• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Literatur 2.1.1 Piutang

Kieso (2008) menyatakan bahwa piutang dagang (trade receivable) adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.

Piutang usaha merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena berpengaruh terhadap likuiditas suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan piutang usaha termasuk ke dalam kategori aktiva lancar dan diharapkan akan dapat dicairkan dalam waktu singkat. Karena sifatnya yang dapat dicairkan dalam waktu yang singkat tanpa adanya pencatatan dan pengawasan yang baik, kesalahan dan penyelewengan terhadap piutang tersebut akan mudah terjadi. Oleh karena itu pimpinan atau pihak perusahaan harus dapat menetapkan prosedur serta metode akuntansi yang akan digunakan, pemilihan pelanggan yang layak, penagihan secara berkala kepada pelanggan, serta pencatatan akuntansi yang memadai sehingga kesalahan dan penyelewengan terhadap piutang serta kerugian akibat piutang yang tak tertagih dapat dihindari. (Timuriana dan Risti Eni Nasution, 2014)

(2)

Hery (2014) dalam Kardiyanti (2017) sebagian piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya pelanggan akan menjadi lebih tertarik untuk membeli sebuah produk yang ditawarkan secara kredit oleh perusahaan (penjual). Kieso (2013) dalam Kardiyanti (2017) piutang didefinisikan sebagai jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari seorang atau perusahaan lain. Warren (2008) dalam Kardiyanti (2017) piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi. Bambang Riyanto (2010) dalam Kardiyanti (2017) berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi piutang:

1. Volume penjualan kredit

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

3. Ketentuan dalam pembatasan kredit

4. Kebijakan dalam pengumpulan piutang

5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Piutang tidak tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak dapat terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut, force major (bencana alam), karakteristik pelanggan. Semakin banyak piutang usaha yang diberikan maka semakin banyak pula resiko piutang yang tidak terbayar. Hery (2014) dalam Kardiyanti (2017) piutang tak tertagih

(3)

timbul adanya pelanggan yang tidak bisa membayar karena menurunnya omset penjualan sebagai akibat dari lesunya perekonomian dan kebangkrutan dialami debitur.

2.1.2 Pengendalian Intern

Sukrisno Agoes (2014) dalam Kardiyanti, dkk (2017) pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Robert Libby dan Daniel G.Short (2008) dalam Makaria, dkk (2015) mengartikan pengendalian intern sebagai berikut: Sebagai proses yang digunakan perusahaan untuk mengamankan aset perusahaan dan memberi jaminan yang memadai terkait dengan reliabilitas pelaporan keuangan perusahaan, efisiensi, dan efektivitas perusahaan, dan kesesuaian operasi perusahaan dengan aturan dan regulasi yang berlaku.

Rama dan Jones (2011) dalam Makaria, dkk (2015) menyatakan pengendalian intern sebagai berikut: Pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan

(4)

efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Mulyadi (2016) dalam Kardiyanti, dkk (2017) pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga asset organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur-unsur pengendalian intern antara lain:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset, uang, pendapatan, dan beban.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur

(5)

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari pihak lain.

d. Perputaran jabatan (job rotation).

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.

f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik aset dengan catatannya.

g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.

4. Karyawan yang kompeten, berkualitas, dan memiliki keahlian sesuai dengan tanggung jawabnya

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Kardiyanti, dkk (2017) melakukan penelitian pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo terkait tentang Penerapan Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dalam Upaya Meminimalisir Piutang Tidak Tertagih. Hasil penelitian Kardiyanti, dkk (2017) menyatakan secara keseluruhan, prosedur pengendalian intern penjualan kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo belum berjalan memadai karena ada beberapa unsur yang belum diterapkan seperti masih adanya perangkapan fungsi penjualan dan penagihan, sehingga menyebabkan peluang terjadinya kecurangan cukup tinggi, Tidak adanya fungsi kredit khusus yang hanya menangani penjualan kredit diantaranya otorisasi pemberian dan penjualan

(6)

kredit, Faktor-faktor penjualan kredit seperti penentuan standar, plafon, dan pemberian volume kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo belum diterapkan secara sempurna sehingga resiko piutang tidak tertagih masih relatif tinggi, Tidak adanya Staf pengawas intern diperlukan oleh PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo untuk mengawasi proses berjalannya SOP. Staf Pengawas Intern Pusat diterjunkan ke cabang ketika masalah sudah dianggap parah, belum adanya bagian surveyor untuk calon pelanggan yang akan mengajukan kredit, sehingga kurang mengetahui kondisi calon pelanggan tersebut. Dalam hal ini sales/salesman yang menawarkan kredit kurang begitu detail dalam menyeleksi calon pelanggan, dengan alasan agar dapat memenuhi target omset yang telah ditentukan.

Rusady dan Abriandi (2016) melakukan penelitian pada PT. Astrido Toyota terkait tentang Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Penjualan Kredit. Hasil penelitian Rusady dan Abriandi (2016) menyatakan Sistem penjualan kredit pada perusahaan sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari struktur organisasinya sudah jelas, sudah adanya pemisahan fungsi pada aktivitas penjualan kredit, setiap transaksi penjualan kredit dicatat dengan baik dan didokumentasikan dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai bukti dalam menjalankan aktivitas-aktivitas penjualan kredit, Sistem pengendalian internal atas penjualan kredit pada perusahaan sudah baik namun masih memiliki beberapa kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari sisi organisasinya yaitu sudah melibatkan lebih dari satu fungsi dalam aktivitas penjualan kredit, sisi sistem otorisasi dan

(7)

prosedur pencatatan yaitu otorisasi sudah tepat dilaksanakan oleh orang yang berwenang dan prosedur pencatatan sudah dilaksanakan dengan baik oleh bagian yang berkaitan, sisi praktik yang sehat yaitu sudah menggunakan nomor urut tercetak pada dokumen, sudah ada pengujian ketelitian catatan biaya barang, dan sudah ada rekonsiliasi antara catatan pelunasan dengan rekening kontrol dalam buku besar, sisi karyawan yang mutunya sesuai tanggung jawabnya yaitu adanya training untuk karyawan baru, namun untuk karyawan lama tidak ada diberikan pengembangan pendidikan, Hasil kuesioner mengenai pengendalian internal atas penjualan kredit pada perusahaan sudah baik namun masih memiliki beberapa kekurangan, hal ini bisa dilihat dari : (a). Lingkungan pengendaliannya sudah baik, namun masih ada kekurangan yaitu tidak ada sanksi yang tegas pada kayawan yang melakukan pelanggaran dan tidak adanya pengembangan pendidikan untuk karyawan lama; (b). Penilaian risikonya sudah baik, namun masih ada kekurangan yaitu tidak ada memberlakukan syarat perbedaan pemberian batas kredit pada pelanggan baru dan pelanggan lama; (c). Aktivitas pengendaliannya sudah baik, namun masih ada kekurangan yaitu pengiriman barang tidak selalu dilakukan dengan tepat waktu; (d). Informasi dan komunikasinya sudah baik dan tidak memiliki kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari keakuratan pada data pesanan pelanggan, catatan persediaan, laporan penjualan, laporan persediaan, dokumen pengiriman, dan dokumen penjualan; dan (e). Pemantauannya sudah baik dan tidak memiliki kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari setiap pekerjaan karyawan penjualan kredit yang selalu disupervisi.

(8)

Lumempouw, dkk (2015) melakukan penelitian pada PT. Sinar Pure Foods International terkait tentang Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penjualan Kredit. Hasil penelitian Lumempouw, dkk (2015) menyatakan Unsur-unsur sistem pengendalian intern penjualan kredit pada PT. Sinar Pure Foods International Bitung cukup memadai, Pemisahan fungsi dan sistem otorisasi yang diterapkan mengurangi kemunngkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan, Sistem otorisasi dokumen bukti transaksi penjualan kredit dilakukan oleh lebih dari satu fungsi memungkinkan terjadi pemeriksaan, sehingga diperoleh keyakinan memadai bahwa transaksi telah benar-benar lunas pembayarannya, Adanya auditor internal dan eksternal memungkinkan kesalahan atau kecurangan yang terjadi dapat segera diketahui.

Sari, dkk (2015) melakukan penelitian pada PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk terkait tentang Analisis Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Dan Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Dari Piutang Dalam Upaya Meningkatkan Efektifitas Pengendalian Intern. Hasil penelitian Sari, dkk (2015) menyatakan Pada sistem akuntansi penjualan kredit, tidak terdapat perangkapan fungsi yang terkait; fungsi yang berwenang mengotorisasi dokumen yang digunakan; pencatatan transaksi telah dicatat secara lengkap, Kelemahan pada sistem ini ditunjukkan dengan belum adanya pencatatan pada kartu persediaan padahal kartu persediaan sangat diperlukan untuk mengawasi semen yang dipindah dari gudang semen ke tangan distributor serta untuk mengetahui persediaan semen yang ada di gudang-gudang semen; kegiatan penjualan kredit telah berjalan sesuai dengan

(9)

prosedur yang ada di perusahaan tersebut. Sedikit kelemahan yang terjadi membuat sistem akuntansi penjualan kredit dinilai masih kurang berjalan efektif, Pada pelaksanaan sistem akuntansi penerimaan kas (dari piutang), dokumen yang digunakan telah diotorisasi masing-masing oleh fungsi yang berwenang, dokumen yang digunakan untuk pencatatan transaksi telah dicatat secara lengkap sesuai kebutuhan perusahaan, kegiatan penerimaan kas (dari piutang) telah berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan. Kelemahan yang membuat sistem akuntansi penerimaan kas (dari piutang) masih dinilai kurang efektif yaitu bagian penerimaan kas yang masih menjadi satu dengan bagian pembayaran, Penerapan pengendalian intern dengan memperhatikan beberapa unsurnya, pada umumnya sudah cukup baik, namun masih terdapat sedikit kelemahan yang salah satunya yaitu belum adanya surprised audit atau pemeriksaan mendadak pada perusahaan tersebut, serta sikap masih kurang disiplinnya pegawai pada PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. Hal tersebut membuat tingkat efektifitas pengendalian intern pada perusahaan ini masih lemah.

Makaria, dkk (2015) melakukan penelitian pada PT. KASIN Malang terkait tentang Evaluasi Atas Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Dan Penerimaan Kas Sebagai Upaya Meningkatkan Pengendalian Intern. Hasil penelitian Makaria, dkk (2015) menyatakan Sistem Akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan oleh PT.Kasin Malang melibatkan beberapa bagian yaitu: bagian penjualan, bagian kasir, bagian gudang, bagian pengiriman, bagian penagihan, dan bagian akuntansi. Adapun formulir yang digunakan yaitu: order penjualan, surat

(10)

perintah pengiriman, faktur penjualan, rekapitulasi HPP, bukti transfer, dan bukti kas masuk. Catatan yang digunakan yaitu: jurnal penjualan, kartu piutang, kartu persediaan, kartu gudang, kartu piutang, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum. Penjualan yang dilakukan dilakukan PT.Kasin Malang yaitu melalui penjualan kredit. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen dalam meningkatkan perbaikan dan pengembangan perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setelah memperoleh gambaran pelaksanaan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas dalam meningkatkan pengendalian intern pada PT.Kasin Malang sudah baik hai itu dibuktikan dengan terdapat dokumen-dokumen yang digunakan di PT.Kasin Malang bernomor urut tercetak, pembayaran pelanggan dilaksanakan dengan tepat waktu tidak melebihi jatuh tempo, bagian akuntansi membantu mengontrol bagian gudang dalam mengawasi mutasi persediaan barang yang ada di gudang sehingga tidak merugikan perusahaan tetapi sistem penjualan kredit dan penerimaan kas di PT. Kasin masih mempunyai beberapa kelemahan karena terdapat beberapa dokumen yang dalam penggunannnya kurang efektif dan kesulitan dalam melakukan pemeriksaan dan penelusuran ke dokumen-dokumen. Pada bagian penjualan yang melakukan pemberian kredit. Sehingga, sangat memungkinkan terjadinya manipulasi pencatatan transaksi yang dapat merugikan perusahaan. Tidak adanya pemeriksa intern (pengecekan saldo) secara mendadak yang dilakukan oleh direktur utama.

(11)

Timuriana dan Risti Eni Nasution (2014) melakukan penelitian pada PT. Gaya Sastra Indah terkait tentang Pengaruh Pengendalian Piutang Usaha Dalam Meminimalkan Piutang Tak Tertagih. Hasil penelitian Timuriana dan Risti Eni Nasution (2014) menyatakan Sistematika penyajian dan prosedur Standar Oprating Procedure Account Recevable pada PT Gaya Sastra Indah sudah menunjukan adanya kesinambungan prosedur antara sub prosedur yang satu dengan yang lainnya, sehingga alur dokumen dapat terlihat jelas dimulai dari mana dan berakhir dimana serta bagiam mana saja yang bertanggung jawab, Dalam prosedur penjualan kredit pada PT Gaya Sastra tidak ada bagian kredit khusus yang meneliti status dari pelanggan yang lama maupun pelanggan baru. Karena dengan adanya bagian kredit ini dapat berfungsi untuk bertanggung jawab membuat kebijakan-kebijakan pemberian kredit yang memadai, Jangka waktu yang ditetapkan PT Gaya Sastra 60 hari. Namun, berdasarkan analisis ternyata jangka waktu yang diberikan sebelumnya adalah 60 hari tidaklah cukup. Masih banyak pelanggan yang melampaui batas waktu yang ditetapkan perusahaan, Pengendalian dan pengawasan piutang yang dilakukan oleh perusahaan kurang optimal, hal ini bisa dilihat dari meningkatnya piutang yang lewat jatuh tempo yang pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 27,92%. Dengan membandingkan jumlah piutang yang lewat jatuh tempo tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan dengan total piutang lewat jatuh tempo tahun 2010 yaitu 95,04%. Dengan membandingkan jumlah piutang yang lewat jatuh tempo tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan dengan total piutang lewat jatuh tempo

(12)

tahun 2011 yaitu 57,25%. Serta menurunya rata-rata periode pengumpulan piutang antara lain tahun 2008 sebanyak 23,51 kali, tahun 2009 sebanyak 12,54 kali, tahun 2010 sebanyak 9,85 kali dan 2011 sebanyak 9,11 kali yang berarti masih banyak pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Rata-rata perputaran piutang kurang cepat hal ini mengakibatkan makin lama waktu terikatnya modal dalam piutang. Kondisi piutang selama empat tahun menunjukkan kondisi kurang baik, hal ini disebabkan karena piutang yang sudah jatuh tempo sebagian besar belum tertagih.

Tabel 2.1 Hasil Kajian Empiris NO Peneliti Dan

Tahun Penelitian

Tempat Penelitian

Permasalahan Hasl Penelitian

1 Novi Arie Kardiyanti, Ali Rasyidi, Siti Rosyafah (2017) PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo Penerapan Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dalam Upaya Meminimalisir Piutang Tidak Tertagih

Secara keseluruhan, prosedur pengendalian intern penjualan kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo belum berjalan memadai karena ada beberapa unsur yang belum diterapkan seperti masih adanya perangkapan fungsi penjualan dan penagihan, sehingga menyebabkan peluang terjadinya kecurangan cukup tinggi, Tidak adanya fungsi kredit khusus yang hanya menangani penjualan kredit diantaranya otorisasi pemberian dan penjualan kredit, Faktor-faktor penjualan kredit seperti penentuan standar, plafon, dan pemberian volume kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo belum diterapkan secara sempurna sehingga resiko piutang tidak tertagih masih relatif tinggi, Tidak adanya Staf pengawas intern diperlukan oleh PT.

(13)

Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo untuk mengawasi proses berjalannya SOP. Staf Pengawas Intern Pusat diterjunkan ke cabang ketika masalah sudah dianggap parah, Belum adanya bagian surveyor untuk calon pelanggan yang akan mengajukan kredit, sehingga kurang mengetahui kondisi calon pelanggan tersebut. Dalam hal ini sales/salesman yang menawarkan kredit kurang begitu detail dalam menyeleksi calon pelanggan, dengan alasan agar dapat memenuhi target omset yang telah ditentukan.

2 Nia Amelia Rusady dan Abriandi (2016) PT. Astrido Toyota Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Penjualan Kredit

Sistem penjualan kredit pada perusahaan sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari struktur organisasinya sudah jelas, sudah adanya pemisahan fungsi pada aktivitas penjualan kredit, setiap transaksi penjualan kredit dicatat dengan baik dan didokumentasikan dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai bukti dalam menjalankan aktivitas-aktivitas penjualan kredit, Sistem pengendalian internal atas penjualan kredit pada perusahaan sudah baik namun masih memiliki beberapa kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari sisi organisasinya yaitu sudah melibatkan lebih dari satu fungsi dalam aktivitas penjualan kredit, sisi sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yaitu otorisasi sudah tepat dilaksanakan oleh orang yang berwenang dan prosedur pencatatan sudah dilaksanakan dengan baik oleh bagian yang berkaitan, sisi praktik yang sehat yaitu sudah menggunakan nomor urut tercetak pada dokumen, sudah ada pengujian ketelitian catatan biaya barang, dan sudah ada rekonsiliasi antara catatan pelunasan dengan rekening kontrol dalam buku besar, sisi karyawan yang mutunya sesuai tanggung jawabnya yaitu adanya training untuk karyawan baru, namun untuk karyawan lama tidak ada diberikan pengembangan pendidikan, Hasil

(14)

kuesioner mengenai pengendalian internal atas penjualan kredit pada perusahaan sudah baik namun masih memiliki beberapa kekurangan, hal ini bisa dilihat dari : (a). Lingkungan pengendaliannya sudah baik, namun masih ada kekurangan yaitu tidak ada sanksi yang tegas pada kayawan yang melakukan pelanggaran dan tidak adanya pengembangan pendidikan untuk karyawan lama; (b). Penilaian risikonya sudah baik, namun masih ada kekurangan yaitu tidak ada memberlakukan syarat perbedaan pemberian batas kredit pada pelanggan baru dan pelanggan lama; (c). Aktivitas pengendaliannya sudah baik, namun masih ada kekurangan yaitu pengiriman barang tidak selalu dilakukan dengan tepat waktu; (d). Informasi dan komunikasinya sudah baik dan tidak memiliki kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari keakuratan pada data pesanan pelanggan, catatan persediaan, laporan penjualan, laporan persediaan, dokumen pengiriman, dan dokumen penjualan; dan (e). Pemantauannya sudah baik dan tidak memiliki kekurangan. Hal ini bisa dilihat dari setiap pekerjaan karyawan penjualan kredit yang selalu disupervisi. 3 Gerald Lumempouw, Ventje Ilat, AnnekeWang kar (2015) PT. Sinar Pure Foods Internationa l Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penjualan Kredit

Unsur-unsur sistem pengendalian intern penjualan kredit pada PT. Sinar Pure Foods International Bitung cukup memadai, Pemisahan fungsi dan sistem otorisasi yang diterapkan mengurangi kemunngkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan, Sistem otorisasi dokumen bukti transaksi penjualan kredit dilakukan oleh lebih dari satu fungsi memungkinkan terjadi pemeriksaan, sehingga diperoleh keyakinan memadai bahwa transaksi telah benar-benar lunas pembayarannya, Adanya auditor internal dan eksternal memungkinkan kesalahan atau kecurangan

(15)

yang terjadi dapat segera diketahui. 4 Dewi Paramita Sari Siti Ragil Handayani DwiAtmanto (2015) PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk Analisis Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Dan Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Dari Piutang Dalam Upaya Meningkatkan Efektifitas Pengendalian Intern

Pada sistem akuntansi penjualan kredit, tidak terdapat perangkapan fungsi yang terkait; fungsi yang berwenang mengotorisasi dokumen yang digunakan; pencatatan transaksi telah dicatat secara lengkap, Kelemahan pada sistem ini ditunjukkan dengan belum adanya pencatatan pada kartu persediaan padahal kartu persediaan sangat diperlukan untuk mengawasi semen yang dipindah dari gudang semen ke tangan distributor serta untuk mengetahui persediaan semen yang ada di gudang-gudang semen; kegiatan penjualan kredit telah berjalan sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan tersebut. Sedikit kelemahan yang terjadi membuat sistem akuntansi penjualan kredit dinilai masih kurang berjalan efektif, Pada pelaksanaan sistem akuntansi penerimaan kas (dari piutang), dokumen yang digunakan telah diotorisasi masing-masing oleh fungsi yang berwenang, dokumen yang digunakan untuk pencatatan transaksi telah dicatat secara lengkap sesuai kebutuhan perusahaan, kegiatan penerimaan kas (dari piutang) telah berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan. Kelemahan yang membuat sistem akuntansi penerimaan kas (dari piutang) masih dinilai kurang efektif yaitu bagian penerimaan kas yang masih menjadi satu dengan bagian pembayaran, Penerapan pengendalian intern dengan memperhatikan beberapa unsurnya, pada umumnya sudah cukup baik, namun masih terdapat sedikit kelemahan yang salah satunya yaitu belum adanya surprised audit atau pemeriksaan mendadak pada perusahaan tersebut, serta sikap masih kurang disiplinnya pegawai pada PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. Hal tersebut membuat tingkat efektifitas

(16)

pengendalian intern pada perusahaan ini masih lemah. 5 Beni Makaria Siti Ragil Handayani Dwi Atmanto (2015) PT. KASIN Malang Evaluasi Atas Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Dan Penerimaan Kas Sebagai Upaya Meningkatkan Pengendalian Intern

Sistem Akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan oleh PT.Kasin Malang melibatkan beberapa bagian yaitu: bagian penjualan, bagian kasir, bagian gudang, bagian pengiriman, bagian penagihan, dan bagian akuntansi. Adapun formulir yang digunakan yaitu: order penjualan, surat perintah pengiriman, faktur penjualan, rekapitulasi HPP, bukti transfer, dan bukti kas masuk. Catatan yang digunakan yaitu: jurnal penjualan, kartu piutang, kartu persediaan, kartu gudang, kartu piutang, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum. Penjualan yang dilakukan dilakukan PT.Kasin Malang yaitu melalui penjualan kredit. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen dalam meningkatkan perbaikan dan pengembangan perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setelah memperoleh gambaran pelaksanaan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas dalam meningkatkan pengendalian intern pada PT.Kasin Malang sudah baik hai itu dibuktikan dengan terdapat dokumen-dokumen yang digunakan di PT.Kasin Malang bernomor urut tercetak, pembayaran pelanggan dilaksanakan dengan tepat waktu tidak melebihi jatuh tempo, bagian akuntansi membantu mengontrol bagian gudang dalam mengawasi mutasi persediaan barang yang ada di gudang sehingga tidak merugikan perusahaan tetapi sistem penjualan kredit dan penerimaan kas di PT. Kasin masih mempunyai beberapa kelemahan karena terdapat beberapa dokumen yang dalam penggunannnya kurang efektif dan kesulitan dalam

(17)

melakukan pemeriksaan dan penelusuran ke dokumen-dokumen. Pada bagian penjualan yang melakukan pemberian kredit. Sehingga, sangat memungkinkan terjadinya manipulasi pencatatan transaksi yang dapat merugikan perusahaan. Tidak adanya pemeriksa intern (pengecekan saldo) secara mendadak yang dilakukan oleh direktur utama.

6 Timuriana dan Risti Eni Nasution (2014) PT. Gaya Sastra Indah Pengaruh Pengendalian Piutang Usaha Dalam Meminimalkan Piutang Tak Tertagih

Sistematika penyajian dan prosedur Standar Oprating Procedure Account Recevable pada PT Gaya Sastra Indah sudah menunjukan adanya kesinambungan prosedur antara sub prosedur yang satu dengan yang lainnya, sehingga alur dokumen dapat terlihat jelas dimulai dari mana dan berakhir dimana serta bagiam mana saja yang bertanggung jawab, Dalam prosedur penjualan kredit pada PT Gaya Sastra tidak ada bagian kredit khusus yang meneliti status dari pelanggan yang lama maupun pelanggan baru. Karena dengan adanya bagian kredit ini dapat berfungsi untuk bertanggung jawab membuat kebijakankebijakan pemberian kredit yang memadai, Jangka waktu yang ditetapkan PT Gaya Sastra 60 hari. Namun, berdasarkan analisis ternyata jangka waktu yang diberikan sebelumnya adalah 60 hari tidaklah cukup. Masih banyak pelanggan yang melampaui batas waktu yang ditetapkan perusahaan, Pengendalian dan pengawasan piutang yang dilakukan oleh perusahaan kurang optimal, hal ini bisa dilihat dari meningkatnya piutang yang lewat jatuh tempo yang pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 27,92%. Dengan membandingkan jumlah piutang yang lewat jatuh tempo tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan dengan total piutang lewat jatuh tempo tahun 2010 yaitu 95,04%. Dengan membandingkan jumlah piutang yang lewat jatuh tempo

(18)

tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan dengan total piutang lewat jatuh tempo tahun 2011 yaitu 57,25%. Serta menurunya rata-rata periode pengumpulan piutang antara lain tahun 2008 sebanyak 23,51 kali, tahun 2009 sebanyak 12,54 kali, tahun 2010 sebanyak 9,85 kali dan 2011 sebanyak 9,11 kali yang berarti masih banyak pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Rata-rata perputaran piutang kurang cepat hal ini mengakibatkan makin lama waktu terikatnya modal dalam piutang. Kondisi piutang selama empat tahun menunjukkan kondisi kurang baik, hal ini disebabkan karena piutang yang sudah jatuh tempo sebagian besar belum tertagih.

Sumber : Berbagai kajian empiris yang diolah, 2018

2.3 Alur Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Evaluasi Pengelolaan Piutang Usaha Dalam Upaya Meminimalisir Piutang Tak Tertagih untuk itu alu penelitiannya adalah sebagai beikut :

(19)

Gambar 2.1 Alur Penelitian

a. Account Receivable

Dalam perusahaan terdapat bagian administrasi yang menangani piutang usaha yaitu Account Receivable (yang selanjutnya disebut AR).

b. Analisis Pemberian Piutang Usaha

AR melakukan analisis data terhadap customer baru yang akan melakukan transaksi pada perusahaan untuk meminimalisir customer fiktif.

Account Receivable

Piutang Usaha Analisis Pemberian

Piutang Usaha

Sistem Pengendalian Internal Piutang Usaha

Piutang Lancar

Evaluasi Piutang Tak Tertagih

(20)

c. Piutang Usaha

Didalam transaksi penjualan produk perusahaan, terdapat 2 metode pembayaran yaitu dalam bentuk tunai (cash) dan tempo yang nantinya timbul piutang usaha dalam perusahaan.

d. Sistem Pengendalian Piutang Usaha

AR melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap piutang usaha yang timbul dan diharapkan meminimalisir piutang tak tertagih agar piutang usaha dalam perusahaan menjadi lancar dan tidak menghambat kinerja perusahaan.

e. Piutang Tak Tertagih

Dengan adanya sistem pengendalian piutang usaha akan menimbulkan piutang lancar dan piutang tak tertagih. Piutang yang terlalu lama tidak adanya pembayaran dari pelanggan akan menimbulkan piutang tak tertagih yang seharusnya dihindari pada semua perusahaan.

f. Piutang Lancar

Dalam perusahaan diharapkan semua piutang usaha yang timbul dapat menjadi piutang lancar secara keseluruhan dan tidak adanya piutang tak tertagih.

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Kajian Empiris
Gambar 2.1  Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai input yaitu beban personalia dan beban bagi hasil serta output yang digunakan yaitu total pembiayaan dan

a.Transmigrasi adalah pemindahan dan/atau kepindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna

Hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap perusahaan untuk pengungkapan ISR

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Tahun 2013 telah disusun, dimana sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2013 telah sejalan

Pada subjek 2, komunikasi verbal dilakukan dengan mengu- capkan kata maupun kalimat sederhana. Misalnya, subjek pernah mengatakan “teh..teh..”, namun di kesempatan lain

Ilyas Masudin, S.T., MlogSCM., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Industri sekaligus Pembimbing I, dan juga mentor dalam berbagai hal bagi penulis, yang telah mendorong,

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Namun kondisi yang terjadi di Indonesia adalah tidak semua kabupaten dan kotamadya di Indonesia memiliki Rutan dan Lapas, sehingga Rutan difungsikan pula