STUDI EVALUASI PROTEKSI KEBAKARAN UNTUK
MENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN
INDUSTRI GARMENT
ARTIKEL
DISUSUN OLEH :
NAMA
: Dra.Kristina Sembiring,ST,MT
Nama
: Ir.Bertinus simanihuruk,MT
PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL
n Tan
7017 )
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
JAKARTA
2013
STUDI EVALUASI PROTEKSI KEBAKARAN UNTUK MENCEGAH BAHAYA
KEBAKARAN PADA BANGUNANINDUSTRI GARMENT
Dra. Kristina Sembiring, ST,MT dan Ir. Bertinus Simanihuruk, MT
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSAFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNI SIPIL
ABSTRAK
Perencanaan dan pengoperasian sebuah industri harus memperhatikan resiko terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran yang terjadi dapat menimbulkan kerugian baik jiwa, material dan asset berharga. Kerugian akibat bahaya kebakaran dapat diminimalisasi dengan adanya sistem pencegahan kebakaran.Terlebih lagi industri garmen masuk kedalam kelompok hunian bahaya kebakaran sedang, karena bahan kain merupakan bahan yang mudah terbakar dan apabila terbakar, apinya menjadi besar dengan cepat. Sistem pencegahan kebakaran yang dapat di pakai adalah alat pendeteksi kebakaran, sistem sprinkler, sistem hidran, alat pemadam api ringan(APAR) tergantung daripada proses pada industri yang di lindungi terhadap bahaya kebakaran. Dari studi kasus yang dilakukan di industri garmen PT. L&B INDONESIA di daerah Sukabumi, di dapat gambaran bahwa tidak semua tingkat bahaya kebakaran yang terjadi pada industri berlaku sama. Setelah dilakukan pengumpulan data dan dilakukan analisis, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pencegahan kebakaran yang ada di industri garmen PT. L&B INDONESIA belum memenuhi standar minimum proteksi kebakaran aktif, yaitu belum adanya sistem sprinkler, hidran gedung, hidran halaman dan reservoar. Namun pemasangan alat pemadam api ringan ( APAR ) sudah baik dan memenuhi persyaratan standar minimum. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi industri – industri yang sama.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Suatu kejadian kebakaran biasanya diawali dari api kecil (api awal), jika api kecil dapat dikuasai dengan baik, maka tidak akan pernah terjadi kebakaran besar. Sebaliknya jika api kecil tidak dapat dikuasai, maka dalam waktu relatif singkat api akan berubah menjadi kebakaran besar. Kasus kebakaran menurut data DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI DKI JAKARTA selama 10 tahun (Januari 2001 - Desember 2010) terjadi 8.192 kasus, dimana 43% kasus terjadi ditempat kerja atau industri, 50% pada bangunan perumahan atau pemukiman penduduk dan 7% lain-lain. Selain itu kebakaran juga menimbulkan kerugian harta benda senilai Rp.1.516.581.070.080,- serta menimbulkan korban luka- luka 786 orang dan 253 orang meninggal dunia.
Proteksi kebakaran adalah segala tindakan dan upaya yang khusus ditujukan agar tidak timbul kebakaran. Untuk mencegah terjadinya kebakaran, diperlukan proteksi kebakaran yang memadai secara pasif, aktif, dan memahami menejemen keselamatan kebakaran gedung.
Sistem proteksi kebakaran meliputi sistem : a. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan untuk membatasi atau menghambat penyebaran api, panas, asap dan gas secara vertikal maupun horizonta.
b. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran yang scara lengkap terdiri atas system pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, system pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, hidran gedung, hidran halaman, pipa tegak dan selang kebakaran, alarm kebakaran, system pemadam kebakaran berbasis bahan kimia ( APAR ).
c. Menejemen Keselamatan Kebakaran Gedung
Menejemen ini lebih kepada kebijakan pengelolaan unsur manusia, system, peralatan, informasi dan data teknis serta kelengkapan lainnya dengan tujuan untuk menjamin dan meningkatkan keamanan bangunan gedung tehadap bahaya kebakaran.
Proteksi kebakaran dipersiapkan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran pada bangunan. Kebakaran ditempat kerja berakibat sangat merugikan baik bagi perusahaan, pekerja, maupun kepentingan pembangunan nasional. Untuk menghindari hal tersebut di Indonesia telah dibuat pedoman dan peraturan, Standar Nasional Indonesia dalam (SNI), selain itu ada juga pedoman yang berlaku secara internasional yang dapat dipakai sebagai pedoman dari National Fire Protection Association (NFPA).Pedoman memuat persyaratan minimum untuk sistem pencegahan kebakaran APAR (Alat Pemadam Api Ringan), hidran gedung, hidran halaman, sistem sprinkler termasuk pompa dan penyediaan air.
2. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
a. Melakukan evaluasi system proteksi aktif kebakaran yang ada di industri garmen PT. L&B INDONESIA sesuai dengan persyaratan minimum Standar Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire Protection Association (NFPA)yang berlaku.
b. Membuat rencana sistem proteksi aktif kebakaran yang belum ada sesuai dengan persyaratan minimum Standar Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire Protection Association (NFPA)yang berlakuuntuk mengatasi bahaya kebakaran pada bangunan industri.
Manfaat yang didapat dari penulisan ini adalah :
1) Memberikan masukan pada perusahaan untuk meningkatkan sistem pengamanan kebakaran aktif. 2) Hasil evaluasidapat digunakan sebagai bahan referensi untuk sistem proteksi aktif kebakaran di
industri sejenis.
3. Batas Wilayah Kerja / Lokasi Penelitian
Terletak di lokasi campuran antara kegiatan industri dan pemukiman. Kondisi pemukiman di sekitar bersifat permanen dengan kepadatan penduduk cukup tinggi.
Lokasi : JL. Ciawi - Sukabumi, Kampung sundawetan, Parungkuda, Sukabumi.
Batas Geografis :
Sebelah Barat : Pemukiman Sebelah Selatan : Pemukiman
Sebelah Timur : Jalan Raya dan lahan kosong Sebelah Utara : Pemukiman
Fungsi Bangunan : Indusri Garmen Luas Lahan : 20.350 M2
Luas Bangunan : 10.050 M2
PT. L&B INDONESIA mulai beroperasi pada tanggal 1 oktober 2008 dan merupakan perusahaan modal patungan, namun dalam perkembangannya menjadi Perusaaan Modal Asing (PMA) sepenuhnya. Perusahaan bergerak di bidang industri garmen berkapasitas produksi sebesar 600.000Pcs - 900.000Pcs. Bahan baku produksi berupa kain yang berasal dari barang impor dan hasil produksinya untuk di ekspor.
KAJIAN PUSTAKA
1. APAR (alat pemadam api ringan)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ialah alat yang ringan serta mudah dijinjing oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. APAR hanya terbatas untuk
memadamkan api pada awal kebakaran dengan ukuran relatif dan dalam waktu tidak lebih dari 3 menit untuk bahan cair dan gas serta tidak lebih dari 10 menit untuk bahan padat.
Jenis – Jenis APAR menurut bahan dasarnya terdiri dari : a. Bahan dasar cair : Air, Foam (Busa), Halon.
b. Bahan dasar padat : Dri Chemical, Dri Powder, Multipurpose Dry Chemical. c. Bahan dasar gas : CO2, N2, Ar.
Pemasangan APAR :
1) Dipasang pada tempat yang mudah dilihat, mudah dijangkau dan mudah diambil serta menggantung pada dinding.
2) Dipasang pada ketinggian 1,2 m dari handle pegangan APAR ke muka lantai (kecuali jenis CO2,
harus minimal 15 cm dari bagian bawah APAR ke muka lantai). 3) Ditempatkan setiap jarak 15 meter.
4) Berada pada jalur keluar evakuasi dan dekat area berbahaya.
5) Tidak terkena sinar matahari langsung, hujan dan disimpan pada suhu 40C - 490 C.
6) Tidak terkunci.
7) Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar.
8) Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakannya. 9) Tiap APAR diberi tanda yang seragam di atasnya agar mudah diketahui orang.
10)Area bawah sekitar APAR harus bebas dari benda-benda, dapat dengan memberikan garis strip-strip kuning.
2. HIDRAN
Hidran adalah suatu sistem instalasi jaringan pemipaan berisi air bertekanan tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk memadamkan kebakaran.
Macam – macam hidran :
a. Hidran gedung ialah hidran yang terletak atau dipasang di dalam bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang oleh pihak bangunan atau gedung tersebut.
b. Hidran halaman ialah hidran yang terletak atau dipasang di luar bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang oleh pihak bangunan atau gedung tersebut.
Persyaratan teknis yang perlu diperhatikan :
1) Sumber persediaan air minimum untuk pemakaian 45 menit; 2) Semua peralatan di cat merah;
3) Kotak hidran tidak terhalang benda apa pun;
4) Selang memiliki kopling penghubung yang sama dengan kopling Dinas Pemadam Kebakaran setempat dan ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat, mudah dijangkau dan mudah dipakai;
6) Pada bangunan yang memiliki ketinggian sampai 8 meter, jumlah hidran pada ruangan tertutup 1 bh/1000 m2, jumlah hidran di ruang tertutup dan terpisah2 bh/1000 m2.
Tipe sistem pipa tegak : a) Basah
Sistem pipa tegak basah merupakan sistem pipa tegak dimana pipa berisi air setiap saat dan memiliki reservoar yang mampu memenuhi kebutuhan sistem.
b) Kering – otomatis
Sistem pipa tegak kering otomatis merupakan sistem pipa tegak yang direncanakan berisi air hanya bila sistem digunakan.
c) Kering semi otomatis
Sistem pipa tegak kering semi otomatis merupakan sistem pipa tegak kering yang diatur melalui menggunakan alat untuk membolehkan air masuk ke dalam sistem pipa pada saat aktivasi peralatan kontrol jarak jauh yang ditempatkan pada sambungan selang. Alat aktivasi jarak jauh harus dilengkapi pada setiap sambungan selang.
d) Kering – manual
Sistem kering manual adalah pipa tegak yang tidak berisi air dan membutuhkan air dari pompa pemadam kebakaran untuk dipompakan ke dalam sistem melalui sambungan pemadam kebakaran untuk memasok kebutuhan sistem.
Sisa Tekanan
Sisa tekanan minimum pada katup outlet selang ukuran 2 ½ inci adalah 6,9 bar dan pada katup outlet ukuran 1 ½ inci adalah 4,5 bar. Apabila sisa tekanan pada katup outletukuran 1 ½ inci melebihi 100 psi (6,9 bar) dan tekanan static pada katup outlet lebih dari 175 psi (12,1 bar), maka harus dipasang alat PRV (pressure reducing valve) untuk menurunkan tekanan hingga batas tekanan diatas
Kapasitas Air
Kapasitas air yang harus tersedia pada sistem hidran gedung adalah debit untuk sistem pipa tegak dan waktu operasi selama menunggu pasukan pemadam kebakaran kota. Jika sistem penyediaan air mensuplai lebih dari satu gedung atau lebih dari satu area kebakaran, maka total penyediaan air dihitung berdasarkan satu gedung tunggal atau area kebakaran yang jumlah pipa tegaknya paling banyak.
a. Kelas I dan III
Debit minimum satu pipa tegak untuk kelas I dan III adalah 500 gpm (1,893 L/menit) dalam periode 45 menit. Debit minimum untuk tambahan satu pipa tegak sebesar 250 gpm. Total debit tidak lebih dari 1250 gpm.
b. Kelas II
Debit minimum satu pipa tegak adalah 100 gpm (379 L/menit) dalam periode 45 menit dan penambahan debit tidak diperlukan bila ada tambahan pipa tegak.
3. SPRINKLER
Sistem sprinkleradalah sistem pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap atau permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran.
a. Tipe Sistem Sprinkler
Ada beberapa sistem sprinkleryaitu : 1) Sistem Sprinkler (pipa) basah
Sistem Sprinklerbasah selalu berisi air bertekanan. Tekanan air dalam pipa di kendalikan oleh alat yang mempertahankan tekanan yaitu pompa joki (jockey pump). Air akan keluar dari kepala Sprinkler, bila panas dari api kebakaran mengaktifkan elemen pengaktif yang terdapat pada kepala Sprinkler. Air yang menyemprot ke deflector akan menghasilkan pola siraman yang seragam. Setiap kendala sprinkler bekerja sendiri-sendiri, bila suhu nya sampai pada suhu kerja yang telah ditetapkan. Sprinkleryang bekerja di atas 650 C diberi kode warna.
Tabel klasifikasi kepala spinkler Suhu
langit-langit max
Suhu kerja (C0)
Klasifikasi suhu Kode warna bimetal
Kode warna bola gelas
38 57-77 Sedang Tanpa warna Ungu (merah)
66 79-107 Peralihan Hitam Kuning (hijau)
107 121-149 Tinggi Biru Biru
149 163-191 Ekstra tinggi Merah Lembayung
191 204-246 Sangat tinggi Hijau Hitam
246 260-302 Ex sangat tinggi Ungu Hitam
329 343 Ex sangat tinggi Ungu Hitam
Sumber : Modul Pengantar Sistem Sprinkler Otomatik hal 7.
2) Sistem sprinkler (pipa) kering
Sistem Sprinklerkering cocok sekali digunakan pada daerah yang bermusim dingin dengan suhu dibawah 40 Celcius dimana air dapat membeku. Perpindahan pada sistem
sprinkler kering diisi dengan gas (Udara atau Nitrogen) yang bertekanan, sehingga katup kendalinya tertutup. Tekanan udara dipertahankan secara otomatis dengan suatu alat yang dapat mempertahankan tekanan. Bila panas dari api kebakaran mengaktifkan sprinkler, tekanan udara dari dalam pipa akan dilepaskan. Pengurangan tekanan di bagian atas katup kendali menyebabkan air mendorong katup tersebut sampai terbuka dan mengalirkan air ke perpisahan hingga keluar dari kepala sprinkler yang sudah terbuka.
3) Sistem sprinkler pancaran serentak
Sistem sprinklerpancaran serentak digunakan untuk mengendalikan api yang cepat membesar dengan cara mengalirkan sejumlah air yang banyak sekaligus.Perbedaan utama antara sistem pancaran serentak dengan sistem basah atau sistem kering adalah :
a) Kepala sprinkler yang digunakan adalah dari jenis standar tetapi terbuka. Elemen pengaktif ditiadakan, sehingga bila katup kendali terbuka, air akan mengalir keluar dari kepala sprinkler, sehingga akan terjadi pancaran serentak dari semua kepala sprinkler di daerah yang dilindunginya.
b) Katup kendali dalam keadaan normal selalu tertutup. Katup akan terbuka oleh aktivasi sistem detector api kebakaran.
4) Sistem sprinkler pra aksi
Sistem sprinkler pra aksi sama dengan sistem sprinkler pancaran serentak, tetapi dengan kepala sprinkler tertutup seperti kepala sprinkler yang terpasang pada sistem sprinkler basah. Katup pra aksi yang dalam keadaan normal selalu terbuka oleh sistem detector api kebakaran, sehingga air akan masuk ke sistem perpipaan. Namun air tidak akan keluar dari kepala sprinkler karena panas belum mengaktifkan elemen pengaktif kepala sprinkler.
Kepadatan pancaran yang direncanakan dan daerah kerja maksimum yang diperkirakan untuk kegita klasifikasi yaitu :
a) Sistem bahaya kebakaran ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 84 m2
Luas kerja satu kepala sprinkler 9-20 m2
b) Sistem bahaya kebakaran sedang
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit. Luas kerja satu kepala sprinkler 9-20 m2
Daerah kerja maksimum yang diperkirakan: Kelompok 1 seluas 72 m2
Kelompok 2 seluas 144 m2
Kelompok 3 seluas 360 m2
c) Sistem bahaya kebakaran berat
1) Bahaya proses kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5–12,5 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 m2.
2) Bahaya timbunan di gudang, Kepadatan pancaran yang direncanakan7,5 – 30 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkiraka260 - 300 m2
4. POMPA PEMADAM KEBAKARAN dan RESERVOAR
Pompa pemadam kebakaran harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai dalam gedung atau ditempatkan di dalam bangunan tahan api di luar gedung. Pompa kebakaran tidak boleh digunakan untuk keperluan lain di luar keperluan kebakaran. Pompa yang bekerja secara otomatis hanya dapat dimatikan secara manual. Pompa harus dijalankan oleh motor listrik atau motor diesel.Pada sistem pipa basah,pompa kebakaran yang harus disediakan ada 3 set pompa, yaitu
a. Pompa Utama
Pompa harus mampu bekerja pada kapasitas 150 % dari debit rata-rata dimana headturun sampai maksimum 65% dari rata, dan head shutoff tidak melebihi 140% dari headrata-rata. Kapasitas pompa harus mampu menyediakan air untuk sistem hidran gedung mampu sistem sprinkler. Apabila sistem pompa merupakan gabungan, kapasitas pompa diambil dari kebutuhan debit sistem paling besar.
b. Pompa Diesel
Selain tersedianya pompa utama, perlu adanya pompa diesel guna menjaga kegagalan pada pompa utama. Kegagalan pompa utama biasanya terjadi karena aliran listrik padam dan genset tidak tersedia. Untuk keperluan tersebut diatas maka pompa diesel harus memiliki kapasitas tekan yang sama dengan pompa utama. Pompa akan bekerja secara otomatis dalam 10 detik setelah pompa utama listrik mati.
c. Pompa Joki
Pompa joki digunakan untuk menjaga agar tekanan air dalam pipa pemadam kebakaran sesuai dengan persyaratan, pompa ini akan bekerja secara otomatis bila tekanan air dalam tangki menurun dan akan mati secara otomatis pada saat tekanan yang dipersyaratkan. Pompa joki yang dipilih sedemikian rupa sehingga rata-rata kebocoran yang diperkenalkan selama 10 menit dan sebesar 1 gpm (3,8 liter/menit).
d. Kapasitas Reservoar
Kapasitas minimum reservoar hidranditentukan dengan rumus :
Ket :
GPM = Galon/menit
GPMadalah debit yang diperlukan oleh sistem proteksikebakaran. Biasanya merupakan debit terbesar dari sistem yang ada.
Waktu45 menit merupakan waktu menunggu pasukan pemadam kebakaran datang ke lokasi.
Kapasitas = GPM x Waktu
METODEPENELITIAN
Evaluasi termasuk penelitian terapan yang bertujuan untuk memperbaiki situasi secara terbatas dengan satu dasar pengetahuan praktis. Sesuatu yang akan diperbaiki dalam evaluasi ini adalah system proteksi pasif kekabaran pada industri garmen dengan dasar pengetahuan tentang persyaratan minimum mengenai APAR (Alat Pemadam Api Ringan), system hidran gedung, hidran halaman dan system springkler, termasuk pompa dan persediaan air. Penelitian menggunakan metoda deskriptif, yaitu pencarian faktadengan interpretasi yangtepat.Langkah – langkah dalam menyelesaikan evaluasi ini meliputi :
1. Pengumpulan data.
2. Analisis data yaitu membandingkan keadaan setempat dengan standar NFPA.
3. Menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran untuk meningkatkan proteksi kebakaran dengan persyaratan minimum yang berlaku menurut standar NFPA.
Bagan Alur Metode Penelitian
PENGUMPULAN DATA Data Primer : • Wawancara • Pengamatan langsung Data Sekunder : * Peta Lokasi
* Gambar teknis terpasang
ANALISA DATA SESUAI DENGAN KRITERIA PERSYARATAN MINIMUM STANDAR RENCANATINDAKAN KESIMPULAN
Tidak
ya
HASIL STUDI EVALUASI
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR merupakan perlawanan awal api pemicu kebakaran, APAR yang terpasang PT. L&B INDONESIA adalah tipeDrychemical multipurpose.APAR Drychemical multipurpose ketika digunakan pada ruangan yang tidak berventilasi dapat mengurangi penglihatan untuk periode awal sampai beberapa menit. Drichemical multipurpose mempunyai sifat-sifat:Dapat menyerap panas, sekaligus mendinginkan,Dapat menahan radiasi panas,Bukan penghantar listrik, Mempunyai data lekat yang baik, Menghalangi terjadinya oksidasi pada bahan bakar. Pemilihan APAR harus berdasarkan karakter antisipasi api, sarana atau bahaya yang diproteksi dan kondisi suhu ambient.Lokasi penempatan APAR di PT. L&B INDONESIA adalah :Pendistribusian APAR yang seragam, Mudah dilihat, mudah dijangkau dan mudah digunakan, Bebas dari hambatan alat atau barang, Dekat jalur jalan normal, Bebas dari potensi kerusakan fisik,Ditempatkan menggantung pada dinding atau kolom.Evaluasidi PT. L&B INDONESIA berdasarkan luas area maksimum untuk 1 (satu) APAR yaitu 1045 m2 dan ditempatkan
setiap jarak 15 meter sebagai jarak tempuh maksimum pengambilan APAR ke lokasi kejadian. Luas ruangan bangunan kurang dari 279 m2, sekurang-kurangnya 1 (satu) APAR ditempatkan.Hasil evaluasi
di PT. L & B INDONESIA memiliki 70 APAR, Semua APAR yang ada tidak terdapat kerusakan fisik, pen pengaman terpasang, mudah di lihat, mudah di jangkau, menggantung pada dinding dalam keadaan baik dan siap di gunakan.
2. HIDRAN dan SIAMESECONNECTION a. Hidran Gedung
Berdasarkan pengamatan di PT. L&B INDONESIA belum terdapat system hidran gedung. Bangunan yang berpotensi mengalami bahaya kebakaran seharus dilengkapi hidrangedung. Penempatan hidran gedung harus mempertimbangan jarak antar hidran 30meter dan pembentukan pancaran overlapping, penempatan di tempat yang mudah dijangkau dan tidak terhalang. Dalam kotak hidran terpasang selang kebakaran 1½ inci dengan panjang 30 meter. Nozel berukuran 1½ inci. Di recanakan Hidran ditempatkan di dekatkoridor, tempat yang berdekatan dengan tangga, dihubungkan dengan pipa tegak melewati dinding. Lokasi sedemikian rupa sehingga setiap bagian gedung berada dalam jangkauan orang atau dipasang pada ketinggian 1,8 meter dari lantai.Kondisi hidran dan perlengkapannya harus memenuhi persyaratan :Bersin, (dalam kondisi siap pakai), Selang kebakaran dalam keadaan baik (tidak membelit bila ditarik), Lokasi mudah dilihat, dijangkau dan tidak ada barang yang menghalangi, box berwarna merah, Jumlah hidran gedung minimal yang ada untuk ruang tertutup 1 buah/1000 m2, dan untuk ruang tertutup dan terpisah terdapat 2 buah/1000 m2. Tiap sudut ruangan harus
dapat dilindungi dengan pancaran overlapping (tumpang tindih), dan panjang slang termasuk belokan adalah 30 meter dengan pancaran 10 meter. Untuk perencanaan hidran gedung pada PT.
L&B INDONESIA adalah 10.050 : 1000 = 10 titik hidran gedung. Desain system pipa tegak yang digunakan adalah system pipa basah otomatis, untuk sisa tekanan minimum pada katup outlet 1 ½ inch adalah 4,5 bar. Bila lebih besar dari 6,9 bar dan tekanan static lebih dari 12 bar maka di pasaang alat pressure reducting valve (PRV).
b. Hidran halaman
Berdasarkan pengamatan, belum terdapat system hidran halaman. Bangunan yang berjarak lebih dari 10meter terhadap jalan lingkungan harus dilengkapi hidran halaman. Jumlah hidran yang diperlukan ada 2 buah dengan pertimbangan jarak antar hidran 30 meter dan pembentukan pancaran overlapping, penempatan di tempat yang mudah dijangkau dan tidak terhalang, pilar hidran ditempatkan minimal 12,2 meter dari gedung yang dilindungi. Debit air minimum satu hidran halaman adalah 250 gpm, sisa tekanan 6,9 bar. Pada perhitungan hidrolis, perpipaan system hidran gedung dan hidran halaman dijadikan satu jalur pipa. Debit yang dikeluarkan oleh pipa tegak kelas II system hidran gedung adalah 100gpm dengan tekanan 4,5 bar, sedangkan debit yang dikeluarkan oleh satu hidran halaman adalah 250gpm dengan tekanan 6,9bar, oleh karena itu perhitungan perpipaan hidran halaman telah mewakili perhitungan perpipaan hidran gedung sehingga yang diperhitungkan adalah perpipaan pada hidran halaman. Perhitungan hidrolis berdasarkan jalur pipa terjauh dengan debit total 750gpmdan untuk jarak pipa terjauh lebih besar 30 meter adalah menggunakandiameter pipa 6 inch.
c. Siamese Connection
Sambungan kembar siam (Siamese Connection) disediakan untuk menyambung selang pemadam kebakaran dari pasukan pemadam kebakaran kota apabila air dalam reservoar gedung habis atau tidak dapat bekerja.Siamese connection dibuat kombinasi untuk sistem hidran dan sistem sprinkler dan disediakan dua buah.Siamese connection didesain dengan adanya tanda tulisan “hidran dan sprinkler otomatis”.
3. SPRIKLER
Sistem sprinkler merupakan satu solusi yang efektif untuk memproteksi bangunan dan barang. Bangunan PT. L&B INDONESIA belum diproteksi dengan system sprinkler karena itu di desain seluruh gedung agar terlindungi dengan sprinkler kecuali ruang tertentu yang telah diijinkan Desain system perpipaan sprinkler berupa system pipa basah. Dilihat dari suhu maksimum tiap ruangan, suhu tertinggi yaitu 35,50C, maka kepala sprinkler yang dipakai adalah bola gelas yang memiliki kode
warna merah, yang memiliki suhu kerja 57-770C. Klasifikasi suhu termasuk sedang, dengan suhu
langit-langit maksimum 380C. System sprinkler bekerja apabila glass bulb kepala sprinkler pecah atau
meleleh akibat panas dari kebakaran setempat yang mengaktifkan elemen pengaktif, sehingga air akan memancar keluar dari lubang sprinkler. Berdasarkan klasifikasi bahaya kebakaran dibagian produksi termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok II sehingga keberadaan titik sprinkler luas
lingkup maksimum 12 m2 dan jarak maksimum 4,0 meter. Jumlah kebutuhan sprinkler berdasarkan
pada prinsip : Sprinkler dipasang di semua tempat, kecuali tempat tertentu yang diizinkan seperti toilet, ruang panel listrik, ruang tahan api dan ruang tangga. Sprinkler ditempatkan tidak melebihi area proteksi maksimum per sprinkler. Sprinkler diposisikan dan dialokasikan sehingga dapat bekerja optimal dengan waktu yang cepat dan distribusi yang baik. Jarak maksimal sprinkler kelantai adalah 3,7 meter. Kepala sprinkler yang dibutuhkan untuk bahaya bahaya kebakaran sedang di PT. L&B INDONESIA dengan luas 10.050 m² adalah 646 kepala sprinkler.
4. POMPA PEMADAM KEBAKARAN DAN RESERVOAR a. Pompa Utama
Kaspasitas pompa harus mampu menyediakan air untuk sistem hidran gedung, sistem hidran halaman maupun sistem sprinkler. Jenis pompa yang akan dipakai sangat tergantung dari kondisi lapangan.Berdasarkan debit terbesar dari sistem yang didesain yaitu hidran dan sprinkler, diambil debit sebesar 750 gpm dengan head sebesar 8,391 bar atau 121,78 psi. Pompa utama pemadam kebakaran yang dipakai untuk desain adalah pompa merk ITT-AC, Jenis pompa 6x4x10 F-M 8000 series, dengan kecepatan 3555 rpm.
b. Pompa Diesel
Karena desain awal pompa utama menggunakan pompa merk ITT-AC dan Kaspasitas pompa750 gpm sehingga untuk pompa diesel digunakan merk yang sama. Di dapat diesel Clarke DDA dengan ukuran pompa 6x4x10 F-M 8100 series.
c. Pompa joky
Untuk mencari pompa joki, diambil 10% dari kapasitas pompa utama. Pompa joki yang dipakai dalam desain bermerk Grundfos.
10/100 x 750 gpm = 75 gpm
75gpm x 3,785 L/gpm = 283,9 L/menit
283,9 L/menit x 1/1000 m3/Lx60 menit/jam = 17 m3/jam
d. Penyediaan Air
Kapasitas air yang harus tersedia adalah debit untuk sistem pipa tegak dan waktu operasi selama menunggu pasukan pemadam kebakaran kota. Debit air untuk sistem adalah 750 gpm dan periode operasi minimum 45 menit, maka kebutuhan air sistem adalah : 750 gpm x 45 menit = 33.750 gallon ;
33.750 gallon x 3,785 L/gallon = 127.743,75 L ; 127.743,75 L x 1/1000 = 127,74 m3 = 128 m3.
KESIMPULAN :
1.
Setelah melakukan evaluasi di Industri Garmen PT. L&B INDONESIA bahwa proteksi
aktif yaitu
a. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) pada industri garmen PT. L&B INDONESIAyang ada sudah sesuai dengan persyaratan standart minimum.
b. Sistem Hidran Gedung dan Hidran Halaman pada industri garmen PT. L&B INDONESIA tidak sesuai dengan persyaratan standart minimum karena belum ada jaringan.
c. Siamesse Connection pada industri garmen PT. L&B INDONESIA tidak sesuai dengan persyaratan standart minimum karena belum ada jaringan.
d. Pompa Pemadam Kebakaran pada industri garmen PT. L&B INDONESIA tidak sesuai dengan persyaratan standart minimum karena belum ada.
e. Penyediaan air pada industri garmen PT. L&B INDONESIA untuk kebutuhan pompa pemadam kebakaran tidak sesuai dengan persyaratan standart minimum karena belum ada.
2.
Berdasarkan hasil evaluasi sistem proteksi aktif kebakaran pada industri garmen PT.
L&B INDONESIA maka proteksi yang belum ada di rencanakan sebagai berikut :
a.
Sistem Hidran Gedung di rencanakan 10 buah hidran dengan sistem pipa basah
otomatis dan kelas sistem pipa tegak III.
b.
Hidran Halaman di rencanakan 2 buah hidran dan siamese connection 1 buah.
c.
Sprinkler di rencanakan dengan sistem sprinkler basah menggunakan kepala
sprinkler berwarna merah dengan suhu kerja 57- 77º C.
d.
Pompa Pemadam Kebakaran di rencanakan mengunakan pompa utama merk ITT-AC
dengan kapasitas 750 gpm, pompa diesel clarke DDA dengan ukuran pompa 6 x 4 x
10 F-M 8100 series dan pompa joky merk Groundfos dengan kapasitas 17 m³/jam.
DAFTAR PUSTAKA
Giles, Roland V, Diterjemahkan oleh. Herman W. Soemitro, Mekanika Fliida Dan Hidroulika Edisi Kedua(S1 Metrik), Erlangga, Jakarta, 1999.
Nazir, Moh, Meode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.
NFPA 10, Standard For Portable Fire Extinguishers, National Fire Protection Association, Amirika Serikat, 1988.
NFPA 13, Standart For The Installation Of Sprinkler System, National Fire Protection Association, Amirika Serikat, 1989.
NFPA 14, Standard Pipe And Hose System, National Fire Protection Association, Amirika Serikat, 1990.
NFPA 20, Centrifugal Fire Pumps, National Fire Protection Association, Amirika Serikat, 1990.
NFPA 22, Water Tanks for Private Fire Protection, National Fire Protection Association, Amirika Serikat, 1990.
Pusdiklatkar Dinas Pemadam Kebakaran Prov DKI Jakarta, Modul Diklat Pemadam Kebakaran Tk.1, Dinas Pemadam Kebakaran Prov DKI Jakarta, 2005.
Pusdiklatkar Dinas Pemadam Kebakaran Prov DKI Jakarta, Langkah Kerja Inspektur Dinas Pemadam Kebakaran Dalam Melakukan Pemeriksaan, Penilaian dan Perincian, Dinas Pemadam Kebakaran Prov DKI Jakarta, Jakarta.
SNI 03-1736-2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan System Pipa Tegak dan Selang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan, Badan Standar Nasional, Jakarta, 2000.
SNI 03-1745-2000, Tata Cara Perencanaan System Proteksi Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan, Badan Standar Nasional, Jakarta, 2000.
SNI 03-3989-2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sprinkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan, Badan Standar Nasional, Jakarta, 2000.
Undang – undang Republik Indonesia No 28. 2002, Tentang Bangunan Gedung, Presiden Repuplik Indonesia, Jakarta, 2002.