• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN INOVASI TEKNOLOGI PENGKAYAAN PAKAN SAPI POTONG/SAPI PERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN INOVASI TEKNOLOGI PENGKAYAAN PAKAN SAPI POTONG/SAPI PERAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN INOVASI TEKNOLOGI

PENGKAYAAN PAKAN SAPI POTONG/SAPI PERAH

M.WINUGROHO danY.WIDIAWATI

Balai Penelitian Ternak, PO BOX 221 Bogor 16002

ABSTRAK

Inovasi teknologi yang disajikan dalam makalah ini berkaitan dengan usaha sapi potong dan meliputi dua kegiatan yaitu penggemukan sapi dan usaha perbibitannya. Sedangkan hal yang sama yang berkaitan dengan usaha sapi perah meliputi aspek produksi susu dan penggemukan pedet. Intinya, bagaimana meningkatkan efisiensi penggunaan pakan lokal agar usaha sapi potong/sapi perah dapat lebih menguntungkan. Pemberian imbuhan probiotik memberikan kenaikan bobot badan hidup sapi potong secara signifikan, meningkatkan efisiensi penggunaan pakan berkualitas rendah, meningkatkan angka kebuntingan, memperpendek jarak beranak. Pada sapi perah, dilaporkan bahwa pemberian probiotik menurunkan kasus mastitis dan meningkatkan kualitas dan produksi susu. Aplikasi “jam biologis induk” mampu menjamin induk melahirkan pedet setiap tahunnya. Hal ini dapat mengurangi pengurasan ternak nasional. Swasta lokal industri pakan ruminansia perlu terus didukung oleh institusi terkait. Bila ini tidak jalan maka produksi pakan lokal menjadi terbatas. Dengan kata lain, carrying capacity melemah dan yang akan rugi adalah masyarakat umum, khususnya masyarakat peternak. Disimpulkan bahwa introduksi inovasi teknologi ternyata mampu memperbaiki kinerja usaha sapi potong/perah. Sehingga penemuan teknologi baru selalu perlu diupayakan dan ditopang oleh seluruh stakeholders yang terkait.

Kata kunci: Sapi potong, sapi perah, pakan

PENDAHULUAN

Tiga kunci utama peningkatan margin profit dalam usaha penggemukan adalah faktor harga jual/beli, skala usaha dan lama penggemukan. Sedangkan aktivitas penting dalam usaha sapi potong meliputi dua hal, yaitu penggemukan dan pembibitan. Kedua kegiatan ini tidak dapat dilepaskan dari jaminan ketersediaan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan mengetahui potensi alam/pakan lokal, maka dapat diketahui apa yang harus dilakukan dalam upaya penyediaan pakan berkualitas. Di dalam makalah ini akan disajikan beberapa teknologi terapan dalam manajemen pakan sapi potong/sapi perah.

Tujuan utama penerapan teknologi ini adalah untuk membantu ketersediaan pakan sepanjang tahun dan membantu efisiensi pemanfaatan pakan. Selanjutnya, pengenalan aplikasi “jam biologis induk” adalah untuk menjamin agar induk melahirkan pedet setiap tahunnya. Swasta lokal yang telah tertarik pada industri pengadaan pakan perlu didukung oleh institusi terkait. Bila ini tidak jalan maka sumber daya pakan lokal menjadi terbatas.

Dengan kata lain, “carrying capacity” melemah dan yang akan rugi adalah masyarakat umum, khususnya masyarakat peternak.

Penerapan teknologi pakan yang tepat guna yaitu yang mudah diterapkan oleh petani/ peternak dengan biaya yang murah dan mendatangkan keuntungan perlu dilakukan. Balai Penelitian Ternak, khususnya Laboratorium Nutrisi dan Mikrobiologi telah menghasilkan beberapa teknologi pakan yang dirasakan mudah dan murah serta dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh petani peternak sapi potong/sapi perah. Teknologi tersebut diantaranya adalah pakan adaptasi/recovery, pakan penggemukan, pakan konsentrat, pakan sumber serat, pakan sapi perah. Beberapa teknologi yang dapat mendukung usaha sapi potong/sapi perah adalah penerapan Jam Biologis Balitnak dan pembuatan kompos berkualitas dengan penambahan inokulan Cok-cok.

Pakan adaptasi/recovery/transportasi Transportasi ternak dari Tanjung Priok ke kandang, atau dari satu pulau ke pulau lain

(2)

menyebabkan ternak mengalami stress suara dan panas sehingga ternak mengalami dehidrasi. Pada kondisi ini ternak akan mengalami penurunan konsumsi bahan kering sampai 2,8%−3% dari konsumsi normal, atau setara dengan 7 kg konsentrat. Waktu yang diperlukan untuk recovery dari kondisi stress ini biasanya lebih dari 10 hari. Sehingga selama kurun waktu tersebut peternak kehilangan keuntungan.

Paket teknologi pakan adaptasi atau

recovery yang diproduksi Balai Penelitain

Ternak (Balitnak) bertujuan untuk mengurangi

stress yang dialami selama perjalanan dan juga mempercepat proses recovery menjadi kurang enam hari. Paket teknologi pakan adaptasi ini dinamakan Bioport yang mengandung probiotik Bioplus dan bahan-bahan elektrolit untuk menggantikan ion tubuh ternak yang hilang selama perjalanan. Beberapa hasil pengujian Bioport pada domba dan sapi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Teknologi pakan adaptasi/recovery/ transportasi yang dinamakan Bioport ini telah dipatenkan.

Gambar 1. Penggunaan Bioport pada domba dapat menurunkan kehilangan bobot badan domba selama

transportasi dari 8,3% menjadi 3,8%. (KUSUMAWARDANI, 2000 Unpublished data)

0 2 4 6 8 10 12 14 Kontrol Perlakuan

Gambar 2. Penggunaan Bioport pada sapi dapat menurunkan kehilangan bobot badan akibat transportasi

dari NTT ke Jakarta dari 13% menjadi 7% (MAX MEROUKH, 2002) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kontrol Bioport Ke hila ng an bo bo t ba da n ( % ) 8,3% 3,8% 13% 7% Ke hila ng an bo bo t b ada n( % )

(3)

Pakan penggemukan

Dengan kondisi pakan saat ini, maka untuk setiap kenaikan satu kg bobot badan pada sapi potong diperlukan 10 kg bahan kering pakan, sehingga peternak tidak mendapatkan untung besar. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. Sehingga untuk setiap kenaikan satu kg bobot badan diperlukan pakan kurang dari 10 kg bahan kering.

Paket teknologi untuk mengatasi hal ini adalah probiotik Bioplus yang diberikan kepada ternak dengan pakan dasar ransum yang kandungan seratnya lebih dari 70% dari total ransum yang diberikan. Hasil pengujian di lapangan pada sapi Peranakan Ongole (PO) menunjukkan bahwa ternak yang diberi Bioplus mampu bertahan bahkan tetap mempunyai kenaikan bobot badan pada masa pancaroba dibandingkan sapi yang tidak diberi Bioplus (SANTOSO et al.,1995). Padahal pada

masa pancaroba ini, pakan yang tersedia seadanya dan umumnya berkualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi (Gambar 3).

Paket teknologi Probiotik Bioplus ini telah dipatenkan dengan usulan yang dilakukan oleh Balitnak.

Kombinasi pemberian probiotik Bioplus dengan khamir Saccharomyces cerevisiae pada pedet yang digemukkan memberikan hasil yang positif. Pengujian di Grati, Jawa Timur, tentang penggunaan kombinasi probiotik Bioplus dan S. cerevisiae pada pedet yang diberi kombinasi rumput dan konsentrat dapat dilihat pada Gambar 4. Pengujian di Baturraden, Purwokerto, dengan materi yang sama namun menggunakan pedet sapi FH memberikan hasil yang menggembirakan (Gambar 5). Demikian pula pengujian di Bekasi, Jawa Barat pada pedet sapi Bali jantan memberikan kenaikan bobot badan harian yang lebih baik (Gambar 6).

Gambar 3. Pertambahan bobot badan sapi PO (kg) yang diberi perlakuan Bioplus dibandingkan dengan

kontrol. Pakan dasar yang diberikan adalah rumput lapang (SANTOSO et al., 1995)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

I II III IV V VI VII AVG

Kontrol Bioplus Pancaroba

PBB (kg)

(4)

Gambar 4. Pertambahan bobot badan harian pedet (PBBH) yang diberi pakan dasar rumput dan konsentrat

dengan dan tanpa pemberian Bioplus dan khamir S. cerevisiae. Penelitian di Grati, Jawa Timur (WINUGROHO et al., 2002)

Gambar 5. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pedet sapi FH yang diberi pakan dasar rumput dan

konsentrat dengan dan tanpa pemberian Bioplus + khamir S. cerevisiae. Penelitian di Baturraden, Jawa Tengah (WINUGROHO et al., 2002)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Kontrol Bioplus + S. cerevisiae

PBBH (g) 0 100 200 300 400 500 600 700 800

Kontrol Bioplus + S. cerevisiae

PBBH (g)

180 70

346

(5)

Gambar 6. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pedet sapi Bali jantan yang diberi pakan dasar rumput

dan konsentrat dengan dan tanpa pemberian Bioplus dan khamir S. cerevisiae. Penelitian di Bekasi Jawa Barat (WINUGROHO et al., 2002)

Pakan konsentrat

Kualitas konsentrat yang banyak digunakan pada usaha penggemukan sapi potong. Kandungan protein umumnya berkisar antara 12–13% dengan kandungan energi 2400 Kkal per kg bahan. Untuk mendapatkan hasil yang optimum, maka kualitas konsentrat yang ada perlu ditingkatkan. Paket teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas konsentrat adalah dengan menggunakan probiotik Aspergilus niger yang dikombinasi-kan dengan pemberian Bioplus.

Hasil penelitian dari penggunaan kedua jenis probiotik pada sapi potong menghasikan pertambahan bobot badan harian yang lebih tinggi dibandingkan sapi kontrol atau yang tidak diberi probiotik (ABATA FARM/FATHAN MUBINA, 2002).

Pakan sumber serat

Banyak para feedlotter menggunakan ampas bir, jerami padi dan bahan yang tinggi kandungan seratnya untuk sapi potongnya. Pakan kaya serat ini mempunyai efisiensi yang rendah, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ternak. Paket teknologi untuk memecahkan masalah ini adalah dengan penambahan Bioplus yang dicampur dengan khamir S. cerevisiae atau Candida utilis.

Pada usaha sapi potong yang menggunakan ampas bir, maka probiotik yang digunakan hanya Bioplus saja. Hal ini dikarenakan ampas bir telah mengandung S. cerevisiae. Sedangkan untuk peternak yang menggunakan jerami padi sebagai pakan dasar sapi potong, maka probiotik yang digunakan adalah Bioplus yang dikombinasikan dengan S. cerevisiae atau C.

utilis.

Hasil penelitian penggunaan Bioplus dan S.

cerevisiae pada pakan dasar jerami padi yang

diberikan kepada sapi PO (Gambar 7).

Pakan sapi perah

Penyakit mastitis pada sapi perah berdampak terhadap penurunan produksi dan kualitas susu. Penurunan ini dapat mencapai 11,4–45,5% per hari (HUTABARAT et al., 1985;

SUDARWANTO et al., 1993). Paket teknologi

yang dapat menurunkan kasus mastitis sekaligus meningkatkan produksi susu adalah penggunaan Bioplus yang dikombinasikan dengan S. cerevisiae dan BUMATA. BUMATA dibuat dari bagian bunga matahari yang dikeringkan. Hasil penelitian penggunaan Bioplus yang dikombinasikan dengan S.

cerevisiae dan BUMATA menunjukkan

penurunan kasus mastitis yang ditunjukkan dengan makin rendahnya (1,5 vs 0,8 x 10 sel/ml) Somatic Cell Count (SCC) dan total 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Kontrol Bioplus + S. cerevisiae

PBBH (g)

(6)

Gambar 7. Pertambahan bobot badan sapi PO yang diberi jerami padi 70% ditambah dengan konsentrat 30%

dan diperkaya oleh probiotik Bioplus yang dikombinasikan dengan S. cerevisiae (S.c.) dibandingkan dengan ternak yang diberi "probiotik Solo" (HARYANTO et al., 1999)

Treat RS = Jerami padi dengan "perlakuan"; Untreat RS = Jerami padi tanpa "perlakuan"

bakteri pathogen dalam susu (1,6 x 106 vs 8,9 x

103 CFU/ml) serta peningkatan kualitas susu

yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar lemak susu (3,3 vs 3,8 %)(NURDIN, 2003).

Pemberian Bioplus dan S. cerevisiae di peternakan sapi perah Pondok Rangon, Jakarta menunjukkan terjadinya peningkatan produksi dan kandungan lemak susu serta FCM secara nyata dibandingkan sapi perah yang tidak diberi kedua macam probiotik tersebut

(HENIWATI, 2003). Pemberian kedua probiotik

tersebut juga meningkatkan kandungan protein dan laktosa susu meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Data-data hasil pengujian tersebut di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan kualitas susu sapi yang diberi

probiotik Bioplus dan S. cerevisiae dibandingkan dengan sapi perah yang tidak diberi probiotik

Produksi susu Kontrol Bioplus + S. cerevisiae Liter/hari 10,5a 12b 4% FCM/kg 0,444a 0,495b Lemak (%) 3,36a 4,07b Protein (%) 3,36 3,63 Laktosa (%) 4,3 4,6 Sumber: HENIWATI (2003)

Penerapan jam biologis pada usaha perbibitan sapi potong

Jam Biologis Balitnak (JBB) diperuntukan bagi induk sapi untuk memperbaiki status reproduksinya (WINUGROHO dan TELENI, 1993). Metoda JBB meliputi pemberian pakan suplemen berupa tanaman legum seperti Gliricidia (Gamal), Kaliandra, Leucaena (Lamtoro), Sesbania dan lain-lain, dan pemberian probiotik Bioplus. Pemberian kedua macam bahan pakan ini diatur agar penggunaannya oleh ternak lebih efisien. Fungsi dari tanaman legum ini adalah untuk menambah protein dan melengkapi kebutuhan asam amino essensial yang dibutuhkan oleh ternak untuk reproduksi (WIDIAWATI, 2002). Sedangkan pemberian probiotik Bioplus dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pemberian pakan sehingga memicu pertambahan bobot badan ternak. Yang dimaksud dengan JBB adalah seperti yang ditampilkan pada Gambar 8.

Menurut JBB ini, ternak diberi pakan normal selama 10 bulan setelah kawin. Namun pada bulan ke lima setelah kawin, ternak diberi probiotik Bioplus guna meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan meningkatkan pertambahan bobot badan harian. Pemberian probiotik ini juga dapat berdampak positif pada

0

100

200

300

400

500

untreat RS Treat RS +

"ProbiotikSolo" Untreated RS +

Bioplus+Sc Treat RS +

Bioplus+Sc

PBBH

(g

/h

ari

(7)

Gambar 8. Jam Biologis Balitnak Sumber: WINUGROHO dan TELENI (1993)

janin sehingga dapat menghasilkan berat lahir pedet yang besar. Pakan suplemen hanya diberikan dua bulan setelah partus atau sebelum dikawinkan lagi. Tujuannya adalah untuk memicu pertambahan bobot badan induk yang hilang setelah melahirkan guna persiapan menghadapi kebuntingan. Karena ternak perlu berada pada bobot badan yang siap untuk kawin agar kebuntingan dapat berhasil dengan baik.

Penerapan JBB pada sapi PO dan Sapi Bali berhasil meningkatkan status reproduksinya yaitu memperpendek jarak beranak sapi Bali dari 15 bulan menjadi 13 bulan (WINUGROHO

et al.,, 1994) dan menaikkan tingkat

kebuntingan sapi PO dari 15% menjadi 90%

(WINUGROHO et al., 1995).

DAFTAR PUSTAKA

NURDIN. 2003. Efek pemberian Bioplus-Sc dan Receptalum bunga matahari (Helianthus annuss, L) terhadap perbaikan produksi susu sapi perah fries holland penderita mastitis subklinis. Disertasi. Universitas Padjadjaran Bandung.

HENIWATI. 2003. Pengaruh pemberian probiotik plus terhadap produksi susu sapi perah. (Skripsi) Program studi Budidaya Pertanian Peternakan. Universitas Respati Indonesia (URINDO). Skripsi.

HUTABARAT,T.S.N.,S.WITONO dan D.H.A.UNRUH.

1985. Penurunan Produksi Susu Akibat Mastitis. Laporan Tahunan Hasil Penyidikan Penyakit Hewan di Indonesia Periode Tahun 1983–1984.

KUSUMAWARDANI, A. 2001. Pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Balai Penelitian Ternak (Unpublish data).

KUSUMAWARDANI, A. 2003. Analisa ekonomi pembuatan kompos dari feces domba dengan menggunakan inokulan Cok-cok. Balai Penelitian Ternak (Unpublish data).

MATTHEWS,A. 1988. Product evaluation at work. Feed Management.

PARKER,R.B. 1974. Probiotics the other half of the

antibiotic story. Anim. Nutr. Health. 29:4-8. SANTOSO,SUMANTO,T.CHANIAGO,M.WINUGROHO

dan M.SABRANI. 1995. Studi perbandingan profitabilitas usaha penggemukan sapi potong pada PIR pola kredit dan swadaya. Laporan Teknis Balai Penelitian Ternak, Bogor. Kawin

Partus

Pemberian Bioplus Pemberian pakan

(8)

SUDARWANTO,C.S.,LEKSMONO,D.W.LUKMAN dan

M. FAHRUDIN. 1993. Pengembangan metode dan pereaksi untuk deteksi mastitis sub-klinis. Seminar Hasil Penelitian, PAU Biotek IPB, Bogor.

WALLACE, R.J. 1994. Ruminal microbiology, biotechnology and ruminant nutrition: progress and problems. J. Anim. Sci. 72: 2922-3003.

WIDIAWATI, Y. 2002. The Utilisation of shrub legume Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium and Calliandra calothyrsus by ruminant animal. (Ph.D Thesis) James Cook University, Townsville Australia.

WINUGROHO,M and E.TELENI. 1993. Feeding and

breeding strategies. In: Draugh animal system and management. E.TELENI,RSFCAMPBELL

and D.HOFFMANN (Ed.). ACIAR-AARD,

60-76.

WINUGROHO,M,ADSOEJANA dan Y.WIDIAWATIO. 1995. Evaluasi pemanfaatan Bioplus dan CYC-100 (saccharomyces cerevisiae) pada sapi ex-Import. Prosiding Seminar Nasional, Fakultas Peternakan IPB.

WINUGROHO,M.Y.WIDYASTUTI,Y.SAEPUDIN dan

S.MARIJATI. 2002 Studi penggunaan bubuk kolostrum dan Bioplus untuk produksi susu (Konsistensi efektifitas bioplus yang disimpan pada ternak fistula). Kumpulan Hasil Penelitian APBN th anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Apakah rempah-rempah dapat digunakah sebagai bahan probiotik yang baik?

2. Apakah analisis lemak susu dilakukan terhadap kandungan lemak jenuh dan tak jenuh? 3. Kapan sebaiknya supplementasi pakan diberikan pada sapi induk?

Jawaban:

1. Rempah-rempah baik digunakan sebagai bahan penyusun probiotik. Komposisi gizi dari rempah-rempah dapat ditelusuri di laboratorium yang ada di Biotrop atau di Balitro, Bogor. 2. Analisis lemak susu hanya dilakukan terhadap total lemak. tidak dibedakan kandungan lemak

jenuh (saturated) dan lemak tak jenuh (unsaturated).

3. Supplementasi pakan sapi induk diberikan pada saat periode kering hingga melahirkan (partus).

Gambar

Gambar 1.  Penggunaan Bioport pada domba dapat menurunkan kehilangan bobot badan domba selama  transportasi dari 8,3% menjadi 3,8%
Gambar 3. Pertambahan bobot badan sapi PO (kg) yang diberi perlakuan Bioplus dibandingkan dengan  kontrol
Gambar 4. Pertambahan bobot badan harian pedet (PBBH) yang diberi pakan dasar rumput dan konsentrat  dengan dan tanpa pemberian Bioplus dan khamir S
Gambar 6.  Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pedet sapi Bali jantan yang diberi pakan dasar rumput  dan konsentrat dengan dan tanpa pemberian Bioplus dan khamir S
+3

Referensi

Dokumen terkait

CITRA MULTI CONSULTANT dan berdasarkan tahapan proses Seleksi Umum selanjutnya, maka perusahaan Saudara seperti perihal tersebut diatas diundang untuk dapat hadir dalam

Dewan Komisaris juga mengapresiasi Direksi dalam kinerja sosial sebagai komitmen Perusahaan sesuai dengan salah satu misi Pupuk Kaltim “memberikan manfaat yang optimum bagi

Sistem informasi masuk keberbagai aspek kehidupan salah satunya adalah pembelajaran, Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran anak adalah siswa lebih

Sektor transportasi udara yang merupakan jasa pelayanan penerbangan adalah salah satu sektor yang mengalami perkembangan cukup signifikan pada 5 (lima) tahun terakhir dan

Persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan teknologi tidak berpengaruh terhadap sikap menggunakan teknologi pada sistem informasi manajemen rumah sakit. Sikap

Kasus hipertensi di Dusun Pundong II (DP II) mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, kejadian terbanyak pada remaja dan lanjut usia (lansia). GDTH bertujuan

Pencantuman daftar itu dimaksudkan untuk memberikan petunjuk kepada pembaca bahwa di dalam laporan itu terdapat gambar atau tabel tertentu yang lebih dari satu. Jika hanya terdiri

DC. Stapf.) terhadap pembentukan granuloma pada tikus putih betina inflamasi akibat penanaman butiran kapas yang telah dicelupkan ke dalam suspensi kaolin I 0%. Ekstrak