• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desiminasi Akhir Fix Rst

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desiminasi Akhir Fix Rst"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MANAJEMEN DI RUANG TERATAI

RUMAH SAKIT TENTARA DR SOEPRAOEN MALANG

Oleh:

Kelompok 2B Profesi Dian Dwi F Rissa Vatmasanti Merinda Kusuma W Ayu Wahyuni Lestari

Winda Agustina JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(2)

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran tersebut menjadi semakin penting mengingat perkembangan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan ilmu dan teknologi, dan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat (Soejitno, 2002 dalam Azwar 2009).

Peran penting dari rumah sakit salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan tersebut harus mampu memberikan pelayanan keperawatan bermutu dan profesional yang sesuai dengan tuntutan pemakai jasa pelayan serta melalui penerapan kemajuan ilmu, teknologi, sesuai dengan standar, nilai-nilai moral dan etika profesi keperawatan. Tuntutan dan kebutuhan pelayanan keperawatan bermutu dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar dan ditangani secara mendasar, terarah, dan sungguh-sungguh oleh rumah sakit. Perlu dilakukan pengelolaan secara profesional agar perawatan dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2007).

Pelayanan keperawatan sesuai Keputusan Menpan Nomor 94 tahun 2001, pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Untuk itu perawat harus mampu melakukan upaya preventif, promotif, preventif. kuratif, rehabilitatif penyakit serta pemeliharaan kesehatan. Keperawatan juga mencakup kegiatan perencanaan dan pemberian perawatan pada saat sehat, sakit, masa rehabilitasi dan menjaga tingkat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang seluruhnya akan

(3)

mempengaruhi status kesehatan, terjadinya penyakit kecacatan dan kematian (Aditama, 2003).

Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standart tentang evaluasi dan pengandalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Muninjaya, 2004).

John Griffith (1987) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik yang mencakup antara lain pelayanan keperawatan personal, menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan dengan klien, komunikasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, menjaga lingkungan perawatan, melakukan penyuluhan serta upaya pencegahan penyakit. Dan manajemen keperawatan yang meliputi pelaksana tugas administratif seperti pengelolaan/pengurusan pasien (patient admission), pengawasan pengisisn dokumen catatan medik, membuat penjadwalan pemeriksaan/pengobatan pasien, membuat penggolangan pasien sesuai berat ringannya pemnyakit, mengatur kerja perawat perawat secara optimal sesuai kebutuhan, memonitor mutu pelayanan pada pasien maupun manajemen ketenagaan logistik keperawatan (Aditama, 2006). Dimana kedua-duanya merupakan aspek penting yang harus diterapkan secara bersamaan untuk menjamin keberhasilan pencapaian tujuan pelayanan keperawatan pada khususnya dan kualitas pelayanan perawatan pada umumnya.

Untuk dapat menjalankan peran dan fungsi tersebut, sesuai SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi pelayanan manajemen keperawatan, sehingga untuk rumah sakit umum ditetapkan

(4)

seorang wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan yang dibantu oleh kepala bidang keperawatan yang mempunyai tugas melakukan bimbingan pelaksanaan asuhan/pelayanan keperawatan, profesi keperawatan, logistik keperawatan, serta etika dan mutu keperawatan (Aditama, 2006).

Sejalan dengan tingginya tuntutan manyarakat akan kualitas asuhan pelayanan kesehatan, maka diperlukan upaya peningkatan profesionalisme tenaga keperawatan yang salah satunya adalah pengembangan pendidikan tinggi keperawatan melalui Program pendidikan D-3 Keperawatan dan Pendidikan Sarjana Keperawatan dengan tujuan untuk menghasilkan ilmuan keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan profesional, baik sebagai pengelola pelayanan keperawatan maupun pengelola manajemen keperawatan (Nurhidayah, 2005).

Model praktek keperawatan professional merupakan suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart & Woods,1996). Salah satu bentuk dari penerapan manajemen profesional adalah manajemen asuhan keperawatan yang saat ini sudah mulai banyak diterapkan di Rumah Sakit. Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan model dari Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang tujuannya memungkinkan perawat profesional dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut. Pengembangan MPKP merupakan upaya dalam memberdayakan keperawatan dalam pemberian pelayanan kesehatan, yang disesuaikan dengan visi dan misi yang diemban oleh masing-masing Rumah Sakit.

Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pemberian asuhan

(5)

keperawatan Modifikasi Primer. Dalam melaksanakan praktek profesi departemen manajemen, kami (kelompok 3B) mencoba mengidentifikasi dan menganalisis Model Asuhan Keperawatan Profesional yang ada dan lebih cocok untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan di Ruang Teratai RS TK II Dr Soeproen.

Mengingat pentingnya fungsi manajemen dalam menjamin kelancaran dan keberhasilan pelayanan keperawatan, maka konsep manajemen keparawatan perlu diwujudkan secara nyata dalam tatanan praktek guna menjamin efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelayanan keperawatan yang di berikan kepada klien.

1.2 Tujuan

A. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa dan perawat mampu menerapkan dan melaksanakan supervisi klinis dalam manajemen metode tim keperawatan pada klien sesuai standar fungsi, tugas, peran dan tanggungjawab secara professional.

B. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilaksanakan di ruang Teratai soepraoen. Mampu menganalisis atau mengidentifikasi permasalahan manajemen keperawatan yang ada di ruang Teratai soepraoen Mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi

2. Mampu membuat rencana pemecahan masalah (plan of action) untuk mengatasi permasalahan yang diprioritaskan

3. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada plan of action

4. Mampu menjadi manajer dalam pelaksanaan praktek model keperawatanan profesional dengan menggunakan metode tim primer diruang Teratai soepraoen Mampu melaksanakan dan

(6)

menerapkan supervisi klinis dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan. 6. Melaksanakan seminar evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan

manajemen keperawatan di ruang Teratai RS Tingkat II Dr Soepraoen.

C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

 Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep manajemen keperawatan dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan atau teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen bangsal.

 Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MPKP

 Mengaplikasikan metode supervisi klinis dalam praktek manajemen keperawatan.

 Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen.

2. Bagi ruangan atau institusi rumah sakit

Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan, atau pengembangan fungsi manajemen bangsal guna mempertahankan dan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model Praktek Keperawatan Profesional/ Model Asuhan Keperawatan Profesional

2.1.1. Definisi

Sistem Model Asuhan Keperawatan (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendifinisikan keempat unsur: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi

(7)

tersebut berdasarkan prinsip - prinsip nilai – nilai yang diyakini dan menentukan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai – nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak dapat terwujud.

Unsur – unsur dalam praktik keperawatan dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Standar

2. Proses keperawatan 3. Pendidikan keperawatan

4. Sistem model asuhan keperawatan

Dalam menetapkan suatu model, maka keempat hal tesebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Dibeberapa rumah sakit telah dikembangkan MPKP. Beberapa modifikasi yang dilakukan dalam pengembangan MPKP meliputi beberapa jenis MPKP.

a. MPKP Transisi

MPKP dasar yang masih memiliki tenaga perawat yang berpendidikan SPK, tetapi kepala ruangan dan ketua timnya minimal D3 Keperawatan

b. MPKP Pemula

MPKP dasar dengan semua tenaga minimal D3 Keperawatan. c. MPKP Professional dibagi menjadi tiga tingkat

1. MPKP I

MPKP basic (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan, tetapi kepala ruangan (Karu) dan ketua tim (Katim) berpendidikan minimal S1 Keperawatan. 2. MPKP II

MPKP intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3 keperawatan dan mayoritas Ners Sarjana Keperawatan, dan sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan.

(8)

MPKP advance (tingkat lanjut) yang semua perawatnya minimal Ners sarjana Keperawatan, dan sudah mempunyai tenaga spesialis keperawatan dan doctor keperawatan yang bekerja di area keperawatan.

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gillies, 1989). Suwanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga diperlukan penerapan pendekatan manajeman. Pendekatan manajemen adalah suatu proses kerjasama anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, terapi, dan bantuan kepada para pasien (Gillien, 1989).

Model praktek keperawatan menempatkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktek professional yang pertama. Oleh sebab itu, proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien dan/ atau keluarga.

Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapakan dalam bentuk fungsi manajemen terdiri perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengendalian (controlling)

2.1.2. Enam Unsur Utama dalam Pemilihan Metode Askep 1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

(9)

kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

3. Efisiensi dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana baiknya model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oelh karena itu model yang baik, adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

5. Kepuasan kerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya. 6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan

tim kesehatan lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.1.3. Jenis Model Praktek Keperawatan Profesional di Indonesia Pada awalnya direncanakan beberapa jenis model PKP di Indonesia, yaitu:

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III

(10)

asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada primer pada area spesialisasinya. Disamping melakukan riset, perawat spesialis juga membimbing para perawat melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk sepuluh orang perawat primer (1:10).

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Model ini merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap (developmental model), dan telah diuji coba di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan di RSUP Persahabatan.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP), merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Pada model mampu diberikan asuhan keperawatan professional tingkat

(11)

pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.

 Ketenagaan

Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan/rumah sakit, ditetapkan berdasarkan derajat ketergantungan klien. Jumlah ini ditetapkan dengan mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan klien dalam satu bulan. Berdasarkan ini dapat diketahui rata-rata jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan (minimal, intermediet, dan total). Kemudian jumlah perawat ditentukan dengan rumus Douglass (1985) atau Loverigde (1996).

 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Pada model ini digunakan metode modifikasi tim. Metode tim murni tidak digunakan karena pada metode ini, kontinuitas asuhan lebih sukar dilakukan karena klien yang dirawat tidak tetap. Tetapi pada metode modifikasi tim, suatu tim akan merawat sejumlah klien mulai masuk ke suatu ruangan sampai pulang, terutama untuk ketua tim, sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan perawat-klien dan akan meningkatkan kepercayaan perawat-klien kepada perawat.

Sebagai ketua tim, kemampuannya adalah D3 keperawatan dangan pengalaman minimal 3 tahun di lapangan. Sebagai anggota tim, kemampuannya D3 atau SPK. Disamping itu dibutuhkan perawatan dangan kemampuan sarjana keperawatan sebagai “case manager”. Case manager berperan sebagai pembimbing ketua tim dan memvalidasi rencana keperawatan serta mengevaluasi pelaksanaan rencana tersebut.

(12)

 Dokumentasi Keperawatan

Pada model ini ditetapkan standar rencana keperawatan, tetapi hanya meliputi masalah aktual. D3 keperawatan akan menganalisis masalah tersebut dengan bimbingan case manager. 2.1.4. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Prinsip pemilihan metode penugasan ditinjau dari jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Pada pertengahan abag ke-19, metode penugasan kasus merupakan metode yang paling popular. Kemudian muncul metode fungsional untuk menanggulangi kekurangan tenaga, lalu metode tim diperkenalkan pada decade tahun 70-an. Kemudian mucul pula perawatan primer dan modul yang juga dikembangkan. Berikut penjelasan metode penugasan yang ada.

Metode Kasus (1920)

Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.

Kelebihan :

1. Perawat lebih memahami kasus per kasus

2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

3. Pelayanan keperawatan diberikan secara komprehensif sehingga memungkinkan pelaksanaan keperawatan professional

Kekurangan :

1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab

2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama untuk melakukan perawatan sejumlah pasien yang ada.

(13)

Gambar 1. Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998)

Metode Fungsional (1950)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode penugasan klasik dimana menitikberatkan kepada pembagian habis tugas sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan saat itu. Metode ini menekankan kepada efisiensi penyelesaian tugas, pembagian habis tugas, dan pengawasan kepada petugas.

(14)

Gambar 2. Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis

dan

Gambar 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ( Marquis dan Huston, 1998) Kelebihan :

1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, serta adanya pengawasan yang baik.

2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga (efisiensi).

3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.

4. Tugas tindakan keperawatan akan cepat terselesaikan.

Kelemahan :

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat karena perawatan yang diberikan menjadi parsial sebatas penugasannya saja.

2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan (berorientasi pada tugas, bukan asuhan keperawatan).

3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

(15)

Metode Perawatan Tim (sesudah 1950)

Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Metode ini diberikan oleh sekelompok perawat kepada sekelompok pasien. Pelaksanaan metode ini dikembangkan untuk meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan jumlah staf yang ada.

Metode tim dilaksanakan atas dasar keyakinan bahwa : 1. Setiap pasien berhak menerima pelayanan terbaik.

2. Setiap perawat berhak menerima bantuan dalam melakukan tugasnya memberikan asuhan keperawatan terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Tujuan Metode Tim :

1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif. 2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar. 3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda.

Penerapan Metode Tim

1. Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien.

2. Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :

a. Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing tim yang menjadi tanggung jawabnya, atau

b. Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien kemudian diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat waktu.

3. Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga.

4. Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai kemampuan perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu, katim dan semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau keliling langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan yaitu laporan hasil pengkajian, permasalahan, implementasi dan evaluasi.

(16)

Selain itu perencanaan yang harus dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas.

5. Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan langsung maupun tidak langsung.

Konsep Metode Tim :

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknikkepemimpinan. Ketua tim bertanggung jawab

untuk :

- Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga. - Membuat perencanaan.

- Melakukan penelegasian, supervise, dan evaluasi.

- Mengetahui kondisi pasien serta menilai tingkat kebutuhan mereka.

- Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi rencana praktik.

- Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten.

- Mengembangkan kemampuan perawat yang menjadi anggota timnya.

- Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui konfrens.

- Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim.

- Menyelenggarakan konferensi.

- Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan.

2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.

3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Anggota tim bertanggung jawab untuk :

- Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

- Bekerja sama antar anggota tim dan antar tim lain. - Memberikan laporan kepada ketua tim tentang asuhan

keperawatan yang telah dilakukan.

(17)

- Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat.

- Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien.

- Berkontribusi terhadap perawatan : observasi terus menerus, ikut ronde keperawatan, berinterkasi dgn pasien & keluarga, berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah.

4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang. Kepala ruang bertanggung jawab untuk :

- Menentukan standar pelaksanaan asuhan keperawatan.

- Melaksanakan supervisi dan evaluasi bersama dengan ketua tim.

- Memberi pengarahan kepada ketua tim. - Menjadi narasumber bagi tim.

- Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan.

- Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan.

- Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan managemen.

- Mengorientasikan tenaga baru.

- Menciptakan iklim komunikasi terbuka.

Penerapan metode tim dapat mengikuti beberapa anjuran berikut agar pelayanan yang diberikan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya :

- Jumlah tim dalam satu ruang berkisar antara 2 -3 tim.

- Besarnya tim ditentukan oleh jumlah tenaga yang ada di ruangan tersebut.

- Mengadakan konferensi dalam kelompok sekitar 5 – 10 menit setiap shift.

Kelebihan :

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. 2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

(18)

Kelemahan :

1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ). 2. Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.

3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur.

Gambar 3. Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998)

Metode Perawatan Primer (1970)

Metode penugasan Primary Nursing (PN) ini merupakam metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Metode ini mendorong praktek kemandirian profesional perawat, karena ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dengan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dengan

(19)

perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat termasuk berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

Konsep dasar metode primer :

1. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat perawat 2. Ada otonomi perawat atas peran dan fungsinya 3. Keterlibatan pasien dan keluarga

Tugas Perawat Primer :

- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhannya untuk menentukan asuhan keperawatan yang akan diberikan. - Membuat tujuan perawatan dan rencana keperawatan. - Melaksanakan rencana yang telah dibuat.

- Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh tim kesehatan maupun perawat lain.

- Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang telah dicapai.

- Menerima dan menyesuaikan rencana keperawatan selanjutnya.

- Menyiapkan penyuluhan kepada pasien yang akan pulang.

Ketenagaan metode perawat primer:

- Tiap perawat adalah perawat “bed side”.

- Beban kasus pasien yang ditanggung tiap perawat sebanyak maksimal 6 orang.

- Pembagian pasien dilakukan oleh Kepala Ruangan.

- Perawat professional sebagai perawat primer dan perawat professional lainnya atau non professional sebagai asisten.

Kepala ruangan sebagai konsultan dan pengendalian mutu asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat primer, tugasnya meliputi :

- Melakukan orientasi pada perawat baru. - Menyusun jadwal dinas.

- Memberi penugasan kepada perawat asisten. - Mengevaluasi asuhan keperawatan.

(20)

Gambar 4. Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998)

Kelebihannya :

1. Model praktek professional.

2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif .

3. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat 4. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya.

5. Tim kesehatan merasa puas karena perawatan dilakukan secara menyeluruh.

Kelemahannya :

1. Penerapannya hanya dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

(21)

2. Penerapannya pada ruangan yang memiliki tenaga perawat dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai.

3. Biaya lebih besar

Metode Modul

Metode modul merupakan metode alternative yang dikembangan dari metode perawatan primer apabila tenaga keperawatan terdiri dari berbagai klasifikasi. Pelaksanaan metode ini sama dengan metode tim dimana perawat professional bekerjasama dengan perawat non-professional. Setiap modul berpasangan, sekitar 2-3 orang, dimana perawat merawat pasien dari masuk sampai pulang.

Ketenagaan :

- Tanggung jawab 1 modul adalah 8 – 12 pasien.

- Bila modul tidak dinas, maka digantikan modul lainnya. Kepala bangsal :

- Merencanakan tenaga yang cocok untuk bekerjasama dalam 1 modul.

- Bertugas sebagai fasilitator pembimbing dan motivator.

Metode ini dapat dijelaskan merupakan gabungan dari metode tim dan perawatan primer. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metode modul sebagai alternative dari perawatan primer jika perawat terdiri dari beberapa klasifikasi, sehingga ada pembagian modul-modul perawat yang hamper sama dengan metode tim. Bedanya, di sini perawatan dilakukan menyeluruh pada pasien dari mulai pasien masuk RS hingga ia pulang. Kepala Bangsal Modul 2 (2-3 perawat) Modul 1 (2-3 perawat) Modul 3 (2-3 perawat)

(22)

Gambar 5. Diagram system asuhan keperawatan modul (Suyanto, 2008)

2.1.5. Uraian Tugas a. Kepala Ruang

Nama Jabatan : Kepala Ruangan

Pengertian :Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap.

Persyaratan

1) Pendidikan : - S1 Keperawatan

- Ahli Madya Keperawatan/Kebidanan

2) Kursus / Pelatihan : Manajemen Pelayanan Keperawatan 40 jam

3) Pengalaman Kerja : Sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun 4) Kondisi fisik : Sehat jasmani dan rohani

Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ruangan bertanggung jawab kepada Kepala Keperawatan Rawat Inap terhadap hal-hal : 1) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga

keperawatan

2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan keperawatan

Pasien (8 – 12)

(23)

3) Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga keperawatan

4) Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru

5) Kebenaran dan ketepatan protap/SOP pelayanan keperawatan 6) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan

pelayanan keperawatan

7) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat 8) Kebenaran dan ketetapan pelaksanaan program bimbingan

siswa/mahasiswa institusi pendidikan.

Wewenang

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Ruang Rawat Inap Umum mempunyai wewenang sebagai berikut:

1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan

2) Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan tenaga keperawatan

3) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat inap

4) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang Kepala Ruang Rawat Inap Umum.

5) Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Unit Keperawatan / Kepala Bagian Pelayanan Medik / Keperawatan / Kepala Rumah Sakit untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Uraian Tugas

1. Melaksanakan Fungsi Perencanaan (P1) meliputi : - Menyusun rencana kerja Ruang Rawat Inap

- Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap yang bersangkutan

- Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk ruang rawat inap, koordinasi

(24)

dengan Kepala Unit/ Keperawatan/ Kepala Sub Unit Pengembangan Keperawatan.

2. Melaksanakan Fungsi Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) meliputi :

- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.

- Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di rumah sakit

- Melaksanakan orientasi tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat berkoordinasi dengan Kepala Sub Unit Pengembangan Keperawatan.

- Memberikan bimbingan kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek

- Memberi bimbingan kepada pasien/keluarganya meliputi : penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari.

- Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar berkoordinasi dengan Kepala Sub Unit Asuhan Keperawatan

- Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya

- Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi Kepala Sub Unit / Unit / Unit Keperawatan/Pengembangan Keperawatan.

(25)

- Mengupayakan pengadaan peralatan dan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai

- Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien - Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di

ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan

- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar bekerja sama dengan Kepala Sub Unit Keperawatan.

- Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan ruang rawat inap

- Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat inap.

- Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makanan pasien

- Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai dengan program dietnya

- Menyimpan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan diruang rawat dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke Sub Unit Medical Record bila pasien keluar/pulang dari ruang rawat tersebut.

- Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta kegiatan lainnya diruang rawat, disampaikan kepada atasannya

- Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya

- Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas

3. Melaksanakan Fungsi Pengawasan Pengendalian dan Penilaian meliputi :

(26)

- Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan

- Mengawasi dan menilai siswa / mahasiswa keperawatan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah ditentukan

- Melakukan penilaian kenerja tenaga keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya

- Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan obat-obatan

- Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan Tim Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan

b. Ketua Tim

Nama Jabatan: Perawat Pelaksanan Ruang Rawat Inap

Pengertian : Seorang tenaga Keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan pelayanan / Asuhan Keperawatan diruang rawat inap.

Persyaratan

1) Pendidikan : - S1 keperawatan

- Ahli Madya Keperawatan/Kebidanan 2) Kursus/pelatihan : - Manajemen keperawatan 40 jam

- BLS, ACLS, ATLS

3) Pengalaman kerja : Perawat pelaksana di ruangan 4 tahun 4) Kondisi fisik : Sehat jasmani rohani

Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat inap bertanggung jawab kepada Karu terhadap hal-hal sebagai berikut :

1) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan sesuai standart.

(27)

2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan / kegiatan lain yang telah dilakukan.

Wewenang

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat inap mempunyai wewenang sebagai berikut :

1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Karu.

2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.

Uraian Tugas

1) Melaksanakan dan memelihara kebersihan ruangan dan lingkungannya.

2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

3) Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, menyusun rencana keperawatan serta melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya.

4) Memelihara paralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 5) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak

berkolaborasi dengan fisio terapi/dokter.

6) Melakukan tindakan Emergency kepada pasien sesuai PROTAP yang berlaku selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter jaga/dokter yang merawat.

7) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi.

8) Berperan serta dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan.

9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai daftar dinas yang dibuat oleh Karu.

(28)

11) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan melalui pertemuan ilmiah.

12) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar sesuai SAK.

13) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian atau operan dinas.

14) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai keadaan dan kebutuhan sebatas kewenangannya.

15) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi : - Surat keterangan istirahat bila diperlukan - Resep obat untuk di rumah

- Petunjuk diet dengan berkoordinasi dengan staf gizi, Dll.

c. Perawat Pelaksana

Nama Jabatan : Perawat Pelaksanan Ruang Rawat Inap Pengertian : Seorang tenaga Keperawatan yang diberi wewenang

untuk melaksanakan pelayanan pelayanan / Asuhan Keperawatan diruang rawat inap.

Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat inap bertanggung jawab kepada Karu terhadap hal-hal sebagai berikut :

1) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan sesuai standart.

2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan / kegiatan lain yang telah dilakukan.

Wewenang

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat inap mempunyai wewenang sebagai berikut :

(29)

1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Karu.

2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.

Uraian Tugas

1) Melaksanakan dan memelihara kebersihan ruangan dan lingkungannya.

2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

3) Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, menyusun rencana keperawatan serta melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya.

4) Memelihara paralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 5) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak

berkolaborasi dengan fisio terapi/dokter.

6) Melakukan tindakan Emergency kepada pasien sesuai PROTAP yang berlaku selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter jaga/dokter yang merawat.

7) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi.

8) Berperan serta dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan.

9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai daftar dinas yang dibuat oleh Karu.

10) Mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Karu.

11) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan melalui pertemuan ilmiah.

12) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar sesuai SAK.

(30)

13) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian atau operan dinas.

14) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai keadaan dan kebutuhan sebatas kewenangannya.

15) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi : - Surat keterangan istirahat bila diperlukan - Resep obat untuk di rumah

- Petunjuk diet dengan berkoordinasi dengan staf gizi, Dll

2.2 Dokumentasi

Dokumantasi penting dalam perawatan kesehatan. Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatatan tentang bukti bagi bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien. Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kulaitas perawatan tetapi juga membuktikan pertanggung gugatan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan.

Beberapa tipe pencatatan digunakan untuk mengomunikasikan informasi tentang klien. Meski setiap lembaga menggunakan format pencatatan yang berbeda, semua catatan secara mendasar mengandung informasi berikut;

1. Identifikasi klien dan data demografi klien 2. Surat izin untuk pengobatan dan prosedur 3. Riwayat keperawatan saat masuk

4. Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan 5. Rencana asuhan keperawatan atau multidisiplin

6. Catatan tentang tidakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan

7. Riwayat medis 8. Diagnose medis 9. Pesanan terapeutik

(31)

11. Laporan tentang pemeriksaan fisik 12. Laporan tentang pemeriksaan diagnostic 13. Ringkasan tentang prosedur operatif

14. Rencana pemulangan dan ringkasan pemulangan

Tujuan Pencatatan:

Catatan merupakan sumber data yang bermanfaat yang digunakan oleh semua anggota tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup:

a. Komunikasi

Pencatatan adalah cara melalui mana anggota tim kesehatan mengkomunikasikan kontribusinya terhadap perawatan klien, termasuk terapi individual, edukasi klien, dan penggunaan rujukan untuk perencanaan pemulangan. Rencana asuhan harus jelas bagi setiap orang yang membaca bagan. Bila anggota staf merawat klien, catatan harus menjelaskan tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kontinuitas dan konsistensi tindakan perawatan.

b. Tagihan Finansial

Catatan perawatan klien adalah suatu dokumen yang memperlihatkan sampai sejauh mana lembaga perawatan kesehatan harus di-reimburse untuk pelayanan yang diberikan; hal tersebut adalah tagihan klien. Diagnosis-Related Group (DRG) menjadi dasar untuk menetapkan reimbursement untuk perawatan klien. Dokumentasi keperawatan dapat mengakibatkan hal yang berbeda untuk memastikan standar tertinggi kualitas perawatan dan

reimbursement maksimal bagi lembaga perawatan kesehatan.

Rincian pencatatan membantu dalam menetapkan diagnosa

codable yang digunakan untuk menentukan DRG. Kontribusi

perawat terhadap dokumentasi dapat membantu menginterpretasikan tipe tindakan yang diterima klien. Jika waktu pemulangan klien melebihi lama rawat yang diperbolehkan untuk DRG tertentu, dokumentasi dapat membenarkan tambahan waktu. c. Edukasi

(32)

Catatan klien mengandung bebagai informasi, termasuk diagnosa medis dan keperawatan, tanda dan gejala penyakit, terapi yang berhasil dan tidak berhasil, temuan diagnosis, dan perilaku klien. Peserta didik keperawatan dan kedokteran, dan disiplin lain yang berkaitan dengan kesehatan menggunakan catatan ini sebagai sumber edukasi. Suatu cara efektif untuk mempelajari tentang sifat dari suatu penyakit dan responnya terhadap penyakit tersebut adalah dengan membaca catatan perawatan klien. Dengan informasi ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu lebih baik untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

d. Pengkajian

Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk asuhan. Informasi dari catatan memberikan tambahan pada hasil pengamatan dan pengkajian perawat. Riwayat pembedahan, sebagai contoh, terdapat dalam catatan klien. Dengan demikian perawat tidak perlu mengumpulkan informasi yang telah tersedia kecuali ada alasan yang diyakini bahwa informs dalam catatan klien tidak akurat. Catatan kemajuan medis menjabarkan temuan dokter pada saat pengkajian. Sebelum merawat klien, perawat merujuk pada catatan medis utnuk temuan pengkajian yang terbaru dan relevan. Perawat dapat memasuki ruangan klien, mengantisipasi status kesehatan klien, dan kemudian melakukan pengkajian individual klien.

Catatan memberikan gamabaran total mengenai status kesehatan klien. Data pengkajian yang dimasukan oleh setiap anggota tim perawatan kesehatan tidak semata-mata menguraikan peristiwa terisolasi. Setiap pengamatan adalah bagian dari teka-teki besar, yang jika terpecahkan, akan menunjukkan status kesehatan klien. Catatan mengandung data untuk menjelaskan dan menginformasi pengamatan atau menyangkal interpretasi. Catatan

(33)

keperawatan juga dapat memberikan informasi tambahan, termasuk segala pengamatan atau interpretasi yang dibuat oleh perawat dibandingkan dengan data dari catatan. Catatan membantu menjelaskan alasan dan implikasi tentang setiap temuan yang dikumpulkan perawat.

e. Riset

Data statistik menunjukkan frekuensi gangguan klinik, komplikasi, penggunaan terapi keperawatan atau medis tertentu, kematian, dan pemulihan dari penyakit dapat dikumpulkan dari catatan klien. Catatan merupakan sumber berharga untuk menjabarkan karakteristik populasi klien dalam lembaga perawatan kesehatan. Perawat juga dapat meneliti catatan tentang pemulangan klien sebelumnya untuk mengindentifikasi masalah asuhan keperawatan. Sebagai studi untuk menentukan insidens infeksi pada klien dengan tipe kateter intravena tertentu dapat ditemukan dengan cara menelaah catatan klien.

f. Audit dan Pemantauan

Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberikan dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi. Perawat memantau atau meninjau catatan selama tahun menentukan tingkat sampai sejauh mana standar perbaikan kualitas terpenuhi. Kekurangan yang teridentifikasi selama pemantauan diberitakan kepada semua anggota staf keperawatan sehingga perbaikan dalam kebijakan atau praktik dapat dilakukan. Program perbaikan kualitas membuat perawat terus mengetahui standar tentang praktik keperawatan untuk mempertahankan mutu yang baik dalam asuhan keperawatan.

Catatan medis juga diaudit untuk meninjau biaya perawatan klien. Karier asuransi swasta dan auditor pemerintah meninjau catatan untuk menentukan reimbursement yang diterima klien atau lembaga kesehatan. Melalui dokumentasi tentang logistik dan

(34)

peralatan yang telah digunakan memastikan bahwa biaya tertutupi dank lien menerima perawatan yang telah mereka butuhkan.

g. Dokumentasi Legal

Catatan medis harus akurat karena catatan tersebut merupakan dokumen legal. Menurut Mandell (Potter & Perry, 2005), dalam kasus tentang tuntutan hukum catatan medis yang digunakan untuk peradilan, bukan asuhan keperawatan. Akibatnya, pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Catatan berfungsi sebagai deskripsi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Asuhan keperawatan bisa saja sangat baik, namun “ asuhan yang tidak didokumentasikan adalah asuhan yang tidak dilakukan” dalam peradilan hukum. Selain itu, bahkan konsultasi dengan pemberi perawatan lainnya sangat baik bila didokumentasikan. Untuk melindungi diri sendiri akibat klien mengabaikan instruksi keperawatan, perawat harus menunjukkan setiap instruksi atau rujukan dalam catatan medis.

Pencatatan tidak semata-mata menjadi rutin atau superfisial, tidak juga berarti perawat menunggu sampai akhir giliran jaga untuk mencatat asuhan klien. Dokumentasi yang baik harus dilakukan tepat waktu dengan pemikiran yang cermat. Empat area masalah komunikasi yang umum dalam malpraktik disebabkan oleh tidak adekuatnya dokumentasi, yaitu; (1) Tidak mencatatkan waktu yang tepat ketika peristiwa terjadi; (2) Lalai untuk mencatat pesanan lisan atau lalai untuk mendapat tanda tangan dari instruksi lisan tersebut; (3) Mencatatkan tindakan sebelum dilakukan untuk menghemat waktu, dan; (4) Mendokumentasikan data yang tidak tepat (Martin dalam Potter & Perry, 2005).

(Potter & Perry, 2005; 232–236)

2.3 Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga

(35)

keperawatan, menentukan cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical maupun horiantal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP menggunakan pendekatan system penugasan tim primer keperawatan. Pengorganisasian secara vertical, terdapat kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPKP meliputi struktur organisasi, daftar dinas ruangan, daftar pasien

2.3.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Dalam hal ini, struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.

Sedangkan system penugasan yang digunakan adalah tim, dimana ruangan MPKP dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi ketua tim. Ketua tim membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur organisasi dapat digambarkan dalam suatu bagan.

Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari :

1. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui suatu uji.

2. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas.

(36)

4. Jika suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena kondisi tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim lain ke tim yang kekurangan. 5. Kepala ruangan berhak merubah anggota tim jika dipandang

perlu dalam waktu yang ditentukan.

6. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift.

7. Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.

8. Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.

9. Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya.

10. Kolaborasi denga tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh ketua tim.

11. Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.

12. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2.3.2 Daftar Dinas Ruangan

Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, perawat yang bertugas, dan penanggung jawab shift. Daftar dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat dalam waktu yang telah disepakati. Pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh ketua tim. Setiap tim memiliki anggota yang shift pagi, sore, malam dan yang lepas dari dinas malam serta yang libur.

2.3.3 Daftar Pasien

Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung jawab kepada pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.

(37)

Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien memiliki perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat. Pada setiap shift dinas ada perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien secara total selama shift tersebut. Daftar pasien menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan yang diberikan sehingga terwujud keperawatan pasien yang holistic. Daftar pasien diisi oleh ketua tim sebelum operan. Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore dan malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.

2.4 Pengarahan/Organizing

Pengarahan adalah penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan, jika perlu dilakukan pendelegasian, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu dikelola. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya menciptkan iklim motivasi, mengelola waktu secara efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik, mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan system pendelegasian dan supervisi.

Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP adalah operan, preconference dan postconference.

2.4.1 Pedoman Operan Antar Shift

Operan antar shift adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari shift malam ke shift pagi dan dari shift pagi ke shift sore dipimpin oleh kepala ruangan. Sedangkan operan dari shift sore ke shift malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.

Waktu kegiatan : Awal pergantian shift ( pukul 07.00, 14.00, 21.00)

(38)

Penanggung jawab : Kepala ruangan atau Penanggung jawab (Pj) shift

Kegiatan :

1) Karu/Pj shift membuka acara dengan salam

2) Pj shift yang memberikan operan, menyampaikan :

a. Kondisi pasien, diagnose keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan, hasil asuhan

b. Tindak lanjut untuk shift berikutnya

3) Perawat shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan.

4) Karu memimpin ronde ke kamar pasien

5) Karu merangkum informasi operan dan memberikan saran tindak lanjut.

6) Karu memimpin do’a bersama dan menutup acara 7) Bersalaman

2.4.2 Pedoman Preconference

Yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan mengenai rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ Tim. Jika hanya ada 1 perawat yang berdinas pada shift tersebut, preconference ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan dari katim

Waktu kegiatan : Setelah operan

Tempat : Meja masing-masing tim

Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim

Kegiatan :

1) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam

2) Katim/PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana mengacu pada rencana asuhan keperawatan yang dibuat oleh katim

3) Perawat pelaksanan menyampaikan rencana kegiatan pasiennya

4) Katim/PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

5) Katim/PJ tim memberikan reinforcement (penguatan)

6) Katim/PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat bekerja.

(39)

Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat (kepala ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana) sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.

2.4.3 Pedoman Midleconference  Definisi

Middle konference adalah konferensi yang dilaksanakan di tengah (paruh waktu) shift jaga perawat.

 Kegiatan

1. Ucapan salam

2. Kepala ruangan memberikan waktu kepada masing-masing tim untuk melaporkan kondisi klien

3. Ketua tim mempersilahkan perawat pelaksana melaporkan kondisi klien yang menjadi tanggung jawabnya, meliputi : a. Identitas klien, nama dan nomor RM

b. Diagnosa medis

c. Diagnosa keperawatan

d. Tujuan dan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

 Evaluasi dan monitoring  Terapi keperawatan  Tindakan kolaborasi  Pendidikan kesehatan e. Evaluasi

f. Masalah yang dihadapi

4. KaRu atau PJ meminta tanggapan lainnya 5. KaRu atau PJ menyimpulkan

6. Ucapan salam dan mengakhiri konferensi

2.4.4 Pedoman Postconference

Yaitu komunikasi Katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan dilakukan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isi postconference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Postconference dipimpin oleh Katim atau Pj Tim.

(40)

Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya

Tempat : Meja masing-masing tim

Penanggung jawab : Ketua tim/Pj

Kegiatan :

1) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam

2) Katim/PJ tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien

3) Katim/PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.

4) Katim/PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya

5) Katim/PJ tim menutup acara dengan salam.

2.5 Pengendalian/Controlling

Proses terakhir dari manajemen adalan pengendalian yaitu usaha sistematis yang bertujuan untuk menetapkan standar prestasi kerja yang sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk merancang system umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang sesunggunya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada penyimpangan, dan mengukur signifikansinya serta mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

Kegiatan pengendalian pada model MPKP antara lain dalam bentuk pengukuran BOR, ALOS, audit dokumentasi asuhan keperawatan, survey kepuasan pasien/keluarga, penilaian kinerja.

2.5 Komunikasi 1. Proses Komunikasi

Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. (Tappen 1995)

Hasil penelitian Swanburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu digunakan manager untuk berkomunikasi. (Nursalam, 2007)

Faktor internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan, temperamen dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan. Sedangkan

(41)

faktor eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu.

2. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan

Manager harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap yaitu :

a. Manager harus mengerti struktur organisasi dan mengenali staf yang akan menjalankan keputusannya yang dibuat

b. Manager harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan

c. Komunikasi hatus jelas, singkat dan tepat. Prinsip komunikasi perawat professional adalah CARE (Complete; Acurate; Rapid

dan English ) yaitu perawat harus dapat berkomunikasi secara

lengkap, adekuat dan cepat.

d. Manager harus meminta umpan baik apakah komunikasi dapat diterima secara akurat.

e. Menjadi pendengar yang baik yaitu menerima semua informasi yang disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan orang lain , dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan (Nursalam, 2007).

3. Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit

Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan melalui strategi perencanaan. Tetapi ketiga komponen harus menjadi perhatian yang sama, yaitu : struktur, budaya dan teknologi.

Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi yang dapat direncanakan dan diterapkan oelh kelompok kerja. Tetapi, setiap struktur yang ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip

(42)

asuhan keperawatan kepada pasien, ketrampilan yang baik, dan dapat membantu penyelesaian masalah dalam organisasi.

Budaya dalam suatu organisasi bukan seseuatu yang mudah untuk diubah dalam waktu sesaat, tetapi kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatian mengingat perubahan suatu budaya dalam managemen adallah aspek yang penting pada proses perubahan yang efektif.

Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik dalam praktik komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan secara organisasi sering memerlukan suatu perantara, yang disebut teknologi elektronik dan penggunaan media yang akan sangat bermanfaat di masa datang.

4. Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan a. Komunikasi saat timbang terima

Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan dan yang belum, serta respons pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat didekat pasien (Nursalam, 2007).

b. Interview/Anamnesis

Anamnesis merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien saat melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan. Anamnesis dilakukan oleh perawat kepada pasien, keluarga, dokter, dan tim kesehatan lainnya (Nursalam, 2007).

Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi melalui interview: menghindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat, menghindari interupsi, menghindari respons dengan hanya “ya” atau “tidak”,

(43)

menghindari melakukan monopoli pembicaraan, menghindari hambatan personal (Nursalam, 2007).

c. Komunikasi melalui komputer

Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat, dan akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Data-data klien di komputer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat (Nursalam, 2007).

d. Komunikasi tentang kerahasiaan

Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien, disatu sisi perawat membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa yang dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak perawat harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapa pun (Nursalam, 2007).

e. Komunikasi melalui sentuhan

Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam pengambilan keputusan (Nursalam, 2007).

f. Dokumentasi sebagai alat komunikasi

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antartim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan.

Menurut Nursalam (2002) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, maka perawat dapat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran. Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan keperawatan dan

(44)

peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat.

Manfaat komunikasi dalam pendokumentasikan adalah : a) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat b) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan

tenaga kesehatan, apa yang sudah dan apa yang akan dilakukan kepada pasien.

c) Manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat (Nursalam, 2007).

g. Komunikasi Perawat Dan Tim Kesehatan Lainnya

Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antar perawat dan tim kesehatan lainnya: dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan lain-lain. pengembangan model praktik keperawatan professional merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah adanya suatu kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing individu sesuai dengan kedudukannya (Nursalam, 2007).

2.6 Motivasi

1. Definisi Motivasi

Semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, dan sebagainya. Motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan. Motivasi mencakup upaya, pantang mundur, dan sasaran. Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja.

(45)

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Memotivasi adalah proses Manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan tentang “apa” yang membuat orang tergerak (Stoner & Freeman, 1995). Menurut bentuknya motivasi terdiri dari :

 Motivasi Instrinsik : Motivasi yang datang dari dalam diri individu

 Motivasi Ekstrinsik : Motivasi yang datang dari luar diri Individu  Motivasi Terdesak : Motivasi yang muncul dalam keadaan

terdesak

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi a. Faktor Internal

1. Tingkat pendidikan

Seorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih termotivasi karena sudah memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang lebih rendah tingkat pendidikannya, demikian juga sebaliknya jika tingkat pendidikan yang dimiliki tidak digunakan secara maksimal ataupun tidak dihargai oleh seorang manajer maka hal ini akan menyebabkan karyawan tersebut mempunyai yang rendah dalam bekerja

2. Kematangan pribadi

Orang yang bersifat egois dan kurang peka dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga sulit untuk dapat bekerja sama dalam motivasi kerja. Oleh karena itu kematang pribadi akan memepengaruhi motivasinya.

3. Keinginan dan harapan pribadi

Seseorang mau bekerja keras bila ada harapan pribadi yang hendak diwujudkan menjadi kenyataan

Gambar

Gambar 1.  Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “  (Marquis dan Huston, 1998)
Gambar 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ( Marquis  dan Huston, 1998)                                                                                          Kelebihan :
Gambar 3. Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “  (Marquis dan Huston, 1998)
Gambar 4. Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “  (Marquis dan Huston, 1998)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian adalah terdapat pengaruh taraf penambahan limbah kubis terfermentasi terhadap kenaikan populasi bakteri, kenaikan keberadaan bakteri gram

Obstruksi atau eklusi tuba eustachius merupak suatu faktor penyebab dasar pada otitis media karena terjadi hilangnya sawar utama terhadap bakteri dan biasanya

Sumber stres pada aspek tekanan dan aspek tekanan diri tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecanduan video game pada mahasiswa Universitas Surabaya

PERANCANGAAN SOI ID-VOID PADA stasiun poncol slmarang BANGUNAN SI-1UAGAI ITIIMKN PI-MUI-NTUK KLIANCi BKLAKANG MASALAH \ACL Kejelasan arah ( orientasi) negatif ruang pada site

Peta sudah mengenal adanya jenjang kepangkatan dalam organisasi, misalnya daidanco (komandan batalion), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco

Beberapa penelitian terdahulu telah membahas kaitan Manajemen Sumberdaya Manusia dan kualitas layanan terhadap kepuasan, diantaranya penelitian yang

ANG SUSI AT KAPANGYARIHAN NG DIYOS AY NASA PANGALAN, KUNG KAYA’T ANG MGA PANGALANG NAKATALA SA AKLAT NA.. ITO

Parameter pengamatan yang digunakan adalah pengukuran jarak tempuh, pegukuran nilai viskositas dan aliran fluida pada tiap bahan berupa saos sambal merk dagang lokal