• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi seperti makhluk hidup, maka akan mengalami pertumbuhan, perkembangan, sakit, tua dan dapat mati seperti makhluk hidup pada umumnya, seperti yang diungkapkan Arie de Geus dalam Kasali (2005:6). Dalam konteks mempertahankan dan mengelola organisasi agar mampu bertahan hidup, peran sumber daya manusia mempunyai kedudukan yang sentral. Hal tersebut didasari oleh suatu pemikiran bahwa sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi merupakan unsur utama dalam menciptakan peluang bisnis dalam berbagai kesempatan. Untuk meningkatkan perannya sebagai salah satu faktor produksi dalam perusahaan atau organisasi, maka SDM harus memiliki motivasi berprestasi karena salah satu karakteristik yang mempengaruhi prestasi kerja SDM adalah motivasi berprestasi itu sendiri.

Kondisi global saat ini telah menyadari pentingnya kebersihan dalam kehidupan. Hal ini menyebabkan permintaan untuk cleaning equipment yang tinggi, seperti halnya banyak pabrik manufaktur yang setiap hari memproduksi berbagai barang dan jasa yang akan menghasilkan dump waste. Inilah yang menjadi penyebab bagi industri tersebut untuk mengalihkan fungsi labor mereka dengan yang lebih efektif dan efisien, yaitu dengan mesin. Seperti yang diketahui kebersihan saat ini menjadi tolak ukur penilaian yang dijadikan sebagai salah satu indikator terpenting karena memiliki hubungan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja.

PT Starindo Cleaning Technologies (SCT) yang bergerak di bidang distribusi cleaning equipment memiliki banyak kompetitor yang menawarkan produk sejenis. Perusahaan dalam kesehariannya seperti perusahaan lain mencoba bertahan dengan pesaing lainnya yang kerap bermunculan. Munculnya usaha baru yang serupa dan juga usaha yang dapat menjadi substitusi menjadi salah satu alasan mengapa PT SCT melakukan perubahan dalam budaya organisasinya.

PT SCT yang bergerak di bidang distributor untuk cleaning equipment merupakan distributor terbesar dan terlengkap dalam hal equipment di Indonesia.

(2)

Perusahaan memasok peralatan solusi kebersihan non-household appliances (bukan peralatan rumah tangga), baik di sektor perkantoran, industri, pemerintahan dan pertambangan. Sejak awal membangun usaha, perusahaan yang berdiri sejak 29 September 2004 ini menyadari akan mulai banyaknya muncul kompetitor baru dan semakin berkembangnya strategi dalam penjualan, sehingga menyebabkan SCT harus mengubah pola strategi baru mereka yang akan berdampak pada kemajuan perusahaan.

Lebih dari satu dasawarsa PT SCT telah berkembang. Perusahaan yang saat ini mengageni 10 merk produk terkenal dunia dengan segmen pasar dan penggunaan yang berbeda dari berbagai negara, seperti USA merk Minuteman – Commercial Cleaning Equipment, Multi Clean – Floor Care Chemical dan Power Boss – Industrial Scrubber & Sweeper, Jerman merk Hako – City Sweeper dan Multi Car, Italia merk Delfin – Industrial Vacuum, Coral – Anti Pollution Systems & Dust Collector, Idrobase – Dust suppression, Dulevo – Road/street sweeper dan Autobarnd – Run way Sweeper, dan Australia merk Spitwater – High Pressure Water Cleaner, telah berhasil membuat banyak pencapaian yang dapat membuatnya bertahan hidup dalam persaingan antardistributor kebersihan.

Banyak perusahaan kebersihan yang mulai muncul di Indonesia dengan target pasar yang sama, menyebabkan PT SCT mengalami kesulitan dalam menjaga pasar mereka. Didukung dengan keadaan internal perusahaan yang sedang mengalami penurunan, menyebabkan Managing Director PT SCT mengambil inisiatif untuk mengubah budaya organisasinya. Sebelum tahun 2012, divisi sales SCT dipimpin oleh seorang GM Sales yang menangani seluruh produk dan customer di luar key account customer utama dan membawahi beberapa Product Manager, sedangkan untuk key account customer utama seperti PT ISS Indonesia ditangani/dirangkap oleh Managing Director. Sebelum banyaknya merk yang diageni oleh PT SCT, manager dan karyawan perusahaan mengalami keadaan yang cukup kondusif, di mana setiap manajer dan sales diberikan kesempatan untuk menjual berbagai produk sebanyak mungkin. Namun seiring dengan perkembangan perusahaan, Managing Director mulai menyadari bahwa budaya saat ini tidak dapat dilanjuti dan harus diadakan kebijakan ulang. Hal ini dipicu dengan sales dan manajer yang kurang fokus sehingga pekerjaan menjadi bercampur di mana munculnya situasi yang

(3)

menyebabkan keadaan internal perusahaan tidak terorganisir dan calon customer yang tidak terlayani dengan baik.

Banyaknya sales yang mengejar profit dengan menangani berbagai klien sekaligus mengakibatkan tidak terurusnya para klien tersebut karena ketidakmampuan mereka dan membuat mereka harus bekerja serabutan. Sales berlomba-lomba mendapatkan klien agar mendapatkan income yang lebih besar, namun klien-klien yang telah terjaring menjadi tidak terurus karena mereka mengejar klien yang lainnya, menyebabkan kinerja karyawan dan produktivitas mengalami penurunan. Disiplin yang buruk juga merupakan salah satu keburukan budaya organisasi yang dilakukan karyawan divisi sales PT SCT, di antaranya yaitu ada saja karyawan yang tidak memberikan kabar jika berhalangan hadir di kantor, selain itu karyawan juga sering datang terlambat. Masalah ketidakdisiplinan karyawan ini didukung dengan kurangnya kepedulian manajer terhadap bawahannya mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini dipicu oleh kurangnya komunikasi di antara karyawan dengan perusahaan. Oleh karena, itu direksi memutuskan untuk berupaya menghilangkan kebudayaan yang buruk ini.

Budaya buruk yang dilakukan sales PT SCT juga tampaknya dilakukan oleh karyawan lainnya, bahkan middle manager juga kerap tidak luput dari budaya ini. Seperti pengamatan awal saat melakukan kunjungan perusahaan, terdapat dua manajer yang terlihat datang tidak tepat pada waktunya seperti halnya para karyawati perusahaan PT SCT. Dalam berbisnis dituntut sikap profesional yang harus diemban saat mulai memasuki wilayah perkantoran. Saat pengamatan awal didapati beberapa karyawati yang kerap berdandan di kantor, yang sewajarnya harus dilakukan sebelum tiba di ruangan kantor. Hal ini tentu merupakan kebiasaan yang kurang baik yang akan berdampak pada citra perusahaan.

Budaya buruk lainnya yang tengah menjadi permasalahan saat ini adalah tingginya tingkat absensi coaching yang diberikan oleh managing director kepada para manajer dan karyawan. Managing Director PT SCT yang memiliki kepedulian dengan manajer dan karyawannya mengadakan suatu training yang disebut dengan Action Coach. Training ini merupakan kegiatan yang diberikan MD sebagai bentuk kepeduliannya terhadap produktivitas dan kinerja para manajer dan karyawan yang semakin menurun. Action Coach ini merupakan kegiatan terjadinya pertukaran

(4)

pikiran dari pihak PT SCT mulai dari top level management hingga low level management dengan orang-orang yang sudah ahli di bidangnya. Selain itu, Action Coacher atau orang-orang yang ahli dalam bidangnya ini juga turut memberikan bimbingan mengenai bagaimana berbisnis yang baik dan sepantasnya serta bagaimana menghadapi para klien dan mendapatkan perhatiannya. Bimbingan yang diberikan antara lain menemukan atau membangun karakter, bagaimana bernegosisasi yang baik sehingga menghasilkan win-win solution, bagaimana meningkatkan kepercayaan diri, dan hal-hal lainnya yang hasilnya dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan. Namun, berdasarkan pengamatan yang penulis amati, terjadi penurunan peserta yang hadir dalam sesi coaching ini. Hal ini dipicu oleh ketidakhadiran beberapa manajer yang kemudian diikuti oleh bawahannya. Walaupun jumlah penurunan peserta tidak terlalu signifikan, hal ini menjadi perhatian bagi top manager. Yang menjadi perhatian adalah ketidakhadiran para peserta untuk setiap coaching dilakukan oleh manajer maupun karyawan yang sama. Untuk Action Coach itu sendiri diadakan 2 kali dalam sebulan, yang dimulai setiap hari Rabu pukul 5 sore hingga 9 malam.

Oleh karena cukup tingginya tingkat absensi maka MD memberlakukan peraturan baru peraturan tersebut mewajibkan kehadiran seluruh peserta dan memberlakukan juga sanksi bagi yang melanggarnya. Untuk sanksi itu sendiri MD akan memberikan surat peringatan bagi peserta yang tidak hadir dalam Action Coach tersebut dan peraturan ini berlaku untuk setiap lapisan jabatan. Tidak hanya berupa surat peringatan, MD juga memberlakukan peraturan re-positioning jabatan bagi partisipan yang tidak hadir dan datang terlambat. Tentunya dalam peraturan ini juga terdapat kelonggaran. Kelonggaran yang dimaksud adalah partisipan diperbolehkan tidak hadir jika memiliki kepentingan mendesak yang tidak dapat diabaikan. Banyaknya peraturan yang diberikan MD tidak semata-mata ingin meningkatkan profit perusahaan, namun juga ingin meningkatkan kualitas dan kinerja karyawannya sehingga harus ada keseriusan dalam menjalankannya.

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Menurut Rue & Bryan dalam Tjandra (2005:38) kinerja didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi secara berkesinambungan. Sedangkan menurut Mangkuprawira (2006:102), produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input

(5)

terdiri atas manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan, serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk.

Sebelum tahun 2012, divisi sales SCT dipimpin oleh seorang GM Sales yang menangani seluruh produk dan customer di luar key account customer utama dan membawahi beberapa Product Manager, sedangkan untuk key account customer utama seperti PT ISS Indonesia ditangani/dirangkap oleh Managing Director. Selanjutnya mulai tanggal 2 Januari 2012 divisi sales SCT dibagi menjadi 2 (dua) Business Group yang dipimpin oleh masing-masing Sales Director I & II, serta membawahi 6 (enam) orang Business Manager atau Product Manager dari principal (pabrikan) yang sama atau produk yang berdekatan penggunaannya, sehingga setiap Business Manager atau Product Manager akan lebih fokus menangani produk yang akan menjadi tanggung jawabnya, baik dalam prospecting atau fokus pada segmen pasar yang sesuai dan berinteraksi kepada principal (pabrikan) di luar negeri, baik mengenai product knowledge, spec proposal (aplikasi tipe produk), marketing tool atau gimmick, dan lain-lain.

Table 1.1 Penjualan PT SCT Tahun 2010-2012

2010 2011 2012 Total Penjualan Rp 57.124.840.045,- Rp 28.632.039.592,- Rp 19.640.385.018,- Perubahan Dalam Persen (%) 100% 50,12% 34,38%

Sumber: Data Perusahaan PT SCT, 2014

Seperti yang dikatakan (Hofstede, 1980; Ouchi, 1981; Hofstede & Bond, 1988; Kotter dan Heskett, 1992; Magee, 2002) dalam International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 2; 2013 yang berjudul Impact of Organizational Culture on Employee Performance and Productivity menyatakan bahwa budaya organisasi dapat

(6)

digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi suatu organisasi. Sehubungan dengan pendapat tersebut dapat dijelaskan terjadinya penurunan yang cukup signifikan dari total penjualan PT SCT dari tahun 2010 hingga 2012. Menurunnya pendapatan juga salah satunya dipicu oleh buruknya budaya organisasi yang dilakukan oleh karyawan divisi sales sehingga berdampak pada kinerja dan akhirnya pada produktivitas perusahaan. Rendahnya tingkat kedisiplinan karyawan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai target dan berpengaruh terhadap achievement karyawan itu sendiri.

Dengan munculnya divisi baru di perusahaan dan menurunnya profit yang cukup signifikan selama tiga tahun terakhir, managing director juga telah mempersiapkan peraturan baru yakni:

1. Setiap divisi atau sales hanya diperkenankan menjual dua tipe produk yang berbeda dan fungsi yang sama.

2. Sales diperkenankan untuk menyelesaikan proses jual beli dengan customer

hingga produk yang disepakati telah berpindah tangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Bagi karyawan/karyawati diwajiakan menyelesaikan segala kegiatan yang tidak memiliki hubungan dengan pekerjaan kantor sebelum waktu operasional yang ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji lebih jauh keterkaitan budaya organisasi terhadap kinerja dan produktivitas karyawan divisi sales PT Starindo Cleaning Technologies, dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja dan Produktivitas Karyawan Divisi Sales pada PT Starindo Cleaning Technologies”.

Peneliti juga mengasumsikan dampak yang muncul apabila masalah tidak ditangani maka budaya organisasi yang baru tidak memiliki efek postif terhadap kinerja dan produktivitas karyawan PT Starindo Cleaning Technologies.

(7)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Divisi Sales pada PT Starindo Cleaning Technologies?

2. Adakah pengaruh budaya organisasi terhadap produktivitas karyawan Divisi Sales pada PT Starindo Cleaning Technologies?

1.3 Ruang Lingkup

Dalam melakukan penelitian, penulis membatasi ruang lingkup penelitian dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga. Penelitian ini dilakukan di Casablanca, Jakarta Selatan pada PT. Starindo Cleaning Technologies dengan mengambil seluruh divisi sales PT. Starindo Cleaning Technologies sebagai sampelnya. Variabel yang diteliti adalah Budaya Organisasi, Kinerja dan Produktivitas Karyawan, dan tidak mengambil variabel lainnya. Adapun alamat perusahaan adalah Jalan Casablanca Kav. 18 Jakarta 12870.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Divisi Sales pada PT Starindo Cleaning Technologies.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh budaya organisasi terhadap produktivitas karyawan Divisi Sales PT Starindo Cleaning Technologies.

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi Mahasiswa

• Sebagai tambahan pengetahuan dan membuka pemikiran mahasiswa tentang peranan analisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dan produktivitas PT Starindo Cleaning Technologies.

(8)

Bagi Perusahaan

• Memberikan referensi atau sumbangan pemikiran untuk perusahaan mengenai arti pentingnya peranan analisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dan produktivitas PT Starindo Cleaning Technologies yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan, sehingga perusahaan dapat melakukan evaluasi, penyesuaian, atau perbaikan yang nantinya akan membantu kelancaran upaya perusahaan mencapai tujuannya.

• Agar perusahaan dapat merencanakan budaya organisasi kepada karyawan secara tepat.

Bagi Masyarakat

• Sebagai tambahan referensi kepustakaan bagi pihak lain yang berkepentingan khususnya di bidang analisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dan produktivitas karyawan.

Gambar

Table 1.1 Penjualan PT SCT Tahun 2010-2012

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus