• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP CA Nasofaring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP CA Nasofaring"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. S USIA 12

PADA An. S USIA 12 TAHUN ATAS INDIKASI CANCER NASOFARING

TAHUN ATAS INDIKASI CANCER NASOFARING

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Departemen Anak Ruang 7B

Departemen Anak Ruang 7B

Wisnu Rama Widjaya

Wisnu Rama Widjaya

180070300111031

180070300111031

Kelompok 2A

Kelompok 2A

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

MALANG

2018

2018

(2)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang

Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang paling banyak Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai diantara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring temasuk dijumpai diantara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring temasuk dalam lima besar tumor ganas, dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks dalam lima besar tumor ganas, dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan di daerah kepala uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan di daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama (KNF mendapat persentase hampir 60% dari tumor dan leher menduduki tempat pertama (KNF mendapat persentase hampir 60% dari tumor di daerah kepala dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring di daerah kepala dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring 16%, dan tumor

16%, dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah).ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah).

Santoso (1988) mendapatkan jumlah 716 (8,46%) penderita KNF berdasarkan Santoso (1988) mendapatkan jumlah 716 (8,46%) penderita KNF berdasarkan data patologi yang diperoleh di Laboratorium Patologi anatomi FK Unair Surabaya data patologi yang diperoleh di Laboratorium Patologi anatomi FK Unair Surabaya (1973-1976) diantara 8463 kasus keganasan diseluruh tubuh. Di bagiam THT Semarang 1976) diantara 8463 kasus keganasan diseluruh tubuh. Di bagiam THT Semarang mendapatkan 127 kasus KNF dari tahun 2000-2002. Survei yang dilakukan oleh mendapatkan 127 kasus KNF dari tahun 2000-2002. Survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1980 secara “pathology based” mendapatkan angka Departemen Kesehatan pada tahun 1980 secara “pathology based” mendapatkan angka pravalensi karsinoma nasofaring 4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7000-8000 pravalensi karsinoma nasofaring 4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7000-8000 kasus per tahun

kasus per tahun diseluruh Indonesia.diseluruh Indonesia.

Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu masalah, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta masalah, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, dan tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan letak nasofaring yang tersembunyi, dan tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli sehingga diagnosis sering terlambat, dengan ditemukannya metastasis pada leher ahli sehingga diagnosis sering terlambat, dengan ditemukannya metastasis pada leher sebagai gejala pertama. Dengan makin terlambatnya diagnosis maka prognosis (angka sebagai gejala pertama. Dengan makin terlambatnya diagnosis maka prognosis (angka bertahan hidup 5 tahun) semakin buruk.

bertahan hidup 5 tahun) semakin buruk.

Dengan melihat hal tersebut, diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat Dengan melihat hal tersebut, diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat berperan dalam pencegahan, deteksi diri, terapi maupun rehabilitasi dari karsinoma dapat berperan dalam pencegahan, deteksi diri, terapi maupun rehabilitasi dari karsinoma nasofaring ini. Penulis berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk nasofaring ini. Penulis berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk dipahami melalui tinjauan

(3)

BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

2.1.

2.1. Definisi Definisi karsinoma karsinoma nasofaringnasofaring

Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel ephitalial yang Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel ephitalial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis (Mangan, cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis (Mangan, 2009).

2009).

Nasofaring adalah suatu rongga dengan dinding kuku di atas, belakang dan lateral Nasofaring adalah suatu rongga dengan dinding kuku di atas, belakang dan lateral yang anatomi termasuk bagian faring (Pearce, 2009).

yang anatomi termasuk bagian faring (Pearce, 2009).

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak dit

tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak dit emukan di Indonesia. Hampir 60 %emukan di Indonesia. Hampir 60 % tumor ganas daerah kepala dan leher merupakan kanker nasofaring., kemudian diikuti tumor ganas daerah kepala dan leher merupakan kanker nasofaring., kemudian diikuti tumor ganas hidung dan paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tumor ganas hidung dan paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah (Huda Nurarif & Kusuma, 2013).

tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah (Huda Nurarif & Kusuma, 2013).

Karsinoma Nasofaring sebagian besar adalah tipe epidermoid dengan potensi Karsinoma Nasofaring sebagian besar adalah tipe epidermoid dengan potensi invasi ke dasar

invasi ke dasar tulang tengkorang yang menyebabkan neuropati kranial (Lucente, 2011).tulang tengkorang yang menyebabkan neuropati kranial (Lucente, 2011). Pada banyak klien, karsinoma nasofaring banyak terdapat pada ras monggoloid Pada banyak klien, karsinoma nasofaring banyak terdapat pada ras monggoloid yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Thailand, Malaysia, dan Indonesia juga di yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Thailand, Malaysia, dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang ditemukan secara genetik (Mangan, 2009). nasofaring juga merupakan jenis kanker yang ditemukan secara genetik (Mangan, 2009).

2.2.

2.2. Etiologi Etiologi karsinoma karsinoma nasofaringnasofaring

Kanker ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dengan rasio 2-3-1 dan Kanker ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dengan rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan pasti, mungkin ada hubugannya dengan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan pasti, mungkin ada hubugannya dengan faktor genetic, kebebasan hidup, pekerjaan dan lain-lain. Distribusi umur pasien dengan faktor genetic, kebebasan hidup, pekerjaan dan lain-lain. Distribusi umur pasien dengan KNF berbeda-beda pada daerah dengan insiden yang bervariasi. Pada daerah dengan KNF berbeda-beda pada daerah dengan insiden yang bervariasi. Pada daerah dengan insiden tinggi KNF meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya pada umur 40-59 tahun insiden tinggi KNF meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya pada umur 40-59 tahun dan menurun setelahnya (Ernawati, Kadrianti, & Basri,

dan menurun setelahnya (Ernawati, Kadrianti, & Basri, 2004).2004).

Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya kanker nasofaring adalah (Mangan, Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya kanker nasofaring adalah (Mangan, 2009):

2009): 1.

1. Kerentanan Kerentanan GenetikGenetik

Walaupun Ca Nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap Ca Walaupun Ca Nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap Ca Nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan memiliki fenomena Nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan memiliki fenomena agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA ( Human luekocyte antigen ) agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA ( Human luekocyte antigen )

(4)

dan gen pengode enzim sitokrom p4502E ( CYP2E1) kemungkinan adalah gen dan gen pengode enzim sitokrom p4502E ( CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap Ca Nasofaring, mereka berkaitan dengan timbulnya sebagian kerentanan terhadap Ca Nasofaring, mereka berkaitan dengan timbulnya sebagian besar Ca

besar Ca Nasofaring . Penelitian Nasofaring . Penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa kromosom pasien bahwa kromosom pasien Ca NasofaringCa Nasofaring menunjukkan ketidakstabilan, sehingga lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor menunjukkan ketidakstabilan, sehingga lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor berbahaya dari lingkungan dan timbul penyakit.

berbahaya dari lingkungan dan timbul penyakit. 2.

2. Virus Virus Epstein Epstein BarrBarr Metode

Metode imunologi membuktikan imunologi membuktikan virus virus EB EB membawa membawa antigen yang antigen yang spesifik spesifik sepertiseperti antigen kapsid virus (VCA), antigen membran (MA), antigen dini (EA), antigen nuklir antigen kapsid virus (VCA), antigen membran (MA), antigen dini (EA), antigen nuklir (EBNA), dll. Virus EB

(EBNA), dll. Virus EB memiliki kaitan erat dengan memiliki kaitan erat dengan Ca Nasofaring , Ca Nasofaring , menurut (Zulkarnainmenurut (Zulkarnain Haq, 2011) alasannya adalah:

Haq, 2011) alasannya adalah:

a. Di dalam serum pasien Ca Nasofaring ditemukan antibodi terkait virus EB a. Di dalam serum pasien Ca Nasofaring ditemukan antibodi terkait virus EB ( termasuk VCA-IgA, EA-IgA, EBNA, dll ) , dengan frekuensi positif maupun ( termasuk VCA-IgA, EA-IgA, EBNA, dll ) , dengan frekuensi positif maupun rata-rata titer geometriknya jelas lebih tinggi dibandingkan orang normal dan penderita rata titer geometriknya jelas lebih tinggi dibandingkan orang normal dan penderita  jenis kanker l

 jenis kanker lain, dan titernyain, dan titernya berkaitan posia berkaitan positif dengan bebtif dengan beban tumor . Selaian tumor . Selain itu titern itu titer antibodi dapat menurun secara bertahap sesuai pulihnya kondisi pasien dan antibodi dapat menurun secara bertahap sesuai pulihnya kondisi pasien dan kembali meningkat bila penyakitnya rekuren atau memburuk.

kembali meningkat bila penyakitnya rekuren atau memburuk. b.

b. Dalam Dalam sel sel Ca NCa Nasofaring asofaring dapat dapat dideteksi dideteksi zat pezat petanda tanda virus virus EB sepEB seperti Derti DNA vNA virusirus dan EBNA.

dan EBNA. c.

c. Epitel nasofaring di Epitel nasofaring di luar tubuh luar tubuh bila diinfeksi bila diinfeksi dengan dengan galur sel galur sel mengandung virus mengandung virus EB,EB, ditemukan epitel yang terinfeksi tersebut tumbuh lebih cepat , gambaran ditemukan epitel yang terinfeksi tersebut tumbuh lebih cepat , gambaran pembelahan inti juga banyak.

pembelahan inti juga banyak. d.

d. Dilaporkan vDilaporkan virus EB di bairus EB di bawah pengarwah pengaruh zat karsinouh zat karsinogen tertentu dapgen tertentu dapat menimbulat menimbulkankan karsinoma tak berdiferensiasi pada jaringan mukosa nasofaring fetus manusia. karsinoma tak berdiferensiasi pada jaringan mukosa nasofaring fetus manusia.

Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca menerus mulai dari masa kanak-kanak. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :

Nasofaring : 1.

1. Ikan asin, Ikan asin, makanan makanan yang diayang diawetkan dan wetkan dan nitrosaminenitrosamine.. 2.

2. Keadaan social Keadaan social ekonomi yang ekonomi yang rendah, lingkungan rendah, lingkungan dan dan kebiasaan hidup.kebiasaan hidup. 3.

3. Sering kontak deSering kontak dengan Zat karsinongan Zat karsinogen ( benzopyrengen ( benzopyrenen, benzoantranen, benzoantrance, gas kimia,ce, gas kimia, asap industri, asap k

asap industri, asap k ayu, beberapa ekstrak tumbuhan).ayu, beberapa ekstrak tumbuhan). 4.

4. Ras dRas dan kean keturunan turunan (Malaysi(Malaysia, Indonesa, Indonesia)ia) 5.

5. Radang Radang kronis kronis nasofaringnasofaring 6.

(5)

(Huda Nurarif & Kusuma, 2013) (Huda Nurarif & Kusuma, 2013) 3.

3. Faktor Faktor Lingkungan Lingkungan (Zulkarnain (Zulkarnain Haq, Haq, 2011)2011)

Faktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat Faktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat berikut berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring :

berikut berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring : 1.

1. Hidrokarbon aromatikHidrokarbon aromatik, pada keluarga di , pada keluarga di area insiden tinggi kanker nasofaring ,area insiden tinggi kanker nasofaring , kandungan 3,4- benzpiren dalam tiap gram debu asap mencapai 16,83 ug, jelas kandungan 3,4- benzpiren dalam tiap gram debu asap mencapai 16,83 ug, jelas lebih tinggi dari keluarga di area insiden rendah.

lebih tinggi dari keluarga di area insiden rendah. 2.

2. Unsur renik : nikel sulfat dapaUnsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinognet memacu efek karsinognesis pada proses timbulsis pada proses timbulnyanya kanker

kanker nasofarinnasofaring.g. 3.

3. Golongan niGolongan nitrosamin : trosamin : banyak terdbanyak terdapat pada apat pada pengawepengawet ikan asin. t ikan asin. Terkait denTerkait dengangan kebiasaan makan ikan asin waktu kecil, di dalam air seninya terdeteksi nitrosamin kebiasaan makan ikan asin waktu kecil, di dalam air seninya terdeteksi nitrosamin volatil yang berefek mutagenik.

volatil yang berefek mutagenik.

Pembagian Karsinoma Nasofaring (Huda Nurarif & Kusuma, 2013) Pembagian Karsinoma Nasofaring (Huda Nurarif & Kusuma, 2013)

-

- Menurut Menurut HistopatoloHistopatologi gi :: 1.

1. Well Well differentiated differentiated epidermoiepidermoid d carconomacarconoma

  Keratinizing  Keratinizing 

 Non Non KeratinizingKeratinizing

2.

2. Undiffentiated Undiffentiated epidermoiepidermoid d carcinoma carcinoma = = anaplastic anaplastic carcinomacarcinoma 3.

3. Adenocystic Adenocystic carcinomacarcinoma -

- Menurut Menurut bentuk bentuk dan dan cara cara tumbuhtumbuh 1. Ulseratif

1. Ulseratif 2.

2. Eksofilik Eksofilik : Tumbu: Tumbuh kelh keluar seuar seperti pperti polipolip 3.

3. Endofilik : Tumbuh Endofilik : Tumbuh di bawadi bawah mukosa, agar sedh mukosa, agar sedikit lebih tingikit lebih tinggi dari jaringi dari jaringan sekitargan sekitar -

- Klasifikasi Klasifikasi Histopatologi Histopatologi menurut menurut WHO WHO (1982)(1982) Tipe WHO 1

Tipe WHO 1 

 Karsinoma Karsinoma sel sel skuamosa skuamosa (KSS)(KSS) 

 Deferensiasi Deferensiasi baik baik sampai sampai sedangsedang 

 Sering Sering eksofilik eksofilik (tumbuh (tumbuh dipermukaan)dipermukaan) Tipe WHO 2

Tipe WHO 2 

 Karsinoma Karsinoma non non keratinisaskeratinisasi i (KNK)(KNK) 

 Paling Paling banyak banyak pariasinyapariasinya 

 Menyerupai Menyerupai karsinoma karsinoma transisionatransisionall Tipe WHO 3

Tipe WHO 3 

(6)

 Seperti antara lain Seperti antara lain limfoepiteliomalimfoepitelioma, karsinoma anaplastik, “Clear , karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”,Cell Carsinoma”, varian sel epitel

varian sel epitel 

 Lebih Lebih radiosensitradiosensitif, if, prognosis prognosis lebih lebih baikbaik

2.3.

2.3. Anatomi Anatomi fisiologi fisiologi nasofaringnasofaring

Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku di atas, belakang dan lateral, Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku di atas, belakang dan lateral, terletak di bawah dasar tengkorak, belakang naris posterior, dan di atas palatum mole terletak di bawah dasar tengkorak, belakang naris posterior, dan di atas palatum mole (Pearce, 2009). 4 batas nasofaring (Gibson, 2002) :

(Pearce, 2009). 4 batas nasofaring (Gibson, 2002) : a.

a. Superior : Superior : Basis krani, Basis krani, diliputi oleh diliputi oleh mukosa dan mukosa dan fasciafascia b.

b. Inferior : Bidang hoInferior : Bidang horizontal yang ditarik dari rizontal yang ditarik dari palatum durum palatum durum ke posterior, bersifatke posterior, bersifat subjektif karena tergantung dari palatum durum

subjektif karena tergantung dari palatum durum c.

c. Anterior : Choane, Anterior : Choane, oleh os oleh os vomer dibagi vomer dibagi atas choane atas choane kanan dan kanan dan kirikiri d.

d. Posterior : vertebra Posterior : vertebra servicalis I servicalis I dan II, dan II, Fascia space Fascia space rongga yang rongga yang berisi jaring berisi jaring longgar,longgar, Mukosa lanjutan dari mukosa atas

Mukosa lanjutan dari mukosa atas e.

e. Lateral : Lateral : Mukosa lanjutan dari Mukosa lanjutan dari mukosa atas mukosa atas dan belakang, dan belakang, Muara tuba Muara tuba eustachii, Fossaeustachii, Fossa rosenmulleri

rosenmulleri

Pada dinding lateral nasofaring lebih kurang 1,5 inci dari bagian belakang konka Pada dinding lateral nasofaring lebih kurang 1,5 inci dari bagian belakang konka nasal inferior terdapat muara tuba eustachius. Pada bagian belakang atas muara tuba nasal inferior terdapat muara tuba eustachius. Pada bagian belakang atas muara tuba eustachius terdapat penonjolan tulang yang disebut torus tubarus dan dibelakannya eustachius terdapat penonjolan tulang yang disebut torus tubarus dan dibelakannya terdapat suatu lekukan dari

terdapat suatu lekukan dari fossa Rosenmuller dan tepat fossa Rosenmuller dan tepat diujung atas posteriornya terletakdiujung atas posteriornya terletak foramen laserum. Pada daerah fossa ini sering terjadi pertumbuhan jaringan limfe yang foramen laserum. Pada daerah fossa ini sering terjadi pertumbuhan jaringan limfe yang menyempitkan muara tuba eustachius sehingga mengganggu ventilasi udara telinga menyempitkan muara tuba eustachius sehingga mengganggu ventilasi udara telinga tengah (Anas, 2008).

tengah (Anas, 2008).

Dinding lateral nasofaring merupakan bagian terpenting, dibentuk oleh lamina Dinding lateral nasofaring merupakan bagian terpenting, dibentuk oleh lamina faringobasilaris dari fasia faringeal dan otot konstriktor faring superior. Fasia ini faringobasilaris dari fasia faringeal dan otot konstriktor faring superior. Fasia ini mengandung jaringan fibrokartilago yang menutupi foramen ovale, foramen jugularis, mengandung jaringan fibrokartilago yang menutupi foramen ovale, foramen jugularis, kanalis karotis dan kanalis hipoglossus. Struktur ini penting diketahui karena merupakan kanalis karotis dan kanalis hipoglossus. Struktur ini penting diketahui karena merupakan tempat penyebaran tumor ke

tempat penyebaran tumor ke intrakranial (Pratiwintrakranial (Pratiwi, 2012).i, 2012).

Nasofaring berbentuk kerucut dan selalu terbuka pada waktu respirasi karena Nasofaring berbentuk kerucut dan selalu terbuka pada waktu respirasi karena dindingnya dari tulang, kecuali dasarnya yang dibentuk oleh palatum molle. Nasofaring dindingnya dari tulang, kecuali dasarnya yang dibentuk oleh palatum molle. Nasofaring akan tertutup bila palatum molle melekat ke dindi

akan tertutup bila palatum molle melekat ke dinding posterior pada waktu menelan, muntah,ng posterior pada waktu menelan, muntah, mengucapkan kata-kata tertentu (Pratiwi, 2012).

mengucapkan kata-kata tertentu (Pratiwi, 2012).

Struktur penting yang ada di Nasofaring (Gunardi & Saputra, 2012) Struktur penting yang ada di Nasofaring (Gunardi & Saputra, 2012) 1.

1. Ostium Ostium Faringeum Faringeum tuba tuba auditiva auditiva muara muara dari dari tuba tuba auditivaauditiva 2.

2. Torus Torus tubariustubarius, , penonjolan di penonjolan di atas atas ostium faringeum ostium faringeum tuba auditiva tuba auditiva yang yang disebabkandisebabkan karena cartilago tuba auditiva

(7)

3.

3. Torus levaTorus levatorius, penonjotorius, penonjolan di lan di bawah ostiubawah ostium faringeum m faringeum yang diseyang disebabkan karebabkan karenana musculus levator veli palatini

musculus levator veli palatini 4.

4. Plica Plica salpingopalasalpingopalatina. tina. Lipatan Lipatan di di depan depan torus torus tubariustubarius 5.

5. Plica Plica salpingopharsalpingopharingea, ingea, lipatan lipatan di di belakang belakang torus torus tubarius, merupakan tubarius, merupakan penonjolan penonjolan daridari musculus salpingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum tuba musculus salpingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum tuba auditiva terutama ketika menguap atau menelan

auditiva terutama ketika menguap atau menelan 6.

6. Recessus Recessus Pharingeus Pharingeus disebut judisebut juga fossa ga fossa rossenmulrossenmuller. Merupler. Merupakan tempat akan tempat predileksipredileksi Karsinoma Nasofaring

Karsinoma Nasofaring 7.

7. Tonsila Pharingea, Tonsila Pharingea, dibentuk oleh dibentuk oleh jaringan limfoid jaringan limfoid yang yang terbenam di terbenam di dinding posteriordinding posterior nasopharing. Disebut adenoid jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflamasi nasopharing. Disebut adenoid jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflamasi disebut adenoiditis

disebut adenoiditis 8.

8. Tonsila Tonsila tuba, tuba, terdapat terdapat pada pada recessus recessus pharingeuspharingeus 9.

9. Isthmus pharinggeus Isthmus pharinggeus merupakan suatu merupakan suatu penyempitan di penyempitan di antara nasopharing antara nasopharing dandan oropharing karena

oropharing karena musculus sphincterpalatopharimusculus sphincterpalatopharingng 10.

10. Musculus constrictoMusculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernar pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingeima raffae pharingei

Fungsi

Fungsi nasofarinnasofaringg -

- Sebagai Sebagai jalan jalan udara udara pada pada respirasirespirasi -

- Jalan Jalan udara udara ke ke tuba tuba eustachiieustachii - Resonator

- Resonator -

- Sebagai Sebagai drainage drainage sinus sinus paranasal paranasal kavum kavum timpani timpani dan dan hidunghidung

2.4.

2.4. Tanda Tanda dan dan gejala gejala karsinoma karsinoma nasofaringnasofaring

Karsinoma nasofaring biasanya dijumpai pada dinding lateral dari nasofaring Karsinoma nasofaring biasanya dijumpai pada dinding lateral dari nasofaring termasuk fossa rosenmuler. Yang kemudian dapat menyebar ke dalam ataupun keluar termasuk fossa rosenmuler. Yang kemudian dapat menyebar ke dalam ataupun keluar nasofaring ke sisi lateral lainnya dan atau

nasofaring ke sisi lateral lainnya dan atau posterosuperioposterosuperior dari r dari dasar tulang tengkorok ataudasar tulang tengkorok atau palatum, rongga hidung atau orofaring. Metastase khususnya ke kelenjar getah bening palatum, rongga hidung atau orofaring. Metastase khususnya ke kelenjar getah bening servikal. Metastase jauh dapat mengenai tulang, paru-paru, mediastinum dan hati (jarang). servikal. Metastase jauh dapat mengenai tulang, paru-paru, mediastinum dan hati (jarang). Gejala yang akan timbul tergantung pada daerah yang terkena. Sekitar separuh pasien Gejala yang akan timbul tergantung pada daerah yang terkena. Sekitar separuh pasien memiliki gejala yang beragam, tetapi sekitar 10% asimtomatik. Pembesaran dari kelenjar memiliki gejala yang beragam, tetapi sekitar 10% asimtomatik. Pembesaran dari kelenjar getah bening leher atas yang nyeri merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Gejala getah bening leher atas yang nyeri merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Gejala dini karsinoma nasofaring sulit dikenali oleh karena mirip dengan saluran nafas atas dini karsinoma nasofaring sulit dikenali oleh karena mirip dengan saluran nafas atas (Lucente, 2011).

(Lucente, 2011).

Pada Karsinoma nasofaring, paresis fasialis jarang menjadi manifestasi awal. Karena Pada Karsinoma nasofaring, paresis fasialis jarang menjadi manifestasi awal. Karena lokasinya, karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom penyumbatan tuba dengan tuli lokasinya, karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom penyumbatan tuba dengan tuli konduktif sebagai keluhan. Perluasan infiltratif karsinoma nasofaring berikutnya konduktif sebagai keluhan. Perluasan infiltratif karsinoma nasofaring berikutnya

(8)

membangkitkan perdarahan dan penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. membangkitkan perdarahan dan penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. Setelah itu, pada tahap berikutnya dapat timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot Setelah itu, pada tahap berikutnya dapat timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar (paralisis okular) (Muttaqin,

mata luar (paralisis okular) (Muttaqin, 2008).2008).

Gejala nasofaring yang pokok adalah (Huda Nurari

Gejala nasofaring yang pokok adalah (Huda Nurarif & f & Kusuma, 2013) :Kusuma, 2013) : 1.

1. Gejala Gejala HidungHidung -

- EpiktasEpiktasis is : : rapuhnya rapuhnya mukosa mukosa hidung hidung sehingga sehingga mudah mudah terjadi terjadi perdarahanperdarahan -

- Sumbatan Sumbatan Hidung Hidung : : sumbatan sumbatan menetap menetap karena karena pertumbuhapertumbuhan n tumor tumor kedalamkedalam rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya adalah pilek kronis, ingus rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya adalah pilek kronis, ingus kental, gangguan penciuman

kental, gangguan penciuman 2.

2. Gejala Gejala TelingaTelinga -

- Kataralis/Oklusi Kataralis/Oklusi tuba tuba Eustachii Eustachii : tumo: tumor r mula-mula mula-mula pada pada fossa rofossa rosenmuler,senmuler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan muara tuba (berdengung, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan muara tuba (berdengung, rasa penuh, kadang gangguan pendengaran)

rasa penuh, kadang gangguan pendengaran) -

- Otitis Otitis Media Media Serosa Serosa sampai sampai perforasi perforasi dan dan gangguan gangguan pendengaranpendengaran -

- Sering Sering kali kali pasien pasien datang datang sudah sudah dalam dalam kondisi kondisi pendengaran pendengaran menurun, danmenurun, dan dengan tes rinne dan webber, biasanya akan ditemukan tuli konduktif

dengan tes rinne dan webber, biasanya akan ditemukan tuli konduktif 3.

3. Gejala Gejala MataMata -

- Pada Pada penderita penderita KNF KNF seringkali seringkali ditemukan ditemukan adanya adanya diplopia diplopia (penglihat(penglihatan an ganda)ganda) akibat perkembangan tumor melalui foramen laseratum dan menimbulkan akibat perkembangan tumor melalui foramen laseratum dan menimbulkan gangguan N. IV dan N. VI. Bila terkena chiasma opticus akan menimbulkan gangguan N. IV dan N. VI. Bila terkena chiasma opticus akan menimbulkan kebutaan

kebutaan 4.

4. Gejala Gejala LanjutLanjut -

- Limfadenopati Limfadenopati servikal servikal : : melalui melalui pembuluh pembuluh limfe, limfe, sel-sel sel-sel kanker kanker dapt dapt mencapaimencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar ini sel tumbuh dan kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang biak hingga kelenjar membesar dan tampak benjola di leher bagian berkembang biak hingga kelenjar membesar dan tampak benjola di leher bagian samping, lama-kelamaan karena tidak dirasakan kelenjar akan berkembang dan samping, lama-kelamaan karena tidak dirasakan kelenjar akan berkembang dan melekat pada otot sehingga sulit digerakkan

melekat pada otot sehingga sulit digerakkan 5.

5. Gejala Gejala KranialKranial

Gejala Kranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai saraf-saraf Gejala Kranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai saraf-saraf kranialis. Gelajanya antara lain :

kranialis. Gelajanya antara lain : -

- Sakit Sakit kepala kepala yang yang terus terus menerus, menerus, rasa rasa sakit sakit ini ini merupakan merupakan metastase metastase secarasecara hematogen

hematogen -

- SensitibilitSensitibilitas as derah derah pipi pipi dan dan hidung hidung berkurangberkurang -

- Kerusakan Kerusakan pada pada waktu waktu menelanmenelan - Afoni

(9)

-

- Sindrom Sindrom Jugular Jugular Jackson Jackson atau atau sindrom sindrom reptroparotidean reptroparotidean mengenai mengenai N. N. IX, IX, N. N. X,X, N. XI,

N. XI, N. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada LidaN. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada Lidah, palatum, Faring atauh, palatum, Faring atau laring, M. Sternocleidomastoideu

laring, M. Sternocleidomastoideus, dan s, dan M. TrapezeusM. Trapezeus

2.5.

2.5. Patofisiologi Patofisiologi karsinoma karsinoma nasofaringnasofaring

Sel-sel epitel ganas nasofaring adalah sel poligonal besar dengan komposisi Sel-sel epitel ganas nasofaring adalah sel poligonal besar dengan komposisi syncytial. Sel-sel tidak menunjukkan parakeratosis atau kornifikasi dan sering bercampur syncytial. Sel-sel tidak menunjukkan parakeratosis atau kornifikasi dan sering bercampur dengan sel-sel limfoid di nasofaring, sehingga dikenal sebagai lymphoepithelioma. Sudah dengan sel-sel limfoid di nasofaring, sehingga dikenal sebagai lymphoepithelioma. Sudah hampir dipastikan ca nasofaring disebabkan oleh virus eipstein barr. Hal ini dapat hampir dipastikan ca nasofaring disebabkan oleh virus eipstein barr. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada penderita ca. nasofaring. Sel dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada penderita ca. nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protin tertentu yang berfungsi untuk proses yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protin tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di dalam sel host. Protein tersebut proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di dalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan

(10)

LMP-2B. EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan dalam mempertahankan genom LMP-2B. EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan dalam mempertahankan genom virus. EBV tersebut mampu aktif dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta virus. EBV tersebut mampu aktif dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat

pemaparan zat-zat karsinogekarsinogen n yang yang menyebabkan stimulasi menyebabkan stimulasi pembelahan sel pembelahan sel abnormalabnormal yang tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten(EBNA-1). yang tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten(EBNA-1). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa Rossenmuller (Wei & Sham, 2005).

pada fossa Rossenmuller (Wei & Sham, 2005).

Penggolongan Ca Nasofaring (Huda Nurarif & Kusuma, 2013) : Penggolongan Ca Nasofaring (Huda Nurarif & Kusuma, 2013) : 

 Tumor Tumor Size Size (T)(T) 1.

1. T T : : Tumor Tumor primerprimer 2.

2. T0 T0 : : Tidak Tidak tampak tampak tumortumor 3.

3. T1 T1 : : Kanker terbatas Kanker terbatas di di rongga nasofaringrongga nasofaring 4.

4. T2 T2 : Kan: Kanker ker menginfiltramenginfiltrasi si kavum kavum nasal, nasal, orofaring orofaring atau atau di di celah celah parafaring parafaring didi anterior dari garis SO

anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus stiloideus dan margo posterior( garis penghubung prosesus stiloideus dan margo posterior garis tengah

garis tengah foramen foramen magnum os magnum os oksipital oksipital ).). 5.

5. T3 : Kanker di celah paT3 : Kanker di celah parafaring di posteriorafaring di posterior garis SO atau menr garis SO atau mengenai basis kragenai basis kranial,nial, fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal syaraf kranial kelompok fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal syaraf kranial kelompok anterior atau

anterior atau posterior.posterior. 6.

6. T4 : Saraf kranial T4 : Saraf kranial kelompok antekelompok anterior dan posteririor dan posterior terkena serenor terkena serentak, atau kankertak, atau kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa

mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa infra-temporainfra-temporal.l.

 Regional Regional Limfe Limfe Nodes Nodes (N)(N) 1.

1. N0 N0 : : Belum Belum teraba teraba pembesaran pembesaran kelenjar kelenjar limfe limfe .. 2.

2. N1 N1 : : Kelenjar Kelenjar limfe limfe koli koli superior superior berdiameter berdiameter < < 4 4 cm.cm. 3.

3. N2 : N2 : Kelenjar Kelenjar koli ikoli inferior nferior membesar membesar atau atau berdiameter berdiameter 4-7 cm.4-7 cm. 4.

4. N3 N3 : : Kelenjar Kelenjar limfe supraklavikular limfe supraklavikular membesar atau membesar atau berdiameter > berdiameter > 7 7 cm.cm.

 Metastase Jauh Metastase Jauh (M)(M) a.

a. M0 M0 : Tak : Tak ada ada metastasis metastasis jauh.jauh. b.

b. M1 M1 : Ad: Ada a metastasis metastasis jauh.jauh.

 Penggolongan stadium Penggolongan stadium klinis, antara klinis, antara lain lain :: 1.

1. Stadium Stadium I I : : T1N0M0T1N0M0 2.

2. Stadium Stadium II II : : T2N0T2N0 – – 1M0, T0 1M0, T0 – – 2N1M0 2N1M0 3.

3. Stadium Stadium III III : : T3N0 T3N0 - 2M0, - 2M0, T0T0 – – 3N2M0 3N2M0 4.

4. Stadium Stadium Iva Iva : : T4N0T4N0 – – 3M0, T0 3M0, T0 – – 4N3M0 4N3M0 5.

(11)

2.6.

2.6. Pencegahan Pencegahan Karsinoma Karsinoma nasofaringnasofaring 1.

1. Ciptakan lingkungan hidup Ciptakan lingkungan hidup dari lingkungan kerja dari lingkungan kerja yang sehat, serta yang sehat, serta usahakanusahakan agar pergantian udara lancar.

agar pergantian udara lancar. 2.

2. Hindari polusi Hindari polusi udara, seperti kontak udara, seperti kontak dengan gas dengan gas hasil kimia, hasil kimia, asap industri, asap industri, asapasap kayu, asap rokok, asap minyak tanah, dan polusi lain yang mengaktifkan virus kayu, asap rokok, asap minyak tanah, dan polusi lain yang mengaktifkan virus Epstein Bar.

Epstein Bar. 3.

3. Hindari mengkonsumsi makanan Hindari mengkonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang diawetkan, makanan yang yang panas, ataupanas, atau makanan yang merangsang selaput ledir.

makanan yang merangsang selaput ledir. (Mangan, 2009)

(Mangan, 2009)

2.7.

2.7. Pemeriksaan Pemeriksaan PenunjangPenunjang

Untuk mencapai diagnosis dini harus melaksanakan hal berikut (Lucente, 2011) Untuk mencapai diagnosis dini harus melaksanakan hal berikut (Lucente, 2011) :: 1.

1. Tindakan Tindakan kewaspadaan, perhatikan kewaspadaan, perhatikan keluhan keluhan utama utama pasien.pasien.

Pasien dengan epiktasis aspirasi balik, hidung tersumbat menetap, tuli unilateral, Pasien dengan epiktasis aspirasi balik, hidung tersumbat menetap, tuli unilateral, limfadenopati leher tak nyeri, sefalgia, rudapaksa saraf kranial dengan kausa limfadenopati leher tak nyeri, sefalgia, rudapaksa saraf kranial dengan kausa yang tak jelas, dan keluhan lain harus diperiksa teliti rongga nasofaringya dengan yang tak jelas, dan keluhan lain harus diperiksa teliti rongga nasofaringya dengan nasofaringos

nasofaringoskop indirek atau kop indirek atau elektrik.elektrik. 2.

2. Pemeriksaan Pemeriksaan kelenjar kelenjar limfe limfe leher.leher.

Perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai vena

Perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai vena jugularis interna, rantai nervusjugularis interna, rantai nervus aksesorius dan arteri vena transvesalis koli apakah terdapat pembesaran.

aksesorius dan arteri vena transvesalis koli apakah terdapat pembesaran. 3.

3. Pemeriksaan Pemeriksaan saraf saraf kranialkranial

Terhadap saraf kranial tidak hanya memerlukan pemeriksaan cermat sesuai Terhadap saraf kranial tidak hanya memerlukan pemeriksaan cermat sesuai prosedur rutin satu persatu , tapi pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok prosedur rutin satu persatu , tapi pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok otot kunyah

otot kunyah dan lidah dan lidah kadang perlu kadang perlu diperiksa berulang kali, barulah diperiksa berulang kali, barulah ditemukanditemukan hasil yang positif

hasil yang positif 4.

4. Pemeriksaan Pemeriksaan serologi serologi virus virus EBEB

Dewasa ini, parameter rutin yang diperiksa untuk penapisan kanker nasofaring Dewasa ini, parameter rutin yang diperiksa untuk penapisan kanker nasofaring adalah VCA-IgA, EA-IgA, EBV-DNAseAb. Hasil positif pada kanker nasofaring adalah VCA-IgA, EA-IgA, EBV-DNAseAb. Hasil positif pada kanker nasofaring berkaitan dengan

berkaitan dengan kadar dan kadar dan perubahan antibodi tersebut. perubahan antibodi tersebut. Bagi yang Bagi yang termasuktermasuk salah satu kondisi berikut ini dapat dianggap memilki resiko tinggi kanker salah satu kondisi berikut ini dapat dianggap memilki resiko tinggi kanker nasofaring :

nasofaring : i.

i. Titer Titer antibodi antibodi VCA-IgA VCA-IgA >= >= 1:801:80 ii.

ii. Dari Dari pemeriksaan VCA-IgA, pemeriksaan VCA-IgA, EA-IgA dan EA-IgA dan EBV-DNAseAb, dua EBV-DNAseAb, dua diantara tigadiantara tiga indikator tersebut positif.

indikator tersebut positif. iii.

iii. Dua dari tiha daDua dari tiha dari indikator peri indikator pemeriksaan diameriksaan diatas, salah satu metas, salah satu menunjukkan nunjukkan titertiter yang tinggi kontinyu atau

(12)

Bagi pasien yang memenuhi patokan tersebut, harus diperiksa teliti dengan Bagi pasien yang memenuhi patokan tersebut, harus diperiksa teliti dengan nasofaringoskop elektrik, bila perlu dilakukan biopsi. Yang perlu ditekankan adalah nasofaringoskop elektrik, bila perlu dilakukan biopsi. Yang perlu ditekankan adalah perubahan serologi

perubahan serologi virus virus Eb Eb dapat menunjukkan dapat menunjukkan reaksi positif reaksi positif 44  – –  46 bulan sebelum  46 bulan sebelum diagnosis kanker nasofaring

diagnosis kanker nasofaring ditegakkan.ditegakkan.

Diagnosis pencitraan (Lucente, 2011). Diagnosis pencitraan (Lucente, 2011).

1.

1. PemeriksaaPemeriksaan n CT CT Scan Scan : : makna makna klinis klinis aplikasinya aplikasinya adalah adalah membantu membantu menggambarkamenggambarkann invasi baik ke bidang fasial paranasofaringeal dan invasi tulang tengkorak tanpa invasi baik ke bidang fasial paranasofaringeal dan invasi tulang tengkorak tanpa kelumpuhan nervus kranialis, memastikan luas lesi, penetapan stadium secara kelumpuhan nervus kranialis, memastikan luas lesi, penetapan stadium secara adekuat, secara tepat menetapkan zona target terapi, merancang medan radiasi, adekuat, secara tepat menetapkan zona target terapi, merancang medan radiasi, memonitor kondisi remisi tumor pasca terapi dan pemeriksaan tingkat lanjut memonitor kondisi remisi tumor pasca terapi dan pemeriksaan tingkat lanjut (Schwartz, 2000).

(Schwartz, 2000). 2.

2. PemeriksaaPemeriksaan n MRI MRI : : MRI MRI memiliki resolusi memiliki resolusi yang yang baik baik terhadap terhadap jaringan jaringan lunak, lunak, dapatdapat serentak membuat potongan melintang, sagital, koronal, sehingga lebih baik dari serentak membuat potongan melintang, sagital, koronal, sehingga lebih baik dari pada CT. MRI selai dengan jelas memperlihatkan lapisan struktur nasofaring dan luas pada CT. MRI selai dengan jelas memperlihatkan lapisan struktur nasofaring dan luas lesi, juga dapat secara lebih dini menunjukkan infiltrasi ke tulang. Dalam lesi, juga dapat secara lebih dini menunjukkan infiltrasi ke tulang. Dalam membedakan antara fibrosis pasca radioterapi dan rekurensi tumor , MRI juga lebih membedakan antara fibrosis pasca radioterapi dan rekurensi tumor , MRI juga lebih bermanfaat .

bermanfaat . a.

a. Pencitraan tulang Pencitraan tulang seluruh tubuh seluruh tubuh : : berguna berguna untuk untuk diagnosis kanker diagnosis kanker nasofaringnasofaring dengan metastasis ke tulang, lebih sensitif dibandingkan rongtsen biasa atau dengan metastasis ke tulang, lebih sensitif dibandingkan rongtsen biasa atau CT,CT, umumnya lebih

umumnya lebih dini 4-6 dini 4-6 bulan bulan dibandingkan rongsen. Setelah dilakukan dibandingkan rongsen. Setelah dilakukan bone- bone-scan, lesi umumnya tampak sebagai akumulasi radioaktivitas, sebagian kecil scan, lesi umumnya tampak sebagai akumulasi radioaktivitas, sebagian kecil tampak sebagai area defek radioaktivitas. Bone-scan sangat sensitif untuk tampak sebagai area defek radioaktivitas. Bone-scan sangat sensitif untuk metastasis tulang, namun tidak spesifik . maka dalam menilai lesi tunggal metastasis tulang, namun tidak spesifik . maka dalam menilai lesi tunggal akumulasi radioaktivitas , harus memperhatikan riwayat penyakit, menyingkirkan akumulasi radioaktivitas , harus memperhatikan riwayat penyakit, menyingkirkan rudapaksa operasi, fruktur, deformitas degeneratif tulang, pengaruh radio

rudapaksa operasi, fruktur, deformitas degeneratif tulang, pengaruh radio terapi,terapi, kemoterapi, dll.

kemoterapi, dll. b.

b. PET (Positron PET (Positron Emission Tomography) Emission Tomography) : disebut : disebut juga juga pencitraan biokimiapencitraan biokimia molukelar metabolik in vivo. Menggunakan pencitraan biologismetabolisme molukelar metabolik in vivo. Menggunakan pencitraan biologismetabolisme glukosa dari zat kontras 18-FDG dan pencitraan anatomis dari CT yang glukosa dari zat kontras 18-FDG dan pencitraan anatomis dari CT yang dipadukan hingga mendapat gambar PET-CT . itu memberikan informasi dipadukan hingga mendapat gambar PET-CT . itu memberikan informasi gambaran biologis bagi

gambaran biologis bagi dokter dokter klinisi, membantu penentuan area klinisi, membantu penentuan area target biologistarget biologis kanker nasofaring , meningkatka akurasi radioterapi, sehingga efektifitas kanker nasofaring , meningkatka akurasi radioterapi, sehingga efektifitas meningkat dan rudapaksa radiasi terhadap jaringan normal berkurang.

(13)

Diagnosis histologi (Zulkarnain Haq,

Diagnosis histologi (Zulkarnain Haq, 2011)2011) 1.

1. Pada pasien Pada pasien kanker nasofaring sedapat mungkin kanker nasofaring sedapat mungkin diperoleh jaringan dari diperoleh jaringan dari lesilesi primer nasofaring untuk pemeriksaan patologik. Sebelum terapi dimulai harus primer nasofaring untuk pemeriksaan patologik. Sebelum terapi dimulai harus diperoleh diagnosis histologi yang jelas. Hanya jika lesi primer tidak dapat diperoleh diagnosis histologi yang jelas. Hanya jika lesi primer tidak dapat memeberikan diagnosis patologik pasti barulah dipertimbangkan biopsi kelenjar memeberikan diagnosis patologik pasti barulah dipertimbangkan biopsi kelenjar limfe leher.

limfe leher. 2.

2. Pemeriksaan adanya Pemeriksaan adanya kanker nasofaring kanker nasofaring dapat dilakukan dapat dilakukan dengan dengan pemeriksaanpemeriksaan nasofaringoskopi, Rinoskopi anterior dan posterior menujukkan tumor pada nasofaringoskopi, Rinoskopi anterior dan posterior menujukkan tumor pada nasofaring. Selanjutnya untuk menentukan jenis tumor perlu diadakan biopsi dan nasofaring. Selanjutnya untuk menentukan jenis tumor perlu diadakan biopsi dan pemeriksaan patolo

pemeriksaan patologi. Foto gi. Foto rontgen kepala dan CT-scan rontgen kepala dan CT-scan jika perlu dibuat untukjika perlu dibuat untuk melihat metastasis ke intrakranial (Herawati &

melihat metastasis ke intrakranial (Herawati & Rukmini, 2000).Rukmini, 2000).

2.8.

2.8. Penatalaksaan Penatalaksaan Karsinoma Karsinoma NasofaringNasofaring a. Radioterapi

a. Radioterapi

Radioterapi adalah pengobatan standar untuk karsinoma nasofaring. Tetapi Radioterapi adalah pengobatan standar untuk karsinoma nasofaring. Tetapi hal ini dapat menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan karena lokasi tumor hal ini dapat menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan karena lokasi tumor di dasar tengkorak dan organ yang rentan terhadap radiasi termasuk batang di dasar tengkorak dan organ yang rentan terhadap radiasi termasuk batang otak, sumsum tulang belakang, hipofisis hipotalamus axis, temporal lobus, mata, otak, sumsum tulang belakang, hipofisis hipotalamus axis, temporal lobus, mata, telinga tengah dan dalam, dan kelenjar parotis (Wei & Sham, 2005).

telinga tengah dan dalam, dan kelenjar parotis (Wei & Sham, 2005).

Hal yang perlu dipersiapkan adalah keadaan umum pasien baik, hygiene Hal yang perlu dipersiapkan adalah keadaan umum pasien baik, hygiene mulut, bila ada infeksi mulut diperbaiki dulu. Pengobatan tambahan yang mulut, bila ada infeksi mulut diperbaiki dulu. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus (Pratiwi, 2012).

dan antivirus (Pratiwi, 2012).

b. Kemoterapi b. Kemoterapi

Kemoterapi meliputi kemoterapi neodjuvan, kemoterapi adjuvan dan Kemoterapi meliputi kemoterapi neodjuvan, kemoterapi adjuvan dan kemoradioter

kemoradioterapi api konkomitankonkomitan. Formula . Formula kemoterapkemoterapi i yang sering yang sering dipakai adalah dipakai adalah :: PF ( DDP + 5FU ), kaboplatin+5FU, paklitaksel +DDP, paklitasel +DDP +5FU PF ( DDP + 5FU ), kaboplatin+5FU, paklitaksel +DDP, paklitasel +DDP +5FU dan DDP gemsitabin , dll (Wei & Sham, 2005).

dan DDP gemsitabin , dll (Wei & Sham, 2005).

1. DDP : 80-100 mg/m2 IV drip hari pertama ( mulai sehari sebelum 1. DDP : 80-100 mg/m2 IV drip hari pertama ( mulai sehari sebelum

kemoterapi , lakukan hidrasi 3 hari) kemoterapi , lakukan hidrasi 3 hari) 2.

2. 5FU : 800-1000 mg/m2/d IV drip , hari ke 1-5 l5FU : 800-1000 mg/m2/d IV drip , hari ke 1-5 lakukan infus kontinyakukan infus kontinyuu intravena.

(14)

3.

3. Ulangi Ulangi setiap setiap 21 21 hari hari atau:atau: 4.

4. Karboplatin Karboplatin : 300: 300mg/m2 mg/m2 atau atau AUC AUC = 6 = 6 IV dripIV drip, hari , hari pertama.pertama. 5.

5. 5FU : 800-1005FU : 800-1000/m2/d IV dri0/m2/d IV drip , hari ke p , hari ke 1-5 infus i1-5 infus intravena konntravena kontinyu.tinyu. 6.

6. Ulangi Ulangi setiap setiap 21 21 hari.hari. 7.

7. Terapi Terapi BiologisBiologis 8.

8. Dewasa iDewasa ini masih dani masih dalam taraf penelam taraf penelitian lablitian laboraturium daoraturium dan uji klin uji klinis.nis.

c.

c. Terapi Terapi Herbal Herbal TCMTCM

Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi reaksi Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi reaksi radiokemoterapi , fuzhengguben ( menunjang, memantapkan ketahanan tubuh) , radiokemoterapi , fuzhengguben ( menunjang, memantapkan ketahanan tubuh) , kasus stadium lanjut tertentu yang tidak dapat diradioterapi atau kemoterapi kasus stadium lanjut tertentu yang tidak dapat diradioterapi atau kemoterapi masih dapat dipertimbangkan hanya diterapi sindromnya dengan TCM. Efek masih dapat dipertimbangkan hanya diterapi sindromnya dengan TCM. Efek herba TCM dalam membasmi langsung sel kanker dewasa ini masih dalam herba TCM dalam membasmi langsung sel kanker dewasa ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

penelitian lebih lanjut.

d.

d. Terapi Terapi RehabiltatiRehabiltatiff

Pasien kanker secara faal dan psikis menderita gangguan fungsi dengan derajat Pasien kanker secara faal dan psikis menderita gangguan fungsi dengan derajat bervariasi. Oleh karena itu diupayakan secara maksimal meningkatkan dan bervariasi. Oleh karena itu diupayakan secara maksimal meningkatkan dan memperbai

memperbaiki ki kualitas hidupnya.kualitas hidupnya.

e.

e. Rehabilitas Rehabilitas PsikisPsikis

Pasien kanker nasofaring harus diberi pengertian bahwa pwnyakitnya Pasien kanker nasofaring harus diberi pengertian bahwa pwnyakitnya berpeluang untuk disembuhkan, uapayakan agar pasien secepatnya pulih dari berpeluang untuk disembuhkan, uapayakan agar pasien secepatnya pulih dari situasi emosi depresi.

situasi emosi depresi. f.

f. RehabilRehabilitas itas FisikFisik

Setelah menjalani radioterapi, kemoterpi dan terapi lain, pasien biasanya Setelah menjalani radioterapi, kemoterpi dan terapi lain, pasien biasanya merasakan kekuatan fisiknya menurun, mudah letih, daya ingat menurun. Harus merasakan kekuatan fisiknya menurun, mudah letih, daya ingat menurun. Harus memperhatikan suplementasi nutrisi , berolahraga fisik ringan terutama yang memperhatikan suplementasi nutrisi , berolahraga fisik ringan terutama yang statis, agar tubuh

statis, agar tubuh dan ketahanan meningkat secara bertahap.dan ketahanan meningkat secara bertahap.

g. Pembedahan g. Pembedahan

Dalam kondisi ini dapat dipertimbangkan tindakan operasi : Dalam kondisi ini dapat dipertimbangkan tindakan operasi : 1.

1. Rasidif lokal Rasidif lokal nasofarinnasofaring pasca radg pasca radioterapi , lioterapi , lesi relatiesi relatif terlokalisasif terlokalisasi.. 2.

2. 3 bulan pa3 bulan pasca radiotesca radioterapi kurtif rapi kurtif terdapat rasiterdapat rasidif lesi pridif lesi primer nasofarinmer nasofaringg 3.

(15)

4. Kanker nasofaring dengan diferensiasi agak tinggi seperti karsinoma 4. Kanker nasofaring dengan diferensiasi agak tinggi seperti karsinoma

skuamosa grade I,

skuamosa grade I, II, adenokarsinoma.II, adenokarsinoma. 5.

5. Komplikasi Komplikasi radiasi.radiasi. (Zulkarnain Haq, 2011) (Zulkarnain Haq, 2011)

2.9.

2.9. Prognosis Prognosis dari dari karsinoma karsinoma nasofaringnasofaring

Ditemukan bahwa karsinoma nasofaring tipe 1 (karsinoma sel skuamosa) memiliki Ditemukan bahwa karsinoma nasofaring tipe 1 (karsinoma sel skuamosa) memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma nasofaring tipe 2 dan 3. Hal prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma nasofaring tipe 2 dan 3. Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring tipe 1,

ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring tipe 1, metastasis lebih mudah terjadi (Pratiwi,metastasis lebih mudah terjadi (Pratiwi, 2012). Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45%, tetapi pada 2012). Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45%, tetapi pada stadium lanjut kuran

stadium lanjut kurang dari 3 tahun. g dari 3 tahun. Prognosis dipPrognosis diperburuk oleh beberaerburuk oleh beberapa faktor, seperti:pa faktor, seperti:

 Stadium Stadium yang yang lebih lebih lanjutlanjut 

 Usia Usia lebih lebih dari dari 40 40 tahuntahun 

 Laki-laki Laki-laki dari dari pada pada perempuanperempuan 

 Ras Ras Cina Cina dari dari ras ras kulit kulit putihputih 

 Adanya Adanya pembesarapembesaran n kelenjar kelenjar leherleher 

 Adanya Adanya kelumpuhakelumpuhan n saraf saraf otak otak adanya adanya kerusakan kerusakan tulang tulang tengkoraktengkorak 

 Adanya Adanya metastasis metastasis jauh jauh 12,1612,16

2.10.

2.10. Komplikasi pada Karsinoma NasofaKomplikasi pada Karsinoma Nasofaringring

Metastasis ke kelenjar limfa dan jaringan sekitar merupakan suatu komplikasi yang Metastasis ke kelenjar limfa dan jaringan sekitar merupakan suatu komplikasi yang selalu terjadi. Pada KNF, sering kali terjadi komplikasi ke arah nervus kranialis yang selalu terjadi. Pada KNF, sering kali terjadi komplikasi ke arah nervus kranialis yang bermanifestasi dalam bentuk (Pratiwi, 2012) :

bermanifestasi dalam bentuk (Pratiwi, 2012) : 1.

1. Petrosphenoid Petrosphenoid sindromsindrom

Tumor tumbuh ke atas tengkorok lewat foramen laserum sampai sinus kavernosus Tumor tumbuh ke atas tengkorok lewat foramen laserum sampai sinus kavernosus menekan saraf N. III. N. IV,

menekan saraf N. III. N. IV, N.VI juga menekan N.II yang menekan kelaiN.VI juga menekan N.II yang menekan kelainan :nan : -

- Neuralgia Neuralgia trigeminus trigeminus (N.V) (N.V) : : Trigeminal Trigeminal neuralgineuralgia a meupakan meupakan suatu suatu nyer nyer padapada wajah sesisi yang ditandai dengan rasa seperti terkena aliran listrik yang wajah sesisi yang ditandai dengan rasa seperti terkena aliran listrik yang terbatas pada daerah disribusi dari

terbatas pada daerah disribusi dari nervus trigeminus.nervus trigeminus. -

- Plosis Plosis palpebra palpebra (N. (N. III)III) -

- OphthalmopleOphthalmoplegia gia (N. (N. III, III, N. N. IV)IV)

2.

2. RetropariRetropariden den sindromsindrom

Tumor tumbuh ke depan kearah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi ke Tumor tumbuh ke depan kearah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi ke sekitarnya. Tumor ke samping dan belakang menuju ke arah daerah retropharing sekitarnya. Tumor ke samping dan belakang menuju ke arah daerah retropharing

(16)

dimana ada kelenjar getah bening. Tumor ini menekan saraf N. IX, N. X, N. XI, N. dimana ada kelenjar getah bening. Tumor ini menekan saraf N. IX, N. X, N. XI, N. XII dengan manifestasi gejala.

XII dengan manifestasi gejala. -

- N. N. IX IX : : kesulitan kesulitan menelan menelan karena karena hemiparesihemiparesis s otot otot konstriktor konstriktor superior superior sertaserta gangguan pada sepertiga belakang lidah.

gangguan pada sepertiga belakang lidah. -

- N. X N. X : h: hiper/hipoaniper/hipoanestesi estesi mukosa mukosa palatum palatum mole, mole, faring faring dan dan laring, laring, disertaidisertai gangguan respirasi dan saliva.

gangguan respirasi dan saliva. -

- N. N. XI XI : : kelumpuhan/akelumpuhan/atrofi trofi oto oto trapezius, trapezius, otot otot SCM SCM serta serta hemiparese hemiparese palatumpalatum mole.

mole. -

- N. N. XII XII : : hemiparalhemiparalisis isis dan dan atrofi atrofi sebelah sebelah lidah.lidah. -

- Sindrom Sindrom horner horner : : kelumpuhan kelumpuhan N, N, simpaticus simpaticus servicaliservicalis, s, berupa berupa penyempitanpenyempitan disura palpebralis, Onoftalmus dan miosis.

disura palpebralis, Onoftalmus dan miosis.

Sel-sel kanker dapat mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai Sel-sel kanker dapat mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati, organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati, dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke lain ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-masing 20% sedangkan ke hati 10%, ginjal 0,4%, dan paru-paru dan tulang, masing-masing 20% sedangkan ke hati 10%, ginjal 0,4%, dan tiroid 0,4%.

tiroid 0,4%.

2.11.

2.11. Diagnosa Keperawatan yDiagnosa Keperawatan yang mungkin timbulang mungkin timbul 1.

1. Nyeri Nyeri akut akut b.d b.d metastasmetastase e sel sel kankerkanker 2.

2. Ketidakefektifan Ketidakefektifan Bersihan Bersihan jalan jalan nafas nafas b.d adb.d adanya anya benda benda asing asing (tumor (tumor ganas)ganas) 3.

3. KetidakseKetidakseimbangan imbangan nutrisi nutrisi kurang kurang dari dari kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh b.d b.d intake intake makananmakanan yang kurang

yang kurang 4.

4. Hambatan Hambatan komunikasi verbal komunikasi verbal b.d b.d gangguan gangguan status status organ organ sekunder sekunder metastasemetastase tumor

tumor 5.

5. Resiko Resiko infeksi infeksi b.d b.d ketidakkuatan ketidakkuatan pertahanan pertahanan sekunder sekunder imunosupreimunosupresisi 6.

(17)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

 Anas, T. (2008).

 Anas, T. (2008). Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan KeperawatanKeperawatan. Jakarta: EGC.. Jakarta: EGC. Ernawati, Kadrianti, E., & Basri, H. M. (2004).

Ernawati, Kadrianti, E., & Basri, H. M. (2004). Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis VolumeJurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Karsinoma Nasofaring 4 Nomor 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Karsinoma Nasofaring (KNF), 224

(KNF), 224.. Gibson, J. (2002).

Gibson, J. (2002). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat . Jakarta: EGC.. Jakarta: EGC. Hidayat, & Alimul, A. A. (2007).

Hidayat, & Alimul, A. A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 3Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 3 . Jakarta:. Jakarta: Salemba Medika.

Salemba Medika.

Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Ap

Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkanlikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc, Jilid 1

Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc, Jilid 1 . . YogyakartaYogyakarta: : MediactioMediaction Publishing.n Publishing. Lucente, F. F. (2011).

Lucente, F. F. (2011). Ilmu THT Esensial Ilmu THT Esensial . Jakarta: EGC.. Jakarta: EGC. Mangan, Y. (2009).

Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker . Jakarta: Agromedia. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Pustaka. Muttaqin, A. (2008).

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan SistemBuku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.. Jakarta: Salemba Medika. Pratiwi, N.

Pratiwi, N. Makalah Ca Nasofaring Makalah Ca Nasofaring . Diakses 3 Oktober 2018 Jam 10.00, dari Makalah Ca. Diakses 3 Oktober 2018 Jam 10.00, dari Makalah Ca Nasofaring Web site:

Nasofaring Web site: http://www.scrib.comhttp://www.scrib.com

Wilkinson, J. M. (2011). Buku

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran CT scan nasofaring potong axial pada penderita karsinoma nasofaring di RSUP H.. Penelitian ini

perbedaan ekspresi antara CD80 dengan CD86 pada karsinoma nasofaring tipe Undifferentiated. Kata kunci : Karsinoma nasofaring tipe Undifferentiated, CD80, CD86,

Disimpulkan bahwa ekspresi p53 yang positif akan memberikan prognosis yang lebih baik terhadap hasil terapi radiasi pada karsinoma nasofaring.. Kata kunci: karsinoma

Kentjono, WA 2003, Perkembangan terkini penatalaksanaan karsinoma nasofaring. 4th edition, New

Karsinoma nasofaring merupakan penyakit keganasan dengan insidensi kurang dari 1 per 100.000 orang pada orang kulit putih 3,5 Penyakit ini banyak ditemukan di

VEGF ekspresi lemah (400x) Karsinoma nasofaring. VEGF ekspresi

Dilaporkan kasus invasi orbita pada karsinoma nasofaring pada perempuan umur 22 tahun didiagnosa dengan protusio bulbi okuli sinistra ec squamous cell

Dengan diketahui adanya korelasi COX-2 dan MVD yang positif pada karsinoma nasofaring, maka secara teori pemberian penghambat COX-2 akan dapat menghambat proses angiogenesis