• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Batu Gamping

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembentukan Batu Gamping"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A.

A. Pembentukan Batu GampingPembentukan Batu Gamping

Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu  bangunan bahan penstabil

 bangunan bahan penstabil jalan rajalan raya, pengapuran untuk ya, pengapuran untuk pertanian dll. pertanian dll. Batu kapur Batu kapur (Gamping)(Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari  pengendapan

 pengendapan cangkang/rumah cangkang/rumah kerang kerang dan dan siput, siput, foraminifera foraminifera atau atau ganggang, ganggang, atau atau berasalberasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).

(MgCO3).

Kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak Kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak diperlukan dalam industri tapal gigi, cat, farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain lain, baik diperlukan dalam industri tapal gigi, cat, farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain lain, baik sebagai bahan dasar maupun bahan penolong. Untuk kebutuhan itu, Indonesia masih sebagai bahan dasar maupun bahan penolong. Untuk kebutuhan itu, Indonesia masih mendatangkan CaCO3 dari luar negeri. Umumnya bahan itu dibuat secara kimia dari suspensi mendatangkan CaCO3 dari luar negeri. Umumnya bahan itu dibuat secara kimia dari suspensi kapur padam dan gas karbon dioksid. Di Indonesia banyak terdapat batu kapur atau marmer kapur padam dan gas karbon dioksid. Di Indonesia banyak terdapat batu kapur atau marmer yang berupa serpihan atau butir kecil yang dibuang sia sia. Di samping itu, gas CO2 juga yang berupa serpihan atau butir kecil yang dibuang sia sia. Di samping itu, gas CO2 juga  banyak

 banyak yang yang belum belum dimanfaatkan. dimanfaatkan. Pembuangan Pembuangan kedua kedua jenis jenis bahan bahan itu itu dapat dapat mencemarimencemari lingkungan. Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer disuspensikan dalam air dan lingkungan. Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer disuspensikan dalam air dan direaksikan dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang tidak banyak tercampur

direaksikan dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang tidak banyak tercampur zat pengotor.zat pengotor. Selanjutnya Ca(HCO3)2 mudah berubah menjadi CaCO3 murni. Pada penelitan ini akan Selanjutnya Ca(HCO3)2 mudah berubah menjadi CaCO3 murni. Pada penelitan ini akan direaksikan suspensi batu kapur dan gas CO2 seperti pembentukan stalakmit dan stalaktit di direaksikan suspensi batu kapur dan gas CO2 seperti pembentukan stalakmit dan stalaktit di alam.

alam. 1.

1. Mula JadiMula Jadi

Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari atau secara kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari  pengembangan cangkang atau

 pengembangan cangkang atau rumah kerang rumah kerang dan sidan siput. Untuk put. Untuk batu kapur batu kapur yang terjadi yang terjadi secarasecara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

tertentu dalam air laut ataupun air tawar. 2.

2. MineralogiMineralogi

Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu tertentu dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah untuk mengidentifikasinya.

(2)

3. Identifikasi Batugamping

Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak  jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan batugamping

klastik.

Batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering jyga disebut  batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral.

Batugamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu-abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.

Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam tidak  jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah  batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3.

Adapun sifat dari batugamping adalah sebagai berikut : a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan  b. Kilap : Kaca, dan tanah

c. Goresan : Putih sampai putih keabuan d. Bidang belahan : Tidak teratur

e. Pecahan : Uneven

f. Kekerasan : 2,7

 – 

 3,4 skala mohs g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3

h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga

Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai  bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :

CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2

Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping

tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena  pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang  berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.

B. Sifat dan Klasifikasi Batu Gamping

Batuan kapur atau batuan gamping (limestone) termasuk batuan sedimen. Batuan sedimen sering pula disebut dengan batuan endapan. Batuan ini berwarna putih, kelabu, atau warna lain yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur ini pada dasarnya  berasal dari sisa-sisa organisme laut seperti kerang, siput laut, radiolarit, tumbuhan/binatang

(3)

karang (koral), dsb yang telah mati. Berdasarkan hal tersebut, maka batuan kapur adalah  batuan sedimen yang berbasis dari laut. Karena hal itu, batuan kapur berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat batuan kapur itu diendapkan termasuk klasifikasi batuan sedimen marin. Berdasarkan proses pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu karang merupakan batuan sedimen organik. Disamping hal tersebut, batuan kapur (termasuk di dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur) menurut proses  pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).

Klasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari  batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan  jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung  butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar  butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.

Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham  punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul

komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.

Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak  perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan.

Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.  Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.

Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.

(4)

C. Manfaat Batu Kapur (Batugamping)

Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah : a. Bahan bangunan

Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk  plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.

 b. Bahan penstabilan jalan raya

Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan  pemuaian fondasi jalan raya

c. Sebagai pembasmi hama

Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan.

d. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian

Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya

e. Penjernihan air

Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.

f. Batu Gamping (caco3) Sebagai Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang pada dasarnya menambahkan Ca dan menurunkan Al.

g. Batugamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batugamping keprus sebagai bahan campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas B.

h. Batugamping sebagai bahan baku semen

Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang dan hanya menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita tidak ikut membantu melestarikannya.

D. Keterdapatan dan prototipe Kars di Indonesia

Sebagian besar kawasan kars di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir tidak ada yang tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batugaram, maupun batuan evaporit. Hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki batuan karbonat, tapi tidak semuanya terkartsifikasi menjadi kawasan kars. Kars di indonesia tersebar di sebagian besar pulau- pulau di Indonesia, namun demikian tidak semuanya berkembang dengan baik. Balazs (1968)

selanjutnya mengidentifikasi terdapat tujuh belas kawasan kars mayor di Indonesia. Diantara kawasan kars tersebut, terdapat dua kawasan kars yang paling baik dan dianggap sebagai  prototipe dari kars daerah tropis, yaitu kars Maros dan Gunung Sewu.

(5)

Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan- bentukan yang khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar  pengelompokan kawasan kars di Indonesia, yang antara lain adalah:

a. Tipe Gunung Sewu

Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya lembah dolin dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolin didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan  pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang mengair di bawah tanah akan  bergabung membentuk sistem besar. Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta.

 b. Tipe Gombong

Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena  batugamping berada di atas lapisan batuan yang kedap air maka batas antara keduanya

menjadi tempat keluarnya mata air. c. Tipe Maros

Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/mogote). Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.

d. Tipe Wawolesea

Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa tempat terdapat jembatan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di tempat lain.

e. Tipe Semau

Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa surupan (sink) dan lorong-lorong gua yang pendek. Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.

f. Tipe Nusa Penida

Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas batugamping klastik dan non klastik. Pada batugamping klastik terdapat sisipan batuan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat. Bentang alam dolin dan bukit kerucut tidak  berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang dengan baik.

(6)

g. Tipe Irian

Berdasar informasi yang ada, tipe kars di Irian dicirikan oleh adanya gua-gua yang  panjang. Kars disusun oleh batugamping klastik dan bioklastik, sebagian bahkan telah

terubah menjadi metasedimen akibat kontak dengan intrusi batuan beku. E. Macam

 – 

 macam bahan Kpur (Batugamping)

Pada umumnya bahan kapur untuk pertanian adalah berupa kalsium karbonat (CaCO3), beberapa berupa kalsium magnesium karbonat [CaMg (CO3)2], dan hanya sedikit yang berupa CaO atau Ca(OH)2. Dalam ilmu kimia kapur adalah CaO, tetapi dalam ilmu  pertanian kapur umumnya adalah berupa CaCO3.

Sebenarnya ada beberapa jenis bentuk

 – 

 bentuk kapur, yaitu : 1. Kapur kalsit (CaCO3)

Terdiri dari batu kapur kalsit. Proses pembentukannya yaitu batu kapur kalsit ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.

2. Kapur dolomite [CaMg(CO3)2]

Terdiri dari batu kapur dolomite. Proses pembentukannya yaitu batu kapur dolomite ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.

3. Kapur bakar, quick lime (CaO)

Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk CaO. CaCO3 + panas CaO + CO2

4. Kapur hidrat, slaked lime [Ca(OH)2] CaO + H2O Ca (OH)2 + panas

(di beri air) kapur hidrat

Ada berbagai macam- macam batu gamping (kapur) dapat di jelaskan se bagai berikut :

- Limestone : batu kapur yang utama terdiri dari kalsit (CaCO3) yang berbentuk Kristal, yang menunjukan bahwa asalnya dari pengendapan kimia.

- Chalk : batuan kapur yang terdiri atas frakmen-frakmen binatang berkerangka kapur dan tumbuh-tumbuhan.

- Mergel (Marl) : batuan kapur yang terdiri atas campuran CaCO3 dengan tanah liat dan pasir. - Dolomit : batuan kapur yang terjadi dari batu kapur yang lebih keras dan rumus

kimianya CaMg(CO3)2.

- Travertin : endapan kapur di daratan, yang terjadi pada mata air yang mengandung  banyak gamping.

Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk menurunkan keasaman tanah. Dengan fungsi ini banyak petani menggunakan dolomit untuk disebar di lahan. Selain itu, manusia berkemungkinan membantu menyebarluaskan secara tidak sengaja ke permuakaan bumi lewat penggunaan batu kapur untuk berbagai keperluan.

(7)

DAFTAR PUSTAKA http://stenlyroy.blogspot.com/2011/07/genesa-batu-gamping.html http://mheea-nck.blogspot.com/2010/06/genesa-batu-kapur.html http://id.wikipedia.org/wiki/Karst http://semangatgeos.blogspot.com/2011/06/klasifikasi-batuan-karbonat  berdasarkan.html#!/2011/06/klasifikasi-batuan-karbonat-berdasarkan.html http://www.scribd.com/doc/68321585/Batu-Gamping alam-kars.blogspot.com/

Referensi

Dokumen terkait

Produk songket diciptakan dengan bentuk dan kontruksi yang terstruktur, disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.Perkembangan songket dari Kampoeng Tenun Indralaya masih

a. Guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang memerintah. Hal seperti ini kurang tepat jika ditempatkan pada sistem pendidikan. Guru yang menempatkan dirinya

Berdasarkan hasil respon untuk minat belajar siswa yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa media komik berbasis pendekatan saintifik pada materi

Elektrolit harus memiliki konduktivitas ionik yang baik tetapi tidak menjadi konduktif secara elektrik, karena akan menyebabkan konsleting internal, tidak reaktif dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas (WOM, Manfaat, Kemudahan Penggunaan, dan Kepercayaan) terhadap Keputusan Nasabah

Jika pada masa ini ia tidak memiliki orang tua atau orang dewasa lainnya tempat ia mencurahkan isi hati dan permasalahan pribadinya, maka ia akan mencari hal itu

lembaga, contoh reward tersebut diantaranya ucapan selamat, tepuk tangan, gaji tambahan, tiket jalan-jalan atau belanja, dan lain-lain. Pemberian punisment apabila

Berdasarkan analisis energi yang dihasilkan dengan mekanisme Sound Energy Harvesting berbasis material piezoelektrik berdasarkan variasi intensitas bunyi yang