• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1973 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1973 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1973

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

bahwa dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasi Pemerintah Republik Indonesia ke Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke- XXVIII di New York.

Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 ; 2. Keputusan Presiden RI Nomor 150 Tahun 1973

M E N G I N S T R U K S I K A N. Kepada :

Menteri Luar Negeri/Ketua Delegasi Pemerintah Republik Indonesia. Untuk :

PERTAMA :

Mempergunakan petunjuk-petunjuk pengarahan sebagaimana terlampir pada Instruksi Presiden ini sebagai Iandasan dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah yang dibahas pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa ke-XXVIII di New York.

KEDUA ;

Memberikan laporan kepada Presiden tentang perkembangan Sidang selama berlangsungnya Sidang tersebut.

KETIGA :

Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Presiden. KEEMPAT :

Instruksi Presiden ini berlaku selama Delegasi Pemerintah Republik Indonesia menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-XXVIII di New York.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta

(2)

PREDIDEN REPUBLlK INDONESIA, ttd

S O E H A R T O JENDERAL TNI.

LAMPIRAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1973

PETUNJUK UMUM UNTUK DELEGASI INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA E-XXVIII UMUM

1. Pemerintah Republik Indonesia telah memutuskan mengirimkan Delegasi untuk ikut serta dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-XXVIII, yang diselenggarakan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York mulai tanggal 18 September 1973 ;

2. Keikut sertaan Indonesia dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa tahun ini ditandai :

Pertama, dalam rangka pembangunan nasional, dengan masa akhirnya REPELITA ke-I dan persiapan untuk memasuki REPELITA ke-II ;

Kedua, dalam arena internasional, dengan meningkatnya peranan Indonesia dalam percaturan politik dunia, untuk terus ikut serta daIam penciptaan serta pemeliharaan perdamaian dunia dalam rangka pelaksanaan Politik luar negeri yang bebas dan aktif.

3. Peranan Indonesia daIam arena interasional diantaranya adalah sebagai berikut :

(3)

a). Keikut sertaan Indonesia sejak januari 1973 sebagai anggota Komisi Internasional untuk Pengawasan Gencatan Senjata di Vietam (ICCS), bersama dengan Polandia, Hongaria dan Kanada : dan setelah Kanada pada tanggal 31 juli 1973 keluar dari ICCS, maka mulai bulan September 1973, bersama Polandia, Hongaria dan Iran Indonesia ikut serta secara aktif dalam usaha-usaha mendatangkan perdamaian diwilayah Asia Tenggara, karena perdamaian dan keamanan di kawasan ini mempunyai pengaruh yang positif pada pembangunan nasional Indonesia ;

b). Keikut sertaan Indonesia sebagai anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk priode 1973 -1974 (dua tahun) ;

Di dalam Dewan Keamanan, ialah Dewan yang diserahi tanggungjawab utama untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia, Indonesia selayaknya duduk untuk ikut memberi sumbangan pemikiran.

c). Berhasilnya Indonesia untuk menduduki seorang warganya pada jabatan pimpinan ECAFE sejak juli 1973, ialah jabatan Excecutive Secretary ECAFE, dengan demikian didalam badan ini Indonesia ikut mempunyai suara yang menentukan untuk menjadikan ECAFE suatu sarana yang ampuh untuk membantu bangsa-bangsa Asia pada umumnya dalam usaha melaksanakan pembangunan ekonomi negaranya masing-masing ;

Kesemuanya itu meminta tanggungjawab sepenuhnya dari warga-warga Indonesia yang telah mendapat kehormatan negara dan bangsanya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas.

4. Peranan Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan keputusan Pemerintah untuk mengirim Delegasi ke Sidang Majelis Umum PBB ke XXVIII ini, tidaklah terlepas dari pelaksanaan Sapta Krida Kabinet Pembangunan, Dalam pada itu , peranan yang dilakukan Indonesia dalam gelanggang Internasional, sungguh erat hubungannya dengan Krida pertama yang menyangkut pemeliharaan dan peningkatan stabilitas politik, terutama aspek politik luar negeri, yang akan mempengaruhi langsung atau tidak langsung stabilitas politik atau stabilitas keamanan dalam negeri.

Dalam rangka mengusahakan ketahanan nasional dan untuk kelancaran pembangunan, maka keamanan dan stabilitas politik di dunia pada umumnya dan Asia Tenggara khususnya adalah sangat penting.

5. Indonesia ikut bertanggungjawab menciptakan perdamaian dunia yang berperi kemanusiaan dan adil sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Garis-garis Besar Haluan Negara menentukan pula bahwa dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif, hendaknya kita dapat meningkatkan peranan dalam membantu bangsa-bangsa yang memperjuangkan kemerdekaannya, mengembangkan kerjasama dengan semua

(4)

negara untuk maksud-maksud damai, serta mendorong kerjasama yang harmonis antara semua negara, baik yang telah maju maupun yang sedang berkemhang.

6. Peranan Indonesia dalam melaksanakan kebijaksanaan politik luar negeri di-tekankan kepada kepentingan bersama, ialah saling butuh-membutuhkan an-tara semua negara dalam konfigurasi dunia dewasa ini, tanpa adanya penen-tuan politik oleh dua atau lebih kekuatan besar dunia dan bagi Indonesia tanpa membahayakan falsafah Negara Indonesia dan pembangunan nasional.

BEBERAPA PERMASA LAHAN INTERNASIONAL. 1. Jerman Timur - Jerman Barat.

Pendekatan Jerman Timur - Jerman Barat telah merupakan hal yang positif dengan telah ditanda-tanganinya Perjanjian Dasar kerjasama antara kedua negara tersebut.

Phenomena diatas jelas berpengaruh terhadap berkurangnya ketegangke-tegangan di Eropah, yang menuju pula kepada peningkatan hubungan baik an-tara Timur dan Barat. Kita harapkan hal itu tercermin pula dalam parsidangan Majelis Umum PBB ke-XXVIII ini.

2. Korea Utara- Korea Selatan.

Usaha-uasah kedua negara ini kearah suatu pengertian bersama dalam aspek-aspek politik yang tertentu, yang dilaksakan atas inisiatif mereka sendiri, patut kita puji. Apabila kita dapat mendorong mereka agar mereka melanjutkan usaha-usaha pendekatan diri sejalan dengan yang dilakukan oleh JermanTimur – Jerman Barat, maka akan tampak titik-titik terang dimana kita dapat mengharapkan datangnya perdamaian dan keamanan di wilayah mereka.

perdamaian dan keamanan itu perlu pula untuk kelancaran pembangunan nasional kita.

3. Netralisasi Asia Tenggara.

Gagasan yang telah dilancarkan oleh Negara-negara ASEAN, telah ditanggapi secara positif oleh negara di wilayah lain. Pelaksanaan Netralisasi ini sangat erat hubungannya dengan usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan di wilayah Asia Tenggara, yang akan berpengaruh pula pada kestabiIan politik dan ekonomi di wilayah tersebut.

4. Non-Alignment.

Non-Alignment merupakan dasar daripada pelaksanaan politik bebas dan aktif dari Indonesia yang sumbernya berpokok pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Tujuan utama dari Non-Alignment ialah mengusahakan terciptanya perdamaian dunia dan adanya hidup berdampingan secara damai. Sikap Indonesia terhadap

(5)

forum Non-Alignment adalah conform dengan sikap-sikap kita di konferensi Lusaka maupun Aljazair yang lalu. Hendaklah Ini dipakai sebagai pegangan penyelesaian masalah-masalah dunia yang menyangkut kepentingan negara-negara non-aligned.

5. Situasi Timur Tengah.

Pendirian Indonesia tetap, agar diusahakan penyelesaian masalahnya tanpa mengurangi hak bangsa Arab - Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri. Masalah ini seharusnya sangat penting untuk mendapat penyelesaian segera, sebab terkatung-kutungnya masalah ini mengakibatkan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, seperti peristiwa "Black September” pembajakan-pembajakan udara yang dimaksudkan untuk menentang Israel, kemungkinan tirnbuInya terror, dan sebagainya.

6. Konperensi Perlucutan Senjata Sedunia.

Guna membendung arus persenjataan, konvensionil maupun moderen termasuk persenjataan nuklir, kita merasa perlu adanya konperensi di mana duduk negarawan-negarawan dari negara-negara nuklir maupun non-nuklir guna bersepakat mengadakan pelucutan senjata.

Indonesia sendiri telah duduk sebagat anggota "Komite Khusus Perlucutan Senjata" bersama dengan 30 negara anggota lainnya dari Asia , Afrika, Latin Amerika dan beberapa negara-negara Sosialis. Sehubungan dengan masalah ini, kita dapat melihat betapa banyaknya dana yang dapat disisihkan dan dapat digunakan untuk membantu pembangunan ekonomi negara-negara sedang berkembang, apabila perlucutan senjata dapat dilaksanakan. Untuk itu perlu dimobilisasikan pendapat umum dunia yang dapat menuju kearah terciptanya kaitan ("link") antara Dasawarsa Perlucutan Senjata ("Disarmament Decade") dan Dasawarsa Pembangunan Kedua ("Second UN Development Decade").

7. Penggunaan Dasar Laut dan Samudra semata-mata untuk maksud-maksud damai.

Kermajuan teknologi dewasa ini membuat kita harus bersikap waspada ter-hadap hasil-hasilnya yang dapat disalah gunakan. Sehubungan dengan itu maka masalah penggunaan dasar laut dan samudera semata-mata untuk maksud damai menjadi perhatian kita sejak semula. Lebih-lebih karena mengingat bahwa Indonesia adalah suatu gugusan kepulauan yang besar, serta laut sekitarnya pada umumnya merupakan sumber ekonomi bagi Indonesia.

8. Dekolonisasi.

Politik Luar Negeri RI yang bersifat bebas aktif anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, tetap melanjutkan dukungannya kepada setiap usaha untuk mempercepat proses dekolonisasi. Atas dasar ini Indonesia memberikan dukungannya kepada gerakan-gerakan kemerdekaan yang murni, tetapi tidak dapat nembenarkan usaha-usaha untuk

(6)

menunggangi gerakan-gerakan itu guna kepentingan pihak luar. MASALAH-MASALAH EKONOMI/SOSIAL.

1. krisis moneter yang melanda dunia sejak beberapa tahun belum juga nampak mereda dan penderitaan negara-negara di dunia terutama negara berkembang bertambah lagi dengan timbulnya krisis pangan dunia. Hal ini telah menimbulkan akibat-akibat yang merugikan bagi proses pembangunan di negara-negara berkembang indonesia tidak terkecuali.

Dalam usaha mengatasi masalah-masalah tersebut khususnya dalam rangka perombakan sistim moneter (rnelalui Komite 20 IMF) dan perdagangan dunia (melalui “Multilateral Trade Negotiations"), perlu selalu diperjuangkan dan ditegaskan prinsip bahwa negara-negara berkembang harus diikut sertakan secara penuh, efektif dan secara terus-menerus agar dengan demikian kepentingan negara-negara berkembang dapat terjalin dan terpenuhi.

Dibidang pangan, hendaknya pengalaman timbulnya krisis Pangan dunia dewasa ini lebih dapat meyakinkan negara-negara maju untuk lebih memperhatikan permasalahan dan mencari jalan penanggulangannya dengan mempererat kerjasarna dengan negara-negara berkembang. Agar bantuan-bantuan ditingkatkan untuk mengusahakan program-program swasembada pangan dan program-program pertanian pada umumnya di negara-negara berkembang. 2. Di dalam pelaksanaan strategi pembangunan internasional, dikonstatir, adanya kekurangan-kekurangan baik dalam bidang perdagangan, arus bantuan keuangan ke negara-negara berkembang dan lain-lain.

Dalam hubungan ini terutama di usahakan cara-cara sedemikian rupa agar negara-negara maju melaksanakan “commitment”nya supaya mencapai dan kalau dapat memperbesar target bantuan keuangan sebesar 1% dari GNP-nya. Bantuan-bantuan yang tidak direalisasikan dalam sesuatu tahun hendaknya dapat digeser secara kumulatif untuk tahun-tahun berikutnya, sehingga untuk seluruh dasawarsa kedua jumlah bantuan tetap mencapai 10% GNP.

3. Disamping itu untuk mengatasi jurang perbedaan yang semakin menyolok antara negara-negara berkembang, perlu diusahakan usaha-usaha untuk memperkecil “Technologocal gap”.

Usaha-usaha tersebut diusahakan pada kenyataan adanya keadaan “détente” yang makin cerah sehingga dengan demikian dana-dana yang besar yang sebelumnya digunakan untuk bidang militer dapat dialihkan kepada penggunaan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi alat pendorong dalam akselerasi pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang.

4. Mengenai persoalan kemelaratan masal dan pengangguran, dikehendaki segera adanya tindakan-tindakan untuk menanggulangi serta bantuan dari

(7)

negara-negara maju dengan syarat-syarat lunak dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan negara berkembang guna menanggulangi kemelaratan masal dan pengagguran di negaranya. Akan tetapi tindakan-tindakan kearah itu memerlukan indikator-ndikator sosial yang jelas guna untuk menentukan kriteria mengenai “proverty line”.

Untuk itu diperlukan penelitian yang lebih seksama. PENUTUP.

Walaupun petunjuk umum ini merupakan pedoman pokok bagi Delegasi Indonesia pada sidang Majelis Umum PBB Ke-XXVIII, namun mengenai masalah-masalah yang tertentu sebagai mata acara Sidang, hendaknya Delegasi Indonesia berpegang pada instruksi Menteri Luar Negeri yang khusus diberikan untuk itu.

Untuk menggalang kekuatan diantara negara-negara sedang berkembang, hendaknya dipelihara hubungan baik kita dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara Non BIok, dengan mengadakan kerjasama untuk kepentingan bersama.

Dalam memperjuangkan tercapainya usaha-usaha untuk memperkecil "technological gap" yang menyangkut strategi pembangunan internasional, hendaknya selalu diingat realitas keadaan Indonesia dalam hubungannya dengan negara-negara maju diantara yang termasuk dalam kelompok IGGI. sehingga jangan sampai rnelibatkan diri ke dalam aliran dan tuntutan yang ekstrim.

Dalam hal-hal prinsipil yang perlu ditanggapi oleh pimpinan Negara, hendaknya Delegasi berhubungan dengan Menteri Luar Negeri, untuk selanjutnya dilaporkan dan dimintakan petunjuk dari Kepala Negara.

Masalah-masalah yang keputusannya diserahkan kepada kebijaksanaan Delegasi, hendaknya dibahas bersama, sehingga keputusan yang diambil adalah hasil daripada suatu musyawarah dan mufakat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan ini, penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Jumlah kredit yang disalurkan terhadap ROA pada kelompok Bank Persero Periode 2009-2011”.. Penulis

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, dimana hasil observasi kemampuan membaca permulaan

a) Periodontitis prepubertas, Tipe ini adalah tipe yang terjadi setelah erupsi gigi sulung. Terjadi dalam bentuk yang terlokalisir dan menyeluruh. Tipe ini

Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa Exchange Trade Funds (ETFs) adalah reksa dana yang unit penyertaan/sahamnya tercatat dan diperdagangkan

Struktur perekonomian Kabupaten Subang pada tahun 2014 ini didominasi oleh kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kategori Perdagangan Besar dan Eceran;

Bahwa dengan adanya utang yang tidak bisa kelihatan secara sumir, maka hak untuk menuntut/menggugat para Termohon Kasasi (dahulu para Pemohon) tersebut seharusnya

Michele Hoffnung dalam artikelnya “Motherhood: Contemporary Conflict for Women” mengatakan bahwa merubah nilai-nilai sosial itu perlu, tapi hampir tidak dapat menjadi

Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial.Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat