• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR PROTEIN DAN NILAI VISKOSITAS SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KADAR PROTEIN DAN NILAI VISKOSITAS SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KADAR PROTEIN DAN NILAI VISKOSITAS SUSU KAMBING SAPERA DI CILACAP DAN BOGOR (VALUE OF PROTEIN CONTENT AND VISCOSITY IN GOAT MILK SAPERA CILACAP AND BOGOR)

Dessy Sagitarini*, Sri Utami, dan Triana Yuni Astuti Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Jl. Dr. Soeparno, Karangwangkal Purwokerto 53123. Telp 0281-638792

*e-mail : githaputriyudha@yahoo.co.id ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar protein dan nilai viskositas susu Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. Materi yang digunakan adalah 10 ekor Kambing Sapera di CV. Origin Dairy Farm Cilacap dan CV. Bangun Karso Farm Bogor, setiap ekor diambil susunya sebanyak 500 ml. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei, dimana peneliti hanya mengambil sampel susu dipeternakan tersebut kemudian di uji kualitasnya. Variabel yang diukur adalah kadar protein dan nilai viskositas susu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji “t”. Hasil uji “t” tersebut menunjukkan bahwa rataan kadar protein dan nilai viskositas susu di Cilacap dan Bogor berbeda sangat nyata (P<0,01), sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kadar protein dan nilai viskositas susu di Cilacap dan Bogor. Dengan hasil rataan kadar protein susu di Cilacap 3,41% dan di Bogor 3,88% dan rataan nilai viskositas susu di Cilacap 2,06 cp dan di Bogor 1,62 cp. Hal tersebut karena perbedaan manajemen pemeliharaan dan kualitas pakan yang diberikan.

Kata kunci : Susu kambing Sapera, Kadar Protein dan Nilai Viskositas ABSTRACT

The research aims to determine the protein content and viscosity values of Sapera Goat milk in Cilacap and Bogor. The materials used were 10 Goat Sapera in CV. Origin Dairy Farm Cilacap and CV. Bangun Karso Farm Bogor, from each head of goat 500ml of milk. The study was taken conducted used survey method, the researchers only take milk samples were then tested in farm quality. The measured variables were the protein content of milk and the viscosity value. The data obtained were analyzed using "t" test. Test results of "t" test indicated that the average protein content of milk and the viscosity value between Cilacap and Bogor highly significantly (P <0.01), different therefore it can be used to compare the protein content of milk and the viscosity value in Cilacap and Bogor. The average protein content of milk in Cilacap and Bogor 3.41% and 3.88% respectively and the average value of milk viscosity in Cilacap and bogor were 2.06 cp and 1.62 cp respectively. The conclusion of this study is mean protein content of milk in Bogor higher than in Cilacap and the average value of the viscosity of milk in Cilacap higher than in Bogor. This is due to differences in maintenance management and quality of feed given.

Keywords: Goat milk Sapera, Protein Content and Value Viscosity PENDAHULUAN

Indonesia memiliki susu kambing yang berasal dari beberapa jenis ternak kambing perah, beberapa diantaranya yang ada di masyarakat adalah susu asal Kambing Peranakan Etawah (PE), Kambing Saanen,dan Kambing persilangan Etawah dengan Saanen (Sapera). Susu kambing mulai dikonsumsi di kalangan masyarakat karena susu kambing memiliki nilai gizi yang tinggi, mengandung zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh seperti karbohidrat, protein, mineral,

(2)

memiliki partikel lemak dan protein yang lebih kecil dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor kambing perah yang hasilnya berupa susu segar murni tanpa dicampur, dikurangi, atau ditambah sesuatu (Dewan Standarisasi Nasional, 1998). Kualitas susu kambing yang beredar di masyarakat harus sesuai kriteria agar susu kambing tersebut aman bila dikonsumsi oleh masyarakat diantaranya adalah kadar proteinnya minimal 2,7% dan nilai viskositasnya 1,5-2,0 cp dan tidak terjadi perubahan. Protein mempunyai hubungan yang erat dengan viskositas. Kadar protein dalam susu mempengaruhi nilai viskositas dalam susu. Kadar protein dan nilai viskositas dalam susu menentukan kualitas susu tersebut. Semakin tinggi kadar protein maka semakin tinggi pula nilai viskositasnya dan semakin baik kualitas susunya (Ghani, 2006).

Fakor Lingkungan dan Faktor pakan sangat mempengaruhi kualitas susu. Dengan lingkungan dan pakan yang berbeda maka akan menghasilkan kualitas susu yang berbeda pula. Keadaan Bogor yang lebih dingin dan kualitas pakan yang lebih baik dibandingkan Cilacap, memungkinkan kualitas susu di Bogor lebih baik dibandingkan Cilacap. Lingkungan juga berhubungan dengan faktor pakan, apabila suhu dingin maka konsumsi pakan akan naik dan apabila suhu panas maka konsumsi pakan akan turun. Hal tersebut berpengaruh terhadap kadar protein dalam susu, apabila konsumsi pakan (konsentrat) tinggi maka kadar proteinnya juga tinggi, kualitas dan produksi susunya juga tinggi. Semakin tinggi kadar protein maka semakin tinggi pula nilai viskositasnya dan semakin baik kualitas susunya. Pemberian konsentrat dalam pakan ternak kambing menyebabkan energi yang tersedia menjadi lebih banyak untuk pembentukan asam amino yang berasal dari protein mikroba di dalam rumen, sehingga ketersediaan asam amino ini akan memberi kontribusi terhadap peningkatan sintesis protein susu (Sukarini, 2006). Semua cairan, termasuk susu mempunyai viskositas lebih besar pada suhu rendah dibandingkan pada suhu tinggi (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu Kambing Sapera yang berasal dari Cilacap (CV. Origin Dairy Farm) dan Bogor (CV. Bangun Karso Farm) sebanyak 10 ekor (total 20 ekor), setiap ekor diambil susunya sebanyak 500 ml dengan interval 2 hari dan ulangan sebanyak 3 kali. Alat-alat yang digunakan adalah lactoscan, viscometer brookfield, botol plastik, termos es yang berisi es batu, gelas ukur.

Metode penelitian menggunakan metode survei, dimana peneliti hanya mengambil sampel susu dipeternakan tersebut kemudian dilakukan uji kualitas. Variabel yang diteliti adalah kadar protein dan nilai viskositas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji “t”.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Protein

Pengujian kadar protein susu di Cilacap dan Bogor menggunakan alat lactoscan menghasilkan rataan kadar protein susu di Cilacap adalah 3,41% dengan standart deviasi (sd) 0,46 dan di Bogor adalah 3,88% dengan sd 0,48. Hasil ini tertera pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Rataan Kadar Protein Susu Kambing Sapera di Cilacap dan di Bogor No Susu Kambing Sapera di Cilacap

(%)

Susu Kambing Sapera di Bogor (%) 1 3,19 4,18 2 3,00 3,56 3 3,59 3,69 4 3,19 3,91 5 4,28 3,63 6 3,37 4,00 7 2,96 4,33 8 3,72 3,64 9 3,09 3,86 10 3,73 4,02 X 3,41±0,46 3,88±0,48

Kadar protein pada susu Kambing Sapera di Cilacap dan di Bogor apabila dilihat dari nilai rata-rata 3,41% untuk susu di Cilacap dengan sd 0,46 dan 3,88% untuk susu di Bogor dengan sd 0,48, masih memenuhi standarisasi nasional dengan standarisasi protein susu kambing 2,7% (Dewan Standarisasi Nasional (1998).

Data rataan kadar protein diuji statistik regresi dengan variabel laktasi dan bulan laktasi. Hasil dari uji statistik regresi adalah kadar protein susu di Cilacap tidak dipengaruhi oleh laktasi tetapi dipengaruhi oleh bulan laktasi dan di Bogor tidak di pengaruhi oleh laktasi dan bulan laktasi. Data kadar protein susu di Cilacap yang dipengaruhi oleh bulan laktasi kemudian di koreksi, sehingga bulan laktasi tidak mempengaruhi kadar protein susu di Cilacap.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji “t”, menunjukkan rataan kadar protein susu di Cilacap dan Bogor berbeda sangat nyata (P<0,01). Perbedaan kadar protein di Cilacap dan Bogor tersebut disebabkan oleh perbedaan manajemen pemberian pakan.

Rataan kadar protein susu di Cilacap dan Bogor berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan hasil evaluasi kecukupan pakan bahwa pemberian pakan di Cilacap dan Bogor pun berbeda sehingga hasilnya juga berbeda. Dengan kelebihan PK tetapi kekurangan BK dan TDN, maka akan menghasilkan kualitas susu yang kurang baik dan kadar protein dalam susu rendah. BK dan TDN merupakan sumber energi untuk pembentukan protein, apabila BK dan TDN rendah dan PK tinggi maka tidak seimbang. Pemberian PK yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan dalam proses metabolisme protein (Parakkasi, 1999). Dan apabila kekurangan BK dan TDN maka tidak ada satuan energi yang tersimpan yang akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan produksi susu setelah kebutuhan pokoknya terpenuhi, jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi energi (Sugeng, 1998).

BK pakan di Bogor 0,69 kg/ekor/hari, protein kasar (PK) 0,23 kg/ekor/hari, dan Total Digestible Nutrient (TDN) 0,32 kg/ekor/hari (Lampiran 12). Mawar (2011), BK pakan berfungsi sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim. Sedangkan konsumsi PK yang tinggi dipengaruhi oleh kualitas bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun konsentrat. Konsentrat merupakan bahan pakan dengan kadar SK rendah dan banyak mengandung protein dan energi. Palatabilitas pakan dan jumlah pakan yang dimakan akan

(4)

dapat sebagai satuan energi yang akan disimpan dalam bentuk glikogen dan energi, yang akan dimanfaatkan dalam pertumbuhan dan produksi (Tillman dkk, 1991).

Pakan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksivitas ternak. Meskipun potensi genetik seekor ternak itu tinggi, namun tanpa dukungan pemberian pakan yang berkualitas baik, maka produksi dari seekor ternak yang diinginkan tidak akan mencapai optimal. Sintesis protein dalam rumen memerlukan pasokan asam amino dalam jumlah yang seimbang, pasokan protein yang berkualitas tinggi dan tahan terhadap degradasi rumen. Salah satu pakan berserat yang dapat digunakan sebagai pakan adalah hijauan (Murtidjo, 1993). Menurut Askar (1996), bahwa daun singkong karet termasuk kelompok hijauan yang berkualitas tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan pokok maupun tambahan untuk ternak ruminansia, karena daun singkong karet mengandung protein kasar yang tinggi.

Pemberian bahan pakan konsentrat dapat meningkatkan kadar protein dalam susu karena kandungan nutrient dalam hijauan belum mencukupi kebutuhan nutrient dalam ternak khususnya protein sehingga perlu konsentrat sebagai pakan penguat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1993), bahwa konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya akan protein, seperti bungkil-bungkilan. Konsentrat dapat meningkatkan produksi susu karena mudah dicerna karena dibuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi, sumber protein, vitamin dan mineral (Kartadisastra, 1997).

Suhu lingkungan di Cilacap dengan 25ºC-30ºC dan suhu lingkungan di Bogor 23ºC-30ºC. Menurut Williamson dan Payne (1993), pada suhu yang tinggi maka konsumsi pakan menurun, hal tersebut dikarenakan suhu tubuh yang tinggi, sehingga ternak akan mengurangi asupan pakannya untuk menstabilkan suhu tubuhnya, dengan menurunnya konsumsi pakan maka energi di dalam tubuh rendah. Dan apabila tidak ada satuan energi yang tersimpan yang akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan produksi susu setelah kebutuhan pokoknya terpenuhi, jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi energi sehingga produksi menurun (Sugeng, 1998).

Nilai Viskositas

Pengujian nilai viskositas susu Kambing Sapera pada peternakan Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor menggunakan alat pengukur viskositas yaitu viscometer brookfield menghasilkan rataan nilai viskositas susu Kambing Sapera di Cilacap adalah 2,06 centipoise (cp) dengan sd 0,27 dan rataan nilai viskositas susu Kambing Sapera di Bogor adalah 1,62 cp dengan sd 0,32. Hasil ini tertera pada Tabel 2.

Nilai Viskositas susu di Cilacap dan Bogor apabila dilihat dari nilai rataan 2,06 cp untuk susu di Cilacap dengan sd 0,27 dan 1,62 cp untuk susu di Bogor dengan sd 0,32 masih memenuhi standirisasi, dengan nilai standarisasi viskositas susu kambing 1,5-2,0 cp (Dewan Standarisasi Nasional (1998).

Data rataan nilai viskositas kemudian diuji statistik regresi dengan variabel laktasi dan bulan laktasi. Hasil dari uji regresi, nilai viskositas susu di Cilacap dipengaruhi oleh laktasi dan bulan laktasi sedangkan di Bogor tidak dipengaruhi oleh laktasi dan bulan laktasi (Lampiran 6). Data nilai viskositas susu di Cilacap yang dipengaruhi oleh laktasi dan bulan laktasi di koreksi, sehingga laktasi dan bulan laktasi tidak mempengaruhi nilai viskositas susu di Cilacap.

(5)

Hasil analisis data dengan menggunakan uji “t”, menunjukkan rata-rata nilai viskositas susu di Cilacap dan Bogor berbeda sangat nyata (P<0,01). Perbedaan kadar protein di Cilacap dan Bogor yang sangat nyata disebabkan oleh perbedaan manajemen pemberian pakan.

Tabel 2. Rataan Nilai Viskositas Susu Kambing Sapera di Cilacap dan di Bogor No Susu Kambing Sapera di Cilacap

(cp)

Susu Kambing Sapera di Bogor (cp) 1 2,22 1,75 2 2,18 1,68 3 2,00 1,67 4 2,23 1,77 5 2,08 2,03 6 2,20 1,42 7 2,08 1,67 8 1,82 1,42 9 2,03 1,52 10 1,73 1,27 X 2,06±0,27 1,62±0,32

Utami, dkk (2004) menyatakan bahwa susu cair normal, keadaan dan konsentrasi protein, keadaan dan konsentrasi lemak, temperature susu, umur susu, asiditas, imbangan garam-garam, aksi bermacam-macam enzim dan bakteri sangat mempengaruhi viskositas susu. Variasi jumlah komponen susu seperti lemak, protein, vitamin dan mineral dalam susu akan mempengaruhi presentasi air.

Saleh (2004) menyatakan bahwa bahan padatan dan lemak air susu mempengaruhi viskositas susu. Karena kandungan air yang tinggi dalam susu yang diakibatkan oleh pencairan pasca thawing, dari susu beku menjadi susu normal (cair), sehingga nilai viskositas susu menurun. Hal ini sesuai dengan Soeparno (1992), bahwa kandungan air yang tinggi akan mengakibatkan kekentalan susu rendah, semakin lama susu disimpan dalam suhu dingin dapat menyebabkan penurunan nilai viskositas susu, penurunan nilai viskositas dikarenakan kandungan air dalam susu tinggi.

Faktor yang menyebabkan kandungan air dalam susu naik adalah bakteri. Bakteri yang bertahan dalam suhu dingin seperti Pseudomonas dan bacillus mampu menggumpalkan susu dengan mencerna lapisan tipis fosfolipid di sekitar butir-butir lemak melalui enzim yang dihasilkannya sehingga kadar air yang terdapat dalam susu akan semakin meningkat (Gaman dan Sherrington, 1992). Perubahan beberapa asam amino yang dapat merubah penampilan susu secara fisik dan kimia (Lien dkk, 1995) juga berpengaruh terhadap viskositas, karena sekitar 95% dari nitrogen pada susu berada dalam bentuk protein (Ng-Kwai-Hang, 1998).

SIMPULAN

Rataan kadar protein susu di Cilacap yaitu 3,41% dan di Bogor yaitu 3,88%. Rataan nilai viskositas susu di Cilacap yaitu 2,06 cp dan di Bogor yaitu 1,62 cp.

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Ibu Sri Utami dan Ibu Triana Yuni Astuti selaku pembimbing I dan pembimbing II dan teman-teman satu tim penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Al-baari, M.T.W. 2003. Evaluasi Komposisi Kimia Susu Kambing Segar yang Difortifikasi Bakteri Asam Laktat dengan Kehadiran Ekstrak Susu Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Askar, S. 1996. Daun Singkong dan Pemanfaatannya Terutama sebagai Pakan Tambahan.

Wartazoa Vol. 5 No. 1.

Dewan Standarisasi Nasional. 1998. Susu Segar. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Gaman dan Sherrington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ghani, A.R. 2006. Karakteristik Produk Fermentasi “Ziogurt” dengan Penggunaan Berbagai Dosis CMC. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 45-46.

Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.

Lien. R. Grandt dan J. Jennes. 1995. Lactation. State University Press. Amerika Serikat.

Mawar, A. 2011. Kecukupan Nutrien Makro pada Sapi Pejantan di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Ng-Kwai-Hang KF. 1998. Genetic polymorphism of milk proteins: Relationships with traits, milk composition and technological properties. J Anim Sci 78: 131 147. Ng-Kwai-Hang KF. 1998. Genetic polymorphism of milk proteins: Relationships with traits, milk composition and technological properties. J Anim Sci 78: 131 147.

Parakkasi, A. 1999. Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Soeparno. 1992. Faktor Komposisi dan Karakteristik Fisik Susu. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hal 37-38 ; 49-52

Sugeng. 1998. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sukarini, I.A.M. 2006. Produksi dan komposisi air susu Kambing Peranakan Etawah yang diberi tambahan konsentrat pada awal laktasi. Majalah Ilmiah Petern. 9:14-25.

Tilman, A.D., S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(7)

Utami, S dan Siswadi. 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan Oleh S.G.N. Dwija, D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wodzicka, M.T., Djajanegara, A., Gardiner, S., Wiradarya, T.R., and Mastika, I.M. 1993. Produksi Ruminansia Kecil pada Lingkungan Tropis. Terjemahan. Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta. Indonesia.

Gambar

Tabel 1. Rataan Kadar Protein Susu Kambing Sapera di Cilacap dan di Bogor  No  Susu Kambing Sapera di Cilacap
Tabel 2. Rataan Nilai Viskositas Susu Kambing Sapera di Cilacap dan di Bogor  No  Susu Kambing Sapera di Cilacap

Referensi

Dokumen terkait

Antara usaha-usaha untuk memastikan keadaan kekal sihat ini adalah melalui kebersihan alam sekitar; kawalan penyakit berjangkit dan tidak berjangkit diperingkat individu,

Kadar deasetilasi kitosan bead dihitung dengan menggunakan metode base line dapat dilihat pada Gambar 11. Penelitian ini menggunakan kitosan dengan berat 12,5 gram

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan di PT Great Seasons Tours and Travel Kota

jumlah dari waktu yang diharapkan dari semua kegiatan pada jalur kritis dan varians sama dengan jumlah dari varians dari semua kegiatan pada jalur kritis.. Asumsi dasar yang

Nafar merupakan kegiatan rutin tahunan Majlis Tafsir Al-Qur'an yang diadakan pada setiap bulan Ramadhan yang bertujuan untuk mempererat ukhuwah atau hubungan kekeluargaan

(1) Inspektur Pembantu Investigasi melaksanakan sebagian fungsi Inspektorat di bidang pengawasan sewaktu-waktu dengan tujuan tertentu terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan

Yang disajikan pada pos ini yaitu sandi 3103980000 (Pajak Penghasilan terkait dengan Ekuitas Lain) pada Form 01.00 - Laporan Posisi Keuangan dalam Laporan Bulanan

Demikian Pedoman Manajemen mutu ini dibuat dan telah disahkan oleh Kepala Puskesmas untuk dijadikan acuan dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan