26
STRATEGI PELAYANAN PADA PENYELENGGARAAN SHOLAT
JUM’AT
A. Faiz Khudlari Thoha1*, Epik Teyebu1, A. Khoirul Hakim2 1
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar-Rahmah, Jl. Teluk Buli I/5-7 Surabaya 60165, Jawa Timur
2
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Jl. Ahmad Yani No.23 Surabaya 60231, Jawa Timur
*e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The objectives achieved in this study were to find out how the Al-Akbar Mosque’s efforts in improving services at Friday Prayers and finding the inhibiting factors and solution. This study uses a qualitative descriptive method. Data collection techniques by interviews, observation and documentation. In general, it can be concluded that the services carried out by the Al-Akbar Mosque are in 3 regions, spriritual, social and economic. In this Mosque, in addition to the takmir services, the Al-Akbar Mosque created a dialogue program after Friday Prayer and pledge to convert to Islam.
Keywords: Friday prayers, Masjid Al-Akbar, service
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya Masjid Al-Akbar dalam meningkatkan pelayanan pada kegiatan sholat Jum’at serta untuk mengetahui faktor penghambat dan solusinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh Masjid Al-Akbar adalah dengan 3 wilayah, spritual, sosial dan ekonomi. Di masjid ini juga selain pelayanan takmir Masjid Al-Akbar membuat program dialog setelah jum’at dan pengiqraran masuk Islam.
Kata kunci: Masjid Al-Akbar, pelayanan, shalat jum’at,
PENDAHULUAN
Masjid Al-Akbar Surabaya (MAS) menjadi salah satu potret sosok masjid yang menjadi pilar aktivitas sosial. Masjid itu menjadi salah satu masjid terbesar di Indonesia, selain Masjid Istiqlal Jakarta. Masjid Al-Akbar berdiri di atas lahan seluas 11.2 hektar dan mulai dibangun pada 4 agustus ditandai dengan peletakkan batu pertama oleh wakil presiden waktu itu. Pada 10 November 2000, masjid itu diresmikan Presiden KH Abdurrahman Wahid dan mampu menampung 30.000 jama’ah. Pemilihan 10 November sebagai hari peresmian karena merupakan identitas Kota Surabaya sekaligus Hari Pahlawan. Selain itu, pemilihan waktu peresmian tersebut juga bersamaan dengan hari jadi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yaitu universitas asal tim yang merancang bangunan masjid tersebut.
Bagian khas masjid itu adalah atap yang terdiri dari sebuah kubah besar yang didukung empat kubah kecil berbentuk limasan. Kelima kubah ini menandakan angka lima yang identik dengan rukun Islam. Selain kubah, masjid itu juga dilengkapi sebuah menara setinggi 99 meter. Angka ini merepresentasikan 99 nama dari Allah SWT (Asmaul Husna). Awalnya masjid itu akan dilengkapi tujuh menara. Namun karena terbentur krisis ekonomi pada 1997, hanya satu menara yang kini berdiri kokoh di sudut utara MAS.1
1
27 Masjid Al-Akbar sendiri memiliki berbagai macam komponen yaitu: bagian fasilitas, pendidikan, imarah dan miitra dakwah. Bagian fasilitas pun terbagi menjadi enam yaitu perpustakaan, poliklinik, thibbun nabawi, menara, infaq fasilitas dan petunjuk praktis muallaf.
Masjid Al-Akbar terdapat kawasan metropolitan di daerah Pagesangan, Kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid Al-Akbar memiliki program dalam penyelenggaran sholat Jum’at yang mana jama’ah yang sholat di masjid ini berkisar antara 1000 sampai 2000 jama’ah yang hadir pada shalat Jum’at. Dengan kapasitas menampung jama’ah yang banyak, Masjid Al-Akbar berupaya memfasilitasi jama’ah baik dari segi keamanaan, kebersihan dan fasilitas tempat wudhu dan yang lainnya sehingga, banyak yang sholat berjama’ah dan sholat Jum’at di Masjid Al-Akbar .
Di dalam al-Qur’an di surat Al-Jum’ah ayat 10 ;
”
َنوُحِلْفُ ت
ْمُكَّلَعَل اًيرِثَك َهَّللا اوُرُكْذاَو ِهَّللا ِلْضَف ْنِم اوُغَ تْ باَو ِضْرلأا ِفِ اوُر ِشَتْ ناَف ُةلاَّصلا ِتَيِضُق اَذِإَف
(٠١)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu’ah: 10) Penjelasan ayat ini adalah sebelumnya, Allah melarang mereka untuk bekerja (apabila adzan telah berkumandang) dan memerintahkan mereka untuk berkumpul melaksanakan shalat Jum’at. Maka setelah selesai shalat, Allah subhanahu wa ta’ala mengidzinkan mereka untuk bertebaran di muka bumi dan mencari karunia-Nya.”
Di Masjid Al-Akbar ada kegiatan setelah sholat jum’at berupa tanya jawab (dialog) seputar khutbah yang disampaikan pada hari itu dan pengiqraran yang mau masuk Islam jika ada. Kegiatan tanya jawab setelah sholat Jum’at menarik para jamaah sholat Jumat untuk tetap bertahan di masjid guna mengikuti kegiatan tersebut. Jamaah yang mengikuti sesi tanya jawab ini bisa mencapai sekitar 700 sampai 800 jama’ah, dan ini merupakan angka yang sangat besar jika di bandingkan dengan dengan sesi tanya jawab pasca sholat Jum’at di Masjid Al Falah yang hanya sekitar 300 sampai 450 atau di Masjid Bank Indonesia yang hanya sekitar 50 sampai 100. Di samping itu, kualifikasi pengisi khutbah jum’at yang sekaligus menjadi narasumber dalam kegiatan tanya jawab tersebut juga menjadi penentu karena Masjid Al-Akbar menerapkan sistem seleksi terhadap khotib.2
Tinjauan Pustaka
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai suatu usaha untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Menurut Moenir (2010:26), pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materi melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan merupakan sebuah proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.
Menurut Groonros (1990:27) dalam Ratminto dan Atik (2005:2), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan. Supranto (2006:227) mengatakan bahwa pelayanan atau
2
Aziz, S., Santoso, H., dan Subandi, B. 2019. Manajemen operasi program khutbah jum’at di Masjid Al Akbar Surabaya. Jurnal Masjiduna, 2(2): 25-40.
28 jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak terwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengonsumsi jasa tersebut. Menurut Sampara dalam Sinambela (2011:5) pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.
Menurut Philip Kotler dalam Supranto (2006:228) karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Intangible (tidak terwujud), suatu jasa memiliki sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.
2. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserakan kepada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.
3. Variability (bervariasi), jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.
4. Perishability (tidak tahan lama), daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.
Konsep kualitas pelayanan merupakan fokus penilaian yang merefleksikan persepsi konsumen terhadap lima dimensi fisik dan kinerja layanan. Zeithaml, Bitner dan Gremler (2009:111), mengungkapkan bahwa ada lima dimensi yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu:
1. Bukti Langsung (Tangible),
Yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan material yang dipasang. Menggambarkan wujud secara fisik dan layanan yang akan diterima oleh konsumen. Contohnya seperti keadaan gedung, fasilitas restoran, desain restoran, dan kerapian penampilan karyawan.
2. Keandalan (Reliability),
Yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan handal dan akurat. Jika dilihat dalam bidang usaha jasa restoran, maka sebuah layanan yang handal adalah ketika seorang karyawan mampu memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dan membantu penyelesaian masalah yang dihadapi konsumen dengan cepat.
3. Daya tanggap (Responsiveness),
Yyaitu kemauan untuk membantu konsumen dan memberikan jasa dengan cepat. Jika dilihat lebih mendalam pada layanan yang cepat tanggap di sebuah restoran, bisa dilihat dari kemampuan karyawan yang cepat memberikam pelayanan kepada konsumen dan cepat menangani keluhan mereka.
4. Jaminan (Assurance),
Yaitu pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan. Sebuah jasa restoran kepastian menjadi hal yang penting untuk dapat diberikan kepada konsumennya, seperti jaminan keamanan dan keselamatan dalam bertransaksi dan kerahasiaan konsumen yang terjamin.
29 Yaitu kepedulian dan perhatian secara pribadi yang diberikan kepada pelanggan. Layanan yang diberikan oleh para karyawan harus dapat menunjukkan kepedulian mereka kepada konsumen. 3
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Masjid Al-Akbar Surabaya karena pada masjid tersebut terdapat keunikan pada kegiatan dialog setelah sholat jum’at. Dialog di masjid tersebut diikuti jamah sekitar 700-800 jama’ah dan dilayani oleh penceramah yang terpilih di daerah Surabaya.
Proses pengumpulan data menggunakan wawancara yang mendalam, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah jamaah masjid Al Akbar, bagian Kegiatan Masjid, Takmir Masjid, dan Kepala bagian Fiqh dan Dakwah Masjid Al Akbar Surabaya.
Dalam melakukan analisis data, pertama, peneliti mengumpulkan data yang bersumber dari hasil wawancara semua informan, data observasi dan dokumentasi. Kedua, peneliti melakukan pemilahan data, kemudian menggolongkan data ke dalam kelompoknya masing-masing dan membuang data yang tidak penting. Ketiga, peneliti menyajikan data yang terkumpul dalam bentuk teks naratif dengan cara menggabungkan semua data yang terkumpul dalam bentuk tulisan yang padu, sehingga mudah dipahami dan dapat diambil kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya memiliki visi “Terdepan dalam penyelenggaraan peribadatan, dakwah dan syiar Islam, pendidikan, sosial budaya, dan manajemen, menuju masyarakat yang berakhlak mulai sesuai ajaran Islam”. Masjid Al Akbar memiliki misi sebagai penyelenggaran ibadah dakwah dan syiar Islam, pengembangan pendidikan Islam, pengembangaan sosial budaya Islam, mewujudkan manajemen masjid yang handal, dan mewujudkan masyarakat berakhlak mulia.
Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, Masjid Al-Akbar memberikan pelayanan secara langsung kepada jama’ah dengan berbagai macam pelayanan. Salah satu pelayanan yang menjadi perhatian takmir Masjid Al Akbar adalah penyelenggaran ibadah Jum’at. Dalam penyelenggaraan ibadah Jum’at, takmir memberikan pelayanan dari awal sampai akhir penyelenggaraan dengan pelayanan sebagai berikut:
1. Pelayanan Lahan Parkir
Masjid Al-Akbar memiliki kurang lebih 1 hektar lahan parkir yang sanggup menampung hingga 500 mobil dan 1000-1200 sepeda motor. Pihak masjid memiliki tenaga satuan pengamanan sebanyak 10 orang yang bertugas pada hari jum’at. Untuk parker, masjid memungut tarif parker yang dikenakan pada roda 4 (mobil) sekitar Rp. 4000 dan roda dua (motor) Rp. 2000.
2. Pelayanan Rak Sepatu dan Sandal
Takmir menyediakan tenaga karyawan sebagai penjaga rak sepatu dan sandal, sebanyak 10 orang penjaga yang bertugas di setiap sudut Masjid Al-Akbar. Salah satu tugasnya adalah meletakan sepatu atau sandal ke dalam rak dan memberikan kartu sebagai tanda agar sepatu atau sandal jamah tidak tertukar satu sama lain atau hilang. Setelah sholat jum’at jamaah yang menitipkan alas kakinya memberikan infaq seikhlasnya atas pelayanan penyediaan rak sepatu dan sandal.
3
Dwi Aliyyah Apriyani Dan Sunarti, PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Malang) Hal 3
30 3. Pelayan Kebersihan Tempat Wudhu, Wc, Kamar Mandi dan Karpet
Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pelayanan kebersihan diperkuat dengan 30 karyawan untuk melaksanakan kegiatan kebersihan untuk persiapan ibadah hari Jum’at. Masjid mempersiapkan tempat wudhu sejumlah 160 tempat, WC 25 unit dan kamar mandi 25 unit. Karyawan kebersihan Masjid Al-Akbar melaksanakan kegiatan persiapan masjid sebelum hari Jum’at, dengan memasang karpet, menjaga kebersihan tempat wudhu, WC dan kamar mandi, sehingga pada Jum’at keesokan harinya, para petugas kebersihan tinggal membersihkan hal-hal yang bersifat minor.
4. Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi diberikan takmir ketika jama’ah sudah menempati dan merapat ke barisan/shaf terdepan dan siap mendengarkan informasi. Informasi yang disampaikan adalah informasi tentang jumlah pengumpulan infaq pada Jum’at sebelumnya, informasi nama khotib yang akan mengisi khutbah Jumat, pada hari itu dan pada pekan berikutnya, informasi agenda kajian-kajian spesial, serta informasi agenda pengiqraraan masuk Islam dan agenda akad nikah.
5. Pelayanan Muazin, Imam dan Khotib
Sedangkan pelayanan kepada imam, muazin dan khotib sholat jum’at dilaksanakan oleh takmir dengan memenuhi persyaratan dan sesuai dengan standar prosedur operasional yang sudah ada. Masjid Al-Akbar memiliki 11 imam tetap dan 6 orang muazin, sedangakan jadwal khatib sudah ditetapkan sejak awal pergantian tahun. Masjid Al-Akbar menyediakan imam dan muazin dengan kualitas baik, yang memiliki suara yang merdu dalam mengumandangkan adzan dan membaca Al Quran sebagai imam sholat. Banyak diantara para imam dam muazin Masjid Al Akbar yang hafidz Al-Qur’an.
6. Pelayan Dialoq Sholat Jum’at
Setelah sholat Jum’at, takmir membuka kesempatan bagi Jamaah untuk mengadakan dialog bersama khotib. Walaupun bukan sebagai keharusan, oleh takmir, khotib dianjurkan untuk meluangkan waktu kurang lebih selama 15 menit untuk berdialog membahas perihal khutbah jum’at yang tadi disampaikan. Hal ini sebagai bagian pertanggungjawaban khotib ketika dia menyampaikan materi khotbah, karena dalam khotbah, materiya tidak boleh panjang, terbatas, singkat dan padat. Takmir memberi kesempatan kepada jama’ah yang ingin mengembangkan diskusi perihal materi khutbah kepada khotib. Hal ini sebuah peluang bagi jama’ah yang ingin mendalami materinya.
7. Pelayanan Pengiqraran
Masjid Al-Akbar membuat program pengiraran kepada non muslim yang berniat masuk Islam dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak takmir. Setelah memenuhi persyaratan tersebut, non muslim diminta untuk melakukan pengiqraran pekan berikutnya dan membawa saksi ataupun wakil. Pelayanan ikrar ini sebenarnya tidak harus hari Jum’at. Proses ikrar dilakukan setelah sebelumya didahului dengan dialog. Pada umumnya ada 2-4 orang yang beriqrar di hadapan imam yang mengimami sholat Jum’at atau dihadapan khotib yang menyampaikan khutbah. Setelah ikrar, mereka diberikan kesempatan untuk belajar Islam secara mendalam 2 kali pertemuan setiap pekan.
SIMPULAN
Secara umum Masjid Al-Akbar berupaya memberikan pelayanan yang lebih kepada jama’ah. Pelayanan diberikan dengan melibatkan banyak tenaga karena Masjid Al-Akbar memiliki kapasitas yang dapat menampung 30.000 jama’ah, sehingga dengan pengerahan tenaga
31 karyawan secara optimal, semua jama’ah dapat terlayani dengan baik sesuai dengan kapasitas maupun fasilitas pada pelayanaan. Proses pelayanan menjadi perhatian takmir masjid terutama pada pelayaan penyelenggaraan sholat Jum’at, mulai pada pelayanan parkir, pelayanan rak sepatu dan sandal, pelayanan tempat wudhu, WC, dan kamar mandi, pelayanan informasi, pelayanan dialog setelah sholat jum’at dan prosesi peingiqraran masuk Islam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwarni, Moh., 2017, Ushuludin dan Dakwah, Surakarta
2. Bukhari, Imam, 1992, Shahîh Bukhari, jilid II, Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut. 3. Elfaruq, Muh.Yusuf . 2016. Marketing Dakwah, Al-Azhar. Bogor
4. G.D.Ratela, R.Tarore, 2016, Analisis pelayanan, Kualitas Produk Dan Harga Terhahadap
keputusan Pembeli Di Rumah Kopi Coffee Island, Manado.
5. https://www.masjidalakbar.or.id/tentang-mas/ (diakses tahun 5 November 2018 pukul 8:30). 6. Moleong, Lexy J., 2014, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung. 7. Mukhtar,M.pd. 2013.Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta Selatan . 8. Ong, Ian Antonius dan Drs. Sugiono Sugiharto, M.M, 2013. Analisa Pengaruh Strategi
pelayanan Citra Merek, Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pelangga Di Cincau Station Surabaya. Surabaya.
9. Ridwan, H. M. Hasbi, Lc, MA, Ushuludin, Januari 2012
10. Santoso, H. Aziz, S. dan Subandi, B. 2019. Manajemen operasi program khutbah jum’at di Masjid Al Akbar Surabaya. Masjiduna : Jurnal Ilmiah Stidki Ar-Rahmah 2(2): 25-40. 11. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung
12. Tampi, Ronaldo, Nicky Hannry. 2017. Analisis Strategi Pelayanan Produk, Layanan Dan
Diferensiasi Citra Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Pemasaran, Sam Ratulangi.
13. Yusi, M.Syahirman, 2016, Strategi pelayanan Upaya Menciptakan Kepuasan Nasabah, Palembang.