• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mini Project Ims

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mini Project Ims"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. LALATATAR BR BELELAKAKANANGG

HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Asia sekitar tahun 1980-an. HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Asia sekitar tahun 1980-an. Sejak saat itu, lebih dari 6 juta orang di kawasan Asia terinfeksi HIV. Hubungan Sejak saat itu, lebih dari 6 juta orang di kawasan Asia terinfeksi HIV. Hubungan heteroseksual (

heteroseksual (heteroseksual intercourseheteroseksual intercourse), khususnya pada pria yang berhubungan), khususnya pada pria yang berhubungan seksual dengan pekerja seks wanita, telah ditemukan menjadi bentuk transmisi seksual dengan pekerja seks wanita, telah ditemukan menjadi bentuk transmisi utama penyakit tersebut.

utama penyakit tersebut.11 Saat inSaat ini prevaleni prevalensi HIV, si HIV, AIDS dAIDS dan penyakian penyakit Infeksit Infeksi

Menular Seksual (IMS) meningkat dengan cepat. Pada tahun 2000 diperkirakan di Menular Seksual (IMS) meningkat dengan cepat. Pada tahun 2000 diperkirakan di Asia lebih dari 500.000 orang meninggal karena AIDS, yaitu sekitar 1500 orang Asia lebih dari 500.000 orang meninggal karena AIDS, yaitu sekitar 1500 orang meninggal per hari.

meninggal per hari.22

E

Eststimimasasi i jujumlmlah ah ororanang g teterkrkenena a IMIMS S yayang ng dadapapat t didiobobatati i ((CurableCurable SexuallyTransmitted Infections

SexuallyTransmitted Infections) sekitar lebih dari 30 juta kasus setiap tahunnya.) sekitar lebih dari 30 juta kasus setiap tahunnya. Tahun 2006 diperkirakan terdapat 8,6 juta orang yang positif HIV (ODHA) di Tahun 2006 diperkirakan terdapat 8,6 juta orang yang positif HIV (ODHA) di Asia Tenggara, termasuk 960.000 orang yang baru terinfeksi (kasus baru) pada Asia Tenggara, termasuk 960.000 orang yang baru terinfeksi (kasus baru) pada tahun sebelumnya. Diperkirakan sekitar 630.000 orang telah meninggal karena tahun sebelumnya. Diperkirakan sekitar 630.000 orang telah meninggal karena  penyakit

 penyakit yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan AIDS. AIDS. Sehingga Sehingga dalam dalam kurun kurun waktu waktu kurangkurang lebih 6 tahun (2000-2006) terdapat peningkatan kasus sebesar 130.000 orang yang lebih 6 tahun (2000-2006) terdapat peningkatan kasus sebesar 130.000 orang yang meninggal karena AIDS.

meninggal karena AIDS.22

C

CDDC C ((CeCentnter er fofor r DiDiseseasase e CoContntrorol l ) ) memelaplaporkorkan an sebsebuah uah infinformormasiasi  bagaimana

 bagaimana HIV HIV ditularkan, ditularkan, yaitu yaitu melalui melalui hubungan hubungan seksual seksual 69% 69% dan dan meningkatmeningkat  bersama

 bersama dengan dengan kejadian kejadian IMS, IMS, jarum jarum suntik suntik untuk untuk obat obat lewat lewat intravena intravena 24%,24%, tra

transfunsfusi si daradarah h yang yang terterkontkontamiaminasi nasi ataatau u daradarah h pengpengobatobatan an daldalam am pengpengobatobatanan kasus tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran (dari ibu

kasus tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran (dari ibu yang terinfeksi ke janinyang terinfeksi ke janin selama kehamilan) 1%, dan model penularan yang belum diketahui 3%.

selama kehamilan) 1%, dan model penularan yang belum diketahui 3%.33MelihatMelihat

cukup besar peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual, maka hubungan cukup besar peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual, maka hubungan  berganti-ganti pas

 berganti-ganti pasangan angan merupakan faktor khusmerupakan faktor khusus yang perlu diwaspus yang perlu diwaspadai.adai.11

Pe

Peraratuturaran n PrPresesididen en NoNo. . 75 75 TaTahuhun n 202006 06 memengngamamananatatkakan n peperlrlununyaya  peningkatan

 peningkatan upaya upaya pengendalian pengendalian HIV HIV dan dan AIDS AIDS di di seluruh seluruh Indonesia. Indonesia. ResponRespon harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru

(2)

da

dan n kekemamatitianan. . SaSalalah h sasatu tu lalangngkakah h ststraratetegigis s yayang ng akakan an diditetempmpuh uh adadalalahah memper

memperkuat Komisi kuat Komisi PenangguPenanggulangan AIDS di langan AIDS di semua tingkat. Masyarakat umumsemua tingkat. Masyarakat umum termasu

termasuk k LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai keLSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa.

tingkat desa.44

Seks komersial yang menjadi faktor penting di dalam penyebaran HIV Seks komersial yang menjadi faktor penting di dalam penyebaran HIV tidak dapat dipisahkan dengan kondisi prostitusi yang cukup eksis di Indonesia. tidak dapat dipisahkan dengan kondisi prostitusi yang cukup eksis di Indonesia. Di

Di wilwilayah ayah kabukabupatepaten n TulTulungaungagung gung sendsendiri iri resiresiko ko untuuntuk k menmeningkingkatnatnya ya angkangkaa kejadian IMS dan HIV akibat mobilitas seks komersial cukup besar. Adanya 2 kejadian IMS dan HIV akibat mobilitas seks komersial cukup besar. Adanya 2 lo

lokalkalisaisasi si besbesar ar yaiyaitu tu loklokalalisaisasi si NgNgujaujang ng di di wiwilalayah yah puspuskeskesmamas s SiSimo mo dandan loka

lokalisalisasi si KalKaliwuiwungu di ngu di wilwilayaayah h puskpuskesmesmas as NgunNgunut ut memmemberiberikan kan perspersentaentasese kejadian IMS dan HIV yang tinggi.

kejadian IMS dan HIV yang tinggi.

Menurut data dari Dinas Kesehatan kabupaten Tulungagung terdapat 505 Menurut data dari Dinas Kesehatan kabupaten Tulungagung terdapat 505 orang Wanit

orang Wanita Penjaja Seks (Wa Penjaja Seks (WPS) di kabupaPS) di kabupaten Tulungaten Tulungagung, yang gung, yang terdiri dariterdiri dari 380 orang terdapat dilokalisasi dan 125 orang sisanya non lokalisasi. Khususnya 380 orang terdapat dilokalisasi dan 125 orang sisanya non lokalisasi. Khususnya lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut sendiri terdapat 197 orang lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut sendiri terdapat 197 orang WPS atau sekitar 39% dari total jumlah WPS di kabupaten Tulungagung.

WPS atau sekitar 39% dari total jumlah WPS di kabupaten Tulungagung. Di

Di loklokalialisasasi si KaKaliliwuwungu ngu pempemereriksiksaan aan IMIMS S dildilakakukaukan n titiap ap bulbulan an dadann  screening 

 screening HIV tiap 3 bulan. Untuk tahun 2009 hingga 2011 jumlah WPS yangHIV tiap 3 bulan. Untuk tahun 2009 hingga 2011 jumlah WPS yang telah diperiksa meliputi: 1483 orang pada tahun 2009, 1571 pada tahun 2010 dan telah diperiksa meliputi: 1483 orang pada tahun 2009, 1571 pada tahun 2010 dan 17

1704 04 papada da tatahuhun n 20201111. . SeSekikitatar r 5555-6-68 8 % % dadari ri jujumlmlah ah WPWPS S yayang ng didipepeririksksaa menderita IMS. Hingga tahun 2012 terdapat 16 orang dengan HIV positif di menderita IMS. Hingga tahun 2012 terdapat 16 orang dengan HIV positif di lokalisasi Kaliwungu, sedangkan di kabupaten Tulungagung sendiri total kasus lokalisasi Kaliwungu, sedangkan di kabupaten Tulungagung sendiri total kasus HIV sebanyak 117 orang pada kelompok risti.

HIV sebanyak 117 orang pada kelompok risti. Ti

Tinggngginyinya a angangka ka kejkejadiadian an IMIMS S dan dan HIHIV V di di kabkabupaupateten n TuTululungangagungungg khususnya lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut pada akhirnya khususnya lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut pada akhirnya mem

memerluerlukan kan tintindakadakan n konskonsististen en daladalam ham hal pl pengeengendalndalian ian jumjumlah lah kasukasus bs baik aik  dengan pembinaan maupun pemeriksaan yang

dengan pembinaan maupun pemeriksaan yang dilakukan baik terhadap dilakukan baik terhadap kelompokelompok k  risti maupun non risti.

risti maupun non risti. Di

Di tutututupnya pnya lokalokalisalisasi si KalKaliwuniwungu gu di di wilwilayah ayah puskpuskesmesmas as NgunNgunut ut padapada  bulan

 bulan Juli Juli 2012 2012 membuat membuat pemeriksaan pemeriksaan terhadap terhadap kelompok kelompok risti risti yaitu yaitu WPS cukWPS cukupup sulit. Hal ini berakibat pada temuan kasus dan kontrol menjadi berkurang. Dari sulit. Hal ini berakibat pada temuan kasus dan kontrol menjadi berkurang. Dari

(3)

wawancara dengan beberapa WPS didapatkan keterangan bahwa setelah ditutupnya lokalisasi, sebaran mobilitas WPS di luar lokalisasi dimungkinkan meningkat, baik itu di sejumlah café, kos-kosan, kontrakan, dan warung-warung di daerah Ngunut. Sehingga dikhawatirkan penyebaran infeksi HIV dan IMS menjadi tak terkontrol karena sulitnya melakukan pembinaan dan pemeriksaan terhadap WPS di tempat-tempat baru.

B. PERNYATAAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka beberapa pertanyaan yang dapat diajukan adalah Bagaimana kondisi sebaran WPS di luar lokalisasi Kaliwungu saat ini? Apakah terjadi peningkatan mobilitas seks komersial oleh WPS di tempat-tempat baru di wilayah puskesmas Ngunut? Dimana sajakah sebaran lokasi WPS di wilayah puskesmas ngunut pasca ditutupnya lokalisasi Kaliwungu pada bulan Juli 2012 lalu? Apa solusi yang dapat dilakukan terhadap WPS di lokasi baru agar pembinaan serta pemeriksaan IMS dan HIV tetap dapat dilakukan?

C. TUJUAN

C.1. TUJUAN UMUM

Untuk mengidentifikasi bagaimana sebaran lokasi WPS di luar lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.

C.2. TUJUAN KHUSUS

C.2.1. Untuk mengidentifikasi perilaku WPS di luar lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.

C.2.2. Untuk mengidentifikasi solusi yang sesuai terhadap pembinaan dan  pemeriksaan IMS dan HIV terhadap WPS di luar lokalisasi di wilayah

(4)

D. MANFAAT

D.1 Dapat digunakan masukan bagi puskesmas Ngunut dan instansi kesehatan lain dalam menentukan solusi pembinaan dan pemeriksaan IMS dan HIV terhadap WPS di lokasi-lokasi baru.

D.2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau tambahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat.

D.3.Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan  pengetahuan.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prostitusi.

A.1. Definisi Prostitusi

Prostitusi adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Prostitusi merupakan penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan  pembayaran. Sedangkan Wanita Tuna Susila diartikan sebagai wanita yang

mempunyai hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun tidak.6

Industri seks komersial meliputi: prostitusi jalanan, prostitusi lokalisasi,  panti pijat, pelayanan escort , pelayanan panggilan, strip club, telepon seks,  pornografi anak dan dewasa, pornografi internet dan video, dan prostitusi dalam

turisme (pelancongan).7

A.2.. Motif-motif yang Melatarbelakangi Prostitusi 8

Motif-motif yang melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran pada wanita itu  beraneka ragam, antara lain:

a. Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk  menghindarkan diri dari kesulitan hidup dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek, kurang pengertian, kurang pendidikan dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran.

 b. Adanya nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian dan kerolayan seks. Histeris dan hiper seks, sehingga tidak  merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami.

c. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan; adanya pertimbanganpertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.

d. Aspirasi materiil yang tinggi pada wanita dan kesenangan ketamakan terhadap pakaian-pakaian indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup  bermewah-mewah, namun malas bekerja (hedonisme).

(6)

e. Terkena bujuk rayuan kaum laki-laki dan para calo; terutama yang menjanjikan pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi misalnya sebagai pelayan toko, bintang film, peragawati dan lain-lain. Namun pada akhirnya gadis-gadis tersebut dengan kejamnya dijebloskan ke dalam bordil- bordil dan rumah-rumah pelacuran.

f. Banyaknya stimulasi seksual dalam bentuk; film-film biru, gambar porno,  bacaan cabul, geng-geng anak muda yang mempraktekkan relasi seks dan

lain-lain.

g. Penundaan perkawinan jauh sesudah kematangan biologis, disebabkan oleh  pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan standar hidup yang lebih tinggi. h. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga,broken home, ayah

atau ibu tiri, kawin lagi atau hidup bersama dengan partner lain, sehingga anak gadis merasa sangat sengsara batinnya, tidak bahagia, memberontak, lalu menghibur diri terjun dalam dunia pelacuran.

i. Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih dahulu dalam dunia pelacuran/prostitusi.

 j. Adanya hubungan seks yang normal tapi tidak dipuaskan oleh suami. Misalnya suami sakit impoten, lama menderita sakit.

k. Pengalaman-pengalaman traumatis dan shock mental. Misalnya gagal dalam  bercinta atau perkawinan dimadu, ditipu sehingga muncul kematangan seks

yang terlalu dini dan abnomalitas seks. A.3. Akibat-akibat Prostitusi 8

Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pelacuran adalah:

a. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit.Penyakit yang paling sering didapat adalah sifilis dan gonore (kencing nanah). Akibat sifilis terutama apabila tidak mendapatkan pengobatan yang sempurna bisa menimbulkan cacat jasmani dan rohani pada diri sendiri dan anak  keturunan.

 b. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, suami-suami yang tergoda oleh  pelacur biasanya melupakan fungsinya sebagai kepala keluarga, sehingga

(7)

c. Mendemoralisasi atau memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan; khususnya anak-anak muda remaja masa puber danadolesensi. d. Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika

(ganja, heroin, morfin dan lain-lain)

e. Merusak sendi-sendi moral, asusila, hukum dan agama, karena digantikan dengan pola pelacuran dan promiskuitas; yaitu digantikan dengan pola  pemuasan hubungan seks yang berantakan, murah serta tidak   bertanggungjawab. Bila pola pelacuran ini telah membudidaya maka

rusaklah sendi-sendi kehidupan keluarga yang sehat.

f. Adanya pengeksploitasian wanita oleh manusia lain. Pada umumnya wanita-wanita pelacur itu cuma menerima sebagian kecil saja dari pendapatan yang harus diterimanya, karena sebagian besar harus diberikan kepada germo, calo-calo,centeng-centeng , pelindung dan lain-lain.

g. Bisa menyebabkan disfungsi seksual misalnya impotensi , anorgasme, nimfomania, ejakulasi prematur .

A.4. Jenis Prostitusi dan Lokalisasi 8

Jenis prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya yaitu terdaftar dan terorganisir, serta yang tidak terdaftar.

a. Prostitusi yang terdaftar dan terorganisir.

Pelakunya diawasi oleh bagian vice control dari kepolisian, yang dibantu dan bekerjasama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan. Pada umumnya dilokalisasi dalam satu daerah tertentu. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan suntikan dan pengobatan sebagai tindakan kesehatan dan keamanan umum.  b. Prostitusi yang tidak terdaftar.

Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang melakukan prostitusi secara gelap dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok. Perbuatannya tidak terorganisir, tempatnya tidak tentu, bisa disembarang tempat, baik mencari klien sendiri, maupun melaluicalocalo dan panggilan. Mereka tidak mencatatkan diri kepada yang berwajib, sehingga

(8)

kesehatannya sangat diragukan, karena belum tentu mereka itu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter.

Tempat-tempat hiburan malam juga dapat menjadi tempat prostitusi tidak  terdaftar. Macam tempat hiburan malam tersebut adalah :6

1. Diskotik 

Adalah gedung hiburan tempat mendengarkan musik (dari piringan hitam) dan berdansa atau menari mengikuti irama musik.Suasana di dalam gedung yaitu hingar-bingar, dihiasi dengan lampu sorot yang berwarna-warni. Diskotik biasanya mulai dibuka pukul delapan malam sampai dini hari. Di dalam diskotik terdapat beberapa pelayan bir yang juga bertugas menemani tamu untuk minum. Beberapa dari mereka dapat diajak   bertransaksi secara seksual. Ada juga wanita yang memang datang hanya

untuk mencari klien yang dapat diajak bertransaksi seksual. 2. Pub

Tempat hiburan khusus untuk mendengarkan musik sambil minum dan dibuka pada waktu malam sampai larut malam menjelang pagi.Suasana di dalam pub tidak sehingar bingar seperti di diskotik. Biasanya ada grup musik live yang menghibur para tamu. Para wanita pelayan yang juga  biasanya mau diajak berbincang bersama para tamu terkadang dapat diajak   bertransaksi seksual.

3. Karaoke

Tempat hiburan khusus untuk bernyanyi sambil minum.Suasanya di dalam tempat karaoke biasanya dibagi di dalam beberapa ruang, ada yang VIP dan standar. Terdapat beberapa wanita yang bertugas memandu tamu  bernyanyi di dalam ruangruang tersebut. Akan tetapi beberapa diantara

wanita tersebut juga dapat diajak bertransaksi seksual. 4. Bar  

Tempat minum yang menjual minuman keras seperti anggur, wiski, dan  bir. Di Indonesia, keberadaan bar cukup jarang karena budaya yang

(9)

menganggap minum minuman keras adalah hal yang tabu. Biasanya bar  dijadikan satu dengan pub, karaoke, dan diskotik.

5. Cafe

Tempat minum yang pengunjungnya terkadang dapat dihibur dengan musik. Pada saat sekarang ini keberadaan cafe cukup menjamur dimana-mana. Biasanya cafe digunakan untuk anak muda nongkrong  bersama,  bercakap-cakap, atau sekedar minum dan makan ringan. Akan tetapi  beberapa cafe di Semarang menjadi tempat pertemuan bagi kelompok 

lesbian, gay, dan remaja putri yang mencari klien untuk diajak bertransaksi seksual.

Tujuan dari lokalisasi adalah8:

1) Untuk menjauhkan masyarakat umum terutama anak – anak, remaja dan dewasa muda dari pengaruh immoral dari praktek pelacuran.

2) Memudahkan pengawasan para WPS terutama mengenai kesehatan, memudahkan tindakan preventif dan kuratif terhadap penyakit kelamin.

3) Memudahkan bimbingan mental bagi para WPS dalam usaha rehabilitasi dan resolisasi.

A.5. Wanita Pekerja Seksual 9

Berdasarkan cara bekerjanya Wanita Pekerja Seksual dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :

1. WPS langsung (direct sex worker )

Yaitu wanita yang secara terbuka menjajakan seks baik di jalanan maupun di lokalisasi atau eks lokalisasi

2. WPS tidak langsung (indirect sex worker )

Yaitu wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu atau mempunyai pekerjaan utama lain dan secara tidak langsung menjajakan seks di tempat-tempat hiburan seperti pramupijat, pramuria  bar / karaoke. Dapat juga diartikan sebagai wanita yang melayani seks

(10)

 pelanggannya untuk memperoleh tambahan pendapatan di tempat ia  bekerja, seperti wanita yang bekerja di panti pijat/salon/spa, bar/karaoke/ diskotek/café/restoran, dan hotel/motel/cottage (wanita penjaja seks tidak  langsung).

B. INFEKSI MENULAR SEKSUAL ( IMS ) B.1.Definisi

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu infeksi saluran kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang  berganti – ganti baik secara vaginal, anal maupun oral. Akan tetapi, terdapat  beberapa jenis yang menular melalui pemakaian jarum suntik secara bersama – 

sama. Penyakit ini ditularkan melalui lendir darah dan cairan tubuh.Kuman  penyebab infeksi dapat berupa jamur, virus dan parasit. Perempuan lebih mudah terkena IMS dibandingkan laki – laki karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Infeksi menular seksual pada perempuan juga sering tidak dikerahui karena gejalanya kurang jelas dibandingkan dengan laki –  laki. Pada perempuan IMS dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan, kemadulan, kanker leher rahim, kelainan pada janin / bayi dapat menyebabkan BBLR dan prematur.10

Secara garis besar IMS dapat digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu IMS yang memberi gejala klinis berupa keluarnya duh tubuh (cairan) dari alat kelamin contohnya penyakit gonore, IMS yang memberi gejala klinis berupa luka di alat kelamin contohnya chancroid, sifilis dan herpes genetalis, IMS dengan gejala klinis berupa benjolan atau tumor contohnya penyakit kondiloma akuminata dan IMS yang tidak memberi gejala pada tahap permulaan contohnya penyakit hepatitis B dan infeksi HIV/AIDS.11

Infeksi menular seksual menular lewat kegiatan seksual memang kebanyakan dari penyakit ini dapat disembuhkan. Namun ironisnya banyak sekali korban IMS yang tidak dapat terselamatkan, lebih parahnya kebanyakan adalah generasi muda. Terkadang IMS tidak menunjukan gejala – gejala apapun. IMS

(11)

dapat bersifat simptomatik (tidak memiliki gejala) baik pria maupun wanita. Beberapa IMS ada yang baru menunjukkan gejalanya setelah berhari – hari,  berminggu – minggu bahkan bertahun – tahun.12

B.2 Jenis IMS

Jenis – jenis IMS diantaranya antara lain gonore, sifilis, clamidia, herpes genetalis, trikomonas vaginitis, condyloma acuminata, candidiasis, HIV/AIDS, vaginitis bacterial dan chancroid.

B.3. Gejala IMS

Menurut UNAIDS dan WHO 2000, gejala – gejala umum IMS sebagai  berikut :

Tabel Gejala IMS

Tanda dan gejala IMS antara lain :10

1) Keluar lendir yang berbau busuk dari vagina atau saluran kencing. 2) Ulkus di mulut atau alat kelamin.

3) Gatal pada daerah kemaluan. 4) Sakit di bagian bawah abdomen.

(12)

5) Bengkak pada pangkal paha.

Penyakit kelamin dan gejalanya yaitu sebagai berikut :11

1) Gonore

Penyebabnya : Nisseria Gonnoreae Gejala pada wanita :

a. Keputihan kental berwarna kekuningan  b. Rasa nyeri di rongga panggul

c. Dapat juga tanpa gejala Gejala pada laki – laki : a. Rasa nyeri pada saat kencing

 b. Keluarnya nanah kental kuning kehijauan c. Ujung penis agak merah dan bengkak 

2) Sifilis

Penyebabnya : Kuman Treponema Pallidum Gejala :

a. Luka pada kemaluan tanpa nyeri  b. Bintil, bercak merah pada tubuh

c. Kelainan saraf, jantung, pembuluh darah

3) Klamidia

Penyebabnya : Clamidia Trachomatis Gejala :

a. Keputihan encer berwarna putih kekuningan  b. Nyeri di rongga panggul

c. Perdarahan setelah hubungan seksual

4) Herpes Genetalis

Penyebabnya : Virus Herpes Genetalis Gejala :

(13)

a. Bintil – bintil berair dan nyeri pada kemaluan  b. Luka akibat pecahnya bintil – bintil

c. Dapat muncul lagi seperti gejala awal karena stres, haid, makan/ minuman  berakohol, hubungan seks berlebihan

5) Trikomonas Vaginitis

Penyebabnya : Semacam Protozoa Gejala :

a. Keputihan encer, berwarna kekuning – kuningan, berbusa dan berbau busuk   b.Vulva agak membengkak, kemerahan, gatal dan menggangu

6) Kondiloma Akuminata

Penyebabnya : Virus Human Papilloma

Gejala : Timbulnya kutil disekitar kemaluan yang dapat membesar dan dapat menyebabkan kanker mulut rahim.

7) Kandidiasis

Penyebabnya : Kandida Albicans Gejalanya : Keputihan yang banyak 

8) HIV/AIDS

Penyebabnya : Virus HIV

Gejalanya : Sering menampakan gejalanya sampai bertahun –tahun (5 – 10 tahun) yaitu penurunan daya tahan tubuh

9) Chancroid

Penyebab : Bakteri Haemopillus Ducreyi Gejala :

a. Luka dan nyeri tanpa radang jelas

(14)

B.4. Cara Penularan IMS

Cara penularan IMS termasuk HIV/AIDS sebagai berikut.11

1) Hubungan seksual penetratik yang tidak terlindungi , baik melalui vagina, anus maupun oral. Cara ini merupakan paling utama (lebih dari 90%).

2) Penularan dari ibu kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, klamidia, ghonore),  pada persalinan dan sesudah bayi lahir.

3) Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah.

4) Tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berisiko.

5) Pemakaian jarum suntik secara bersama – sama secara bergantian misalnya  pada penderita ketergantungan narkotika.

B.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penularan IMS

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penularan IMS dimasyarakat antara lain 10 :

1) Faktor dasar :

a. Adanya penularan penyakit

 b.Berganti – ganti pasangan seksual 2) Faktor medis

a.Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatik   b.Pengobatan modern

c.Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif sehingga risiko resistensi tinggi dan apabila disalahgunakan akan meningkatkan risiko  penyebaran infeksi

3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat bagi  pencegahan kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat

digunakan sebagai alat pencegahan terhadap penularan IMS. 4) Faktor sosial

a. Mobilitas penduduk   b. Prostitusi

(15)

c .Waktu yang santai d. Kebebasan individu e. Ketidaktahuan

f. Perilaku Berisiko Terhadap Penularan

B.6. Akibat dari IMS

IMS jika dibiarkan saja tanpa ditangani, IMS dapat menghancurkan orang yang terinfeksi seperti (UNAIDS dan WHO,2005) :10

1) Kemandulan baik pria atau wanita 2) Kanker leher rahim pada wanita 3) Kehamilan di luar rahim

4) Infeksi yang menyebar 

5) Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya seperti lahir sebelum cukup umur, BBLR atau terinfeksi IMS

B.7. Upaya Pencegahan IMS

Upaya pencegahan infeksi menular seksual ada 3 antara lain (Emilia,12 :

1) Pencegahan Primer 

Pencegahan primer dilakukan pada masing – masing individu sebelum menderita sakit. Upaya yang dilakukan ialah:

a) Promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.

 b) Perlindungan khusus (Specific protection) yaitu perlindungan spesifik untuk  mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu misalnya melakukan

imunisasi, penggunaan kondom dalam melayani pelanggan. 2) Pencegahan Sekunder 

Pencegahan dilakukan pada masa individu yang mulai sakit. Upaya yang dilakukan ialah :

a) Diagnosis dini dan pengobatan segera ( Early diagnosis and promptreatment ) yang ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit,

(16)

menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi serta cacat misalnya melakukan tes skrinning secara teratur.

 b) Pembatasan kecacatan ( Disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi harus diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi  berkelanjutan misalnya pengobatan secara rutin.

3) Pencegahan Tersier 

Pencegahan tersier meliputi rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar  cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

C. KERANGKA KONSEP

(17)

BAB III

METODE DAN LANGKAH YANG DILAKUKAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metodecross sectional dengan

rancang bangun deskriptif, dimana semua variabel yang ditetapkan diteliti pada waktu yang bersamaan tanpa ada intervensi pada responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) dan wawancara dengan responden.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2012 di Desa Kromasan, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Kromasan, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 1184 Kepala Keluarga yang terbagi ke dalam 4 dusun.

2. Sampel

a. Kriteria Sampel

Untuk dapat terlibat atau tidak dapat terlibat dalam penelitian, sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Kriteria inklusi

• kepala keluarga di Desa Kromasan • Berjenis kelamin laki-laki

• Setuju untuk terlibat dalam penelitian

(18)

• kepala keluarga yang tidak setuju terlibat dalam penelitian.

 b. Teknik Sampling

Teknik sampling simple random sampling  digunakan untuk   pengambilan sampel penelitian. Tahapan penarikan sampel

selengkapnya dijelaskan sesuai dengan urut-urutan sebagai berikut : 1. Peneliti mengumpulkan data mengenai jumlah kepala keluarga

Desa Kromasan

2. Dilakukan penghitungan jumlah total sampel yang diperlukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut (Notoatmojo, 2005) :

 N = Besarnya Populasi  N = Besarnya sampel

D = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

Setelah dilakukan penghitungan, diperoleh jumlah sampel sebanyak 92,2 sampel yang dibulatkan menjadi 100 sampel.

3. Setelah diperoleh jumlah sampel selanjutnya sampel dibagi ke dalam masing-masing dusun, sehingga masing-masing dusun diambil sebanyak 25 sampel.

D. Variabel Penelitian

1. Pengetahuan masyarakat tentang rokok/merokok 

2. Sikap masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rokok/merokok  3. Perilaku merokok 

E. Instrumen Penelitian

Sumber data penelitian diperoleh melalui data primer dengan pengisian kuesioner untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan data

(19)

sekunder (profil tahunan) Puskesmas Ngunut. Kuesioner diperoleh dari penelitian terdahulu yang disusun oleh Wibisono (2010) yang sudah melalui uji validitas dan reliabilitas.

Teknik pengumpulan data yaitu kuesioner dibagikan dan diisi sendiri atau dibacakan kepada responden yang tidak dapat membaca dan menjawab sendiri item pertanyaan yang diajukan. Responden diberi penjelasan mengenai pertanyaan yang dianggap kurang jelas. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan data disebabkan karena kesalahan dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner.

F. Definisi Operasional 1. Pengetahuan

Pengetahuan dari responden tentang rokok yang meliputi pengertian dari rokok, jenis rokok, zat yang terkandung dalam rokok, bahaya dari kebiasaan merokok dan pengertian dari perokok berat.

Cara menjawab dengan memberikan tanda silang ( ) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban akan diberikan skor 1 untuk Benar dan skor 0 untuk Salah. Kategori pengetahuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

•  pengetahuan baik : jika nilai skor ≥ 5 •  pengetahuan kurang : jika nilai skor < 5

2. Sikap

Sikap dari responden dinilai berdasarkan pendirian (pendapat atau keyakinan) yang mendasari suatu perbuatan atau kecenderungan untuk   bereaksi secara konsisten tehadap sebuah objek khusus yaitu hal-hal yang  berkaitan dengan merokok.

Cara menjawab dengan memberikan tanda silang ( ) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban akan diberikan skor 1 untuk Setuju (S) dan skor 0 untuk Tidak Setuju (TS). Kategori sikap dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

(20)

• sikap baik : jika nilai skor <3

• sikap tidak baik : jika nilai skor ≥3

3. Perilaku

Perilaku dari responden dinilai berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh subjek terhadap rokok.

Cara menjawab dengan memberikan tanda silang ( ) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Kategori perilaku dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

•  perilaku baik : jika responden tidak merokok aktif. •  perilaku tidak baik : jika responden merokok aktif.

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisisunivariat.Setiap variabel  penelitian yang ada dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dan  persentase dari masing-masing variabel. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan dan  jenis pekerjaan), pengetahuan, sikap dan perilaku merokok.

H. Diagram Langkah Penelitian Data Sekunder (Profil

tahunan Puskesmas) PHBS wilayah kerja puskesmas Percontohan Desa Siaga

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. United Nations Joint Programme on HIV$/AIDS and World Health Organization. Report of the global AIDS epidemic. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS/ UNHCR/ UNIOCEF/ WFP/ UNDP/ UNFPA/UNESC0/ WHO/ WORLD BANK. Geneva. 2006

2. United Nations Joint Programme on HIV/AIDS and World Health Organization. AIDS Epidemic Update 2006. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS /World Health Organization. Geneva. 2006

3. Depkes RI. Buku Pegangan Pendidikan Kelompok Sebaya dalam  penanggulangan HIV/AIDS dan PMS lainnya di kalangan resiko tinggi.

Depkes RI Jakarta. 1996/1997.

Wilayah Kromasan Data Primer

(Sampel)

Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi

Mengisi

kuisioner/wawancara

Diketahui :

 Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang bahaya rokok

(22)

4. KEMENKES RI. Buku Modul Kebijakan Dalam Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2009.

5.

6. ________, Situasi HIV/AIDS di Jawa Tengah tahun 2005. Dinas Kesehatan Kota, Makalah Seminar, Semarang, April 2005.

7. Terence H, Endang S, Gavin W. J. Prostitution in Indonesia (Its History and Evolution). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1999.

8. Kartono, K. Patologi Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2001.

9. BPS Propinsi Jawa Tengah. Laporan Hasil Survey Surveilans Perilaku (SSP) 2003 Jawa Tengah. Semarang. 2003.

10. __________, Mitos-mitos Seputar PMS Http://www.bkkbn.go.id.hqweb/ceria /pengelolaceria/pp3pms.html , Diakses tanggal : 1 Nov 2012

11. Adhi, Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta. 1987.

12. Hartadi. Penyakit Hubungan Seksual. FK Undip/RSU Kariadi Semarang. 1988.

Gambar

Tabel Gejala IMS

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian Pajak Daerah adalah: “Iuran Wajib Pajak yang

Sampel yang diteliti adalah sistem informasi terkait prakerin dalam website resmi milik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) milik pemerintah bidang keahlian Teknologi

Banyak perempuan yang memiliki pendidikan dan kemampuan yang tinggi tetapi karena terikat dengan budaya patriarki ini, mereka tidak berminat terjun dalam dunia politik

28 Tahun 2009, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Data lapangan berupa peta kondisi garis pantai selama beberapa

PEMNGKAT PEMBEWARAN GURU DAN TUGAS TAMSAHAN PADA RABATA/M/MTs/MA DI TINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN PONOROGOP. TAHU'{ PETA'ABAN' 2OT4

PENGARUH SENAM PERKASA TERHADAP FUNGSI KARDIORESPIRATORI LANSIA DI YAYASAN KESEHATAN (YAKES) TELKOM BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Badrulzaman Mariam Darus, 2005, Kitab Undang Undang Hukum Perdata Buku III tentang Hukum Perikatan dengan Penjelasannya , Alumni, Bandung.. Dewanta Mukti Fajar Nur, Yulianto