• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PERATURAN MENTERI

TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

(2)

Kronologis Penyusunan RPM Pedoman Penyusunan

Rencana Induk Simpul Transportasi

• Surat Kepala Biro Perecanaan Setjen Kementerian Perhubungan Nomor

137/B.I/SRT/II/2013, tanggal 27 Februari 2013 perihal Rencana Percepatan

Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan/Pelabuhan

Laut/Bandar Udara.

• Pembahasan Draft RPM Pedoman Penyusunan Rencana Induk Simpul

Transportasi di Biro Perencanaan Pada Tanggal 16 Juli 2014

• Menyampaikan Draft RPM Pedoman Penyusunan Rencana Induk Simpul

Transportasi sesuai hasil pembahasan Tanggal 16 Juli 2014 kepada

Sekretaris Jenderal Kemenhub dengan Nomor surat HK. 202/1/1-BLT-2014

pada tanggal 21 Agustus 2014.

(3)

Latar Belakang

Penyusunan Rencana Induk diamanatkan dalam UU No. 23/2007 ttg

Perkeretaapian, UU No. 17/2008 ttg Pelayaran, UU No. 1/2009 ttg

Penerbangan dan UU No. 22/2009 ttg LLAJ.

Belum keseluruhan prasarana transportasi memiliki Rencana Induk.

Belum ada pemahaman yang sama diantara sub sektor dalam

menyusun substansi Rencana Induk.

Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. KP. 416 Tahun 2013

Tentang Pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian Penyusunan

Rencana Induk Pembangunan/Pengembangan Prasarana Transportasi

Di Lingkungan Kementerian Perhubungan

(4)

Maksud dan Tujuan

• Maksud :

memberikan pemahaman dan pandangan mengenai

keseragam substansi dalam menyusun Rencana Induk

Prasarana Transportasi.

• Tujuan

:

tersusunnya standar/pedoman penyusunan rencana

induk yang akan menjadi acuan oleh sub sektor dalam

menyusun rencana induk simpul transportasi.

(5)

Dasar Penyusunan Rencana Induk Simpul Transportasi

1. UU 17/2008 ttg Pelayaran

- Rencana Induk Pelabuhan Nasional (Ayat 2 Ps. 67)

-Rencana Induk Pelabuhan (Ayat 1 Ps. 73)

2. UU 23/2007 ttg Perkeretapian

Rencana Induk Perkeretaapian (Ayat 1 Ps. 7)

3. UU 1/2009 ttg Penerbangan

- Rencana Induk Nasional Bandar Udara (Ayat 3 Ps. 193)

- Rencana Induk Bandar Udara (Ayat 2 Ps. 201)

4. UU 22/2009 ttg LLAJ

(6)

Outline RPM Rencana Induk Simpul Transportasi

• BAB I

Ketentuan Umum

• BAB II

Kebutuhan Rencana Induk

• BAB III

Kegunaan Rencana Induk

• BAB IV

Penyusunan Rencana Induk

• BAB V

Muatan Rencana Induk

• BAB VI

Proses Penetapan Rencana Induk

• BAB VII

Wewenang Penetapan Rencana Induk

• BAB VIII

Jangka Waktu Perencanaan Rencana Induk

• BAB IX

Proses Finalisasi Rencana Induk

(7)

Peraturan Perundangan Terkait dengan RPM

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2001 tentang Kebandar Udaraan;

Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian

Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 15 Tahun 2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda

Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara;

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

(8)

Peraturan Perundangan Terkait dengan RPM

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 49 tahun 2005 tentang Sistranas

Keputusan Menteri No. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan;

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan RIPN;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Bangunan Stasiun KA;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta;

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.43 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;

Peraturan Menteri Perhubungan PM 26 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan;

SKEP Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/120/VI/2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Rencana Induk Bandar Udara

(9)

Ketentuan Umum

Pengertian

Simpul Transportasi

Simpul Transportasi Nasional

Simpul Transportasi Propinsi

Simpul Transportasi Lokal

Terminal

Stasiun kereta api

Terminal Penyeberangan

Pelabuhan

Bandar Udara

Tata Ruang

Wilayah

Terminal

Pengguna simpul transportasi

Menteri

(10)

• sebagai panduan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam penyusunan rencana induk simpul transportasi

• dalam rangka keseragaman substansi rencana induk yang

nantinya dapat dijadikan acuan oleh semua pihak terkait agar

memiliki pemahaman dan persepsi yang sama dalam

(11)

Kebutuhan Rencana Induk

1) Rencana induk dirancang untuk memberikan kerangka dasar

pembangunan simpul transportasi.

2) Rencana induk bertujuan untuk menjembatani antara para

pemangku kepentingan baik ditingkat nasional maupun

daerah dan investor dalam menyusun perencanaan simpul

transportasi untuk jangka pendek, jangka menengah hingga

jangka panjang.

(12)

Kegunaan Rencana Induk

1) Mekanisme integrasi rencana pengembangan di tingkat

nasional, regional dan lokal serta keterlibatan seluruh

pemangku kepentingan

2) Dasar legalitas pembangunan

3) Memberikan nilai tambah dalam proses perencanaan

4) Sebagai acuan penting dalam pembangunan dan

pengembangan simpul transportasi serta sektor lainnya

(13)

Penyusunan Rencana Induk

1) Penyusunan rencana induk simpul transportasi

harus dilakukan secara komprehensif dengan

melibatkan pemangku kepentingan yang terkait

2) Penyusunan rencana induk dapat dilakukan secara

swakelola atau kontraktual (konsultan)

3) Penyusunan rencana induk dilaksanakan di Pusat

maupun di daerah

(14)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan Rencana Induk

1. Kebijakan pembangunan nasional dan daerah

2. Rencana tata ruang wilayah

3. Rencana induk jaringan prasarana transportasi nasional

4. Prospek pembangunan dan pengembangan sektor lainnya 5. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lainnya

6. Aspek teknis, ekonomi, operasional, lingkungan, kependukan, keselamatan, keamanan, SDM, sosbud, keterpaduan antar moda/intermoda, hankam

(15)

Muatan Rencana Induk

1) Prediksi kebutuhan simpul transportasi

2) Kebutuhan infrastruktur

3) Tata guna lahan dan pengembangannya

4) Keselamatan dan keamanan

5) Akses simpul transportasi

(16)

Tim Evaluasi

Ketua

Sekretaris

Anggota

Sekretariat

Anggota

Tim

Evaluasi

Susunan Keanggotaan Tim Evaluasi:

Ketua : Biro Perencanaan Sekretaris : Biro Keuangan

Anggota Tim : Ditjen terkait, Badan Litbang, Itjen, Pusat Kajian

Anggota Sekretariat : Biro Perencanaan, Biro Keuangan, Biro Hukum & KSLN, dan Setditjen

(17)

Proses Penetapan Rencana Induk

Kerangka Acuan /TOR Studi Penyusunan Rencana Induk

Simpul Transportasi

Penyusunan Studi Rencana Induk Simpul Transportasi

Pelaksanaan FGD, Konsultasi Publik, dan Sinkronisasi Akademisi, LSM dan Swasta terkait Pemerintah : Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (Provinsi, Kota/Kabupaten)

Revisi berdasarkan rekomendasi masukan dari pemangku kepentingan

Pengajuan Rencana Induk ke Menteri Perhubungan

Penelaahan oleh Tim Evaluasi

Presentasi Dokumen Rancangan Rencana Induk Revisi hasil presentasi

Penelaahan oleh Tim Evaluasi

Pengajuan Rancangan Rencana Induk ke Menhub

8 bln Perbaikan 7 hari 1 hari 14 hari 5 hari Revisi 7 hari 10 hari Lengkap Proses Penyusu nan Studi Rencana Induk Proses Pengesahan Dokumen Rencana Induk

(18)

Wewenang Penetapan Rencana Induk

1) Menteri

untuk

simpul

transportasi

nasional;

2) Gubernur untuk simpul transportasi

propinsi; dan

3) Bupati/walikota untuk simpul transportasi

lokal.

(19)

Jangka waktu perencanaan Rencana Induk

Skema jangka waktu perencanaan pembangunan dan

pengembangan simpul transportasi yang dituangkan dalam rencana

induk:

1) Jangka panjang yaitu di atas 15 (lima belas) tahun sampai

dengan 20 (dua puluh) tahun;

2) Jangka menengah yaitu di atas 10 (sepuluh) tahun sampai

dengan 15 (lima belas) tahun; dan

3) Jangka pendek yaitu 5 (lima) tahun sampai dengan 10 (sepuluh)

tahun

(20)

Finalisasi Rencana Induk

1) Melibatkan seluruh pemangku kepentingan

mulai dari penyusunan sampai dengan

ditetapkannya

Rencana

Induk

Simpul

Transportasi.

2) Disosialisasikan kepada Pemerintah Daerah

setempat, BUMN/BUMD, akademisi, operator

dan pengguna jasa.

(21)

Pasca Penetapan Rencana Induk

1) Diumumkan kepada seluruh pemangku kepentingan

dan masyarakat.

2) Tinjau ulang rencana induk simpul transportasi yang

telah ditetapkan dapat dilakukan 5 (lima) tahun sejak

rencana induk ditetapkan.

3) Dalam hal terjadi perubahan kondisi lingkungan

strategis akibat bencana yang ditetapkan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, rencana

induk simpul transportasi dapat ditinjau kembali lebih

dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda (4) vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau

*ejala ketoasidosis diabetik adalah polidipsia, poliuria, dan kelemahan merupakan gejala tersering yang ditemukan, di mana beratnya gejala tersebut tergantung dari

Penyimpangan serius tertinggi pada tempat penjualan bebek hidup di DKI Jakarta adalah tidak ada fasilitas kolam dipping dan spraying pada pintu masuk untuk kendaraan yang masuk,

Di antara senyawa berikut yang dapat dibuat dari reaksi antara bromoetana dengan kalium sianida dan kemudian produk yang terbentuk direduksi lebih lanjut, adalah :..

Jadi dengan penjelasan ini seharusnya ada upaya kuat dari dalam kelas oleh guru-guru di SD untuk mempertimbangan pendekatan garis bilangan dalam mensimulasikan operasi penjumlahan

Kebijakan pemerintah yang menjadi dasar utama bagi pengembangan pelabuhan meliputi (a) prioritas pengembangan konektivitas dan prasarana pelabuhan untuk mendukung

Ciri-ciri legenda yaitu dianggap benar–benar terjadi , tidak dianggap suci oleh empunya cerita, tokoh manusia kadang dengan sifat luar biasa, setting di dunia,

 pertumbuhan koloni  bakteri dapat ditekan meskipun perawatan dengan madu lebih tinggi pengaruhnya dan dapat mempengaruhi kondisi jaringan karena dilihat dari ukuran luka yang