• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Nasionalisme Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Nasionalisme Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

NASIONALISME DI INDONESIA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Nasionalisme Indonesia

yang dibina oleh Bapak Neo Adhi Kurniawan, S.Pd., S.H., M.H.

oleh Yuanda Susiani

150711603184

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN SEPTEMBER 2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Nasionalisme di Indonesia . Kami berterima kasih pada Bapak Neo Adhi Kurniawan selaku Dosen mata kuliah Nasionalisme Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai nasionalisme Indonesia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 20 September 2015

(3)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 1 1.2 Tujuan... 1 BAB II PEMBAHASAN... 2 2.1 Pengertian Nasionalisme... 2

2.2 Potret Nasionalisme di Indonesia... 4

2.3 Cara Memupuk Rasa Nasionalime di Indonesia... 5

BAB III PENUTUP... 7

3.1 Kesimpulan... 7

3.2 Saran... 7

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai warga negara yang baik sudah selayaknya bagi kita untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa kita sendiri.Sikap dan perilaku warga negara dapat menunjukan karakter negara itu sendiri. Sehingga semua warga negara dituntut untuk berperilaku baik.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman suku, adat, ras dan agama yang tidak sedikit. Keberagaman tersebut dapat menjadi kebanggaan bagi Indonesia apabila warga negaranya saling menjaga satu sama lain dan menciptakan kedamaian. Kedamaian akan tercipta apabila warga negaranya mampu berkontribusi penuh kepada negaranya dan mau menjunjung tinggi rasa nasionalisme serta mau saling menghargai antar warga sebangsa dan setanah air tanpa menghiraukan perbedaan yang ada.

Namun, tidak sedikit juga warga negara Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan golongan daripada negaranya sendiri. Mereka cenderung memikirkan kepentingan diri sendiri.

Berawal dari latar belakang tersebut, maka penulis menyusun makalah berjudul “Nasionalisme dan Indonesia”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana nasionalisme yang ada di Indonesia dan bagaimana cara memupuk rasa nasionalisme yang sudah ada agar menjadi lebih kuat.

1.2 Rumusan Masalah  Apa itu nasionalisme ?

 Bagaimana potret nasionalisme di Indonesia?

 Bagaimana cara memupuk rasa nasionalisme di Indonesia agar menjadi lebih kuat?

1.3 Tujuan Penulisan

 Menjelaskan definisi nasionalisme.

 Menjelaskan bagaimana potret nasionalisme di Indonesia.

 Menjelaskan bagaimana cara memupuk rasa nasionalisme di Indonesia agar menjadi lebih kuat.

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Nasionalisme

Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation(bangsa) dimaknai sebagai “sekelompok orang yang dilahirkan di suatu daerah yang sama” (group of people born ini the same place) (Ritter,1986:286). Kata ‘nasionalisme’ menurut Abbe Barruel untuk pertama kali dipakai di Jerman pada abad ke-15, yang diperuntukkan bagi para mahasiswa yang datang dari daerah yang sama atau berbahasa sama, sehingga mereka itu (di kampus yang baru dan daerah baru) tetap menunjukkan cinta mereka terhadap bangsa/suku asal mereka (Ritter, 1986: 295) . Nasionalisme pada mulanya terkait dengan rasa cinta sekelompok orang pada bangsa, bahasa dan daerah asal usul semula. Rasa cinta seperti itu dewasa ini disebut semangat patriotisme. Jadi pada mulanya nasionalisme dan patriotisme itu sama maknanya. Namun sejak revolusi Perancis meletus 1789, pengertian nasionalisme mengalami berbagai pengertian, sebab kondisi yang melatarbelakanginya amat beragam. Antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Nasionalisme bukan lagi produk pencerahan Eropa tetapi menjadi label perjuangan di n egara-negara Asia-Afrika yang dijajah bangsa Barat. Keragaman makna itu dapat dilihat dari sejumlah pendapat berikut.

Smith (1979: 1) memaknai nasionalisme sebagai gerakan ideologis untuk meraih dan memelihara otonomi, kohesi dan individualitas bagi satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh beberapa anggotanya untuk membentuk atau menentukan satu bangsa yang sesungguhnya atau yang berupa potensi saja. Snyder (1964: 23) sementara itu memaknai nasionalisme sebagai satu emosi yang kuat yang telah mendominasi pikiran dan tindakan politik kebanyakan rakyat sejak revolusi Perancis. Ia tidak bersifat alamiah, melainkan merupakan satu gejala sejarah, yang timbul sebagai tanggapan terhadap kondisi politik, ekonomi dan sosial tertentu. Sementara itu Carlton Hayes, seperti dikutip Snyder (1964: 24) membedakan empat arti nasionalisme:

1. Sebagai proses sejarah aktual, yaitu proses sejarah pembentukan nasionalitas sebagai unit-unit politik, pembentukan suku dan imperium

(6)

2. Sebagai suatu teori, prinsip atau implikasi ideal dalam proses sejarah aktual.

3. Nasionalisme menaruh kepedulian terhadap kegiatan-kegitan politik, seperti kegiatan partai politik tertentu, penggabungan proses historis dan satu teori politik.

4. Sebagai satu sentimen, yaitu menunjukkan keadaan pikiran di antara satu nasionalitas.

Sementara itu Benedict Anderson (1996: 6, dlm, Baskara Wardaya, 2002: 16) mendefinisikan nation(bangsa) sebagai “suatu komunitas politis yang dibayangkan-dan dibayangkan sekaligus sebagai sesuatu yang secara inheren terbatas dan berdaulat” (an imagined political community and imagined as both inherently limited and sovereign”). Istilah dibayangkan (imagined) ini penting, menurut Anderson, mengingat bahwa anggota-anggota dari nasion itu kebanyakan belum pernah bertemu satu sama lain, tetapi pada saat yang sama di benak mereka hidup suatu bayangan bahwa mereka berada dalam suatu kesatuan komuniter tertentu. Karena terutama hidup dalam bayangan (dalam arti positif) manusia yang juga hidup dan berdinamika, nasionalisme di sini dimengerti sebagai sesuatu yang hidup, yang terus secara dinamis mengalami proses pasang surut, naik turun. Pandangan yang demikian ini mengandaikan bahwa nasionalisme merupakan sesuatu yang hidup, yang secara dinamis berkembang serta mencari bentuk-bentuk baru sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Boyd Shafer (1955: 6) mengatakan bahwa nasionalisme itu multi makna, hal tersebut tergantung pada kondisi objektif dan subjektif dari setiap bangsa. Oleh sebab itu nasionalisme dapat bermakna sebagai berikut:

1. Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras,bahasa atau budaya yang sama, maka dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriotisme.

2. Nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa.

3. Nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volkyang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.

4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

(7)

5. Nasionalisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus dominan atau tertinggi di antara bangsa-bangsa lain dan harus bertindak agresif.

Kendati ada beragam definisi tentang nasionalisme, Hans Kohn (1971: 9) menggaris bawahi bahwa esensi nasionalisme adalah sama, yaitu ” a state of mind, in which the supreme loyality of the individual is felt to be due the nation state” (sikap mental, di mana kesetiaan tertinggi dirasakan sudah selayaknya diserahkan kepada negara bangsa).

2.2 Potret Nasionalisme di Indonesia

Ketika sebuah negara yang bernama Indonesia akhirnya terwujud pada 17 Agustus 1945,dengan seluruh penghuninya yang disebut bangsa Indonesia, permasalahannya ternyata belum tuntas. Indonesia masih harus berjuang dalam perang kemerdekaan (1945-1949), ketika Belanda ingin menjajah kembali dengan membonceng tentara sekutu (Abdullah 2001, 2). Secara historis, nasionalisme kita di uji di tengah gejolak politik adu domba (devide et impera). Bahkan setelah adanya pengakuan kedaulatan (1949) muncul gerakan separatis diberbagai wilayah. Akhirnya di masa demokrasi terpimpin nasionalisme di ambil alih negara. Pada akhirnya nasionalisme politik itu bergeser ke arah (politik dan budaya) sampai tragedi nasional 30 September (peristiwa G, 30S) 1965, dan sesudahnya bergenti pemerintahan orde baru (Abdullah 2001,6). Di masa pemerintahan rezim orde baru nasionalisme telah bergeser menjadi konsep modernisasi dan industrialisasi (pembangunan). Implikasinya nasionalisme ekonomi muncul kepermukaan. Pada saat yang sama , arus globalisasi mulai memudarkan batas-batas kebangsaan, kecuali tentang batas wilayah dan kedaulatan negara. Negara mengambil alih urusan nasionalisme atas nama kepentingan dan stabilitas nasional, sehingga terjadi apa yang disebut, ”greedy state” negara menguasai rakyat, hingga memori kolektif pun dicampuri negara. Inilah yang disebut nasionalisme negara (Abdullah 2001, 37). Di tahun 1998, reformasi telah memporak-porandakan stabilitas semu yang dibangun pemerintahan rezim orde baru, yang akhirnya menyebabkan krisis berkepanjangan di Indonesia. Sementara potret nasionalisme, terus semakin memudar. Banyak

(8)

solidaritas nasionalisme negara-bangsa masih belum terbangun dengan kokoh. Bahkan tantangan yang dihadapi sebagai sebuah negara-bangsa (nation-state) semakin kompleks (Abdullah 2001,39). Pada saat ini, Indonesia telah menggunakan sistem demokrasi, dan di akui negara demokrasi di dunia. Tetapi sistem demokrasi tersebut tidak lantas dapat membebaskan Indonesia dari berbagai masalah politik, sosial, budaya, ekonomi dan teknologi yang berbasis informasi global (Abdullah 2001,51). Misalnya permasalahan yang bertautan dengan kemiskinan, korupsi, ketahanan budaya, menurunnya nilai sosial, konflik antar etnik dan golongan, kekerasan/anarkisme, karut-marutnya pengelolaan wilayah perbatasan, penegakan hukum, serbuan budaya konsumerisme dan lainnya menjadi tantangan kesadaran nasionalisme negara-bangsa. Berbagai komponen tersebut dapat dianggap sebagai faktor yang melemahkan kesadaran nasionalisme negara-bangsa.

2.3 Cara Memupuk Rasa Nasionalime di Indonesia

Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk membangkitkan semangat nasionalisme yang dapat dilakukan dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam kehidupan bermasyarakat. Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu unsur yang penting dalam mewujudkan nasionalisme. Dengan demikian, tidak sepantasnya masyarakat mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras, budaya dan golongan-golongan tertentu. Kehendak untuk bersatu sebagai suatu bangsa memiliki konsekuensi siap mengorbankan kepentingan pribadi demi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Tanpa adanya pengorbanan tersebut maka tidak mungkin persatuan dan kesatuan tersebut dapat terwujud. Dan sebaliknya, jika masyarakat mempersoalkan segala perbedaan yang ada dalam masyarakat tersebut maka akan dapat menimbulkan perpecahan.

(9)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras,bahasa atau budaya yang sama dan yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

Permasalahan yang bertautan dengan kemiskinan, korupsi, ketahanan budaya, menurunnya nilai sosial, konflik antar etnik dan golongan, kekerasan/anarkisme, karut-marutnya pengelolaan wilayah perbatasan, penegakan hukum, serbuan budaya konsumerisme dan lainnya masih menjadi tantangan yang kuat akan kesadaran nasionalisme di Indonesia.

Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk membangkitkan semangat nasionalisme yang dapat dilakukan dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2 Saran

Banyaknya permasalahan yang muncul dewasa ini sering kali dapat melemahkan jiwa nasionalisme warga negara Indonesia, bahkan dapat pula menghilangkannya. Mereka lebih cenderung mementingkan kepentingan individu maupun golongan. Maka dari itu sebagai warga negara Indonesia yang baik sebaiknya kita mulai menumbuhkan kembali dan memupuk jiwa nasionalisme yang sudah ada dalam diri kita.

Menumbuhkan jiwa nasionalisme dapat dilakukan dengan cara mengingat perjuangan para pahlawan yang telah berhasil memerdekan bangsa Indonesia. Memupuk rasa bahwa kita ini senasib dan seperjuangan, berkontribusi penuh terhadap bangsa dan negara Indonesia. Semakin mengingat bahwa kita ini lahir di Indonesia dan disinilah kita harus mengabdikan diri kepada tempat dimana kita dilahirkan.

Sesama warga negara Indonesia sebaiknya berkerja sama untuk meningkatkan jiwa nasionalisme Indonesia untuk mencapai tujuan bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila.

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Arifianto, S. 2013. "Makna Nasionalisme Negara-Bangsa" Melalui Teks Media. Online,http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/128/1 18, 14 September 2015

Adisusilo J. R, Sutarjo. 2009. "Nasionalisme-Demokrasi-Civil Society". Online, https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol 23no2oktober2009/NASIONALISME%20sutarjo%20adisusilo.pdf, 14 September 2015

Silaban, Winner. 2012. "Pemikiran Soekarno Tentang Nasionalisme". Jurnal Dinamika Politik.Vo.1,No.3,

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=58778&val=4139, 14 September 2015

Referensi

Dokumen terkait

50.000.000 lima puluh juta rupiah sebagai dana talangan melalui pembicaraan telepon terdakwa berjanji akan mengembalikan uang tersebut selama 1 satu bulan dan uang tersebut

Pembelajaran kontekstual dalam dalam suatu pendidikan merupakan suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

Setelah melakukan riset peneliti menemukan faktor-faktor penghambat dalam pelayanan di Provinsi Lampung adalah masih kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam

Hubungan karakteristik dosen di Perguruan Tinggi dengan kontrak psikologis pada jenis kelamin dengan keuangan dosen dan keseimbangan dengan pribadi dosen baik pada

Secara kuantitatif data dari tabel di atas dapat dilihat perlakuan K1 dengan penerapan sistem tanam legowo 4:1 yang jarak tanamnya lebih lebar dan lorong legowo yang banyak

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol dan fraksi etil asetat dari daun Peronema canescens (sungkai)

Pemanfaatan teknologi QR Code dibuat dengan tujuan untuk menyimpan berbagai macam informasi yang ada didalam Istana Siak sehingga penggunaan QR Code dalam

En esta primera etapa del Teatro Cricot 2 se utilizaron ya elementos que serían característicos en toda la obra teatral de Tadeusz Kantor: en La sepia los actores se mueven en