BRIDGE DESIGN MANUAL
BRIDGE DESIGN MANUAL
BAGIAN 8
BAGIAN 8
PERENCANAAN PONDASI TIANG
PERENCANAAN PONDASI TIANG
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Contents
Contents
DAFTAR
DAFTAR ISI ...ISI ...8-i...8-i 8.1 METODOLOGI
8.1 METODOLOGI PERENCANAAN ...PERENCANAAN ... 8-1... 8-1 8.1.1
8.1.1 Pendahuluan Pendahuluan ... 8-1... 8-1 8.1.2
8.1.2 Pokok-Pokok Perencanaan Pokok-Pokok Perencanaan Tiang Tiang ... ... 8-48-4 8.1.3 Tahapan
8.1.3 Tahapan Perencanaan ...Perencanaan ... 8-4... 8-4 8.2 TAHAP 1.
8.2 TAHAP 1. KAPASITAS AKSIAL DARI TIANG ...KAPASITAS AKSIAL DARI TIANG ... 8-5... 8-5 8.2.1 Kapasitas Aksial Ultimit Dari Tiang
8.2.1 Kapasitas Aksial Ultimit Dari Tiang Tegak Vertikal Tegak Vertikal ... 8-6... 8-6 8.2.2
8.2.2 Kapasitas Kapasitas Aksial Aksial Tiang Tiang Dalam Dalam Tanah Tanah Non Non Kohesif. Kohesif. ... ... 8-88-8 8.2.2.1
8.2.2.1 Metode Meyerhof Metode Meyerhof Berdasarkan Data SPT Berdasarkan Data SPT ... 8-8... 8-8 8.2.2.2
8.2.2.2 Metode Nordlund Metode Nordlund ... 8-9... 8-9 8.2.3
8.2.3 Kapasitas Kapasitas Aksial Aksial Tiang Tiang Dalam Dalam Tanah Tanah Kohesif Kohesif ... ... 8-388-38 8.2.3.1 Metode Tegangan Total
8.2.3.1 Metode Tegangan Total (Metode(Metode
) ...) ... ... 8-388-38 8.2.4 Metode Tegangan Efektif (Metode8.2.4 Metode Tegangan Efektif (Metode ) ...) ... ... 8-428-42 8.2.5 Metode
8.2.5 Metode Berdasarkan Data Berdasarkan Data CPT /Sondir CPT /Sondir ... 8-45... 8-45 8.2.6 Kapasitas
8.2.6 Kapasitas Tiang Pada Tiang Pada Tanah Berlapis Tanah Berlapis ... 8-57... 8-57 8.2.7
8.2.7 Perhitungan Gesek Perhitungan Gesek Dinding Negatif Dinding Negatif ... 8... 8-69-69 8.2.7.1 Gesek Dinding Negatif... 8-69 8.2.7.1 Gesek Dinding Negatif... 8-69 8.2.7.2 Pendekatan Tradisonal Untuk Menghitung Gesek Dinding
8.2.7.2 Pendekatan Tradisonal Untuk Menghitung Gesek Dinding Negatif ... 8-71Negatif ... 8-71 8.2.8 Kapasitas Gaya Angkat
8.2.8 Kapasitas Gaya Angkat Aksial Dari Tiang ... 8-79Aksial Dari Tiang ... 8-79 8.2.8.1 Kapasitas Gaya
8.2.8.1 Kapasitas Gaya Angkat Aksial Dari Tiang Angkat Aksial Dari Tiang Tunggal Tunggal ... 8-79... 8-79 8.2.9 Reduksi Kapasitas Aksial
8.2.9 Reduksi Kapasitas Aksial Untuk Beban Miring Atau Tiang Untuk Beban Miring Atau Tiang Miring Miring ... 8-84... 8-84 8.2.10 Kapasitas
8.2.10 Kapasitas Ultimit Untuk Pengaruh KUltimit Untuk Pengaruh Kelompok Tiang elompok Tiang ... 8-90... 8-90 8.2.10.1 Kapasitas Kelompok Tiang
8.2.10.1 Kapasitas Kelompok Tiang dalam Tanah Non Kohesif ... 8-92dalam Tanah Non Kohesif ... 8-92 8.2.10.2 Kapasitas
8.2.10.2 Kapasitas Kelompok Tiang dalam Kelompok Tiang dalam Tanah Kohesif Tanah Kohesif ... 8-93... 8-93 8.2.10.3 Keruntuhan Blok dari Kelompok Tiang ... 8-95 8.2.10.3 Keruntuhan Blok dari Kelompok Tiang ... 8-95 8.3 TAHAP 2.
8.3 TAHAP 2. KAPASITAS LATERAL TIANG ...KAPASITAS LATERAL TIANG ... 8-97... 8-97 8.3.1 Kapasitas Lateral D
8.3.1 Kapasitas Lateral Dari Tiang Tunggal ...ari Tiang Tunggal ... 8-97... 8-97 8.3.1.1 Metode Perencanaan Kapasitas Lateral ... 8-98 8.3.1.1 Metode Perencanaan Kapasitas Lateral ... 8-98
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
8.3.2 Kapasitas
8.3.2 Kapasitas Lateral Dari Lateral Dari Kelompok Tiang Kelompok Tiang ... 8-110... 8-110 8.4 TAHAP 3.
8.4 TAHAP 3. PERKIRAAN PENURUNAN TIANG ...PERKIRAAN PENURUNAN TIANG ... 8-113... 8-113 8.4.1 Penurunan Kelompok Tiang Pada Tanah Non Kohesif ... 8-113 8.4.1 Penurunan Kelompok Tiang Pada Tanah Non Kohesif ... 8-113 8.4.2 Penurunan Kelompok Tiang P
8.4.2 Penurunan Kelompok Tiang Pada Tanah Kohesif ...ada Tanah Kohesif ... 8-114... 8-114 8.4.3 Penurunan Kelompok Tiang P
8.4.3 Penurunan Kelompok Tiang Pada Tanah Berlapis ...ada Tanah Berlapis ... 8-116... 8-116 8.5 TAHAP 4.
8.5 TAHAP 4. PERHITUNGAN LENDUTAN LATERAL TIANG PERHITUNGAN LENDUTAN LATERAL TIANG ... 8-121... 8-121 8.5.1 Lendutan Lateral Dari
8.5.1 Lendutan Lateral Dari Tiang Tunggal ...Tiang Tunggal ... 8-121... 8-121 8.5.2 Pengaruh Kelompok Pada
8.5.2 Pengaruh Kelompok Pada Lendutan Lateral... 8-125Lendutan Lateral... 8-125 8.6 TAHAP 5. RENCANA TIANG DAN BALOK PONDASI CAP UNTUK KEAWETAN DAN SYARAT 8.6 TAHAP 5. RENCANA TIANG DAN BALOK PONDASI CAP UNTUK KEAWETAN DAN SYARAT
STRUKTURAL BAIK PADA
STRUKTURAL BAIK PADA PEMBEBANAN U.L.S ...PEMBEBANAN U.L.S ... 8-126... 8-126 8.6.1
8.6.1 Keawetan Beton Keawetan Beton Bertulang Bertulang ... 8-126... 8-126 8.6.2
8.6.2 Tiang Tiang Baja Baja ... 8-126... 8-126 8.6.3 Kapasitas
8.6.3 Kapasitas Tekuk Dari Tiang ... 8-127Tekuk Dari Tiang ... 8-127 8.6.4 Rencana
8.6.4 Rencana Momen Lentur Dan Gaya Momen Lentur Dan Gaya Geser Dalam Tiang Geser Dalam Tiang ... 8-128... 8-128 8.6.5 Rencana
8.6.5 Rencana Balok Pondasi Balok Pondasi Cap Cap ... 8-134... 8-134 8.6.6 Perkembangan Momen Tiang Dan Kapasitas Geser Pons Pada Balok Pondasi Cap 8.6.6 Perkembangan Momen Tiang Dan Kapasitas Geser Pons Pada Balok Pondasi Cap
...
... 8... 8-135-135 8.6.7
8.6.7 Tegangan Tiang Selama Tegangan Tiang Selama Pengangkatan Dan Pemancangan Pengangkatan Dan Pemancangan ... 8-136... 8-136 DAFTAR
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
8.1 METODOLOGI PERENCANAAN
8.1.1 Pendahuluan
Pada manual ini metode yang digunakan dalam perencanaan pondasi tiang adalah metode analisa statis. Metode analisa statis dapat dikategorikan sebagai metode analitik yang menggunakan sifat-sifat kompresibilitas dan kekuatan tanah untuk penentuan kinerja dan kapasitas tiang. Kapasitas tiang statis dari jumlah tahanan tanah/batuan disepanjang sisi tiang dan pada ujung tiang dapat diperkirakan dari analisa rekayasa geoteknik menggunakan data sbb :
1. Data uji laboratorium untuk menentukan parameter kuat geser tanah dan batuan disekitar tiang
2. Data uji penetrasi standar (Standard Penetration Test /SPT data) 3. Data uji in-situ (Cone Penetration Test /CPT / sondir)
Tanah dimana pondasi tiang pancang dipasang hampir selalu terganggu. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi derajat ketergangguan meliputi, tipe tanah dan kerapatan, tipe tiang (tiang dengan perpindahan, tiang tanpa perpindahan) dan metode pemasangan tiang yaitu pemancangan (diving), pengeboran (boring) dan penyemprotan ( jetting).
Untuk pondasi tiang pancang, gangguan tanah sangat sulit untuk dihindari. Berikut ini adalah tiga kategori dari fondasi tiang :
Tiang dengan perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancangkan kedalam tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relative besar. Contoh : tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya. Tiang perpindahan kecil (small displacement pile), sama dengan tiang pada type pertama
cuma volume tanah yang dipindahkan saat pemancangan relative kecil. Contoh : tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, tiang ulir.
Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile), terdiri dari tiang yang dipasang didalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah. Contoh : Tiang bor yaitu tiang beton yang pengecorannya langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakan dalam lubang dan dicor beton).
Pemilihan pondasi tiang pancang (Driving Pile) dan pondasi tiang bor (Bored Pile) masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Tabel 8.1 Keuntungan dan Kerugian Beberapa Pondasi Tiang Jenis pondasi tiang Keuntungan Kerugian Tiang pancang beton pracetak
Bahan tiang dapat diperiksa sebelum dipancangkan
Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah
Dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam
Dapat menambah kepadatan tanah granular
Kenaikan permuakaan tanah dan gangguan tanah akibat pemancangan dapat menimbulkan masalah
Tiang mungkin rusak pada waktu pemancangan Pemancangan sulit jika diameter tiang terlalu
besar
Menimbulkan gangguan suara, getaran dan deformasi tanah yang dapat menimbulkan kerusakan bangunan sekitarnya
Penulangan dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi pada waktu pengangkutan dan pemancangan tiang. Tiang pancang beton cetak di tempat
Panjang tiang dapat disesuaikan dengan kondisi tanah
Pembesaran ujung tiang dapat menambah daya dukung
Penulangan tidak dipengaruhi oleh masalah pengangkatan atau tegangan yang timbul akibat pemancangan Tiang dapat dipancang dengan ujung
yang tertutup hingga tidak dipengaruhi air tanah
Gangguan suara dan getaran dapat direduksi dengan menggunakan cara tertentu
Kenaikan permukaan tanah akibat
pemancangan dapat merugikan bangunan disekitarnya
Gangguan tanah dapat menyebabkan
rekonsolidasi dan berkembangnya gaya gesekan dinding negatif pada tiang s ehingga mengurangi daya dukungnya
Pemancangan dapat menyebabkan terangkatnya tiang yang terlebih dahulu dipasang
Mutu beton tidak dapat diketahui setelah selesai pemasangan
Mutu beton dapat berkurang akibat pengaruh air pada penarikan pipa selubung
Panjang tiang terbatas oleh gaya tarik
maksimum yang dapat dilakukan pada waktu menarik pipa selubung
Tiang tidak dapat dipancang dengan diameter yang besar
Pemancangan menimbulkan suara keras, getaran yang timbul dan deformasi tanah dapat membahayakan bangunan disekitarnya.
Tiang bor (Bored pile)
Tidak ada resiko kenaikan muka tanah Kedalaman tiang dapat divariasikan Tanah dapat diperiksa dan dicocokan
dengan data laboratorium Tiang dapat dipasang sampai
kedalaman yang dalam dengan diameter besar, dan dapat dilakukan pembesaran ujung bawah jika tanah dasar berupa lempung atau batu lunak Penulangan tidak dipengaruhi oleh
tegangan pada`waktu pengangkutan dan pemancangan
Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan bila tanah berupa pasir atau tanah yang berkerikil
Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik
Air yang mengalir kedalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang
Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan jika tanah berupa pasir
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Tabel Korelasi
Jika pengujian laboratorium tidak dilakukan dan data yang ada hanya data N-SPT maka untuk memperkirakan nilai parameter tanah dapat digunakan table korelasi seperti Tabel 8.2 (untuk tanah non kohesif) dan Table 8.3 (untuk tanah kohesif).
Tabel 8.2. Nilai empiris untuk , Dr dan berat volume dari tanah non kohesif/ berbutir
berdasarkan nilai N koreksi (N’) (Menurut Bowles, 1977)
Deskripsi Sangat
lepas Lepas Sedang Padat
Sangat Padat Relatif density (Dr) 0-0.15 0.15-0.35 0.35-0.65 0.65-0.85 0.85-1.00 Nilai N’-SPT koreksi 0-4 4-10 10-30 30-50 > 50 Perkiraan sudut geser
dalam, (o) 25-30 27-32 30-35 35-40 38-43
Perkiraan berat volume
tanah, (kN/m3) 11.0-15.7 14.1-18.1 17.3-20.4 17.3-22 20.4-23.6 Cheney dan Chassie (1993), menganjurkan tahanan gesek ultimit dengan mengabaikan gaya-gaya pengunci partikel. Untuk perhitungan tahananan gesek dinding tiang pada endapan kerikil :
a. Sudut geser dalam () maksimum 32o untuk kerikil yang terdiri dari partikel bulat yang lunak
b. Sudut geser dalam () maksimum 36o untuk kerikil yang terdiri dari partikel bersudut yang keras.
Tabel 8.3. Nilai empiris untuk kuat tekan bebas (qu) dan konsistensi dari tanah kohesif
berdasarkan N koreksi (N’) (Menurut Bowles, 1977) Konsistensi Sangat
lunak Lunak Sedang Kenyal Sangat kenyal Keras qu(kPa) 0-24 24-48 48-96 96-192 192-384 >384 Nilai N-SPT koreksi (N’) 0-2 2-4 4-8 8-16 16-32 >32 (sat) (kN/m 3 ) 15.8-18.8 15.8-18.8 17.3-20.4 18.8-22 18.8-22 18.8-22 Catatan : Nilai korelasi tidak dapat diandalkan. Penggunaan hanya untuk perkiraan awal. Faktor Aman
Analisa statis menghasilkan kapasitas tiang ultimit. Untuk memperoleh kapasitas izin tiang (beban rencana tiang/ beban kerja) maka kapasitas ultimit tiang dibagi dengan faktor aman tertentu. Tujuan memberikan faktor aman adalah :
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
b. Memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas dari tanah c. Meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman mendukung beban yang bekerja
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batas-batas toleransi.
Berikut ini adalah faktor aman yang dianjurkan berdasarkan metode kontrol konstruksi Tabel 8.4 Faktor aman yang dianjurkan berdasarkan metode kontrol konstruksi
Metode Kontrol Konstruksi Faktor aman (FS) Uji beban statis (ASTM D-1143) dengan analisa persamaan
gelombang 2
Uji dinamis (ASTM D-4945) dengan analisa persamaan
gelombang 2.25
Tiang indikator dengan analisa persamaan gelombang 2.5
Analisa persamaan gelombang 2.75
Formula dinamis 3.5
8.1.2 Pokok-Pokok Perencanaan Tiang
Walaupun tidak terdapat pemisahan tegas antara bangunan bawah dan fondasi, bagian ini terutama dipusatkan pada fondasi.
Pokok perencanaan fondasi tiang yang mendukung bangunan bawah jembatan dinyatakan sebagai berikut :
a. Bahan tiang harus mempunyai keawetan memadai untuk pemakaian yang dipilih. b. Pada aksi dari pembebanan keadaan batas ultimit :
Harus terdapat cukup ketahanan dari tanah pendukung. Tiang-tiang harus mempunyai kekuatan memadai.
Struktur harus mempunyai kekuatan memadai atau hubungan harus cukup baik sehingga mencegah keruntuhan akibat gerakan pondasi.
c. Pada pembebanan keadaan kelayanan, penurunan dan lendutan lateral dari pilar dan pangkal yang didukung :
Tidak boleh membuat jembatan tidak layak digunakan. Tidak boleh menimbulkan masyarakat khawatir
Tidak boleh banyak mengurangi umur layanan jembatan
8.1.3 Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan yang diuraikan dalam Table 8.5 akan memberikan suatu pendekatan sistematik untuk mencapai perencanaan tersebut di atas. Pemilihan denah dan dimensi balok pondasi tiang-cap serta analisa rancangan untuk kombinasi beban rencana dibahas dalam
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
bagian 8.2 dan 8.3. Cara perhitungan bertahap di bawah ini menggunakan dimensi tersebut dan hasil analisa untuk memeriksa bahwa pondasi tiang akan menjadi awet, stabil, layak dan mempunyai kekuatan memadai. Bila salah satu tahap dalam perhitungan mengungkapkan bahwa dimesi pondasi kurang memadai, maka dimensi tersebut harus diperbaiki dan struktur dianalisa kembali sesuai dasar-dasar dalam bagian 8.2. Hasil-hasil baru tersebut kemudian diperiksa ulang apakah cukup memadai, seperti diuraikan dibawah.
Tabel 8.5. Tahapan perencanaan tiang
Tahap 1 Rencanakan panjang tiang dan penampang sehingga tanah memberikan kapasitas aksial ultimit.
Tahap 2 Periksa apakah rencana kapasitas beban lateral ultimit memelebihi rencana pembebanan lateral ultimit
Tahap 3 Periksa apakah penurunan vertikal (dan perbedaan penurunan ) tidak akan menyebabkan keruntuhan dalam struktur tipe monolitik bersatu, akibat pembebanan keadaan U.L.S. dan tidak membuat jembatan tidak layak digunakan pada keadaan beban S.L.S. Lihat Bagian 8.4. Umumnya pemeriksaan penurunan hanya diperlukan bila dikhawatirkan akan terjadi penurunan besar akibat tanah pondasi lemah.
Tahap 4
Periksa apakah lendutan lateral tidak menyebabkan keruntuhan dalam struktur tipe monolitik bersatu, akibat pembebanan keadaan U.L.S. dan tidak melebihi nilai-nilai yang wajar untuk semua tipe struktur pada keadaan beban S.L.S. Lihat Bagian 8.5. Umumnya pemeriksaan lendutan lateral hanya diperlukan pada tipe jembatan yang monolitik tidak bersatu, bila dikhawatirkan akan terjadi perpindahan lateral besar akibat tanah lemah atau lepas sekitar bagian atas tiang.
Tahap 5 Periksa stabilitas keseluruhan untuk pondasi tiang bila kelompok tiang berada pada lereng tinggi dan terjal.
Tahap 6 Rencanakan tiang dan balok pondasi (cap) untuk keawetan dan syarat struktural baik. Untuk semua kombinasi beban U.L.S. Periksa tegangan pada pengangkatan dan pelaksanaan pemancangan untuk tipe tiang pancang.
8.2 TAHAP 1. KAPASITAS AKSIAL DARI TIANG
Pokok perencanaan untuk keadaan beban U.L.S (Ultimate Limite State) adalah bahwa kapasitas aksial ultimit tiang (Q u) harus melebihi beban aksial U.L.S. yang bekerja (S) yaitu
S
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
8.2.1 Kapasitas Aksial Ultimit Dari Tiang Tegak Vertikal
Jika tiang mengalami pembebanan tekan, maka ada tiga cara untuk menahan beban tersebut (Gambar 8.1) yaitu dengan mengerahkan :
Tahanan gesek dinding tiang (Rs), dimana beban ditahan oleh gesekan dalam tanah non
kohesif atau adhesi dalam tanah kohesif.
Tahanan ujung tiang (Rt) dimana beban ditahan pada dasar tiang
Kombinasi dari tahanan gesek dinding tiang dan tahanan ujung tiang (Q u).
Gambar 8.1. Komponen dalam tahanan tiang Nilai kapasitas ultimit tiang (Q u) dapat ditentukan dengan persamaan sbb :
t s u R R Q
(8.2) Atau t t d s t t s s u f A q A f C d q A Q
(8.3) DimanaRs adalah tahanan gesek ultimit (kN)
Rt adalah tahanan ujung ultimit (kN)
f s adalah tahanan gesek dinding tiang persatuan luas (kPa)
qt adalah tahanan ujung tiang persatuan luas (kPa)
As adalah luas selimut tiang (m 2
) At adalah luas ujung tiang (m2)
Cd adalah keliling tiang pada kedalaman d (m)
d adalah panjang dari segmen tiang (m) Tanah lunak Tanah lunak Tanah lunak Batuan Lapisan Tanah keras D Q u Q u Q u D D Rt Rt Rs Rs DB
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Dalam analisa statis, suatu kedalaman pemancangan tiang coba-coba dipilih dan kapasitas ultimit tiang (Q u) dihitung. Kapasitas ultimit maliputi perhitungan tahanan tanah dari seluruh
lapisan (Gambar 8.2), yang meliputi tahanan gesek dinding tiang pada lapisan yang rentan terhadap gerusan (Rs1), tahanan gesek dinding tiang pada lapisan lempung lunak yang tidak
sesuai (Rs2) dan tahanan gesek dinding tiang pada material pendukung yang sesuai (Rs3) serta
tahanan ujung tiang (Rt), atau :
t 3 s 2 s 1 s u R R R R Q
(8.4)Gambar 8.2. Faktor aman untuk profil tanah
Beban rencana atau beban izin (Q a), adalah jumlah dari tahanan gesek dari material
pendukung yang sesuai dibagi dengan faktor aman (Tabel 8.3). Q a dapat dihitung dalam
bentuk persamaan sbb : FS R R FS Q Q a
u
s
t (8.5)Untuk profil tanah seperti pada Gambar 8.2 maka beban rencana dapat dihitung sebagai berikut : 2 R R FS R R Q a
s3
t
s3
t (8.6) Lapisan 2 Lempung lunak (tidak sesuai) Lapisan 1 Pasir (mengalami gerusan) Lapisan 3 Material pendukung yang sesuai Q u D Rt Rs2 Rs1 Rs3Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
8.2.2
Kapasitas Aksial Tiang Dalam Tanah Non Kohesif.
8.2.2.1 Metode Meyerhof Berdasarkan Data SPT
Tahanan ujung persatuan luas dari tiang, qt (kPa) untuk tiang yang dipancangkan di
kedalaman DB pada tanah non kohesif (pasir dan kerikil) bedasarkan metode Meyerhof
dapat diambil sebagai berikut :
' B B ' o ' B ' o t 400N b D N 40 N 40 N 400 q
(8.7) dimana :b adalah lebar tiang atau diameter tiang (m)
DB adalah kedalaman penanaman tiang pada lapisan pendukung (m) '
o
N adalah nilai N’-SPT koreksi rata-rata dari lapisan di atas lapisan pendukung
' B
N adalah nilai N’-SPT koreksi rata-rata dari lapisan pendukung
Nilai batas dari 400N'B dicapai ketika kedalaman tiang pada lapisan pendukung 10 x
diameter tiang. Persamaan di atas diterapkan ketika dasar tiang berada dekat dengan antarmuka (interface) dari dua lapisan dengan lapisan tanah lunak berada di atas lapisan pendukung.
Untuk tiang pancang yang berada pada tanah non kohesif seragam, maka tahanan ujung tiang dapat dihitung sbb :
' B B ' B t 400N b D N 40 q
(8.8)Nilai N-SPT koreksi (N’) berdasarkan pengaruh tegangan vertikal efektif akibat berat sendiri dapat dihitung sbb :
N C N'
N (8.9) Yang mana
o 10 N p 021 . 0 40 log 77 . 0 C dan CN< 2 (8.10) Dimana :Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Nilai N dihitung dengan merata-ratakan nilai N’ pada zone 3 x diameter di bawah dasar'B
tiang. Faktor koreksi (CN) dapat juga ditentukan dari grafik berikut ini :
Gambar 8.3. Grafik untuk nilai N koreksi pada pasir akibat pengaruh tegangan overburden efektif
Tahanan gesek rata-rata persatuan luas dari dinding tiang, f s (kPa) untuk tiang yang
dipancangkan pada tanah non kohesif menurut Meyerhof (1976) dapat diambil sbb : Untuk tiang dengan perpindahan (tiang pipa ujung tertutup dan tiang beton
pracetak) dalam kPa : kPa 100 ' N 2 f s
(8.11) Untuk tiang tanpa perpindahan (tiang baja H, tiang bor cetak ditempat), dalam kPa :
kPa 100 ' N f s
(8.12)8.2.2.2 Metode Nordlund
Tahanan gesek persatuan luas dari dinding tiang (f s) dalam kPa untuk metode Nordlund
diambil sbb :
cos sin p C K f s F d (8.13) dimana :K adalah koefisien tekanan tanah lateral pada titik tengah dari lapisan tanah
(lihat Gambar 8.5 s/d Gambar 8.8)
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
pd adalah tegangan overburden efektif pada titik tengah dari kedalaman increment d
(kPa)
δ adalah sudut gesek antara tiang dengan tanah (o) (Gambar 8.4) ω adalah Sudut tiang lancip dari sumbu vertikal (o)
Gambar 8.4. Hubungan antara δ/φ dengan volume tanah yang dipindahkan (V) untuk variasi tipe tiang (Nordlund, 1979)
a. Tiang ujung pipa tertutup dan bagian tabung tak lancip b. Tiang kayu
c. Tiang beton pracetak
d. Tiang Raymond (tiang lancip bergelombang))
e. Tiang Raymond (tiang lancip tidak bergelombang/seragam) f. Tiang Profil H
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Gambar 8.5. Kurva rencana untuk mengevaluasi nilai Kδ untuk tiang dengan φf = 25o
(Hannigan et al., 2006 after Nordlund, 1979)
Gambar 8.6. Kurva rencana untuk mengevaluasi nilai Kδ untuk tiang dengan φf = 30 o
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Gambar 8.7. Kurva rencana untuk mengevaluasi nilai Kδ untuk tiang dengan φf = 35o
(Hannigan et al., 2006 after Nordlund, 1979)
Gambar 8.8. Kurva rencana untuk mengevaluasi nilai Kδ untuk tiang dengan φf = 40o
(Hannigan et al., 2006 after Nordlund, 1979)
Gambar 8.9. Faktor koreksi untuk Kδdimana δ ≠ φf
(Hannigan et al., 2006 after Nordlund, 1979)
Tahanan ujung tiang persatuan luas (qp) dalam kPa dengan metode Nordlund/ Thurman
diambil sbb : t ' q t t N p q
(8.14)Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
dimana :
f adalah faktor tidak berdimensi diambil dari Gambar 8.10
N’q adalah faktor daya dukung dari Gambar 8.11
pt adalah tegangan overburden efektif pada ujung tiang (kPa)
Gambar 8.10. Koefisient (Hannigan et al., 2006 modified after Bowles, 1977)
Gambar 8.11. Faktor kapasitas dukung, N′q
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Gambar 8.12. Hubungan antara tahanan dasar tiang persatuan luas maksimum dengan sudut geser dalam () untuk tanah non kohesif (Meyerhof, 1976)
Dengan memasukan persamaan (8.13) dam (8.14) ke persamaan (8.3) maka kapasitas ultimit dari tiang (Q u) menurut Metoda Nordland dapat dihitung sbb :
t t ' q t d D d 0 d d F u C d N p A cos si n p C K Q
(8.15) Dimana d adalah kedalaman (m)D adalah panjang penanaman tiang (m) Cd adalah keliling tiang pada kedalaman d (m)
d adalah panjang dari segmen tiang (m) At adalah luas ujung dasar tiang (m2)
Untuk suatu penampang melintang seragam dari tiang ( = 0) dan panjang penanaman tiang (D) dilakukan pada lapisan tanah yang memiliki sudut gesek dalam () dan berat volume efektif yang sama, maka persamaan Nordlund menjadi :
t t ' q t d d F u K C p sin C D N p A Q
(8.16)Nilai sudut geser dalam () sangat berpengaruh pada perhitungan dengan metode Nordlund. Jika data uji laboratorium tidak ada maka nilai dapat diperkirakan dari nilai N’ SPT koreksi. Gambar 8.3 harus digunakan untuk mengkoreksi nilai N-SPT lapangan. Nilai N’-SPT koreksi kemudian digunakan pada Tabel 8.1 untuk memperkirakan nilai sudut geser dalam ().
Contoh 8.1. (Tanah Non Kohesif)
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Tentukan luas penampang tiang yang sesuai dan panjang tiang (D), hasil investigasi tanah diberikan pada gambar di bawah ini :
Gambar 8.13. Profil tanah Contoh 8.1 Cara Perhitungan :
Cara 1. Perhitungan Kapasitas Tiang Aksial Statis dengan Metode SPT Meyerhof
Untuk profil tanah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.13, perhitungan kapasitas aksial dari tiang menggunakan metode SPT Meyerhof. Panjang tiang yang dicoba D = 13 m, penampang tiang beton pracetak berukuran 0.35 x 0.35 m2.
Sub Tahap 1. Hitung tegangan overburden efektif (po) sbb :
Pada z =0, po
'
z
18
0
0 Pada z =0.5 m, po
'
z
18
0.5
9kPa Pada z =1 m, po
18
1
18kPa Pada z =7,
79.14 kPa 2 1 13 81 . 9 20 18 po
Pada z =13, po 18
209.81
12 140.28 kPa Sub Tahap 2. Hitung nilai N’-SPT rata-rata (N' ) untuk setiap lapisan tanahPada soal ini nilai N’-SPT rata-rata disepanjang tiang yang tertanam kedalam tanah adalah sbb : 25 N'
Pasir N’-SPT rata-rata = 25 =18 kN/m3 sat = 20 kN/m 3 1 m DPeraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Sub Tahap 3. Hitung tahanan gesek dinding tiang persatuan luas, f s (kPa) untuk setiap lapisan
tanah menggunakan persamaan (8.11) untuk tiang pancang dengan perpindahan sbb : kPa 100 ' N 2 f s
kPa 100 kPa 50 25 2 f s
Sub Tahap 4. Hitung tahanan gesek ultimit, Rs (kN) dengan menggunakan persamaan (8.3) d C f A f Rs
s
s
s
d
kN 910 m 13 m 35 . 0 4 kPa 50 Rs
Sub Tahap 5. Hitung nilai N’-SPT rata-rata pada lapisan pendukung NB'
Tanah dekat ujung tiang adalah tanah pasir homogen maka nilai N’ -SPT rata-rata pada lapisan pendukung adalahN'B
25Sub tahap 6. Hitung tahanan ujung tiang persatuan luas, qt (kPa) gunakan persamaan (8.8)
kPa 000 , 10 kPa 143 , 37 q 25 400 35 . 0 13 25 40 q t t
Gunakan qt= 10,000 kPa (Nilai terendah)
Sub Tahap 7. Hitung tahanan ujung ultimit (Rt)
0.35m 0.35m
1,225kN kPa 000 , 10 A q Rt
t
t
Sub Tahap 8. Hitung kapasitas ultimit tiang, Q u(kN) kN 135 , 2 kN 225 , 1 kN 910 R R Q u
s
t
Sub Tahap 9. Hitung beban izin rencana tiang, Q a (kN)
Faktor aman harus dipilih berdasarkan metode kontrol konstruksi yang diperlukan. Untuk analisa statis dianjurkan menggunakan faktor aman pada rentang 2 – 4, metoda analisa statis menganjurkan faktor keamanan 3. Sehingga beban izin rencana tiang (Q a) adalah :
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 kN 000 , 1 kN 7 . 711 3 kN 135 , 2 FS Q Q a
u
Nilai beban izin rencana tiang lebih kecil dari beban luar yang bekerja sehingga dimensi tiang harus diperbesar.
Cara 2. Perhitungan Kapasitas Aksial Tiang Statis dengan Metode Norlund
Untuk profil tanah seperti pada Gambar 8.13, maka perhitungan kapasitas aksial dengan menggunakan metode Norldlund mengikuti tahap-tahap berikut ini :
Sub Tahap 1. Menggambarkan profil tanah kedalam lapisan dan menentukan sudut geser dalam () untuk setiap lapisan.
Hitung tegangan overburden efektif (po) dari hasil perhitungan Cara 1 Sub Tahap 1. Gunakan
nilai N’-SPT rata-rata untuk setiap lapisan tanah untuk memperkirakan nilai sudut geser dalam () dari Table 8.1. Untuk N'
25 = 35oSub Tahap 2. Tentukan , merupakan sudut gesek antara tiang dengan tanah berdasarkan pada nilai volume tanah yang dipindahkan (V) dan sudut geser dalam tanah ( )
a. Hitung volume tanah yang dipindahkan (V) persatuan panjang tiang. Karena penampang melintang tiang seragam maka = 0o.
1m/m
0.1225m /m 35 . 0 35 . 0 V
3Untuk penampang melintang tiang yang tidak seragam maka 0. Tiang harus dibagi menjadi beberapa bagian dan volume setiap bagian harus dihitung.
b. Berdasarkan nilai V = 0.1225 m3/m maka dengan menggunakan Gambar 8.4 untuk tiang beton pracetak (kurva c) didapatkan nilai / = 0.825
c. Hitung dari rasio/ = 0.825 (35o) = 28.875o
Sub Tahap 3. Tentukan koefisien tekanan tanah lateral (K) untuk setiap sudut geser dalam
()
Penentuan nilai K untuk sudut berdasarkan pada nilai V dan nilai , menggunakan Gambar
8.7. Diketahui bahwa sudut lancip tiang () = 0o Untuk Lapisan 1 :
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Untuk
Untuk =35 =35oo dan V = 0.1225 m dan V = 0.1225 m33/m/m Untuk V = 0.093 m Untuk V = 0.093 m33/m /m KK = 1.75 = 1.75 Untuk V = 0.1225 m Untuk V = 0.1225 m33/m /m KK = = Untuk Untuk V V = = 0.93 0.93 m3/m m3/m KK = 2.35 = 2.35
Kemudian gunakan log interpolasi linier untuk menentukan nilai K
Kemudian gunakan log interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk untuk = = 3535 o o dan V = dan V = 0.1225 m 0.1225 m33/m/m
Hasil log interpolasi linier untuk V = 0.125 m
Hasil log interpolasi linier untuk V = 0.125 m33/m adalah :/m adalah :
00..9393
loglog 00..093093
22..3535 11..7575
11..8282 log log 093 093 .. 0 0 log log 1225 1225 .. 0 0 log log 75 75 .. 1 1 K K
Sub tahap 4.Sub tahap 4. Tentukan Tentukan Faktor Koreksi Faktor Koreksi (C(CFF) untuk diterapkan pada K) untuk diterapkan pada K jika jika 00
Gunakan Gambar 8.9 untuk menentukan faktor koreksi untuk setiap K
Gunakan Gambar 8.9 untuk menentukan faktor koreksi untuk setiap K. Masukan nilai. Masukan nilai dan dan
nilai
nilai// = 0.825 pada gambar untuk menentukan nilai C = 0.825 pada gambar untuk menentukan nilai CFF..
Untuk
Untuk = 35 = 35oo CCFF = 0.92 = 0.92
Sub tahap 5.
Sub tahap 5. Hitung tegangan overburden Hitung tegangan overburden efektif rata-rata pada bagian efektif rata-rata pada bagian tengah setiap lapisantengah setiap lapisan tanah, p
tanah, pdd (kPa). (kPa).
Tegangan overburden efektif pada titik tengah setiap lapisan tanah adalah sama dengan Tegangan overburden efektif pada titik tengah setiap lapisan tanah adalah sama dengan tegangan efektif rata-rata dari
tegangan efektif rata-rata dari lapisan 1 tersebut. lapisan 1 tersebut. Karena tegangan overburdeKarena tegangan overburden efektif tidakn efektif tidak linier pada lapisan 1 , maka lapisan ini haru dipisahkan pada lokasi muka air tanah kedalam linier pada lapisan 1 , maka lapisan ini haru dipisahkan pada lokasi muka air tanah kedalam lapisan 1a dan lapisan 1b. Tegangan efektif overburden rata-rata kemudian dihitung pada lapisan 1a dan lapisan 1b. Tegangan efektif overburden rata-rata kemudian dihitung pada titik tengah dari setiap lapisan.
titik tengah dari setiap lapisan. Lapisan
Lapisan 1a 1a : : ppd1ad1a = = 9 9 kPa kPa (titik (titik tengah tengah dari dari lapisan lapisan 1a 1a pada pada kedalaman kedalaman 0.5 0.5 m)m)
Lapisan
Lapisan 1b 1b : : ppd1bd1b = = 79.14 79.14 kPa kPa (titik (titik tengah tengah dari dari lapisan lapisan 1b 1b pada pada kedalaman kedalaman 7 7 m)m)
Sub Tahap 6.
Sub Tahap 6. Hitung tahanan gesek dindHitung tahanan gesek dinding tiang pada setiap lapisan. ing tiang pada setiap lapisan. Jumlah tahanan gesekJumlah tahanan gesek dinding tiang dari setiap
dinding tiang dari setiap lapisan tanah untuk memperoleh tahanan gesek ultimit, Rlapisan tanah untuk memperoleh tahanan gesek ultimit, Rss (kN) (kN) D D C C sin sin p p C C K K R
Rss
FF dd
dd (Untuk penampang melintang tiang seragam)(Untuk penampang melintang tiang seragam)Dimana C
Dimana Cdd = (4) (0.35 m) = 1.4 m = (4) (0.35 m) = 1.4 m
Lapisan
Lapisan 1a 1a : : RRs1as1a = = 1.82 (0.92) 1.82 (0.92) (9 (9 kPa) (sin kPa) (sin 28.87528.875 o o
) (1.4 m) (1 m) = 10.19 kN ) (1.4 m) (1 m) = 10.19 kN Lapisan
Lapisan 1b 1b : : RRs1bs1b = = 1.82 1.82 (0.92) (79.14 (0.92) (79.14 kPa) kPa) (sin (sin 28.87528.875 o o
) (1.4
) (1.4 m) (12 m) (12 m) =1,075 m) =1,075 kNkN Total
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
= 10.19 kN + 1,075 kN = 10.19 kN + 1,075 kN = 1,085.2 kN
= 1,085.2 kN Sub Tahap 7.
Sub Tahap 7. Koefisien Koefisien tt dan faktor daya dukung (N’dan faktor daya dukung (N’qq) dari sudut geser dalam () dari sudut geser dalam () dekat) dekat
ujung tiang. ujung tiang. Karena nilai
Karena nilai tidak disediakan oleh uji laboratorium atau data in-situ, maka nilai tidak disediakan oleh uji laboratorium atau data in-situ, maka nilai dapat dapat diestimasi dengan
diestimasi dengan menggunakan Tabel menggunakan Tabel 8.2 menggunakan 8.2 menggunakan nilai N’nilai N’-SPT terkoreksi rata-rata-SPT terkoreksi rata-rata pada zone 3 x Diameter di bawah ujung tiang (1.05 m). Tanah dekat ujung tiang adalah pasir pada zone 3 x Diameter di bawah ujung tiang (1.05 m). Tanah dekat ujung tiang adalah pasir padat dan kerikil.
padat dan kerikil.
25 25 N
N''toetoe toetoe = 35 = 35 o o
a.
a. Masukan nilaiMasukan nilai dekat ujung tiang pada Gambar 8.10 untuk menentukan koefisien dekat ujung tiang pada Gambar 8.10 untuk menentukan koefisien tt
berdasarkan pada rasio panjang tiang (D) terhadap diameter (d) berdasarkan pada rasio panjang tiang (D) terhadap diameter (d)
m m 14 14 .. 37 37 m m 35 35 .. 0 0 m m 13 13 b b D D
UntukUntuktoetoe = 35 = 35oo dan D/b = 37.14 dan D/b = 37.14 tt = 0.65 = 0.65
b.
b. Masukan nilaiMasukan nilaidekat ujung tiang untuk menentukan N’dekat ujung tiang untuk menentukan N’qq (Gambar 8.11) (Gambar 8.11)
Untuk
Untuktoetoe = 35 = 35 o o
N’N’qq = 65 = 65
Sub Tahap 8.
Sub Tahap 8. Hitung tegangan overburden efektif pada ujung tiang, p Hitung tegangan overburden efektif pada ujung tiang, ptt (kPa) (kPa)
Tegangan overburden efektif pada ujung tiang harus dibatasi maksimum 150 kPa. Tegangan Tegangan overburden efektif pada ujung tiang harus dibatasi maksimum 150 kPa. Tegangan overburden efektif pada ujung tiang, p
overburden efektif pada ujung tiang, ptt sudah dihitung sebelumnya yaitu sebesar 140.28 kPa: sudah dihitung sebelumnya yaitu sebesar 140.28 kPa:
P
Ptt = 140.28 kPa < 150 kPa = 140.28 kPa < 150 kPa OKOK
Sub Tahap 9.
Sub Tahap 9. Hitung tahanan ujung ultimit, R Hitung tahanan ujung ultimit, Rtt (kN) (kN)
a. a. Hitung RHitung Rtt : : kN kN 726 726 m m 35 35 .. 0 0 m m 35 35 .. 0 0 kP kPaa 28 28 .. 140 140 65 65 65 65 .. 0 0 A A p p N N R Rtt
tt q''q tt tt
b. b. Batasan RBatasan Rtt = q = qLL AAttDengan menggunakan sudut geser dalam estimasi (
Dengan menggunakan sudut geser dalam estimasi () ) dan dan Gambar Gambar 8.12 8.12 makamaka didapatkan nilai tahanan ujung ultimit persatuan luas (q
didapatkan nilai tahanan ujung ultimit persatuan luas (qLL) sebesar 5,000 kPa, sehingga) sebesar 5,000 kPa, sehingga
tahanan ujung ultimit adalah : tahanan ujung ultimit adalah :
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
R
Rtt = 5,000 kPa (0.35 m) (0.35 m) = 612 kN = 5,000 kPa (0.35 m) (0.35 m) = 612 kN
c.
c. Ambil nilai terendah dari dua nilai RAmbil nilai terendah dari dua nilai Rtt yang diperoleh dari langkah a dan b yang diperoleh dari langkah a dan b
R
Rtt = 612 kN = 612 kN
Sub tahap 10.
Sub tahap 10. Hitung kapaHitung kapasitas tiang sitas tiang ultimit, Q ultimit, Q uu (kPa) (kPa)
Q
Q uu = R = Rss + R + Rtt = 1,085.2 kN + 612 kN =1,697.2 kN < 2,000 kN = 1,085.2 kN + 612 kN =1,697.2 kN < 2,000 kN
Perhitungan kapasitas ultimit de
Perhitungan kapasitas ultimit dengan metode Nordlund kuranngan metode Nordlund kurang dari beban aksial g dari beban aksial ultimit dariultimit dari struktur sebesar 2,000 kN, maka diperlukan kedalaman pemancangan tiang yang lebih struktur sebesar 2,000 kN, maka diperlukan kedalaman pemancangan tiang yang lebih panjang untuk mencapai kapasitas 2,000 kN
panjang untuk mencapai kapasitas 2,000 kN Sub Tahap 11.
Sub Tahap 11. Hitung beban izin rencana, Q Hitung beban izin rencana, Q aa (kN) (kN)
Dalam metoda analisa statis dianjurkan menggunakan faktor keamanan 3. Sehingga beban Dalam metoda analisa statis dianjurkan menggunakan faktor keamanan 3. Sehingga beban izin rencana tiang (Q
izin rencana tiang (Q aa) adalah :) adalah :
kN kN 000 000 ,, 1 1 kN kN 7 7 .. 565 565 3 3 kN kN 2 2 ,, 697 697 ,, 1 1 FS FS Q Q Q Q aa
uu
Nilai beban izin rencana tiang lebih kecil dari beban luar yang bekerja sehingga dimensi tiang Nilai beban izin rencana tiang lebih kecil dari beban luar yang bekerja sehingga dimensi tiang harus diperbesar.
harus diperbesar. Cara 3.
Cara 3. Perhitungan Kapasitas APerhitungan Kapasitas Aksial Tiang Statis dengan ksial Tiang Statis dengan Metode Tegangan EfektifMetode Tegangan Efektif
Untuk profil tanah seperti pada Gambar 8.13, maka perhitungan kapasitas aksial dengan Untuk profil tanah seperti pada Gambar 8.13, maka perhitungan kapasitas aksial dengan menggunakan metode tegangan efektif mengikuti tahap-tahap berikut i
menggunakan metode tegangan efektif mengikuti tahap-tahap berikut i ni :ni : Sub Tahap 1.
Sub Tahap 1. Menggambarkan profil tanah Menggambarkan profil tanah kedalam lapisan kedalam lapisan dan menentukadan menentukan sudut gesn sudut geserer dalam (
dalam () untuk setiap lapisan.) untuk setiap lapisan. a.
a. Tentukan tekanan overburden efektif, pTentukan tekanan overburden efektif, poo pada titik tengah dari setiap lapisan pada titik tengah dari setiap lapisan
Profil tanah disepanjang tiang yang tertanam digambarkan kedalam 1 lapisan dengan Profil tanah disepanjang tiang yang tertanam digambarkan kedalam 1 lapisan dengan ketebalan yang d
ketebalan yang dicoba 13 m. icoba 13 m. Karena tegangan oveKarena tegangan overburden efektif rburden efektif tidak linier karenatidak linier karena adanya muka air pada lapisan tersebut maka lapisan ini harus dibagi menjadi lapisan 1a adanya muka air pada lapisan tersebut maka lapisan ini harus dibagi menjadi lapisan 1a dan lapisan 1b. Tegangan overburden efektif rata-rata dari setiap lapisan adalah sama dan lapisan 1b. Tegangan overburden efektif rata-rata dari setiap lapisan adalah sama dengan tegangan overburden efektif pada titik tengah dari lapisan tersebut, sebagai dengan tegangan overburden efektif pada titik tengah dari lapisan tersebut, sebagai berikut :
berikut : Lapisan
Lapisan 1a 1a : : ppd1ad1a = 9 kPa (titik tengah = 9 kPa (titik tengah dari lapisan 1a pada dari lapisan 1a pada kedalaman 0.5 m)kedalaman 0.5 m)
Lapisan
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
b. Tentukan sudut geser dalam pada setiap lapisan dari uji laboratorium atau data in-situ. Pada contoh soal ini data laboratorium atau data in-situ tidak tersedia, maka nilai sudut geser dalam () dapat diestimasi dengan menggunakan data nilai N’ -SPT terkoreksi rata-rata (N' ) =25
c. Hitung (N' ) pada setiap lapisan untuk memperkirakan nilai sudut geser dalam (). Dari Table 8.1 untuk N'
25 ’ = 35oSub Tahap 2. Pilih koefisien untuk setiap lapisan tanah
a. Gunakan pengalaman lokal untuk memilih koefisien untuk setiap lapisan tanah. Asumsikan bahwa tidak ada pengalaman lokal.
b. Karena tidak ada pengalaman local maka gunakan Tabel 8.8 atau Gambar 8.19 untuk memperkirakan koefisien dari sudut geser dalam ’ untuk setiap lapisan.
= 0.38 (pasir,’ = 35o)
Sub Tahap 3. Untuk setiap lapisan tanah hitunglah tahanan gesek dinding tiang persatuan luas, f s (kPa)
o
s p
f
Lapisan 1a : f s1a
0.38
9kPa
3.42kPaLapisan 1b : f s1b
0.38
79.14kPa
30kPaSub Tahap 4. Hitung tahanan gesek dinding tiang pada setiap lapisan dan hitung tahanan gesek ultimit, Rs (kN) dari jumlah tahanan gesek dinding tiang pada setiap lapisan.
s s s f A
R
Dimana As adalah luas permukaan selimut tiang
Lapisan 1a : Rs1a
3.42
4
0.35m
1m
4.79kNLapisan 1b : Rs1b
30
4
0.35m
12m
504kNTotal : Rs
Rs1a
Rs1b
4.79
504
509kNSub Tahap 5. Hitung tahanan ujung tiang persatuan luas, qt (kPa)
t t t N P
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
a. Gunakan pengalaman lokal untuk memilih koefisien Nt. Asumsikan tidak ada pengalaman
local
b. Jika pengalaman local tidak ada, perkirakan koefisien Nt dari Tabel 8.8 atau Gambar 8.20
berdasarkan nilai sudut geser dalam (’)
Gunakan nilai sudut geser dalam ’= 35o dan Tabel 8.8 atau Gambar 8.20 untuk mengestimasi koefisien Nt. Dari table dan grafik didapatkan nilai Nt =55
c. Hitunglah tegangan overburden efektif pada ujung tiang (pt)
Tegangan overburden efektif pada ujung tiang (pt) sudah dihitung sebelumnya dan
didapatkan : pt = 140.28 kPa
Ketahanan dasar persatuan luas qt adalah :
140.28kPa
7,715.4kPa 55P N
qt
t t
Sub Tahap 6. Hitung tahanan ujung ultimit , Rt (kN)
0.35m
0.35m
945kN kPa 4 . 715 , 7 A q Rt
t t
Sub Tahap 7. Hitung kapasitas tiang ultimit, Q u (kN) kN 000 , 2 kN 454 , 1 kN 945 kN 509 R R Q u
s
t
Sub Tahap 9. Hitung beban izin rencana, Q a (kN)
Pada metoda analisa statis dianjurkan menggunakan faktor keamanan 3. Sehingga beban izin rencana tiang (Q a) adalah :
kN 000 , 1 kN 7 . 484 3 kN 454 , 1 FS Q Q a
u
Nilai beban izin rencana tiang lebih kecil dari beban luar yang bekerja sehingga dimensi tiang harus diperbesar.
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Tabel 8.6. Rangkuman perkiraan kapasitas ultimit tiang untuk panjang tiang 13 m Metode yang digunakan untuk mengestimasi kapasitas tiang Tahanan gesek dinding tiang, Rs (kN) Tahanan ujung tiang, Rt (kN) Kapasitas tiang ultimit, Q u(kN) Beban izin rencana tiang, Q a(kN) Metode Meyerhof – Data SPT 910 1,225 2,135 711,7 Metode Nordlund – Data SPT 1,085.2 612 1,697.2 565.7 Metode tegangan efektif – Data SPT 509 945 1,454 484.7
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan ketiga metode perkiraan, tidak satupun yang memenuhi persyaratan dimana beban izin rencana tiang (Q a) lebih kecil dari beban aksial dari
struktur (S) sebesar 1,000 kN, sehingga dimensi perlu diperbesar. Lakukan lagi perhitungan dengan memperpanjang tiang.
Contoh 8.2. (Tanah Non kohesif
–
Sumber Pustaka 8.4)Kepala jembatan ( Abutment ) dibangun pada profil tanah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.14. Jika Faktor keamanan yang digunakan adalah 3 (dari kontrol konstruksi berdasarkan uji beban statis) tentukanlah beban rencana izin (Q a) dari tiang. Tiang beton
yang akan digunakan adalah beton prategang ukuran 356 mm x 356 mm dan panjang tiang yang digunakan adalah 11.5 m
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Gambar 8.14. Profil tanah Contoh 8.2 Cara Perhitungan :
Cara 1. Perhitungan Kapasitas Tiang Aksial Statis dengan Metode SPT Meyerhof
Untuk profil tanah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.14, hitunglah kapasitas aksial dari tiang dengan menggunakan metode SPT Meyerhof. Panjang tiang 11.5 m dan ujung atas tiang berada pada kedalaman 3 m di bawah permukaan tanah.
Sub Tahap 1. Hitung tegangan overburden efektif (po) sbb :
Pada z =0, po
'
z
16.5
0
0 Pada z =2 m, po
16.5
2
33kPa Pada z =3.5 m, po
16.5
3.5
57.8 kPa Pada z =5 m, po
16.5
4
6.7
1
66
6.7
72.7kPa Pada z =6.5 m, po
66
6.7
2.5
82.8kPa Pada z =8 m, po
16.5
4
6.7
3
7.8
1
93.9kPa Pada z =9.5 m, po
16.5
4
6.7
3
7.8
2.5
105.6kPa Pada z =11 m, po
16.5
4
6.7
3
7.8
4
117.3kPa Pada z =12.5 m, po
16.5
4
6.7
3
7.8
5.5
129kPa 3 m 1 m 3 m 7 m 5.5 0.5 m Pasir halus berlanau lepas = 16.5 kN/m3 ’ = 6.7 kN/m3Pasir halus berlanau padat sedang = 17.6 kN/m3 ’ = 7.8 kN/m3
Kerikil dan pasir padat = 19.6 kN/m3 ’ = 9.8 kN/m3 Kedalaman 2 m 3.5 m 5 m 6.5 m 8 m 9.5m 11 m 12.5m 14 m 15.5m 17 m 18.5m 20 m
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 Pada z =14 m, po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
140.7kPa Pada z =15.5 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
1.5
140.7
14.7
155.4kPa Pada z =17 m, po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
3
140.7
29.4
170.1kPa Pada z =18.5 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
4.5
140.7
44.1
184.8kPa Pada z =20 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
6
140.7
58.8
199.5kPa Pada z =21.5 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
7.5
140.7
73.5
214.2kPa Pada z =23 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
9
140.7
88.2
228.9kPa Pada z =24.5 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
10.5
140.7
102.9
243.6kPa Pada z =26 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
12
140.7
117.6
258.3kPa Pada z =27.5 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
13.5
140.7
132.3
273kPa Pada z =29 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
15
140.7
147
287.7kPa Pada z =30.5 m po
16.5
4
6.7
3
7.8
7
9.8
16.5
140.7
1617
302.4kPaGunakan faktor koreksi pada Gambar 8.3 atau hitung faktor koreksi dengan menggunakan persamaan (8.10) untuk memperoleh Nilai N’-SPT terkoreksi.
Contoh menentukan nilai faktor koreksi (CF) pada kedalaman 17 m dimana po = 170.1 kPa
dengan menggunakan persamaan (8.10) :
81 . 0 1 . 170 021 . 0 40 log 77 . 0 CN 10
Rekapitulasi hasil perhitungan tegangan overburden efektif (po) dan faktor koreksi (CF) pada
setiap kedalaman dapat dilihat pada Tabel 8.6.
Sub Tahap 2. Hitung nilai N’-SPT terkoreksi rata-rata (N' ) untuk setiap lapisan tanah Disepanjang tiang yang tertanam kedalam tanah, profil tanah dibagi dalam 3 lapis yaitu : Lapisan 1 (3 – 7 m), pasir halus berlanau lepas, maka :
7 3 8 7 7 N'1
Lapisan 2 (7 – 14 m), pasir halus berlanau sedang padat, maka :
14 5 16 14 10 15 13 N'2
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
34 N'3
Tabel 8.7. Perhitungan nilai N’-SPT terkoreksi. Kedalaman (m) po(kPa) N-SPT Lapangan Faktor Koreksi (CF) N'-SPT Terkoreksi 0.8 13.2 4 1.66 7 2 33 4 1.36 5 3.5 57.8 6 1.17 7 5 72.7 6 1.09 7 6.5 82.8 8 1.05 8 8 93.9 13 1.01 13 9.5 105.6 15 0.97 15 11 117.3 11 0.93 10 12.5 129 15 0.90 14 14 140.7 18 0.87 16 15.5 155.4 40 0.84 34 17 170.1 39 0.81 32 18.5 184.8 41 0.78 32 20 199.5 43 0.75 32 21.5 214.2 41 0.73 30 23 228.9 44 0.71 31 24.5 243.6 45 0.69 31 26 258.3 48 0.67 32 27.5 273 42 0.65 27 29 287.7 44 0.63 28 30.5 302.4 49 0.62 30
Sub Tahap 3. Hitung tahanan gesek dinding tiang persatuan luas, f s (kPa) untuk setiap lapisan
tanah menggunakan persamaan (8.11) untuk tiang pancang dengan perpindahan sbb : kPa 100 ' N 2 f s
Lapisan 1 : f s1
2
7
14kPa
100kPaLapisan 2 : f s2
2
14
28kPa
100 kPaLapisan 3 :f s3
2
34
68kPa
100 kPaSub Tahap 4. Hitung tahanan gesek ultimit, Rs (kN) d C f A f Rs
s
s
s
d
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Lapisan 1 : Rs1
14kPa
4
0.356m
4m
80kNLapisan 2 : Rs2
28kPa
4
0.356m
7m
279kNLapisan 3 : Rs3
68kPa
4
0.356m
0.5m
48kNTotal : Rs
Rs1
Rs2
Rs3
80
279
48
407kNSub Tahap 5. Hitung nilai N’-SPT terkoreksi rata-rata dekat ujung tiang N dan'o
' B
N .
Tanah dekat ujung tiang adalah kerikil dan pasir padat. Sehingga ujung tiang berada pada situasi dekat antar muka dari lapisan lunak di atas lapisan pendukung, Nilai N’ -SPT terkoreksi rata-rata untuk kedua lapisan pendukung N dan lapisan diatasnyaB'
' o
N perlu untuk dihitung. Nilai N’-SPT terkoreksi rata-rata pada lapisan atas :
14 5 16 14 10 15 13 N'o
Nilai N’-SPT terkoreksi rata-rata pada lapisan pendukung :
34 N'B
Sub tahap 6. Hitung tahanan ujung tiang persatuan luas, qt (kPa)
kPa 600 , 13 kPa 724 , 6 34 400 356 . 0 5 . 0 14 40 34 40 14 400 qt
Gunakan qt = 6,724 kPaSub Tahap 7. Hitung tahanan ujung ultimit, Rt(kN)
0.356m 0.356m
854kN kPa 724 , 6 A q Rt
t
t
Sub Tahap 8. Hitung kapasitas tiang ultimit, Q u(kN) kN 261 , 1 kN 854 kN 407 R R Q u
s
t
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8 kN 3 . 420 3 kN 261 , 1 FS Q Q a
u
Cara 2. Perhitungan Kapasitas Aksial Tiang Statis dengan Metode Norlund
Untuk profil tanah seperti pada Gambar 8.14, maka perhitungan kapasitas aksial dengan menggunakan metode Nordlund mengikuti tahap-tahap berikut ini :
Sub Tahap 1. Menggambarkan profil tanah kedalam lapisan dan menentukan sudut geser dalam () untuk setiap lapisan.
a. Gambarkan distribusi tegangan efektif (po) dari hasil perhitungan Cara 1 Sub Tahap 1
seperti pada Gambar 8.14.
b. Koreksi nilai N-SPT untuk setiap tegangan efektif menggunakan Gambar 8.3 atau menggunakan persamaan (8.10) atau lihat hasil perhitungan pada Tabel 8.6
c. Tentukan sudut geser dalam pada setiap lapisan dari uji laboratorium atau data in-situ. Pada contoh soal ini data laboratorium atau data in-situ tidak tersedia, maka nilai sudut geser dalam () dapat diestimasi dengan menggunakan data nilai N’ -SPT terkoreksi rata-rata (N' ) seperti yang sudah dihitung pada Tabel 8.6.
d. Hitung (N' ) pada setiap lapisan untuk memperkirakan nilai sudut geser dalam (). Dari hasil perhitungan dengan Cara 1 , profil tanah disepanjang tiang yang tertanam digambarkan kedalam 3 lapisan dengan ketebalan 4 m , 7 m dan 0.5 m. Nilai N’ -SPT terkoreksi rata-rata untuk setiap lapisan adalah sebagai berikut :
Lapisan 1 (3 – 7 m), pasir halus berlanau lepas, maka :
7 3 8 7 7 N'1
Lapisan 2 (7 – 14 m), pasir halus berlanau sedang padat, maka :
14 5 16 14 10 15 13 N'2
Lapisan 3 (14 – 14.5 m), kerikil dan pasir padat, maka :
34 N'3
Gunakan nilai N’-SPT rata-rata terkoreksi untuk setiap lapisan tanah untuk memperkirakan nilai sudut geser dalam () dari Table 8.2
Lapisan 1 . Untuk N'1
7 = 29o Lapisan 2 . Untuk N'2
14 = 31oPeraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Lapisan 3 . Untuk N'3
34 = 36oSub Tahap 2. Tentukan , merupakan sudut gesek antara tiang dengan tanah berdarkan pada nilai volume tanah yang dipindahkan (V) dan sudut geser dalam tanah ( )
a. Hitung volume tanah yang dipindahkan persatuan panjang tiang (V). Karena penampang melintang tiang seragam maka = 0o.
1m/m
0.127m /m 356 . 0 356 . 0 V
3Untuk penampang melintang tiang yang tidak seragam maka 0. Tiang harus dibagi menjadi beberapa bagian dan volume setiap bagia n harus dihitung.
b. Berdasarkan nilai V = 0.127 m3/m maka dengan menggunakan Gambar 8.4 didapatkan nilai / = 0.84
c. Hitung dari rasio/
Lapisan 1 :1 = 0.84 (29o) = 24.4o
Lapisan 2 :2 = 0.84 (31 o
) = 26o Lapisan 3 :3 = 0.84 (36o) = 30.2o
Sub Tahap 3. Tentukan koefisien tekanan tanah lateral (K) untuk setiap sudut geser dalam
()
Penentuan nilai K untuk sudut berdasarkan pada nilai V dan nilai , menggunakan Gambar
8.5, 8.6, 8.7, 8.8 dan 8.9. Diketahui bahwa sudut lancip tiang () = 0o Untuk Lapisan 1 :
Untuk1 = 29o dan V = 0.127 m3/m
Gunakan interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk sudut geser dalam = 29 o
yang diperlukan pada kurva V = 0.093 m3/m dan kurva V = 0.93 m3/m yang diberikan.
Untuk V = 0.093 m3/m :
= 25o K = 0.85 (Dari Gambar 8.5)
= 29o K = (Gunakan interpolasi linier)
= 30o K = 1.15 (Dari Gambar 8.6)
Gunakan interpolasi linier untuk menentukan K untuk= 29 o
30 25
1.15 0.85
1.09 25 29 85 . 0 K
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Untuk V = 0.93 m3/m :
= 25o K = 1 (Dari Gambar 8.5)
= 29o K = (Gunakan interpolasi linier)
= 30o K =1.45 (Dari Gambar 8.6)
Gunakan log interpolasi linier untuk menentukan K untuk= 29 o
30 25
1.45 1
1.36 25 29 85 . 0 K
Kemudian gunakan log interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk = 29 o
dan V = 0.127 m3/m
V = 0.093 m3/m K = 1.09
V = 0.127 m3/m K= (Gunakan log interpolasi linier)
V = 0.93 m3/m K = 1.36
Hasil log interpolasi linier untuk V = 0.127 m3/m adalah :
0.93 log0.093
1.36 1.09
1.13 log 093 . 0 log 127 . 0 log 09 . 1 K 1
Untuk Lapisan 2 : Untuk1 = 31 o dan V = 0.127 m3/mGunakan interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk sudut geser dalam = 31 o
yang diperlukan pada kurva V = 0.093 m3/m dan kurva V = 0.93 m3/m yang diberikan.
Untuk V = 0.093 m3/m :
= 30o K = 1.15 (Dari Gambar 8.6)
= 31o K = (Gunakan interpolasi linier)
= 35o K = 1.75 (Dari Gambar 8.7)
Gunakan interpolasi linier untuk menentukan K untuk= 31 o
35 30
1.75 1.15
1.27 30 31 15 . 1 K
Untuk V = 0.93 m3/m : = 30o K = 1.45 (Dari Gambar 8.6) = 31o K = (Gunakan interpolasi linier)
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Gunakan interpolasi linier untuk menentukan K untuk= 31 o
35 30
2.35 1.45
1.63 30 31 45 . 1 K
Kemudian gunakan log interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk = 31o dan V =
0.127 m3/m
V = 0.093 m3/m K = 1.27
V = 0.127 m3/m K = (Gunakan log interpolasi linier)
V = 0.93 m3/m K = 1.63
Hasil log interpolasi linier untuk V = 0.127 m3/m adalah :
0.93 log 0.093
1.63 1.27
1.32 log 093 . 0 log 127 . 0 log 27 . 1 K 1
Untuk Lapisan 3 : Untuk1 = 36 o dan V = 0.127 m3/m,Gunakan interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk sudut geser dalam = 36 o
yang diperlukan pada kurva V = 0.093 m3/m dan kurva V = 0.93 m3/m yang diberikan.
Untuk V = 0.093 m3/m :
= 35o K = 1.75 (Dari Gambar 8.7)
= 36o K = (Gunakan interpolasi linier)
= 40o K = 3 (Dari Gambar 8.8)
Gunakan interpolasi linier untuk menentukan K untuk= 36 o
40 35
3 1.75
2 35 36 75 . 1 K
Untuk V = 0.93 m3/m : = 35o K = 2.35 (Dari Gambar 8.7) = 36o K = (Gunakan interpolasi linier)
= 40o K =4.3 (Dari Gambar 8.8)
Gunakan interpolasi linier untuk menentukan K untuk=36o
40 35
4.3 2.35
2.74 35 36 35 . 2 K
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Kemudian gunakan log interpolasi linier untuk menentukan nilai K untuk = 36 o
dan V = 0.127 m3/m
V = 0.093 m3/m K = 2
V = 0.127 m3/m K = (Gunakan log interpolasi linier)
V = 0.93 m3/m K = 2.74
Hasil log interpolasi linier untuk V = 0.127 m3/m adalah :
0.93 log0.093
2.74 2
2.1 log 093 . 0 log 127 . 0 log 2 K 1
Sub tahap 4. Tentukan Faktor Koreksi (CF) untuk diterakan pada K jika 0
Gunakan Gambar 8.9 untuk menentukan faktor koreksi untuk setiap K. Masukan nilai dan
nilai/ = 0.84 pada gambar untuk menentukan nilai CF.
Lapisan 1 : Untuk1 = 20 o CF1 = 0.96 Lapisan 2 : Untuk1 = 31o CF1 = 0.94 Lapisan 3 : Untuk1 = 36 o CF1 = 0.93
Sub tahap 5. Hitung tegangan overburden efektif rata-rata pada bagian tengah setiap lapisan tanah, pd (kPa).
Tegangan overburden efektif pada titik tengah setiap lapisan tanah adalah sama dengan tegangan efektif rata-rata dari lapisan tersebut. Tegangan overburden efektif vs kedalaman dapat dilihat pada Gambar 8.15. Karena tegangan overburden efektif tidak linier pada lapisan 1 , maka lapisan ini harus dipisahkan pada lokasi muka air tanah kedalam lapisan 1a dan lapisan 1b. Tegangan efektif overburden rata-rata kemudian dihitung pada titik tengah dari setiap lapisan.
Lapisan 1a : pd1a = 57.8 kPa (titik tengah dari lapisan 1a pada kedalaman 3.5 m)
Lapisan 1b : pd1b = 76.1 kPa (titik tengah dari lapisan 1b pada kedalaman 5.5 m)
Lapisan 2 : pd2 = 113.4 kPa (titik tengah dari lapisan 2 pada kedalaman 10.5 m)
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 8
Gambar 8.15 Diagram tegangan overburden efektif
Sub Tahap 6. Hitung tahanan gesek dinding tiang pada setiap lapisan. Jumlah tahanan gesek dinding tiang dari setiap lapisan tanah untuk memperoleh tahanan gesek ultimit, Rs (kN)
D C sin p C K
Rs
F d
d (Untuk penampang melintang tiang seragam)Dimana Cd = (4) (0.356 m) = 1.424 m
Lapisan 1a : Rs1a = 1.13 (0.96) (57.8 kPa) (sin 24.4o) (1.424 m) (1 m) = 37 kN
Lapisan 1b : Rs1b = 1.13 (0.96) (76.1 kPa) (sin 24.4o) (1.424 m) (3 m) = 146 kN
Lapisan 2 : Rs2 = 1.32 (0.94) (113.4 kPa) (sin 26.0o) (1.424 m) (7 m) = 615 kN
Lapisan 3 : Rs3 = 2.1 (0.93) (143.2 kPa) (sin 30.2 o
) (1.424 m) (0.5 m) = 100 kN Total : Rs = Rs1a +Rs1b + Rs2 +Rs3
= 37 kN + 146 kN + 615 kN + 100 kN=898 kN
Sub Tahap 7. Koefisien t dan faktor daya dukung (N’q) dari sudut geser dalam () dekat
ujung tiang. 3 m 1 m 3 m 7 m 16 m Pasir halus berlanau lepas = 16.5 kN/m3 ’ = 6.7 kN/m3 Pasir halus berlanaupadat sedang = 17.6 kN/m3 ’ = 7.8 kN/m3
Kerikil dan pasir padat
= 19.6 kN/m3 ’ = 9.8 kN/m3
Distribusi tegangan efektif, po (kPa)
2 m 3.5 m 4 m 5.5 m 7 m 10.5 m 14 m 14.5m 0 m 30.5 m 57.8 66 76.1 86.1 113.4 140.7 143.1 145.6 307.3