menyalurkan barang sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh keuntungan.

b. Fungsi Penyediaan

Terdiri dari fungsi pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan pengangkutan. Fungsi pengumpulan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyaluran. Fungsi penyimpanan mempunyai kegunaan waktu karena dapat melakukan penyesuaian antara penawaran dan

(45)

 

permintaan. Pengangkutan merupakan fungsi pemindahan dari barang yang dihasilkan atau dibeli sampai tempat barang itu dijual atau dikonsumsi.

c. Fungsi Penunjang

Terdiri dari fungsi pembelanjaan, penyebaran informasi dan koordinasi saluran. Fungsi penunjang yaitu kegiatan- kegiatan yang menolong sistem pasar untuk beroperasi lebih lancar. Informasi pasar sangat diperlukan bagi pihak pembeli maupun penjual. Pembeli memerlukan informasi mengenai sumber-sumber penawaran. Penjual mencari informasi mengenai harga pada beberapa pasar, konsumen menginginkan informasi mengenai mutu, harga dan sumber-sumber produk.

d. Penggolongan mutu produk pertanian kedalam kelas atau golongan standar sangat mempermudah proses-proses pembelian dan penjualan serta membantu sistem pemasaran bekerja lebih efisien.

4. Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran

Hanafiah dan Saefudin (2006 : 99) mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh penjual pertama (produsen) dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran yang saling berinteraksi. Marjin pemasaran juga dinyatakan sebagai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan sejak tingkat produsen sampai tingkat konsumen.

(46)

Komponen marjin pemasaran terdapat dua yaitu komponen biaya pemasaran dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. Besarnya biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran berbeda-beda untuk setiap jenis produk dan tingkat lembaga pemasaran. Perbedaan waktu dilakukan kegiatan/aktivitas pemasaran juga merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perbedaan pada biaya dan marjin keuntungan dan yang didapatkan oleh lembaga pemasaran.

Margin pemasaran dihitung pada setiap tingkatan saluran pemasaran sehingga secara matematis margin pada setiap tingkat dapat ditulis sebagai berikut :

Mji = Psi – Pbi Keterangan :

Mji = Margin pemasaran tingkat ke – i Psi = Harga konsumen ke – i

Pbi = Harga produsen ke – i

Margin total merupakan penjumlahan dari keseluruhan margin pada setiap tingkatan saluran pemasaran yang secara sistematis margin total dapat ditulis : M = ∑Mi

Proses penyaluran barang mulai dari petani produsen sampai ke konsumen dibutuhkan biaya. Seluruh biaya pengeluaran disebut biaya pemasaran. Biaya akan semakin besar dengan berkembangnya pertanian dan makin kompleksnya pemasaran (Mubyarto, 1989). Tingginya biaya pemasaran disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain tenaga kerja pengeringan, bongkar muat, pengepakan, transportasi dan penyusutan.

(47)

 

Lembaga pemasaran mengeluarkan biaya untuk melakukan aktivitas, juga akan menarik keuntungan sebagai balas jasanya, jadi margin pemasaran merupakan penjumlahan antara biaya dan keuntungan, selanjutnya keuntungan dapat dihitung dari selisih margin pemasaran dengan biaya dan dapat dinyatakan dengan :

M = B + = M – B Keterangan :

M = Margin pemasaran B = Biaya pemasaran

= Keuntungan yang ditarik lembaga pemasaran

Tingginya biaya pemasaran juga akan berpengaruh terhadap harga konsumen dan harga ditingkat produsen. Besarnya biaya yang diterima petani (%) dari harga konsumen adalah :

Si = × 100% (Anindita 2004 : 113) Keterangan :

Si = Besarnya harga yang diterima petani (%) Pi = Harga produsen

Pa = Harga pabrik (konsumen terakhir) 5. Efisiensi Pemasaran

Pelaku pemasaran menginginkan proses pemasaran dapat berjalan seefisien mungkin, sedangkan terjadinya proses pemasaran yang tidak efisien dikarenakan panjangnya saluran pemasaran, tingginya biaya pemasaran dan kegagalan pasar (Anindita, 2004 : 22). Pengukuran efisiensi pemasaran ada 2 yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.

(48)

 

 

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006 : 100), efisiensi teknis adalah upaya pengendalian fisik produk dengan tujuan mengurangi kerusakan produk, mencegah merosotnya mutu produk, dan menghemat tenaga kerja sehingga mengakibatkan pengurangan biaya pemasaran. Efisiensi ekonomis bertujuan penggunaan biaya yang serendah mungkin untuk memperoleh keuntungan ditambahkan pula bahwa banyaknya lembaga perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran yang secara vertikal akan menambah biaya pemasaran dan sebaliknya makin sedikit perantara maka pendistribusian makin cepat, makin murah dan makin efisien produk.

Menurut Shepherd dalam Soekartawi (2002 : 84), efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan atau dapat dirumuskan :

EP = × 100% Keterangan :

EP = Efisiensi pemasaran TB = Total biaya pemasaran TNP = Total nilai produk

Berdasarkan rumus tersebut, dapat diartikan bahwa ada penambahan biaya pemasaran memberi arti bahwa hal tersebut menyebabkan adanya pemasaran yang tidak efisien, sebaliknya kalau semakin kecil nilai produk yang dijual berarti pula terjadi adanya pemasaran yang tidak efisien. Hal demikian tentunya tidak selalu benar khususnya di negara yang sedang berkembang.

(49)

 

Efisiensi pemasaran akan terjadi apabila :

1) Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi.

2) Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan 4) Adanya kompetisi pasar yang sehat.

Menurut Mubyarto (1979) sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi 2 syarat yaitu :

1) Mampu menyampaikan hasil – hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah – murahnya.

2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.

Adil dalam hal ini maksudnya pemberian balas jasa fungsi – fungsi pemasaran sesuai sumbangan masing – masing. Indikator – indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah margin pemasaran, harga ditingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan intensitas persaingan pasar. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima oleh petani, bahwa anggapan semakin besar margin pemasaran, semakin tidak efisien suatu proses pemasaran anggapan ini tidak selamanya benar sebab margin pemasaran ini pada hakikatnya terdiri dari

(50)

 

 

biaya – biaya untuk melaksanakan fungsi – fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga – lembaga pemasaran.

Penyediaan fasilitas fisik untuk pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran khususnya negara – negara yang sedang berkembang. Fasilitas fisik pemasaran ini pada umumnya sangat terbatas sehingga terbentuk struktur pasar output yang monopolistik, jadi kuranya tersedianya fasilitas fisik terutama pengangkutan diidentikkan dengan ketidakefisienan proses pemasaran.

6. Farmer’ share

Tomek dan Robinson (1990 : 114) menjelaskan bahwa bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) adalah suatu nilai hasil perbandingan antara harga jual di petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen dan dinyatakan dalam persentase. Tomek dan Robinson (1990 : 116) menambahkan bahwa farmer’s share dan harga di tingkat petani memiliki kecenderungan untuk bergerak naik atau turun bersama-sama, saat harga di tingkat petani menurun maka farmer’s share akan menghasilkan persentase yang rendah, ini berarti pemasaran terselenggara kurang baik. Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.

(51)

  C. Kerangka Pemikiran                        

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Cengkeh sebelum sampai ke pabrikan dipasarkan melalui saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran panjang dan saluran pemasaran pendek. Panjang pendeknya saluran pemasaran ditentukan oleh jumlah tahap lembaga pemasaran dan jarak pengangkutan hasil produksi.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan sehingga menimbulkan biaya pemasaran. Biaya pemasaran akan menentukan tingkat harga yang diterima petani dan lembaga pemasaran, atas jasa lembaga - lembaga pemasaran tersebut.

Petani Cengkeh

Pemasaran Cengkeh

Saluran Pemasaran 1. Biaya Pemasaran

2. Keuntungan Pemasaran 3. Marjin Pemasaran Lembaga Pemasaran

1. Efisiensi Pemasaran

2. Bagian harga yang diterima petani dan pedagang.  

(52)

 

 

Lembaga pemasaran juga mengambil keuntungan (profit) atas jasa yang dilakukan. Besarnya biaya pemasaran dan keuntungan yang diterima pedagang perantara akan didapatkan marjin pemasaran yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran cengkeh, maka sistem pemasaran semakin tidak efisien, sebaliknya semakin sedikit lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran cengkeh, maka sistem pemasaran semakin efisien. Efisiensi pemasaran dalam analisis ini akan diukur dengan menggunakan rumus:

EP = × 100% (Soekartawi, 2002: 75) Keterangan:

EP = Efisiensi pemasaran TB = Total biaya pemasaran TNP = Total nilai produk

(53)

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu dengan cara data dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis ( Surakhmad, 1994 : 140 ). Penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah menganalisis pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

B. Metode Pengambilan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang merupakan salah satu daerah penghasil cengkeh terbesar di Purworejo dan dipilih satu kecamatan yang dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu pengambilan lokasi penelitian yang dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1995 : 175). Pertimbangan pemilihan kecamatan tersebut adalah terdapatnya petani cengkeh, mempunyai luas panen dan produksi cengkeh terbesar di Kabupaten Purworejo.

(54)

 

 

Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih Kecamatan Kaligesing sebagai sampel kecamatan. Kecamatan terpilih tadi akan diambil satu desa sebagai lokasi penelitian yang juga dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pemilihan desa sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa di desa tersebut mempunyai luas panen, produksi serta jumlah petani cengkeh. Berdasarkan pertimbangan tersebut dipilih Desa Kaligono sebagai lokasi penelitian.

Tabel 5

Sebaran Populasi di Desa Kaligono, Tlogoguwo dan Ngaran No Desa Produktivitas (kw/ha) Populasi (orang)

1 Kaligono 0,87 120

2 Tlogoguwo 0,73 90

3 Ngaran 0,5 70

Jumlah 280 Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing (2013)

2. Metode Pengambilan Sampel a. Sampel Petani Cengkeh

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995 : 171), data yang dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga bisa mengikuti distribusi normal.

Pengambilan sampel petani menggunakan rumus Yamane (Riduwan dan Akdon, 2009 : 75). n = Keterangan: n : Jumlah Sampel N : Populasi d : Presisi (15%)

(55)

 

Berdasarkan jumlah populasi petani cengkeh di Desa Kaligono maka diperoleh sampel : n = n = , n = , n = 32,43 (33 petani)

Jadi pengambilan sampel sebanyak 33 petani cengkeh.

Pemilihan sampel petani cengkeh menggunakan metode simple random sampling, yakni cara pemilihan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara acak sehingga semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih (Nazir, 1988 : 346). Pemilihan petani ditentukan dengan cara undian.

b. Sampel Pedagang

Sampel pedagang adalah orang - orang yang terlibat dalam mendistribusikan cengkeh hingga ke pabrik. Sampel pedagang diperoleh secara snowball yaitu didapat dari informasi petani lalu menelusuri pedagang – pedagang yang terkait dengan pemasaran cengkeh (Hendry, 2010 : 240).

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan petani dan pedagang misalnya data mengenai

(56)

jumlah produksi cengkeh, harga yang berlaku ditingkat petani dan ditingkat pedagang, besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan petani dan biaya yang dikeluarkan pedagang, cara menjual hasil cengkeh, masukan yang digunakan, serta proses pemasaran yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo, Kantor Kecamatan Kaligesing, BPP Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kaligesing, kantor Kelurahan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti guna mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan.

(57)

3. Pencatatan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dan mengumpulkan data yang diperlukan dari instansi yang terkait sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian 1. Pembatasan Masalah

a. Penelitian ini akan dilakukan pada petani cengkeh di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo yang diusahakan dalam satu kali musim panen 2013 yaitu pada bulan April sampai Juni 2013. 2. Asumsi Penelitian

a. Tingkat harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian. b. Hasil panen cengkeh dijual semua.

F. Definisi Operasional

1. Petani cengkeh adalah petani yang mengusahakan lahan untuk penanaman cengkeh, usaha tanaman cengkeh selama satu kali musim panen dalam 1 tahun, yaitu bulan April 2013 sampai Juni 2013.

2. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang mengumpulkan hasil pertanian langsung dari petani.

3. Tengkulak adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani dengan cara tidak kontan, pembayaran kepada petani berupa uang muka 40 – 50% dari harga yang ditentukan/disepakati, dan sisanya yang dibayar setelah cengkeh dijual ke pedagang lain.

(58)

 

 

4. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang pengumpul.

5. Saluran pemasaran adalah jalur yang dilalui oleh produk dari produsen ke konsumen akhir.

6. Margin pemasaran adalah selisih harga yang diterima petani dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen dalam satuan Rp/Kg.

7. Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang diukur dalam Rp/Kg.

8. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama pemasaran cengkeh dengan satuan rupiah per musim panen yang diukur dalam Rp/Kg.

9. Keuntungan lembaga pemasaran merupakan imbalan jasa yang dikeluarkan atas jasa yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan pemasaran diukur dalam Rp/Kg.

10. Efisiensi pemasaran adalah kemampuan suatu sistem pemasaran untuk menyampaikan produk ke tangan konsumen dengan harga yang semurah-murahnya.

11. Share petani adalah harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan jasa dari kegiatan usaha taninya dalam menghasilkan komoditi pertanian yang dijual.

12. Pabrikan adalah konsumen terakhir yang membeli cengkeh dari pedagang pengumpul maupun pedagang besar.

(59)

 

13. Lembaga pemasaran adalah lembaga yang berperan dalam proses penyaluran cengkeh dari pihak petani sampai pada pihak konsumen terakhir (pabrikan).

14. Harga jual lembaga pemasaran adalah harga rata-rata produk yang dibayarkan oleh lembaga pemasaran selanjutnya yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

15. Harga beli lembaga pemasaran adalah harga rata-rata produk yang dibayarkan oleh lembaga pemasaran sebelumnya yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

16. Total nilai produk adalah rata-rata total harga jual cengkeh yang ditetapkan oleh lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam ukuran Rp/Kg. 17. Cengkeh basah adalah cengkeh yang sudah siap dipanen kemudian dipetik

dan tanpa adanya proses pengeringan.

18. Cengkeh kering adalah cengkeh yang sudah dipetik/dipanen kemudian dilakukan proses pengeringan dengan cara dijemur sampai kering.

G. Metode Analisis Data

1. Metode analisis saluran pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dilakukan secara deskriptif analisis. Data diperoleh dengan cara mengikuti aliran barang dari petani produsen sampai ke pabrik sebagai konsumen terakhir.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 31 dan Tabel 32 memperlihatkan bahwa presentase harga  yang diterima petani lebih besar pada penjualan cengkeh dalam bentuk  kering karena harga beli pedagang pengumpul untuk cengkeh kering lebih  tinggi daripada cengkeh basah yaitu pola I sebesar Rp

Referensi

Dokumen terkait

Kajian mendapati bahawa metode takhrij dan pemahaman terhadap mukhtalif hadis merupakan dua metode yang diusahakan oleh para ulama hadis untuk memelihara kemurnian sunnah

Pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk, mengarahkan dan membimbing akhlak/

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia antara

Langkah terakhir dari penelitian ini yaitu menentukan pengendalian dan respon risiko dengan menggunakan metode Hazard Analysis dengan berdasarkan hasil kuisioner

Pada penelitian ini, studi dokumentasi diarahkan pada pengumpulan, analisis, dan pemaknaan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan penyelenggaraan Diklat Jabatan

Berdasarkan riset yang telah dilakukan, peneliti menemukan pemaknaan persepsi anak terhadap orangtua yang keduanya bekerja menghasilkan: (1) pemaknaan secara kognisi

The objective of research is to find out how the sequences of events are realized on the headline news on the fuel price increasing issue which was written in the

Komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa atau karya seni untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna, garis, bidang dan unsur-unsur karya seni yang