• Tidak ada hasil yang ditemukan

THT.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THT.pdf"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmu

Ilmu Telinga Hidung dan

Telinga Hidung dan

Tenggorok

Tenggorok

CATATAN TUTORIAL OPTIMA

(2)

Pemeriksa

(3)

Pemeriksa

(4)

Data

Data

Pasien

Pasien

Nama, usia, jenis

Nama, usia, jenis

kelamin, alamat, kelamin, alamat, pendidikan, pendidikan, pekerjaan, tgl pekerjaan, tgl pemeriksaan pemeriksaan

Keluhan utama

Keluhan utama

Nyeri/

Nyeri/

otalgia

otalgia

Keluar cairan?

Keluar cairan?

• • WarnaWarna • • BauBau • • FrekuensiFrekuensi •

• Purulent/ serousPurulent/ serous •

• Mucoid/ mucupuruletn?Mucoid/ mucupuruletn? •

• Berapa lamaBerapa lama •

• Mulai kapanMulai kapan

Tinitus/ suara Tinitus/ suara berdenging berdenging Gangguan Gangguan pendengaran pendengaran (tuli) (tuli)

V

Vertigo/ pusing

ertigo/ pusing berputar

berputar

-- GaGanngggguuan kan keseseieimbmbanangganan?? -- TiTimbmbul ul papada da poposisisi si tetertrtenentutu??

-- DiDisesertrtaai mi muual al + m+ mununttaah?h? -- TTeleliingnga ba beerrdedengngining dag dann

pendengaran penuh? pendengaran penuh?

-- RiwaRiwayayat Pt Penenyayakikit Dt DM, M, hihipepertrtenensisi,, arteriosklerosis

(5)
(6)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik

Pasien duduk dengan posisi badan condong

Pasien duduk dengan posisi badan condong

sedikit kedepan, dan kepala lebih tinggi

sedikit kedepan, dan kepala lebih tinggi

sedikit dari

sedikit dari kkepala pemeriksa untuk

epala pemeriksa untuk

memudahkan pemeriksa melihat liang

memudahkan pemeriksa melihat liang

teling

telinga dan

a dan membran timpani

membran timpani

Lihat keadaan dan bentuk

Lihat keadaan dan bentuk

daun telinga

daun telinga

,,

daerah

daerah

belakang daun telinga,

belakang daun telinga,

apa ada

apa ada

tanda peradangan atau bekas sikatriks bekas

tanda peradangan atau bekas sikatriks bekas

operasi.

operasi.

Alat

Alat PemeriksaanPemeriksaan

lampu kepala, corong telinga,

lampu kepala, corong telinga,

otoskop, pelilit kapas, pengait

otoskop, pelilit kapas, pengait

serumen, pinset telinga dan

serumen, pinset telinga dan

garputala

(7)

Secara gentle tarik daun

telinga keatas dan ke

belakang, lihat keadaan

liang telinga dan membran

timpani

Gunakan otoskop untuk

lihat detail membran

timpani

 –

Pegang dengan tangan kanan

untuk memeriksa telinga

kanan, dan sebaliknya

Bila terdapat

serumen,

dalam liang telinga yang

menyumbat maka

(8)

Membran timpani

 –

Warna putih mengkilat seperti mutiara

 –

Perubahan warna

• Merah :hiperemi akibat radang • Hitam : fungi

• Kuning : fungi

• Putih: fungi atau asidum borikum pulveratum

 –

Perubahan posisi

• Retraksi : malnubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan

lebih horizontal

• Bombans: membrana timpani terdesak ke latera, cembung, warna

merah

 –

Perubahan struktur

• Perforasi :setral atau marginal, atik

• Ruptura : akibat trauma (berbentuk bintang) • Sikatriks: bekas perforasi yang sudah menutup

(9)
(10)

Tes Pendengaran

Tes bisik

 –

Syarat ruangan sunyi, tidak ada echo, serta ada

 jarak sepanjang 6 M

 –

Penderita

Mata ditutup agar tidak bisa lihat gerak bibir pemeriksa

Telinga yang akan diperiksa dihadapkan ke pemeriksa

Telinga yang tidak diperiksa ditutup agar tidak salah

hasil

Minta penderita mengulang dengan keras, kata – kata

(11)

Tehnik pemeriksaan :

 –

Penderita dan pemeriksa sama – sama berdiri,

penderita tetap ditempat, pemeriksa yang

berpindah tempat

 –

Mulai jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata

 –

Bila semua kata dapat didengar pemeriksa

mundur kejarak 2 m disibisikkan lagi sampai jarak

dimana penderita mendengar 80% kata – kata

mendengar 4 dari 5 kata yang dibisikkan), pada

 jarak itulah tajam pendengaran dites

(12)

Hasil tes pendengaran dapat dinilai secara

kuantitatif (tajam pendengaran), dan secara

kualitatif (ketulian)

(13)

Uji pendengaran : memakai

garputala, dan hasil dari

pmeriksaan dapat diketahui

tuli konduktif, atau tuli

sensorineural.

Uji yang dilakukan Rhinne dan

Weber

Uji Rhinne

 –

Getarkan garputala 512 HZ

dengan jari atau

menggetukkannya pada suku

atau lutut, taruh kaki garputala

di tulang mastoid telinga pasien

yang akan diperiksa selama 2 –

3 detik. Kemudian pindahkan ke

liang telinga 2 – 3 detik

(14)

Pasien menentukan mana yang terdengar

lebih keras

Telinga normal atau telinga tuli sensorineural

akan mendengar bunyi didepan telinga lebih

keras dari pada dibelakang telinga

Rhine negatif bila bunyi terdengar lebih keras

(15)

Uji Webber

Garputala tigetarkan kemudian bagian kaku

diletakkan pada garis tengah wajah atau

kepala dan ditanyakan pada telinga mana yang

terdengar lebih keras.

Normal pasien mendengar suara ditengah

atau tidak dapat membedakan telinga mana

yang terdengar lebih keras

(16)

Tuli sensorineural : pasien

akan mendengar lebih baik

pada telinga yang baik/ tidak

dikeluhkan (lateralisasi ke

telinga yang baik)

Tuli konduktif : pasien

mendengar bunyi lebih keras

(lateralisasi ke telinga yang

sakit)

(17)

Tes Pendengaran & Tuli

Tes WEBER

 – Garpu tala digetarkan di linea

mediana, dahi atau di gigi insisivus atas

 – Vibrator BC : tes Weber

audiometrik

 – Prinsip tes Weber : bunyi terdengar

di mana : di tengah kepala/sama keras di kedua telinga/terdengar lebih keras di salah satu telinga

 – Tidak ada lateralisasi (suara

terdengar di tengah / terdengar sama di kanan dan kiri)

 – Lateralisasi ke kanan atau ke kiri

Tes RINNE

 – Membedakan persepsi hantaran

AC dan BC

 – AC : Garpu tala digetarkan 2,5-3

cm dari telinga (arah kedua kaki garpu tala sejajar dengan arah liang telinga)

 – BC : Garpu tala digetarkan di

prosesus mastoid

 – Rinne positif : hantaran AC lebih

keras / lama dari BC ( normal atau SNHL)

 – Rinne negatif : hantaran BC lebih

keras / lama dari AC ( konduktif)

 – Sheehy :

• Persepsi : AC dan BC sama

• Rinne positif : AC lebih keras dari BC • Rinne negatif : BC lebih keras dar AC

(18)

Tes SCHWABACH

Membandingkan kepekaan hantaran tulang (BC) penderita dengan

pemeriksa (normal)

Interpretasi :

Schwabach sama : normal

Schwabach memanjang : konduktif

Schwabach memendek : SNHL

• Noise induced hearing loss→ sensorineural deafness

• Tympanic membrane rupture, hearing bones dislocation→ conductive deafness

Rinne

Weber

Schwabach

Diagnosis

Positive

No lateralization

The sama as

examiner

Normal

Negative

Lateralize to

deafer ear

prolong

Conductive

deafness

Positive

Lateralize to

better hearing ear

shortened

Sensorineural

(19)

Tuli konduktif 

Kelainan di telinga luar :

 –

Kelainan kongenital :

• Atresia liang telinga • Mikrotia

 –

Otitis Eksterna

 –

Osteoma liang telinga

 –

Sumbatan serumen

Kelainan di telinga tengah :

 –

Gangguan fungsi tuba

eustakhius

 –

Barotrauma

 –

Otitis media

 –

Otosklerosis,

Timpanosklerosis

 –

Hemotimpanum

 –

Dislokasi tulang pendengaran

Tuli Sensorineural

Tuli sensorineural

 –

Tipe koklea

 –

Tipe retrokoklea

Pemeriksaan Audiometri

khusus :

 –

Berfungsi untuk membedakan

tuli tipe koklea atau

retrokoklea

 –

Jenis tes :

• SISI,ABLB,ToneDecay,

• Tympanometri,Bekessy,BERA, • Elektrokokleografi,OAE

(20)

Presbiakusis

Atrofi & perubahan vaskuler pd

stria vaskularis. Degenerasi

sel-sel rambut penunjang di organ

Corti. Berkurangnya jumlah &

ukuran sel ganglion & saraf

Klinis:

 – Usia >60 tahun

 – pendengaran berkurang perlahan

& progresif, simetris,

 – Telinga berdenging

 – Tidak enak berbicara di tempat

ramai(Cocktail party deafness)

 – Bila mendengar suara keras

terasa nyeri (recruitment )

 – Uji Penala : R: +, W tak ada

lateralisasi (tuli sensorineural)

 – Audiogram : tuli sensorineural

penurunan biasanya mulai frek.>1000Hz

 – Audiometri tutur : gangguan

diskriminasi wicara

Tuli akibat bising

Kerusakan bagian organ Corti :

membran, stereosilia, sel rambut,

Klinis:

 – pendengaran terganggu biasanya

bilateral

 – Telinga berdenging

 – Riwayat terpajan bising

 – Riwayat bekerja di lingkungan

bising cukup lama

 – Bising > 85 dB >8 jam perhari atau

40 jam perminggu

 – Pada gangguan pendengaran

cukup berat, sukar menangkap percakapan

 – Uji Penala : R: +, W : tak ada

lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi yg lebih baik (tuli sensorineural)

 – Audiogram : tuli sensorineural,

penurunan pada frek 3000-6000Hz, terdapat takik pd frek 4000Hz (“ Kahart Notch” )

 – Audiometri tutur : gangguan

(21)

Tuli akibat obat ototoksik

Kerusakan sel rambut, stria vaskularis

Klinis:

 –

pendengaran terganggu Kadang disertai vertigo

 –

Telinga berdenging

 –

Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida,

diuretik,anti inflamasi (salisilat),anti malaria

(Klorokuin), anti Kanker (CIS platinum)

 –

Riwayat penyakit lain shg memakai obat ototoksik

 –

Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau

lateralisasi ke sisi yg lebih baik (tuli sensorineural)

 –

Audiogram : tuli sensorineural, penurunan tajam pada

pada frekuensi tinggi

(22)

Rhinorrhea

Diagnosis

Clinical Findings

Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal discharge as one of them and: facial pain/pressure or hyposmia/anosmia.

KNF Elderly with history of smoking, preservative food.

Tinnitus, otalgia epistaxis, diplopia, neuralgia trigeminal. Posterior rhinoscopy: mass at fossa rosenmuller

Angiofbroma Male, young adult, with recurrent epistaxis. Anterior rhinoscopy: red shiny/bluish mass. No lymph nodes enlargement.

Ozaena/atrophi c rhinitis.

Caused by Klebsiella ozaena or staphyloccoc,

streptoccoc, P. Aerugonas in poor economic/hygiene people. Thick, greenish secrete, foul breath, nasal obstruction, decrease ability to smell, headache.

Rhinoscopy: hypotrophy or atrophy of konka inferior & media, purulent secrete & greenish crust.

Th: wide spectrum AB or surgery if there’s no improvement

Traumatic anosmia

Can occur in about 10% of patients with significant head injury → shearing action of olfactory fibers at the

(23)

Rhinitis

Rhinitis vasomotor

: Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa

adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan

pajanan obat. Pencetus: asap rokok, bau menyengat, parfum.

Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan.

Rhinitis medikamentosa

: kelainan hidung yang disebabkan oleh

penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan

berlebihan (drug abuse)

Rhinitis atrofi

: infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi

progresif mukosa dan tulang konka.

Rhinitis akut

: umumnya disebabkan oleh rhinovirus, sekret srosa,

demam, sakit kepala, mukosa bengkak dan merah.

Rhinitis alergi

: penyakit inflamasi yang disebabkan oleh

reaksi

alergi

pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi

dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator

kimia ketika terjadi paparan berulang.

(24)

Klinis

Pada rhinoskopi anterior:

mukosa edema, basah,

pucat/livid

Allergic shiner: bayangan

gelap dibawah mata

akibat stasis vena

Allergic salute: anak

menggosok-gosok hidung

dengan punggung tangan

karena gatal

Allergic crease:

penggosokan hidung

berulang akan

menyebabkan timbulnya

garis di dorsum nasi

sepertiga bawah

 –

Tatalaksana

• Hindari faktor pencetus

• Medikamentosa

(antihistamin H1, oral

dekongestan, kortikosteroid topikal, sodium kromoglikat)

• Operatif konkotomi

(pemotongan sebagian konka inferior)bila konka inferior hipertrofi berat.

• Imunoterapi dilakukan

pada kasus alergi inhalan yang sudah tidak responsif dengan terapi lain. Tujuan imunoterapi adalah

pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE

(25)

Rhinosinusitis

Diagnosis Clinical Findings

Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal discharge as one of them and: facial pain/pressure or

hyposmia/anosmia.

Chronic sinusitis Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these →

chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.

Dentogen sinusitis The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots are located. Tooth infection can spread directly to maxillary sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete & foul breath.

Fungal sinusitis Predisposition: diabetes, neutropenia, AIDS, long term treatment in hospital. Etiology: Candida or Aspergillus.

Symptoms/signs: unilateral sinusitis which not responded by antibiotic, destroyed sinus wall, greyish white membrane

(26)

Rhinosinusitis

Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:

 –

Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya

menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan

yang tampak: perselubungan, air fluid level,

penebalan mukosa.

 –

CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,

adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta

perluasannya

 gold standard. Karena mahal, hanya

dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak

membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.

(27)

Rhinosinusitis

Terapi rhinosinusitis

 –

Tujuan:

• Mempercepat penyembuhan

• Mencegah komplikasi

• Mencegah perubahan menjadi kronik

 –

Prinsip:

• Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) → drainasi &

ventilasi pulih

 –

Farmakologi:

• AB amoksisilin 10-14 hari • Dekongestan

• Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl

 –

Operasi

• untuk sinusitis kronik yang tidak membaik, sinusitis disertai kista atau

kelainan ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita, intrakranial, osteomielitis, kelainan paru), sinusitis jamur.

(28)
(29)

OTITIS MEDIA AKUT

(OMA)

(30)

Radang akut telinga

tengah,

yang terjadi terutama

pada bayi dan anak,

yang biasanya

didahului infeksi sal.

napas atas

(31)

Faktor risiko

Sumbatan

tuba

eustachius

Infeksi

saluran napas

atas

Tuba

eustachius

pendek, lebar,

letak agak

horisontal

(pada bayi)

(32)

Etiologi

Bakteri piogenik:

Streptokokus hemolitikus Pneumokokus Stafilokokus aureus H. influenza, E. Coli Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa

Streptokokus anhemolitikus

(33)

Gambaran klinik

Keluhan tergantung dari stadium OMA:

• Stadium oklusi tuba eustachius

Stadium hiperemis (pre-supurasi)

• Stadium supurasi

Stadium perforasi

• Stadium resolusi

(34)

Gejala OMA umumnya:

• Anak gelisah, atau ketika sedang tidur tiba-tiba

terbangun, menjerit, memegang telinga

• Demam dengan suhu tubuh tinggi kadang sampai

kejang

(35)

Stadium oklusi tuba eustachius

Retraksi membran timpani (MT)

MT kadang tampak normal, atau keruh pucat

Refleks cahaya (RC) memendek atau

menghilang

Efusi mungkin telah terjadi, tapi tak bisa

terdeteksi

(36)

Stadium hiperemis (pre-supurasi)

MT tampak hiperemis dan edem

RC menghilang

Sekret mungkin masih bersifat eksudat,

sehingga sukar terlihat

(37)

Stadium supurasi

Edema hebat mukosa telinga tengah & sel epitel

superfisial hancur & terbentuk eksudat purulen di

cavum timpani

 MT

bulging

 ke arah liang telinga

luar

Px tampak sangat sakit:

(38)

Stadium perforasi

Jika pemberian antibiotik terlambat atau virulensi kuman ↑  ruptur MT nanah keluar mengalir ke telinga luar

Otoskopi: MT perforasi

Anak menjadi tenang, suhu badan ↓, anak dapat tidur nyenyak

(39)

Stadium resolusi

Bila MT tetap utuh

 perlahan MT akan normal kembali

Bila MT perforasi

 sekret berkurang

 akhirnya kering

Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah

resolusi bisa terjadi walau tanpa pengobatan

Bila perforasi menetap & sekret keluar terus atau hilang

timbul

 OMSK

Bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi

sequele OM serosa

(40)

Penatalaksanaan

Bergantung pada stadium penyakit

Stadium oklusi

• AB 7 hari: ampisilin 4dd1, amoksisilin 3dd1,

eritromisin 4dd1 PO

• Obat tetes hidung dekongestan (misal: HCl

efedrin dalam larutan fisiologis {0,5% untuk

<12 tahun, dan 1% untuk >12 tahun})

• Antihistamin bila ada tanda2 alergi

• Antipiretik

(41)

Stadium hiperemis

• AB 14 hari: ampisilin

4dd1, amoksisilin 3dd1,

eritromisin 4dd1 PO

• Obat tetes hidung

dekongestan maks. 5

hari

• Antihistamin bila ada

tanda2 alergi

• Antipiretik, analgetik,

dan obat simptomatis

lain

Stadium supurasi

• Rawat

 AB ampisilin

atau amoksisilin

parenteral dosis tinggi

3 hari, bila ada

perbaikan

 lanjut AB

PO 14 hari

• Bila tidak ada fasilitas

rawat

 rujuk THT

untuk miringotomi

(42)

Stadium perforasi

• Antibiotik selama

14 hari

• Obat cuci telinga

solutio H2O2 3%

frekuensi 2 – 3

x/hari selama 3 – 5

hari

Stadium resolusi

• Bila tidak terjadi

resolusi

 lanjut AB

hingga 3 minggu

• Bila sekret keluar >

3 minggu

 OM

supuratif subakut

• Bila perforasi

menetap&sekret

keluar > 1,5 atau 2

bulan

 OMSK

(43)

DEFINISI

Infeksi

telinga tengah yang dikarakteristikkan dengan

adanya

yang keluar secara

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

kronis pada sebagian atau seluruh

perforasi permanen dari membran timpani dan

sekret telinga

terus

menerus.

Waktu :

- Proctor 1980) 6 minggu

- Paparella 1983) 12 minggu

(44)

Etiologi dan Patogenesa

• Infeksi aerob 42% • Infeksi anaerob 2% • Infeksi aerob-anaerob 55%

Infeksi

•  Pseudomonas aeruginosa 31 %, • Klebseilla pneumoniae 27% • Proteus mirabilis 16%

Bakteri aerob

:

• Bacteroides fragilis 71 %

Bakteri

anaerob

(45)

Etiologi dan Patogenesis

Infeksi Akut Telinga Tengah

Respon peradangan: edema, ulserasi, kerusakan jaringan epitel

Infeksi tidak dapat teratasi

Terbentuknya jaringan granulasi

(46)

Perbedaaan OMSK Tipe Benigna dan

Maligna

Kelainan Tipe Benigna Tipe Maligna

Daerah terkena Perforasi Nanah Granulasi Polip Tuli Radiografi mastoid Kolesteatoma tubotimpanik

anterior atau sentral mukoid, tidak berbau tidak biasa didapat  jika ada, pucat, oedem

konduktif ringan-sedang normal

sangat jarang

atikoantral

atik atau marginal tebal, berbau busuk biasa didapat

 jika ada, hiperemi, lunak konduktif atau campuran tidak ada sel udara

(47)
(48)

Kolesteatom?

Epitel kulit yang berada di tempat yang salah.

Epitel fisiologis bertransfromasi akibat:

• Invaginasi membran timpani • Invasi epithelial

• Metaplasia

(49)

Gejala

Otorrhea

Gangguan pendengaran

Demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya

komplikasi intratemporal atau intrakranial.

Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya

kolesteatoma.

(50)

Pemeriksaan Fisik

KAE: edema, krusta, radang

Otoskop: sekret, perforasi,

 jaringan granulasi, kolesteatom

Mukosa telinga tengah yang

terlihat edema dan/atau pucat

(51)

Diagnosis OMSK

D/ OMSK tegak

 perforasi MT + riwayat

otore menetap atau berulang lebih dari 2

bulan

(52)

Pemeriksaan Penunjang

Lab

• Kultur

• Resistensi

Pencitraan

• Stenver

• Schuller

• Lateral

• CT Scan

• Mri

Audiometri

(53)

OMSK Benigna

Prinsip terapi

 konservatif atau medikamentosa

larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari

 sekret yang keluar terus

menerus

antibiotika dan kortikosteroid tetes telinga

oral

 ampisilin atau eritromisin atau ampisilin asam

klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah

diobservasi selama 2 bulan

 miringoplasti atau timpanoplasti

sumber infeksi diobati misalnya adenoidektomi dan

(54)

OMSK Maligna

Prinsip terapi

 pembedahan, yaitu

mastoidektomi

mastoidektomi dengan atau tanpa

timpanopplasti

konservatif dengan medikamentosa

(55)

Tujuan pembedahan :

- Eradikasi penyakit yang

bertujuan tercapainya

drainase yang baik

- Menghindari rekurensi

infeksi

- Mencegah komplikasi

-Mempertahankan/memp

erbaiki fungsi

pendengaran

Jenis Pembedahan Mastoidektomi sederhana Mastoidektomi radikal Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy) Miringoplasti Timpanoplasti

(56)

Epistaksis

Epistaksis anterior

Perdarahan dari arteri

eithmoidalis anterior atau

pleksus kisselbach

Biasanta diawali oleh

trauma atau infeksi

Penanganan awal berupa

penekanan digital selama

10-15 menit. Jika

perdarahanterlihat dapat

dikauter

Jika masih berdarah dapat

ditampon anterior 2x24

 jam

Epistaksis posterior

Perdarahan dimulai dari

anterior eithmoidalis

posterior atau arteri

sphenopalatina

Mempengaruhi pasien

dengan hipertensi atau

arteriosklerosis

Terapi: aplikasi

tamponbelloq/posterior

selama 2-3 hari.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukan respon petani terhadap penerapan teknologi peningkatan produktivitas padi sawah irigasi di kawasan sentra Kabupaten Nabire saat ini sangat

Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Perusahaan Property , Real Estate , dan

Selain mengatur tentang harga jual untuk penyediaan tenaga listrik, Kepmen ini juga menetapkan persentase minimal penjualan batu bara untuk kepentingan dalam

Penanganan antar fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c merupakan tindakan rujukan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat dari suatu

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 ten tang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali tera.khir

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Latih tubi untuk soalan Bahagian A (soalan pilihan) dan soalan Bahagian B(statistik, pelan dan dongakan, graf fungsi) diberikan kepada pelajar secara kerap kerana soalan ini

Huruf kanji yang termasuk ke jenis shookei adalah kanji yang terbentuk dengan menggambarkan atau meniru bentuk dari sebuah benda.. Gambar 2.1 Contoh