IRJnnk.asanfEkJek.utif
1fasif-fiasi(Penelitian tafiun 2010
---OPTIMASI ALOKASI
SUMBEROAYA PERTANIAN MENOUKUNG
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA TAN 1 01 LAHAN PASANG
SURUT KALIMANTAN BARAT
Dr. Jamhari, SP, MP1), Prof.Dr. Ir. Irham, MSc1), Dr.rer.agr.ldha W. Arsanti, Sp, MP2), Akhmad Musyafak, SP,MP2), dan Dadan Permana, Sp2)
Sektor pangan merupakan sektor
penentu tingkat kesejahteraan sebagian
besar penduduk yang bekerja di on-farm yang terdapat di pedesaan yang terdiri dari petani berlahan sempit dan buruhtani yang sebagian besar adalah rakyat miskin. Tidak Kalah pentingnya pangan juga menentukan kesejahteraan konsumen miskin perkotaan
yang sebagian besar porsi pendapatannya
digunakan untuk konsumsi (Welirang,
2007). Selain itu,menurut Pakpahan (2008)
ketahanan pangan mempunyai peran
strategis dalam memenuhi salah satu hak azasi manusia;membangun kualitas sumber daya manusia; dan membangun pilar bagi ketahanan nasional.
Adapun tujuan penelitian adalah (a)
menganalisis derajat ketahanan pangan
rumah tangga tani dan faktor-faktor
yang mempengaruhi ketahanan pangan
rumah tangga tani di lahan pasang surut
Kalimantan Barat, (b) Melakukan optimasi
alokasi sumberdaya pertanian dalam
rangka memenuhi persyaratan ketahanan
pangan rumah tangga tani sekaligus
memaksiumumkan pendapatan (net cash
flow) rumah tangga tani, (c) menganalisis
dampak perubahan harga input, dan harga
output terhadap pendapatan dan alokasi
sumberdaya pertanian, dan (d) Melakukan
analisis kebijakan tentang strategi tentang
pengembangan usahatani di lahan pasang surut dan peningkatan ketahanan pangan.
Penelitian ini dilakukan dilahanpasang surut di Kabupaten Kubu Raya denganjumlah
sampel 150 orang. Lokasi dipilih secara
purposive sampling, sedangkan petani dipilih
secara random sampling. Metode analisis
yang digunakan adalah ordered logit model
danfinier programming.
Berdasarkan hasil survey dapat
diketahui bahwa rumah tangga tani di
Kabupaten Kubu Raya terdapat 35,50%
rumah tangga tidak tahan pangan, 13,20%
kurang tahan pangan, dan 51,30% tahan
pangan. Sementara di Kabupaten Pontianak
terdapat 13,30% rumah tangga tidak tahan
pangan, 42,70% kurang tahan pangan, dan
44,00% tahan pangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
derajat ketahanan pangan di Kabupaten
Kubu Raya adalah harga urea, jumlah
anggota keluarga, lahan, harga benih, dan umur. Harga urea dan jumlah anggota keluarga berpengaruh negative terhadap probabilitas ketahanan pangan rumah tangga tani.. Setiap terjadi kenaikan
harga urea 1 rupiah akan menyebabkan
penurunan probabilitas ketahanan pangan
rumah tangga tani sebesar 2.39%. Setiap
188
'K,pJ'asama1(emitraan Penelitian Pertanian --- Denqan Perguruan 'Iinngi (1(J(P3'l)
<RjngR,.asanf£~cR,.utif
--- Hasii-Easii Peneiitian tafiun 2010
bertambah anggota keluarga 1 orang akan menyebabkan penurunan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga tani sebesar 47.79%. Sedangkan lahan, harga benih, dan umur petani berpengaruh positif terhadap derajat ketahanan pangan. Setiap penambahan lahan 1 ha akan menyebabkan kenaikan ketahanan pangan rumah tangga tani 105,9%. Setiap kenaikan harga benih padi satu rupiah akan menyebabkan kenaikan ketahanan pangan rumah tangga tani sebesar 0.3102%. Setiap bertambah umur petani satu tahun akan menyebabkan kenaikan ketahanan pangan rumah tangga tani sebesar 6.67%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat ketahanan pangan di Kabupaten Pontianak adalah harga beras, umur, lahan, harga minyak goreng, dan harga telur. Harga beras dan umur petani berpengaruh negatif terhadap probabilitas derajat ketahanan pangan rumah tangga tani. Setiap kenaikan harga beras 1 rupiah akan menyebabkan penurunan ketahanan pangan sebesar 1,01 %. Setiap kenaikan harga beras 1 rupiah akan menyebabkan penurunan ketahanan pangan sebesar 4.61 %. Sedangkan lahan, harga minyak goreng, dan harga telur berpengaruh positif terhadap probabllitas derajat ketahanan pangan rumah tangga tani 314,2212%. Setiap kenaikan harga telur akan menyebabkan kenaikan ketahanan pangan rumah tangga tani sebesar 0,5475%. Setiap kenaikan harga minyak goring akan menyebabkan kenaikan ketahanan pangan rumah tangga tani sebesar 0,5173%.
Berdasarkan nilai marjinal efek di Kabupaten Kubu raya diketahui bahwa setiap penambahan lahan 1 ha maka akan
menaikkan probabilltas terjadinya tahan pangan (IKP=3) pada rumah tangga tani sebesar 18,02%, pad a saat yang sama akan menurunkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 28,72%, dan menurunkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 15,15%. Setiap kenaikan harga benih 1 rupiah maka akan menaikkan probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3) pada rumah tangga tani sebesar 0.07%, pada saat yang sama akan menurunkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 0.012%, dan menaikkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 0.069%. Setiap kenaikan umur petani 1 th maka akan menaikkan probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3) pad a rumah tangga tani sebesar 1,619%, pad a saat yang sama akan menurunkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 0.25%, dan menurunkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 1,35%. Setiap penambahan anggota keluarga 1 orang maka akan menurunkan probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3) pada rumah tangga tani sebesar 16.22%, pad a saat yang sama akan menaikkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 2,58%, dan menaikkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 13,63%.
Berdasarkan nilai marjinal efek di Kabupaten Pontianak diketahui bahwa setiap penambahan lahan 1 ha maka akan menaikkan probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3) pada rumah tangga tani sebesar 34,51%, pada sa at yang sama akan menurunkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 24,192%, dan menurunkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 10,31 %. Setiap kenaikan harga beras 1 rupiah maka akan menurunkan
7(pjasama 'J(Jmitraan Penelitian Pertanian
rJ?jng~asanf£kJe~utif
Hasii-hasiiPenelitiantahun 2010 --- _ probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3)
pada rumah tangga tani sebesar 0.024%, pad a sa at yang sama akan menaikkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar
0.017%, dan menaikkan probabilitas tidak
tahan pangan (IKP1) sebesar 0.007%. Setiap kenaikan harga minyak 1 rupiah maka akan menaikan probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3) pada rumah tangga tani sebesar 0.013%, pad a saat yang sama akan menurunkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 0.009%, dan menurunkan
probabilitas tidak tahan pangan (IKP1)
sebesar 0.004%. Setiap kenaikan harga telur
1 rupiah maka akan menaikkan probabilitas
terjadinya tahan pangan (IKP=3) pada
rumah tangga tani sebesar 0.13%, pada saat yang sama akan menurunkan probabilitas kurang tahan (IKP=2) sebesar 0.09%, dan menurunkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 0.04%. Setiap kenaikan
umur petani 1 th maka akan menurunkan
probabilitas terjadinya tahan pangan (IKP=3)
pada rumah tangga tani sebesar 1,15%, pada
saat yang sama akan menaikkan probabilitas
kurang tahan (IKP=2) sebesar 0.80%, dan
menaikkan probabilitas tidak tahan pangan (IKP1) sebesar 0.334%.
Pola tanam optimal di Kabupaten Kubu
Raya adalah sebagai berikut : (a) lahan SMA/A, untuk sawah padi-padi, (b) lahan
SMP/A untuk sawah padi-padi dan lahan kebun adalah kelapa, (c) lahan SMP/B untuk
sawah jagung-jagung dan lahan kebun
adalah buah-buahan, (d) lahan SMP/C untuk sawah padi-padi dan untuk lahan kebun kelapa, (e) bergambut/B untuk sawah padi-padi dan untuk lahan kebun kelapa, (f) bergambut/C untuk sawah padi-padi
dan untuk lahan kebun kelapa, (g) gambut
sedang/B untuk sawah padi-padi, (h) gambut dangkallD untuk sawah padi-padi dan untuk
lahan kebun karet.
Konsumsi energi masyarakat tani di lahan pasang surut kabupaten Kubu Raya
baru mencapai 1.771,14 kkallkapita/hari atau
masuk dalam kategori rawan pangan. Untuk dapat meningkat ke kategori tahan pangan
maka perlu ada peningkatan konsumsi
energy minimal 228,86 kkal/kapita/hari atau 12,92%.
Alokasi sumberdaya pertanian op imal per rumah tangga tani di kabupaten Kubu raya adalah sebagai berikut : tenaga kerja
dalam keluarga 166.74 HOKlth, tenaga kerja
luar keluarga 132.74 HOKlth, benih padi
70.54 kg/th, urea 189.28 kg/th, SP36 94.34
kg/th, KCI 56.35 kg/th, NPK 75.66 kg/th, pupuk organik 65.99 kg/th, herbisida 8.62 It/
th, dan pestisida 2.29 It/th.
Pendapatan aktual rumah tangga di kabupaten Kubu Rayaadalah Rp.2.200.000,-1 KKitahun, jika dilakukan optimasi tanpa
syarat PPH nasional meningkat menjadi
Rp. 3.883.234,87,-/KK/tahun dan apabila
ada syarat PPH Nasional turun menjadi Rp.
1.285.839,37,-/KKItahun.
Pola tanam optimal di kabupaten
Pontianak adalah sebagai berikut : (a) lahan
SMP/A untuk sawah padi-padi dan lahan kebun adalah kelapa, (b) lahan SMP/B untuk
sawah padi-padi dan lahan kebun adalah
kelapa, (c) lahan SMP/C untuk sawah
padi+kelapa-padi+kelapa dan untuk lahan
kebun kelapa, (d) bergambut/B untuk lahan kebun kelapa.
1
90
'l(pjasama 'l(Jmitraan Penefitian Pertanian
!J?,Jngk,.asan<EfiJek,.utif --- 'Hasil-hasil Penelitian tafiun 2010
Konsumsi energy masyarakat tani di lahan pasang surut kabupaten Pontianak mencapai 1,307.04 kkal/kapita/hari atau masuk kategori sangat rawan pangan. Untuk dapat meningkat ke kategori tahan pangan perlu ada peningkatan konsumsi energy minimal 692,96 kkal/kapita/hari atau 53,02%.
Alokasi sumberdaya pertanian optimal per rumah tangga tani di kabupaten Pontianak adalah sebagai berikut : tenaga kerja dalam keluarga 197.98 HOKlth, SP36 22,31 kg/th, KC112.84 kg/th, NPK 4.90 kg/th, pupuk organic 72.09 kg/th, herbisida 5.46 IV th, dan pestisida 0.77 It/th.
Pendapatan aktual rumah tangga di kabupaten Kubu Raya adalah Rp. 3.481.951 ,-I
KKitahun, jika dilakukan optimasi tanpa syarat PPH nasional meningkat menjadi Rp. 6.490.657,32/KKltahun dan apabila
ada syarat PPH Nasional turun menjadi Rp.
300.563, -/KKIta hun.
Oi kabupaten Kubu Raya, harga-harga yang paling sensitif terhadap fluktuasi harga adalah harga padi dan harga jagung. Jika harga padi naik lebih dari 5% atau harga jagung naik lebih dari 50% secara individual (cateris paribus) maka solusi optimal akan berubah. Oemikian juga jika harga padi turun lebih dari 34% atau harga jagung turun lebih dari 9% secara individual (cateris paribus) maka solusi optimal akan berubah.
Hasil simulasi di kabupaten Kubu Raya, yaitu kenaikan harga input dan harga output 10% ternyata tidak merubah solusi optimal, baik pola tanam, jumlah input, maupun jumlah output. Tetapi hanya merubah fungsi tujuan, yaitu kenaikan pendapatan rumah
tangga sebesar 37,87% utnuk solusi optimal tanpa syarat PPH nasional, dan 114,37% untuk solusi optimal dengan· syarat PPH nasional. Sedangkan simulasi penurunan harga output 10% dan harga input tetap, ternyata tidak merubah solusi optimal, baik pola tanam, jumlah input, maupun jumlah output. Tetapi hanya merubah fungsi tujuan, yaitu penurunan pendapatan rumah tangga sebesar 152.15% untuk solusi optimal PKP aktual dan 459,49% untuk solusi optimal dengan syarat PPH nasional. Oi kabupaten Kubu Raya, harga-harga yang paling sensitif terhadap penurunan harga adalah harga padi. Jika harga padi turun lebih dari 72% secara individual (cateris paribus) maka solusi optimal akan berubah.
Hasil simulasi di kabupaten Pontianak, yaitu kenaikan harga input dan harga output
10% ternyata tidak merubah solusi optimal,
baik pol a tanam, jumlah input, maupun jumlah output. Tetapi hanya merubah fungsi tujuan, yaitu kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar 20,96% utnuk solusi optimal tanpa syarat PKP aktual, dan pendapatan naik 377,70% untuk solusi optimal dengan syarat PPH nasional. Sedangkan simulasi penurunan harga output 10% dan harga input tetap, ternyata tidak merubah solusi optimal, baik pola tanam, jumlah input, maupun jumlah output. Tetapi hanya merubah fungsi tujuan, yaitu penurunan pendapatan rumah tangga sebesar 25.63% untuk solusi optimal PKP aktual dan pendapatan turun 628,55% untuk solusi optimal dengan syarat PPH nasional.
Untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga tani di lahan pasang surut Kalimantan Barat dapat dilakukan dengan:
'l(erjasama 'Kemitraan Penefitian Pertanian
!JQng~asan'ERJe~utif
Hasii-hasiisrenelitian tafiun 2010
---(a) penerapan teknologi spesifik lokasi yang sesuai di agroekologi pasang surut secara konsisten, (b) perlu perbaikan dan perawatan infrastruktur seperti pintu air, saluran irigasi, saluran cacing, jalan usahatani secara berkesinambungan, (c) dukungan permodalan melalui pembinaan lembaga keuangan mikro yang berbasis Gapoktan, dan (d) pembinaan kelembagaan petani secara intensif.
Dari hasil kajian diketahui bahwa lahan dapat member kontribusi secara positif yang cukup besar (105,9%) terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Untuk itu perlu ada upaya untuk memanfaatkan lahan-Iahan tidur, meningkatkan kualitas lahan dengan penggunaan pupuk organik dan ameliorant, serta intensifikasi usahatani tanaman semusim di antara tanaman tahunan yang masih muda.
Untuk masyarakat memberdayakan konteks ketahanan lebih dalam
1. Pengajar Universitas Gadjah Mada 2. Peneliti 8adan Litbang Pertanian
pangan maka perlu dilakukan (a) percepatan penanggulangan kemiskinan di daerah melalui pemantapan, pengembangan, aktualisasi pendekatan program pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangandalam skala local maupun regional, (b) revitalisasi, rekonstruksi, dan pemberdayaan kelembagaan pangan dalam rangka meningkatkan system ketahanan pangan di daerah, (c) revitalisasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia sebagai aktualisasi nyata partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat,
(d) penumbuh-kembangan berbagai usaha
produktif termasuk usaha bidang pangan untuk menjamin akses sumber pendapatan keluarga, (e) mengawal dan mendorong
regulasi di daerah yang lebih memberikan peluang bagi upaya penberdayaan
masyarkat melalui peningkatan kemampuan masyarakat, pelibatan masyarakat serta pemberian tanggungjawab yang jelas.
192
'K!rjasama 'Kemitraan Penelitian PeTtanian --- (j)engan Perguruan 'linggi (1(J(P3rr)