• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Blitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Blitar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Implementasi Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan

dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Blitar

Tia Tri Wahyuni

Departemen Ilmu Administrasi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya

Abstract

One of regional authority is the management of equity in education including the quality of civil cervant teacher. Blitar has a total of 1,066 primary school teacher shortage and excess of the subject teachers at junior level reached 225 people, spread across 17 districts of the 22 districts. the purpose of this research is describing the setup and equalization policy implementation of civil service teachers in Blitar. This article used a descriptive type with a qualitative approach. theoretical model of policy implementation Edward III with four factors that affects the implementation of that communication, resources, disposition and bureaucratic structures. The results of the of the research showed that the implementation of policy and equality structuring civil servant teachers in Blitar have not been effective yet. It is affected by the lack of communication between the implementing agencies as well as non-performance of the setup process and even distribution of civil service teachers in accordance with the technical guidelines that have been set.

Keywords : Policy, Implementation, and Equity Structuring Teacher

Pendahuluan

Otonomi daerah merupakan wujud dari pelaksanaan asas disentralisasi, yaitu asas dimana daerah memiliki kewenagan untuk mengelola daerahnya secara otonom. Pemberian kewenagan ini dilakukan dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan. Setiap daerah yang melakukan otonomi daerah disebut dengan daerah otonom. Dalam undang – uundang nomor 22 tahun 1999 menyebutkan tiga pola daerah yaitu provinsi, kabupaten dan kota. Kewenangan daerah otonom adalah menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan pada prinsip keterbukaan dan pertanggung jawaban kepada masyarakat.

Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah kebutuhan guru oleh setiap satuan pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidik memiliki kedudukan yang strategis, keberadaan guru merupakan salah satu kebutuhan untuk menyelenggarakan system pendidikan nasional

yang lebih baik dan profesional. Menurut Peraturan Bersama Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada tingkat anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.

.Dalam upaya pemerataan kualitas pendidikan, pemerintah membuat sebuah kebijakan tentang penataan dan pemerataan guru PNS melalui Peraturan Bersama Lima Menteri. Kelima kementerian yang terlibat diantaranya adalah Menteri Pendidikan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. Peraturan ini diundangkan pada tahun 2011 dan berlaku efektif pada tahun 2012. Kebijakan ini dibuat untuk menjamin pemerataan guru antarjenjang, antarjenis pendidikan, antar kabupaten, antar kota, antar provinsi untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan formal secara nasional.

(2)

2

Penataan dan pemerataan guru PNS

merupakan tanggung jawab setiap daerah. Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di daerah menjadi tanggung jawab dari Bupati/walikota hal ini sesuai pasal 4 ayat (2) Peraturan Bersama Lima Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS. Ruang lingkup guru PNS yang dimaksud dalam peraturan bersama ini adalah guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling pada tingkat pendidikan Taman Kanak – kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dan semua satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Masalah yang muncul tentang dalam hal keguruan di Indonesia adalah berkaitan dengan tidak meratanya jumlah guru pada daerah perkotaan dengan daerah yang ada di wilayah pedesaan atau terpencil. Pada umumnya guru yang bergelar sarjana lebih banyak berada di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan relative lebih kecil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh World Bank pada tahun 2013 lebih dari setengah jumlah guru SD dan SMP di daerah perkotaan bergelar sarjana dan hanya 20% guru di daerah terpencil yang bergelar sarjana.

Masalah ketidakmerataan guru inilah yang menjadi perhatian USAID, untuk mengatasi permasalah guru yang ada di daerah lembaga internasional ini membuat satu program tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS. Selain itu, program ini dibuat untuk memeratakan kualitas pendidikan yang di setiap daerah Indonesia. Pelaksanaan program ini USAID bermitra dengan daerah yang mengalami masalah kekurangan guru. Salah satu daerah yang mengalami kekurangan guru adalah Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar menjadi pilot project dari kegiatan ini.

Dari program ini diketahui bahwa pada tingkat SMP ditemukan kelebihan guru sebanyak 225 orang yang tersebar di 17 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar. Sedangkan pada tingkat guru kelas atau guru SD terjadi kekurangan guru sebanyak 1.066 orang guru PNS pada 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar. Beikut ini adalah tabel yang menunjukkan

persebaran guru yang ada di Kabupaten Blitar pada tahun ajaran 2010/2012.

Tabel 1.1 Persebaran guru SD di Kabupaten Blitar TA 2010/2011 –

2011/2012

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar (data telah diolah)

Dari tabel menjelaskan bahwa ada persebaran yang tidak merata, terdapat beberapa kecamatan yang mengalami kenaikan diantaranya adalah kecamatan panggungrejo, wates, binangun, udanawu, srengat, dan wonodadi. Sedangkan di kecamatan lain megalami kekurangan.

Prinsip perhitungan guru berdasarkan Peraturan Bersama Lima Menteri, untuk SD berdasarkan pada jumlah rombongan belajar

(3)

3

pada setiap satuan pendidikan, tersedianya

guru agama dan pendidikan jasmani dan kesehatan. Sedangkan pada tingkat SMP, pada setiap mata pelajaran harus memiliki satu guru dan hanya mengajar pada satu mata pelajaran saja.

Tabel 1.3 Perhitungan Kebutuhan Guru SD Berdasarkan data Tahun Ajaran

2011/2012

Perhitungan terlihat bahwa ada 2 kecamatan yang memiliki kelebihan guru kelas yaitu pada kecamatan binangun dan kecamatan ponggok. Sedangkan di 20 kecamatan lain mengalami kekurangan guru kelas yang mengalami kekurangan.

Sedangkan pada tingkat SMP, perhitungan guru dihitung berdasarkan jam yang tersedia di SMP untuk setiap mata pelajaran dibagi dengan 24 jam. Jam tersedia dihitung berdasarkan pada hasil kali jumlah rombongan belajar dengan jam tatap muka tiap mata pelajaran sesuai KTSP yaitu 4 jam. Dari perhitungan yang dilakukan pada tingkat SMP yang ada di 22 kecamatan di Kabupaten Blitar,

terjadi kekurangan guru pada 8 mata pelajaran yaitu pada mata pelajaran PKN, Pendidikan Agama (P.A), sejarah nasional, pendidikan jasmani, TIK, pendidikan seni, BK dan KTK. Dan mengalami kelebihan di 5 mata pelajaran yaitu B. Indonesia, B. inggris, Matematika, IPA dan IPS.

Uraian diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Blitar mengalami ketidakmerataan jumlah guru, baik pada guru kelas maupun guru mata pelajaran. Sehingga sesuai dengan peraturan bersama lima menteri ini pemerintah Kabupaten Blitar diwajibkan melakukan proses penataan ulang seluruh guru PNS yang ada di tingkat SD dan SMP. Sesuai dengan peraturan bersama, pada tingkat Kabupaten/Kota Bupati/Walikota memiliki tanggung jawab untuk melakukan proses penataan dan pemerataan dengan membuat peta perencanaan serta memfasilitasi pemindahan guru antar satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis di dalam wilayah kerjanya.

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Blitar sesuai dengan peraturan bersama lima menteri, serta ingin pula mengetahui dan menggambarkan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan ini di wilayah Kabupaten Blitar.

Penelitian ini secara praktis diharapkan mampu memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Blitar dan Dinas Pendidikan tentang hal yang berkaitan dengan analisis kebutuhan guru serta terhadap proses perencanaan penataan yang akan dijalankan di Kabupaten Blitar. Selain itu memberikan rekomendasi terhadap proses penataan yang telah dilakuakan di Kabupaten Blitar.

(4)

4

Penelitian ini menggunakan teori

kebijakan publik sebagai teori besar yang digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan tentang tujuan dan manfaat munculnya kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS, serta mengambarkan bagaimana kebijakan tersebut dapat memberikan solusi terhadap permasalahan ketidakmerataan guru. Selanjutnya pada penelitian ini memfokuskan pada teori implementasi yang diungkapkkan oleh Edward III. Teori model implementasi yang diungkapkan oleh Edward III, menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu : Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur Birokrasi.

Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan serta untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan tipe deskriptif yaitu penelitian yang pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak. Secara singkat dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan langkah – langkah melakukan representative objek penelitian tentang gejala – gejala yang terdapat pada masalah penelitian.(Nawawi:1993:2005).

Tipe penelitian deskriptif didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin menceritakan dan menggambarkan proses pelaksanaan implementasi peraturan bersama lima menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS. Hal ini di dasarkan pada cakupan peraturan yang sangat luas, sehingga pemilihan metode ini dapat menjelaskan secara rinci dan menggambarkan secara jelas permaslahan yang muncul dan menghambat efektivitas pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS.

Lokasi penelitian dilaksanakan di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar dengan memfokuskan objek penelitian pada guru PNS yang berada pada tingkat SD dan SMP. Alasan pemeilihan Kabupaten Blitar sebagai lokasi penelitian karena kabupaten blitar memiliki permasalahan ketidakmerataan guru PNS, dan menjadi salah satu mitra dan pilot project dari program penataan dan pemerataan guru PNS yang diselenggarakan oleh USAID.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen yang terkait dengan penataan dan pemerataan guru seperti : data persebaran guru PNS pada jenjang pendidikan SD dan SMP di wilayah Kabupaten Blitar, Data guru PNS yang ada pada jenjang pendidikan SD dan SMP di Kabupaten Blitar, Data jumlah satuan pendidikan pada tingkat SD dan SMP yang ada di Kabupaten Blitar, Peraturan Bupati tentang pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Blitar. Teknik penentuan informan dilakukan dengan metode

purposive, dimana informan yang dipilih

dianggap pihak yang telah memahami dan megetahui tentang permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan melakukan wawancara dengan interview guide, agar penelitian yang dilakuak tetap focus dan bisa menjawab permasalahan yang diajukan. Selanjutnya teknik pemeriksaaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dimana untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan metode yang sama. Hasil dan Pembahasan

Diskripsi Singkat Lokasi Penelitian

Kabupaten Blitar memiliki 22 Kecamatan, dengan jumlah lembaga Sekolah Dasar Negeri (SDN) pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 702 lembaga. Dan memiliki jumlah siswa Sekolah Dasar Negeri

(5)

5

(SDN) pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak

42.944 siswa laki – laki dan 38.830 siswa perempuan. Data siswa tersebut didasarkan pada penggolongan siswa menurut jenis kelamin pada setiap kecamatan. Selain itu jumlah rombongan belajar yang ada di Kabupaten Blitar sebanyak 9.145 rombongan belajar yang ada di seluruh wilayah kecamatan. Dengan jumlah guru kelas yang berstatus PNS sebanyak 3.242 guru PNS dan 1.507 guru PNS pada tahun ajaran 2013/2014. Terdapat 682 guru agama yang berstatus sebagai PNS dan 188 guru Agama yang berstatus bukan PNS. Serta 347 guru pendidikan jasmani dengan status PNS dan 366 guru pendidikan jasamani dengan status bukan PNS. Data jumlah guru tersebut didasarkan pada perhitungan yang dilakukan di setiap kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Blitar.

Sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) pada tahun 2013/2014 Kabupaten Blitar memiliki 101 lembaga SMPN dengan jumlah siswa laki – laki sebanyak 5.792 siswa dan 5.543 siswa perempuan. Penghitungan jumlah siswa tersebut didasarkan jenis kelamin para peserta didik yang ada disetiap kecamatan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Blitar. Sedangkan untuk jumlah guru mata pelajaran SMP yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Blitar sebanyak 2.436 guru baik laki – laki maupaun perempuan, berdasrkan perhitungan dari jumlah guru mata pelajaran yang ada disetiap wilayah SMP negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kabupaten Blitar. Implementasi Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru PNS di Kabupaten Blitar Sesuai Peraturan Bersama Lima Menteri di Kabupaten Blitar

Penataan dan pemerataan guru PNS diatur dalam Peratutan Bersama Lima Menteri terkait dengan proses penataan ulang rasio guru PNS yang ada diseluruh Indonesia. Selain itu juga peraturan bersama lima menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS memiliki tujuan untuk memeratakan pelayanan dan kualitas pendidikan formal di Indonesia. Kebijakan ini diundangkan pada tahun 2011 dan berlaku secara efektif diseluruh daerah

pada tahun 2012. Penataan dan Pemerataan guru PNS dilakukan di daerah yang mengalami kekurangan dan kelebihan guru. Untuk selanjutnya disusun perencanaan tentang penataan ini.

Menurut Peraturan Bersama Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS. Implementor utama dari penataan dan pemerataan guru PNS di wilayah Kabupaten/Kota adalah Bupati. Di Kabupaten Blitar implementor utama dari pelaksanaan kegiatan ini adalah Bupati Blitar, sedangkan untuk mekanisme pelaksanaan di lapangan dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar. Dalam proses penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Blitar juga melibatkan Kepala UPTD pendidikan dan kepala sekolah SMP. Selain itu pula dalam peraturan bersama ini dinas pendidikan dan kantor kementerian agama melakukan koordinasi antar dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru PNS. Dalam

Untuk implementasi secara efektif yang dilakukan di Kabupaten Blitar pada tahun 2012 sesuai dengan peraturan bersama lima menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS. Pelaksanaan kebijakan ini dilakukan dengan memasukkan proses redistribusi guru dari satuan pendidikan di tingkat SMP ke satuan pendidikan di tingkat SD. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan implementasi kebijakan penataan dan pemerataan belum berjalan dengan efektif karena terdapat beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah :

Belum adanya produk hukum yang mendampingi, dan pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS hanya mengacu pada Peraturan Bersama Lima Menteri.Adanya permasalahan tunjangan profesi guru, yang apabila guru diredistribusi ke satuan pendidikan yang berbeda jenjang maka tunjangan yang dimiliki akan hilang. Hal ini yang selanjutnya akan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan guru.

Faktor – faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS

(6)

6

Selain van Mater dan van Horn

ilmuan lain yang menguraikan tentang model implementasi kebijkan top – down, adalah Edward III (1984). Model implementasi kebijakan ini mengajukan empat faktor, adalah

communication (komunikasi), resources

(sumber daya), dispositions (disposisi), dan

bureaucratic structure (struktur birokrasi).

Keempat faktor tersebut berkaitan erat dengan proses pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS. Empat faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Komunikasi

Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors). Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain. (Riant:2012:526). Terdapat tiga dimensi yang ada di dalam komunikasi antara lain adalah transformasi, kejelasan dan konsistensi. Hasil penelitian yang di dapat di Kabupaten Blitar menjelaskan bahwa dimensi transformasi atau penyampaian kebijakan telah dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat dengan dilakukannya pertemuan secara rutin oleh Dinas Pendidikan dengan aktor kebijakan lain seperti kepala sekolah SMP dan kepala UPTD pendidikan di setiap kecamatan. Selanjutnya adalah kejelasan dimana terdapat proses sosialisasi yang dilakukan untuk mempermudah pencapaian tujuan kebijakan kepada pelaksana level bawah dan kepada sasaran kebijakan yaitu guru PNS. Dimensi lain yang mempengaruhi adalah konsistensi konsistensi yang dimaksud adalah sejauh mana kebijakan dan pelaksana dapat melakukan implementasi sesuai dengan prosedur kebijakan. Di Kabupaten Blitar pola komunikasi secara level sudah berjalan dengan baik, akan tetapi komunikasi yang dilakukan antar lembaga seperti dengan Kementerian Agama tidak berjalan dengan efektif.

2. Sumber daya

Edward III dan widodo mengkalsifikasikan sumber daya kedalam tiga hal yaitu : sumber daya manusia, sumber daya peralatan dan sumber daya keuangan. (Widodo:2007:11)

Sumber daya perlatan dalam hal ini diartikan sebagai instrument atau alat yang mempermudah pelaksanaan implementasi kebijakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Dalam peraturan bersama lima menteri setiap daerah yang melakukan penataan dan pemerataan guru PNS di wajibkan untuk membuat peraturan daerah yang mengatur tentang pelaksanaannya. Akan tetapi dalam proses penataan dan pemerataan guru PNS kabupaten blitar tidak memenuhi hal tersebut sehingga implemetasi kebijakan yang dijalankan masik belum efektif.

3. Disposisi

Terdapat tiga unsur utama yang mempengaruhi aparat untuk melaksanakan kebijakan. Ketiga disposisi yang diungkapkan oleh Edward III dalam widodo diantaranya adalah Kognisi, arahan dan tanggapan

pelaksana serta intensitas

respon.(Widodo:2007:106).

Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Blitar terkait dengan faktor disposisi belum berjalan sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan bersama lima menteri.

Pelaksanaan kebijakan pada tingkat instansi utama kurang memahami petunjuk teknis pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS, hal ini disebabkan tidak adanya peraturan daerah maupun produk hukum dalam lainnya terkait penataan dan pemerataan Guru PNS yang mengacu pada Peraturan Bersama Lima Menteri ini. Akan tetapi pemahaman dan pengetahuan dalam mekanisme pelaksanaan kebijakan cukup baik terhadap pelaksanaan kebijakan, Tanggapan aparat pelaksana optimis dalam proses penataan dan pemertaan guru PNS ini sangat baik karena adanya pertimbangan beberapa kepentingan peningkatan pelayanan pendidikan yang ada di wilayah Kabupaten Blitar

4. Struktur Birokrasi

Stuktur birokrasi merupakan salah satu aspek penentu dari proses implementasi kebijakan. Edward III dalam widodo menjelaskan bahwa struktur birokrasi yang

(7)

7

dimaksudkan disini mencakup tentang struktur

organisas, pemabgian kewenagan, hubungan antar unit organisasi yang ada dalam satu organisasi dan hubungan antar organisasi

diluar dimensi organisasi

pelaksana.(Widodo:2007:106)

Struktur birokrasi sangat berpengaruh dalam proses implementasi penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Blitar. Struktur birokrasi dalam impelmentasi kebijakan ini menyangkut prosedur maupun mekanisme kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Blitar. Implementasi kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS dapat berjalan sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS, namun dalam pelaksanaannya Dinas Pendidikan hanya melakukan dengan instansi yang berada di bawah kewenangan dinas pendidikan dan selanjutnya melakukan pelaporan kepada Bupati sebagai pelaksana utama. Akan tetapi tidak ada koordinasi yang dilakukan dengan Kementerian Agama Kabupaten Blitar maupun intansi yang memiliki kewenagan sederajat lainnya dalam proses penataan dan pemerataan guru PNS.

Hasil dari penelitian yang dilakukan dapat diidentifikasikan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan bersama lima menteri yang dilakasanakan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa faktor yang mendominasi terletak pada sikap pelaksana kebijakan dan komunikasi yang dilakukan antar lembaga pelaksana. Bagaimanapun bagusnya faktor – faktor pendukung yang lain akan tetapi apabila pelaksana kebijakan tidak memahami tujuan dan mekanisme kebijakan serta tidak ada komunikasi yang intensif dari pelaksana kebijakan maka kebijakan tidak berjalan efektif.

Selanjutnya saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Di keluarkannya peraturan bupati blitar yang mengatur mekanisme penataan dan pemerataan guru PNS

sebagai pendamping Peraturan Bersama Lima Menteri.

2. Menghitung kebutuhan guru sekolah dasar yang mengalami kekurangan dan menghitung kelebihan guru yang ada di tingkat SMP yang belum memiliki sertifikasi jabatan untuk selanjutnya diredistribusi ke guru SD. Dengan demikian guru yang kehilangan tunjangan profesi guru. 3. Melakukan sosialisasi kepada seluruh

guru PNS yang menjadi sasaran dari kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS, tentang pentingnya proses penataan ini serta member pengertian tentang tugas dan fungsi guru pada setiap jenjang adalah sama.

4. Mengefektifakan komunikasi antar pelaksana kebijakan.

5. Membangun kerjasama dan berkoordinasi dengan wilayah lain maupun kementerian agama untuk mengisi kekurangan guru yang ada di tingkat sekolah dasar dan mengalihkan kelebihan guru pada tingkat SMP.

6. Adanya konsisitensi oleh setiap pelaksana kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS agar tujuan dari kebijakan dapat tercapai dan terjadi pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten.

Daftar Pustaka

Al – samarral, Samer, Dalm Syukriyah, dan Imam Setiawan. Mendayagunakan Guru dengan lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk meningkatkan efisiensi dan manfaat belanja publik.

Wold Bank, januari 2013, hal.2

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian

Bidang Sosial. Yogyakarta:

GajahMadaUniversity Press

Nugroho, Riant.2012. Public Policy. Jakarta: PT. GRAMEDIA

Republik Indonesia. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri dalam

(8)

8

Negeri Menteri Keuangan, dan Menteri

Agama tentang Penataan dan

Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.

2011.Jakarta

Widodo, Joko.2007.Analisis Kebijakan Publik.Malang: Bayumedia Publising

Triana, Rochyati Wahyuni. 2011.

Implementasi & Evaluasi Kebijakan Publik. Surabaya: PT. REVKA PETRA

MEDIA

Gambar

Tabel 1.1 Persebaran guru SD di  Kabupaten Blitar TA 2010/2011 –
Tabel 1.3 Perhitungan Kebutuhan   Guru SD Berdasarkan data Tahun Ajaran

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu akan dibandingkan antara jumlah potensi, tingkat efektivitasnya, prosentase laju pertumbuhannya dan nilai kontribusi pajak hotel dan pajak restoran

Alkena jika direaksikan dengan bromin akan mengalami reaksi adisi membentuk alkana. Apabila inti benzena mengikat tiga substituen, akan terbentuk tiga macam isomer atau tiga

Hanya saja arah utara yang ditunjukkan bukan arah utara sejati (titik kutub utara), tapi menunjukkan arah utara magnet bumi, yang posisinya selalu berubah-ubah dan

Tahapan normalisasi adalah (1) normalisasi ukuran plat nomer yang telah disegmentasi menjadi ukuran standart, dalam penelitian ini 600 x 1000 pixel, (2) normalisasi warna sehingga

Strategi penentuan posisi dalam program pemasaran mempakan hasil kombinasi antara strategi produk, saluran distribusi, harga, dan promosi (bauran pemasaran) yang digunakan

Kecepatan tersebut tentunya harus juga disertai dengan ketelitian dan ketanggapan terhadap apa yang dibutuhkan penumpang, sedangkan sebanyak 28 responden (28%) menyatakan sikap

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik.. Hal ini berarti tindakan tersebut telah dimodifikasi tanpa mengurangi

Keberadaan Taman Kalpataru, Taman Dipangga dan Embung Taman Kota Way Halim yang merupakan bagian dari RTH Kota Bandar Lampung perlu dilakukan penelitian untuk