• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

SISWA KELAS IV SD

I Gd Bagus Angga Pradnyana

1

,I Gst. A. Agung Sri Asri

2

, DB.Kt.Ngr. Semara Putra

3

123

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail :

anggapradnyana21@gmail.com

1

,

xgungasrix@gmail.com

2

,ngurahsemara@yahoo.com

3

,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain Nonequivalent

control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD

Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 331 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling dengan terlebih dahulu mengundi kelas kemudian hasil undian diberikan pretest untuk menentukan kesetaraan. Setelah setara berdasarkan uji t dilakukan pengundian kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPS siswa. Data nilai posttest kompetensi pengetahuan IPS dianalisis menggunakan uji t. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan uji t, diperoleh nilai thitung 3,94 > ttabel 2,00 pada taraf

signifikan 5% dengan dk 62 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan terdapat

perbedaan yang signifikan kompentesi pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model Problem Based Learning berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, berdasarkan analisis dengan statistik deskriptif diperoleh hasil nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPS kelas eksperimen 77,95 > kelas kontrol 70,82. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning berbantuan multimedia berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci : Problem Based Learning, multimedia, kompetensi pengetahuan IPS. ABSTRACT

This study aims to determine the significant differences in the competence of IPS knowledge of students who were taught using a model of Problem Based Learning assisted multimedia with students who were taught using conventional learning. This research type is quasi experiment with design of Nonequivalent control group design. Population in this research is all fourth graders at SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur year lesson 2016/2017 which amounted to 331 people. Determination of the sample in this study was done by random sampling technique by first drawing the class then the result of the draw

(2)

2

was given pretest to determine equality. After the equivalent on the basis of the t-test, a draw was made to determine the experimental and control class. Data collection in this research is done by test method to collect competency knowledge data of student's IPS. Posttest value data of IPS knowledge competence were analyzed using t test. Based on the results of hypothesis testing with t test, obtained tcount 3.94> ttable 2.00 at 5% significant level with dk 62 then H0 rejected and Ha accepted. This shows that there is a significant difference of IPS knowledge competence between students who are taught through Multimedia-based Problem Based Learning model with students who are taught by conventional learning in fourth grade students of SD Gugus I Gusti Ngurah Rai. In addition, based on the analysis with descriptive statistics obtained the average score of knowledge competence level of experimental class IPS 77.95> control class 70.82. Thus, it can be concluded that the application of Problem Based Learning model of multimedia assisted on the knowledge competence of IPS students of fourth grade SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur academic year 2016/2017.

Keywords: Problem Based Learning, multimedia, IPS knowledge competence. PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara akan berjalan dengan baik apabila memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari peran lembaga pendidikan yang senantiasa berupaya untuk mengembangkan potensi siswa.Pendidikan di Indonesia memiliki bebrapa jenjanag, salah satunya adalah sekolah dasar. Pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dasar yang berfungsi sebagai peletak dasar-dasar keilmuan seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, matematika dan lain-lain. Pelaksanaan pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan formal berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan. Peraturan yaitu Permendikbud nomor 67 Tahun 2013 yang mengatur tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah, dimana melalui peraturan ini diberlakukan-nya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

Perubahan kurikulum di Indonesia menunjukan bahwa pendidikan di memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun bangsa. Menurut UU No 20 Tahun 2013 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi drinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Selain itu menurut Triwiyanto (2014:23) Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai usaha memberikan pengala-man belajara terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan untuk meng-optimalkan kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peran hidup secara tepat. Jadi dapat disimpulkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup sebagai perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat akan pengembangan, sehingga selalu terjadi perubahan secara berkesinambungan dalam bidang pendidikan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

Keberhasilan suatu kurikulum tergantung kepada bagaimana kurikulum itu

(3)

3 diimplementasikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak akan berhasil apabila hanya satu komponen saja yang diperbaiki seperti perubahan kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tidak akan sesuai dengan harapan yang diinginkan apabila pelaku pendidikan tidak memiliki kesiapan dalam menerapkannya. Oleh sebab itu, kualitas guru maupun siswa juga perlu ditingkatkan. Sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan perlu diupayakan kegiatan pembelajarn yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Ketidak siapan pelaku pendidikan, baik siswa maupun guru dalam menjalankan kurikulum yang diberlakukan menyebabkan polemik di masyarakat. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut melalui beberapa proses secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menerapkan pengetahuan. Maka sangat diperlukan upaya inovasi guru dalam mensiasati pembelajaran di kelas. Kenyataan dilapangan masih banyak guru yang hanya berpaku pada buku yang hanya memberika penugasan dalam membelajar-kan siswa, sehingga pembelajaran terkesan masih didominasi guru. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kenyataan di lapangan dan harapan sesuai kurikulum 2013. Berdasarkan observasi dengan guru kelas IV pada Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur pada tanggal 16 Januari 2017 diperoleh hasil dari wawancara dalam proses pembelajaran terutama menyangkut muatan IPS masih belum maksimal. Hal ini disebabkan karena guru menerapkan pembelajaran hanya berdasarkan buku pegangan sehingga kurang kreatif dan membuat siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran. Hal itu membuat pembelajar-an lebih menekpembelajar-ankpembelajar-an pada siswa untuk mengingat, menghafal, dan mengerjakan tugas di buku pegangan sehingga tidak menekankan pada siswa untuk pemecahan

masalah dan mengaplikasikan

pengetahuannya. Proses pembelajaran hanya diarahkan untuk menghafal informasi ke dalam otak tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut. “Itu mengakibatkan siswa hanya kaya dengan

teori tapi miskin aplikasi” (Sanjaya, 2010:1). Secara tidak langsung pola pembelajaran seperti itu akan membuat hasil belajar siswa menjadi tidak optimal.

Guru sebagai garda terdepan dalam menjalan kan kurikulum haruslah memiliki keprofesionalan yang sangat tinggi. Guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkanya, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap (Alma, 2010: 127). Dalam hal ini kemampuan guru dalam mendisain suatu pembelajaran sangat dibutuhkan. Disain pembelajaran yang menarik dapat diimplementasikan lewat model pembelajar-an yang digunakan serta media yang dipilih. Pelaksanaan pembelajaran dikelas perlu didesain secara kreatif dan inovatif dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD. Dari permasalahan tersebut dipandang perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar, dan relevan dengan kehidupan nyata. Salah satu inovasi yang dimaksud yakni dengan menerapkan model Problem

Based Learning berbantuan multi-media.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning ) didasarkan atas teori psikologi kognitif terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (kontruktivisme). Pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa belajar melalui upaya pemyelesaian masalah dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengkontruksi pengetahu-an siswa. Pembelajarpengetahu-an ini menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis. Menurut Mercury (2015) Model ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terutama dalam hal sebagai berikut: 1) Pelajar memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang

(4)

4 berguna untuk memecahkan masalah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dijumpainya, 2) Pelajar belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, 3)Pelajar dituntut untuk mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif melalui model diskusi dan problem

solving

Permasalah yang diberikan dalam pembelajaran haruslah relevan dan kontekstual serta bermakna bagi siswa. Permaslahan yang dikemukakn kepada siswa dapat diiplementasikan dengan menggunakan media pembelajaran salah satu media pembelajaran yang cocok dan sangat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Multimedia. Pengertian multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran.(Arsyad, 2011: 171). multimedia menurut Daryanto (2011) memiliki manfaat dalam pembelajaran yaitu (1)Memperbesar benda yang sangat kecil yang tidak tampak oleh mata, seperti bakteri, kuman dan elektron; (2)Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, (3)Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat (4)Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, (5)Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, (6)Mening-katkan daya tarik dan perhatian siswa.

Pembelajaran dengan model Problem

Based Learning sangat cocok diterapkan

untuk muatan materi IPS. Karena selama ini IPS hanya dibelajarkan dengan berpatokan pada buku pegangan sehingga kurang menarik bagi siswa. Model Problem

Based Learning akan membuat

pembelajaran IPS menjadi lebih menarik dan bermakna karena siswa diberikan

kesempatan untuk membangun

pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan sehingga pengetahuan yang

didapat oleh siswa tidak bersifat hapalan semata. Maka dari itu model pemebelajaran

Problem Based Learning berbantuan

multimedia merupakan variabel bebas yang memepengaruhi atau menjadi sebab perubahan dan timbulnya variabel terikat yaitu kompetensi pengetahuan IPS.

Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Menurut Permendikbud No 103 Tahun 2014 ayat 8 pendekatan saintifikm /pendekatan berbasis proses keilmuan yang merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi /mencoba, menalar/mengasosiasi dan mengomunikasikan. “Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat indoktrinisasi, hafalan, dan sejenisnya. pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri” Kosasih (2014:72).

Sebelumnya sudah dilakukan penelitian oleh Supriadi (2013) Model

Problem based Lerning berbantuan media Audiovisual terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas IV di gugus Ubud Gianyar yang berpengaruh signifikan. Selain itu penggunaan multimedia juga didukung penelitian oleh Antari (2013) Pada Pendekatan Pembelajaran Whole Language di SD Gugus V Dr. Sutomo yang

berpengaruh sigmifikan. Namun dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model

Problem Based Learning berbantuan

multimedia terhadap kompetensi IPS siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Sejalan dengan latar belakang di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah 1)

(5)

5 Untuk mendeskripsikan kompetensi Pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning berbantuan multimedia pada siswa Kelas IV SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Tahun Pelajaran 2016/2017, 2) Untuk deskripsikan kompetensi Pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa Kelas IV SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Tahun Pelajaran 2016/2017, 3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan Kompetensi Pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based

Learning berbantuan multimedia dengan

siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa Kelas IV SD di Gugus I Gusti Ngurah Rai Tahun Pelajaran 2016/2017

METODE

Penelitian eksperimen ini dilaksana-kan di kelas IV SD Negeri Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur. Jenis penelitian ini adalah quasi

eksperiment (eksperimen semu)

menggunakan rancangan Nonequivalent

control group design. Dalam rencana ini

ada dua kelompok subjek yakni satu kelompok yang mendapat perlakuan (eksperimen) dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok memperoleh pretest dan posttest.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir penelitian.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017. yang terdiri dari 10 kelas dari 7 SD Negeri di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 331 Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling..

Kesetaraan sampel diuji meng-gunakan rumus uji-t polled varian dimana data nilai pretest harus memenuhi uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians. Jika sampel telah setara dilakukan pengundian kembali untuk

memilih kelompok siswa yang digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil akhir pengundian ditetapkan siswa kelas IV B di SD Negeri 2 Penatih sebagai kelas kontrol sedangkan siswa kelas IV di SD Negeri 3 Penatih sebagai kelas eksperimen.

Selanjutnya dilakukan pengumpulan data kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan dengan model Problem

Based Learning berbantuan multimedia dan

kelompok siswa yang dibelajarkan secara konvensional.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan metode tes. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPS siswa berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa yang sebelumnya telah dilakukan pengujian instrumen yaitu validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran

Suatu data dapat dikatakan baik apabila data tersebut bersifat valid. Untuk memperoleh data yang bersifat valid, instrumen penelitian harus memenuhi syarat validitas. “Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat ukur mengevaluasinya harus valid” (Suharsimi, 2012:79). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas butir, Validitas isi adalah validitas dari segi isinya atau apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi, 2012:82). Uji validitas isi dalam penelitian ini adalah kurikulum dan kisi-kisi. Untuk mengukur validitas butir tes kompetensi pengetahuan IPS dalam bentuk objektif pilihan ganda digunakan rumuskoofesien korelasi biserial (ɣpbi).

Suatu instrument penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Semakin reliabel suatu tes maka semakin yakin hasil suatu tes tersebut mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali (Sukardi, 2011:127). Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji

(6)

6 reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richadson (KR-20)

Setelah pengujian validitas dan reliabilitas, dilakukan uji daya beda. Daya Beda item adalah kemampuan suatu butir tes hasil belajar untuk daspaat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah, Sudijono (2015:386). Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa yang berkemampuan rendah, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun yang berkemampuan rendah tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda.Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00.

Jika daya beda butir tes telah dihutung, selanjutnya dilakukan pengujian tingkat kesukaran. Angka yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty

index). Besarnya indeks kesukaran antara

30 sampai dengan ≥ 0,70. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran kurang dari 0,30 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks lebih dari 0,70 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

Setelah data kompetensi

pengetahuan IPS sampel terkumpul, data tersebut akan dianalisis meng-gunakan statistik deskriptif daan statistik inferensial. Statistik deskriptif merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya. “Statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif untuk menggambarkan suatu objek/ variabel

tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012: 110). Statistik deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan data kompetensi pengetahuan IPS sampel adalah modus, median, mean, standar deviasi dan varian.

Rata-rata (mean) diperoleh atau dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh dan membaginya dengan jumlah subjek (jumlah skor). Untuk dapat memperoleh data skor yang memiliki frekuensi tertinggi digunakan perhitungan Modus. “Modus (Mo) adalah skor yang memiliki frekuensi tertinggi diantara skor-skor yang ada, dengan kata lain skor yang paling sering muncul diantara skor-skor yang ada” (Agung, 2016:43). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modus dapat ditentukan dengan cara melihat frekuensi tertinggi Selanjutnya, untuk menentukan nilai tengah dari data skor yang diperoleh, menggunakan perhintungan Median. “Median adalah skor-skor yang berada di tengah, yaitu 50 persen skor berada di atas dan 50 persen skor berada di bawah” (Setyosari, 2015:251). Dengan kata lain, median adalah nilai suatu angka yang membagi suatu distribusi data ke dalam dua bagian yang sama besar. Selain modus, median dan mean, terdapat perhitungan standar deviasi dan varian data. Standar deviasi (s) adalah suatu ukuran persebaran atau dispersi skor-skor. Sedangakn vaarians (s2)adalah suatu angka yang menunjukkan ukuran variabilitas yang dihitung dengan jalan mengkuadratkan standar deviasi.

Hasil perhitungan yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik histogram, sedangkan tendensi modus, median, mean nantinya akan disajikan dalam kurva juling dimana jika nilai modus lebih kecil dari nilai median dan mean, maka kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Sebaliknya jika modus lebih besar dari median dan mean, maka kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Sedangkan apabila nilai modus, median dan mean

(7)

7 sama atau berhimpit maka kurve juling adalah kurve normal (Koyan, 2012).

Setelah semua data dideskripsikan dengan statistik deskriptif, maka selanjutnya data kompetensi pengetahuan IPS siswa dalam bentuk statistik inferensial. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat di antaranya normalitas dan homogenitas.

Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat. Kriteria pengujian adalah jika X2hitung ≤ X2tabel

maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak yang berarti sebaran data berdistribusi normal, sedangkan jika X2hitung

> X2tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (gagal ditolak) yang berarti data tidak berdistribusi normal.Taraf signifikansinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = k – 1.

Setelah melakukan ujinormalitas data, dilakukan pengujian homogenitas varian data. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian, jika Fhit <

Ftabel maka sampel homogen. Pengujian

dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1.

Jika data yang diperoleh sudah memenuhi prasyarat uji normalitas dan homogenitas maka analisis yang digunakan adalah statistik parametris. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Uji Hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varian. Kriteria jika harga thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika harga thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi hasil perhitungan statistik deskriptif data kompetensi pengetahuan IPS sampel penelitian disajikan dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPS Sampel Penelitian

Dari tabel diatas tendensi modus, median dan mean dari nilai kompetensi pengetahuan IPS siswa pada sampel dapat disajikan dalam bentuk kurve juling. sebagai

berikut. Gambar 1. Kurve Juling Kompetensi

Pengetahuan IPS kelompok Eksperimen Statistik Deskriptif Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 77,95 70,82 Varians 49,57 54,43 Standar deviasi 7,04 7,38 Modus 78,05 69,80 Median 77,75 71,20 Nilai minimum 63 53 Nilai maksimum 93 83

M

d

-

-

-

-

-

f

0

x

M

M

o

(8)

8 Kurve Juling yang dapat ditampilkan dari kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok siswa yang dibelajarkan melaui

Problem Based Learning berbasis

multimedia tersebut menunjukkan bahwa nilai modus lebih besar dari median dan mean, oleh sebab itu data yang diperoleh melalui posttest pada kelompok eksperimen menunjukan juling negatif. Juling negatif dapat menggambarkan bahwa sebagian besar nilai yang diperoleh oleh siswa pada kelompok eksperimen cenderung tinggi.

Tendensi nilai modus, median dan mean pada kontrol sebagai berikut.

Gambar 2. Kurve kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol

Kurve Juling dari kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok siswa yang dibelajarakan melalui pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa nilai modus lebih kecil dari nilai median dan mean dari posttest pada kelompok kontrol menunjukkan juling positif. Juling positif pada kurva tersebut menunjukkan bahwa kelompok siswa pada kelas kontrol memiliki nilai cenderung rendah.

Setelah dilakukan perhitungan statistik deskriptif, selanjutnya dilakukan perhitungan statistik inferensial. Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data dan homogenitas data. Hasil perhitungan normalitas data kedua sampel disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Sampel Penelitian

No Kelompok Sampel

Total

Sampel x

2

hitung x2tabel Kesimpulan

1. Eksperimen 33 0,32 11,07 Berdistribusi normal

2. Kontrol 31 2,01 11,07 Berdistribusi normal

Setelah dilakukan pengujian normalitas data, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas data,Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,1 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk1 62 adalah 1,82. Ini Berati Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan varian masing-masing kelas atau harga varians adalah Homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas varians, disimpulkan bahwa data kedua kelompok sampel ialah berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian, uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan.

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t dengan polled varians.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 3,94 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 62 diperoleh nilai ttabel= 2,00 sehingga thitnung = 3,94 > ttabel = 2,00. Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning berbantuan multimedia dengan kelompok siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model Problem

Based Learning berbantuan multimedia

dengan kelompok siswa yang dibelajarkan

f

0

M

x

o

M

d

M

-

-

-

-

-

(9)

9 secara konvensional pada kelas IV di SD Negeri Gugus I Gusti Ngurah Rai

Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen yang dibelajar-kan dengan model Problem Based Learning berbantuan multimedia mendapat nilai yang cenderung tinggi. Dari perhitungan modus, median dan mean menunjukan nilai modus sebesar 78,05 lebih besar dari median sebesar 77,75 dan mean sebesar 77,95, yang menunjukan kurve juling negatif yang berarti sebagian besar nilai siswa cenderung tinggi dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 63

Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok kontrol yang dibelajarkan pembelajaran konvensional mendapat nilai yang cenderung rendah. Dari perhitungan modus, median dan mean menunjukan nilai modus sebesar 69,80 lebih kecil dari median sebesar 71,20 dan mean sebesar 70,82, yang menunjukan kurve juling positif yang berarti sebagian besar nilai siswa cenderung rendah dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 53

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t diproleh thitung = 3,94. Harrga tersebut kemudian dibandingkan ttabel dengan dk = 62 pada taraf signifikansi 5% diperoleh diperoleh harga ttabel = 2,00. Oleh sebab itu thitung = 3,94 > ttabel = 2,00 ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan multimedia dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema daerah tempat tinggalku. Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning berbantuan multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yakni, (Me= 77,95 > Me = 70,82 ), hal ini berarti terdapat pengaruh model Problem Based Learning

berbantuan multimedia terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah Guru hendaknya dapat menambah wawasannya mengenai inovasi pembelajaran sehingga

mampu menerapkan ataupun

mengembangkan pembelajaran di kelas secara lebih inovatif dan bervariasi agar dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk guru dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi adalah model Problem Based

Learning berbantuan multimedia selain itu

sekolah hendaknya dapat berkontribusi penuh dalam meningkatkan kualitas serta mengoptimalkan proses pembelajaran, sehingga berdampak positif pada kompetensi pengetahuan siswa khususnya di sekolah dasar. Disamping itu bagi peneliti lain agar dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran lain pada subyek penelitian yang berbeda sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi kompetensi pengetahuan siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. G. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Malang :

Aditya Media Publishing.

Agung, A. A.G. 2016. Statistika Dasar untuk

Pendidikan. Yogyakarta:

Deepublish

Alma, Buchari. 2010.Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Antari, Ni Pt. Suci. 2013. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Whole Language Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar BI Siswa Kelas III SD Gugus V Dr.Soetomo. Skripsi (tidak diterbitkan).UNDIKSHA.

(10)

10 Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.

Jakarta: Raja Grafindo Pers.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung : Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014. Jakarta:

Kemendikbud.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama

Widya

.

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha

Mercury, M.Fredey. 2015. “Pengaruh Model PBL Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas Vii SMP N 3 Sawan”. Skripsi (tidak diterbitkan ). UNDIKSHA

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suharsimi, Suharsimi. 2012. Dasar- dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip

dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara

Supriadi, I Md. 2013. Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)

Berbantuan Media Audiovisual

Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Ubud Gianyar. Skripsi (tidak diterbitkan.). UNDIKSHA

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar

Gambar

Tabel 1 Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPS Sampel Penelitian
Gambar  2.  Kurve  kompetensi  pengetahuan  IPS siswa kelompok kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit, mencatat berkurangnya piutang (terjadinya retur penjualan), penerimaan kas

AULA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM SULAWESI TENGAH Jln.. Dewi

Aspek aktuaria yang diperhatikan pada model asuransi kesehatan pada penelitian ini, baik untuk perhitungan premi maupun cadangan premi berkaitan dengan tipe

Sebagai content provider, pada tanggal 30 Agustus 2011 Kompas TV melakukan siaran percobaan dengan kerjasama dengan stasiun TV lokal Ktv atau PT Komando Media Televisi

Pada flowchart sistem pengamanan mobil tidak aktif (OFF) akan dijelaskan ketika pemilik mobil kembali masuk mobil dan memutus tegangan pada alat sistem pengamanan

pada variabel bebas yaitu waktu pemberian makanan pendamping ASI dan pengetahuan ibu , jenis penelitian deskriptif korelasional, teknik sampling menggunakan simple random

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

Gambaran anak Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan anak adalah setiap anak Indonesia hidup dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan yang sehat