• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Gingivitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Gingivitis"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH GINGIVITIS

Disusun Oleh

DWI PUTRI ANGGRAINY

0510070110009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2012

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkankan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas RahmatNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan ini adalah merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas Farmasi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Eka Desnita, S.Far.Apt yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan perkuliahan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat ikut memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pembaca.

Padang, 24 April 2012

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GINGIVITIS SECARA UMUM 2.1.Klasifikasi Gingivitis ... 2

2.2.Etiologi Gingivitis ... 4

2.3.Patogenesis Penyakit Periodontal ... 7

BAB III CIRI KLINIS GINGIVITIS 3.1.Ciri Klinis Gingiva Normal ... 9

3.2.Ciri Klinis Gingivitis ... 10

3.3.Perbedaan Gingiva dan Gingivitis ... 12

BAB IV PENATALAKSANAAN GINGIVITIS ... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 18

5.2 Saran ... 18

5.3 Resep Obat ... 19

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat terjadi pada anak-anak , orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja. Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingival berupa perubahan wama, konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan bentuk, pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.

Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi gingivitis akut, gingivitis kronis dan gingivitis yang berkaitan dengan plak bakteri. Secara umum penyebab penyakit gingiva terdiri dari faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal yang terjadi di sekitar gigi dan jaringan periodontal, misalnya plak bakteri, material alba, debris makanan, stain dental, kalkulus, karies, impaksi makanan. Faktor sistemik yaitu faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal.

Patogenesis dari penyakit periodontal berupa inflamasi kronis karena adanya interaksi pejamu bakteri subgingiva, mekanisme pertahanan periodontium, stadium awal respon pejamu, dan mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis. Patogenesis penyakit periodontal dari gingivitis dan periodantitis terjadi dalam empat tahapan yaitu lesi inisial, lesi awal, lesi mantap, dan lesi lanjut.

Penatalaksanaan gingivitis dilakukan pengukuran keparahan gingival. Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingival, indeks pendarahan papilla, dan indeks titik pendarahan. Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi haras mendiagnosa gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat. Perawatan inisial merupakan satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan, perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur yaitu instruksi kontrol plak, penskeleran dan penyerutan akar, perbaikan restorasi yang cacat, penumpatan lesi karies dan pemolesan.

(5)

2

BAB II

GINGIVITIS SECARA UMUM

Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi. Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran, perubahan kontur/bentuk pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada awalnya organisme streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3 minggu, spesies batang gram positif khususnya Actinomyces, organisme gram negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan organisme-organisme spirochaetal termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi.

Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi pada masa remaja, dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadqp jenis kelaminatau ras.

2.1 Klasifikasi Gingivitis

Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi: 1. Gingivitis Akut

Gingivitis akut dibagi menjadi :

a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG) GUNA terbagi lagi menjadi:

- GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal - GUNA yang berkaitan dengan H.I.V

b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis) 2. Gingivitis kronis

Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:

a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis)

(6)

3

c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis) 3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.

Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya a. Gingivitis Lokalisata

Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi. b. Gingivitis Generalisata

Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau rahang bawah.

c. Gingivitis Marginalis

Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah attached gingiva

d. Gingivitis Dims

Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta papila interdental

e. Gingivitis Papilaris

Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal gingiva yang berbatasan.

Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart Crate 51 Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

(7)

4

Gambar 2. Papila-papila berkawah : Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG) (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwama Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

Gambar 3. Gingivitis Hormonal pada Wanita Pubertas (Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim), (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

2.2 Etiologi Gingivitis

Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor lokal b. Faktor sistemik

(8)

5

A. Faktor Lokal

Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium

a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri

Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi.

b. Faktor Pendorong /predisposisi

Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong : - Materia alba

Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva,

- Debris Makanan

Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi.

- Stein Dental

Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein hitam (black stein) stein hijau (green stein) dan stein jingga (orange stein)

- Kalkulus

Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.

- Karies

Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya.

(9)

6 - Merokok

Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stein tembakau akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak.

- Impaksi makanan (food impaction)

Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap periodontium

- Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)

Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak baik kedudukannya, dan piranti orthodonti.

- Kontrol plak inadequat

Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya.

- Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat

Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak.

- Trauma mekanis

Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak. Trauma mekanis ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku.

(10)

7 - Trauma kimiawi

Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang keras serta obat-obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.

Faktor lokal fungsional:

Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta oklusi yang traumatik

B. Faktor Sistemik

Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease)

2.3 Patogenesis Penyakit Periodontal

Patogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya penyakit dari tahap awal sampai akhir. Tahapan patogenesis penyakit pada penyakit periodontal berupa inflamasi kronis.

a. Interaksi pejamu bakteri pada daerah subgingiva

Secara normal daerah subgingiva dan permukaan gigi yang berdekatan dihuni oleh bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi dan membentuk plak bakteri/plak gigi (bakterial plague/dental plague). Beberapa menit setelah terdepositnya partikel, partikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi

(11)

8

biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada partikel dan agen bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva.

Plak bakteri dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh pejamu (host) tanpa menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan antara serangan bakteri plak dengan mekanisme pertahanan pejamu. Apabila bakteri tertentu dari plak bertambah jumlah dan menghasilkan faktor-faktor virulensi, keseimbangan tersebut akan terganggu dengan akibat timbulnya penyakit. Penyakit dapat pula timbul akibat menurunnya mekanisme pertahanan pejamu.

b. Mekanisme pertahanan periodonsium

Pertahanan periodonsium dibangun oleh berbagai faktor seperti integritas permukaan, saliva, cairan sulkus gingiva dan leukosit pada daerah dentogingival, yang dikelompokkan sebagai mekanisme protektif non spesifik dan sistem imunitas yang merupakan mekanisme protektif spesifik.

c. Stadium awal respon pejamu

Pejamu akan memberikan respon terhadap penumpukkan bakteri atau produk-produknya di dalam sulkus gingiva. Reaksi inflamasi akut ini berupa respon vaskular dan respon seluler.

d. Mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis

Gingivitis dan periodontitis, merupakan bagian terbesar dari penyakit yang melibatkan periodonsium, merupakan infeksi bakterial kronis. Bentuk dan perluasannya dipengaruhi oleh interaksi pejamu bakteri. Bakteri patogen periodontal dapat menimbulkan penyakit secara langsung maupun secara tidak langsung.

Patogenesis penyakit periodontal berupa inflamasi kronis (gingivitis dan periodontitis) terjadi dalam empat tahapan yaitu lesi inisial (initial lesion), lesi awal (early lesion), lesi mantap (esthabilished lesion) dan lesi lanjut (advanced lesion), Ketiga lesi pertama adalah tahapan gingivitis, sedangkan lesi lanjut yang disebut juga sebagai fase distribusi periodontal (phase of periodontal break down) adalah tahapan periodontitis.

(12)

9

BAB III

CIRI-CIRI KLINIS GINGIVA NORMAL DAN GINGIVITIS

Ciri-ciri klinis gingiva normal lebih mudah dipahami apabila dikaitkan dengan struktur mikrpskppisnya, Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan kontur, pendarahan.

3.1 Ciri Klinis Gingiva Normal

Ciri klinis dari gingiva normal terdiri dari: a. Warna gingival

Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink). Warna gingiva dipengaruhi oleh pasokan vaskular, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. b. Besar gingiva

Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel interseluler serta vaskular. Jumlah elemen interseluler maupun pasok vaskuler pada keadaan patologis menyebabkan pertambahan besar gingiva. Besarnya gingiva merupakan gambaran yang umum dijumpai pada penyakit gingival.

c. Kontour/bentuk gingiva

Kontour atau bentuk gingiva dipengaruh oleh bentuk gigi geligi dan besar lengkung rahang, lpkasi dan besar area kontak proksimal dimensi embasur gingiva dalam arah vestibular dan oral. Gingiva bebas mengelilingi gigi seperti kerah baju mengikuti arah seperti busur (arcatte/scalloped) pada pennukaan vestibular dan oral.

d. Konsistensi gingiva

Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilent). Konsistensi gingiva cekat yang kaku disebabkan oleh papillanya banyak mengandung serat kolagen dan melekat pada tulang alveolar, dan berkonsistensi kaku karena adanya serat-serat gingiva.

(13)

10 e. Tekstur permukaan gigi

Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit jeruk (stiplead/stipling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas adalah licin. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur seperti kulit jeruk, sedangkan bagian tepinya licin. Stippling timbul sebagai adaptasi gingiva untuk menerima fungsi yang secara mikroskopis disebabkan adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada permukaan gingiva.

3.2 Ciri Klinis Gingivitis

Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk, perubahan saku gusi, resesi gingiva, halitosis dan rasa sakit.

a. Perdarahan

Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma mekanis, misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva pada waktu probing merupakan tanda klinis gingivitis yang penting. Pendarahan ini mudah terjadi karena inflamasi kronis menyebabkan penipisan dan ulserasi epitel sulkus, dan pembuluh darah yang penuh berisi darah menjadi rapuh dan terdesak oleh cairan dan sel radang sehingga berada lebih dekat ke permukaan epitel sulkus.

b. Perubahan warna

Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental dan gingiva bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan warna pada gingiva cekat Akibat inflamasi kronis warna gingiva yang normainya merah jambu akan berubah menjadi sedikit merah sampai merah tua karena terjadinya proliferasi vaskular dan berkurangnya keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Terjadinya stasis venous menyebabkan warna gingiva menjadi merah kebiru-biruan sampai biru, apabila vaskularisasi bericurang (berkaitan dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif) warna gingiva terlihat pueat atau hampir menyerupai warna normal.

(14)

11 c. Perubahan Konsistensi

Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan. Konsistensi gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan menggembung, serta berlekuk apabila ditekan. Hal ini adalah akibat jaringan ikat gingiva diinfiltrasi oleh cairan dan sel-sel eksudai inflamasi. Dalam tahap lanjut konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh yang mudah koyak apabila diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan karena degenerasi jaringan ikat dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis berlangsung lama terjadi fibrosis dan proliferasi epitel sehingga konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit.

d. Perubahan tekstur permukaan

Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya tekstur seperti kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena perubahan histopatologis yang terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur yang demikian terjadi pada gingiva yang berkonsistensi lunak. Perubahan histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur permukaannya adalah bernodul-nodul.

e. Perubahan kontur/bentuk

Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan dengan terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun pembesaran gingiva ini juga bisa disebabkan oleh sebab-sebab lain sebagaimana biasanya akibat pembesaran gingiva ini tepi giginya membulat dan papila interdental menjadi tumpul.

f. Perubahan saku gusi

Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo pocket) yaitu sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi tanpa adanya migrasi epitel saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan sulkus gingiva adalah pada saku gusi terdapat tanda-tanda inflamasi gingiva. Kedalamannya bisa tetap, tetapi bisa juga bertambah apabila terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi gingiva ke koronal.

(15)

12 g. Resesi

Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat bergesernya posisi gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang terinflamasi apabila gingivanya tipis terutama bila gingiva cekatnya inadequate

h. Halitosis

Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita gingivitis, dan keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien untuk meminta perawatan. Penyebabnya adalah sisa makanan yang tertinggal, dan eksudat radang. Halitosis yang disebabkan oleh gingivitis harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab lain seperti kelainan pada saluran pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit metabolisme seperti^ diabetes melitus dan uremia.

i. Nyeri Sakit

Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii terjadi eksaserbasi akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena penderita menyikat giginya hanya dengan tekanan yang lebih ringan dan lebih jarang menyikat gigi, sehingga plak lebih banyak menumpuk dan kondisi penyakit bertambah parah.

3.3 Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis

Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink), tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting, dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).

Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan, bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

(16)

13

BAB IV

PENATALAKSANAAN GINGIVITIS

Sebelum melakukan perawatan gingivitis, dilakukan pengukuran keparahan gingiva serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, dan diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks. Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingiva (gingiva index) , indeks pendarahan papilla (papillary bleeding index), dan indeks titik-titik pendarahan (bleedingpoint index).

Guna indeks gingiva adalah untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi geligi yang diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan meajumlahkan skor untuk keempat sisi yang diperiksa falu dibagi empat. Jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, maka diperoleh skor indek gingiva untuk individu.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukankan dari skor indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Skors Indeks Gingiva Kondisi Gingiva

0,1 - 1,0 1,1-2,0 2,1-3,0 Gingivitis Ringan GingtvitisSedang GingivitisParah

Indek pendarahan papiia diketahui dengan cara pengamatan perdarahan timbuf setelah prob diselipkan dari vestibular ke col sebeiah mesial dari gigi yang diukur. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan mesiovestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya. Setelah probing pada semua gigi geligi selesai, dilakukan pencatatan skpr dengan kriteria sebagai berikut:

(17)

14 0 = Tidak terjadi pendarahan 1 = Pendarahan berupa titik kecil

2 = Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis 3 = Pendarahan menggenang di interdental

Presentase jumlah permukaan dengan pendarahan dihitung dengan rumus:

x100% Gigi Seluruh Jumlah Pendarahan dengan Gigi Permukaan Jumlah Pendarahan Titik Indek 

Indeks titik-titik pendarahan sama dengan indeks pendarahan papilla yang biasa digunakan diklinik, selain untuk pengukuran inflamasi gingiva dan pelaksanaan prosedur hygiene oral juga sebagai media memotivasi pasien.

Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi harus mendiagnosis gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat,. terutama bila kasusnya terungkap sedini mungkin, perawatan inisial merupakan satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan.

Perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur: a. Instruksi Kontrol Plak

Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Penggunaan alat pembersih interdental belum dapat dilakukan karena penggunaannya masih terhalang oleh deposit dan cacat interproksimal yang belum tersingkirkan.

b. Penskeleran dan penyerutan akar

Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan terinflamasi di sekitar saku periodontal yang dalam, prosedur penskeleran supragingiva untuk menyirigkirkan kalkulus subgihgiva harus didahulukan. Dengan pefskeleran supragingiva, gingivitis akan mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada sesi selanjutnya

Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat sisa toksin bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar agar jaringan nekrose tersingkap.

c. Perbaikan restorasi yang cacat

Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung eksplorer yang halus, yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun

(18)

15

sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat tepi restorasi yang mengeper terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari restorasi ke arah gigi dan terasa ada hambatan.

Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin digantikan dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap dipertahankan agar perawatan inisal bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengeper harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian restorasi yang mengeper ke arah gigi.

d. Penumpatan Lesi Karies

Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun restorasi yang eacat disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen), namun pada keadaan tertentu penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat menyingkirkan tempat persembunyian bakteri.

e. Pemolesan

Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies, lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.

1. Kunjungan Pertama

Pada kunjungan pertama lakukan anamnesa untuk menentukan keluhan utama pasien. Jelaskah kepada pasien bagaimana caira rhelakukan kontrol plak. Hal tersebut mencakup sesuatu yang harus dilakukan perawatan selanjutnya. Pada kunjungan pertama ini yang dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien telah menderita penyakit gingiva dengan tanda-tanda klinis dari gingivitis, perubahan konsistensi gingiva, perubahan tekstur permukaan, perubahan kontur/bentuk, pembentukan saku gusi, terjadinya resesi gingiva, halitosis bahkan bisa terjadinya nyeri sakit, jelaskan kepada pasien faktor-faktor

(19)

16

penyebabnya seperti plak bakteri, merokok, kalkulus, karies dan perubahan pada gingiva sebaiknya dicatat indeks pendarahannya dan juga indeks plak pada permukaan gigi dengan melakukan pewamaan plak menggunakan disclosing solution. Indeks plak dihitung dengan ramus :

100% x 4 x Permukaan Seluruh Jumlah Plak dengan Permukaan Jumlah Plak Indek 

Langkah kedua dari perawatan ini adalah dengan menjelaskan kepada pasien apa yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien dan apa yang haras dilakukannya untuk menunjang perawatan yang dilakukan dokter gigi dan menjamin keberhasilan perawatan.

Langkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara menjaga kebersihan mulut dengan alat pembersih yang sesuai, sehingga pasien yang telah termotivasi untuk memelihara kebersihan mulut mampu melaksanakannya.

Langkah keempat adalah melakukan penyingkiran kalkulus subgingiva. Setelah semua prosedur dilakukan, diberitahukan kepada pasien tentang keparahan plak setiap kali kunjungan, agar pasien tetap menyikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur dan mengkonsumsi gizi seimbang, dan tetap kotrol setiap minggu

2. Kunjungan Kedua

Kondisi gingiva diperiksa kembali dengan disclosing-solution untuk kembali dilakukan kontrol plak. Kemudian dilakukan lagi scalling untuk menyingkirkan deposit-deposit plak. Dan perhatikan indeks perdarahan apakah terdapat penurunan, Penyingkiran kalkulus dapat dilanjutkan dengan penskeleran subgingiva dan penyerutan akar. Setelah semua permukaan gigi terbatas dari kalkulus maka permukaan gigi dikilatkan atau dipolis. Bila ada karies yang dekat ke gingiva, maka sebaiknya dilakukan penumpatan karies, dan perbaikan restorasi yangcacat. (2'5,9)

(20)

17

3. Kunjungan ke Tiga

Gingiva diperiksa dan kontrol plak ditinjau kembali. Perhatian khusus diberikan pada area-area dimana inflamasi tetap menetap. Hal ini biasanya mengakibatkan dilakukan scalling kembali. Tiap kunjungan tetap dihitung indeks pendarahan, dan papilla calculus indeks, agar diketahui perubahan dari pendarahan dan oral hygiene.

4. Kunjungan ke Empat

Pada kunjungan keempat dilakukan pengukuran indeks pefdarahan dan kalkulus indeksnya. Jika hasil akhirnya menunjukkan angka dibawah 5 % berarti tidak adanya inflamasi. Perawatan dihentikan dan instruksikan kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya dan dilanjutkan untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi.

(21)

18

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Gingivitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Gingivitis sendiri diklasifikasikan menjadi beberapa bagiah. Untuk ttiembedakan gingiva normal dan gingivitis, diperlukan suatu indeks gingiva dan indek titik pendarahan (Papillary Bleeding Index) agar bisa dibedakan dan diketahui gingiva normal atau tidak.

Perawatan dari gingiva meliputi tiga komponen yang dapat dilakukan bersama:

1. Kontrol plak adekuat

2. Menghilangkan plak dan kalkulus 3. Memperbaiki faktor-faktor retensi plak

Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki, membuat mulut bebas plak temyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk mencegah rekurensi deposit plak.

Untuk penunjang perawatan gingivitis diberikan obat kumur untuk mempercepat penyembuhan, dan pasien harus memperhatikan gizi seimbang

5.2 Saran

Penyikatan gigi dengan metode bass dianjurkan untuk kebersihan gingivitis sehari-harinya bagi pasien dengan ataix tanpa penyakit periodontal. Sikat gigi yang digunakan adalah yang bulunya lunak sampai sedang. Penyikatan dilakukan pada permukaan vestibular dan oral rahang atas dan rahang bawah. Instruksikan kepada pasien untuk tetap kontrol ke dokter gigi enam bulan sekali.

(22)

19 5.3 Resep Obat Drg. Dwi Putri Jl. Siteba No. 20 Telp. 0751 xxxxx Sip. xxxxxxx Padang, 24 April 2012 R/ Betadine gargle 150 ml S2dd M. et. verp ___________________________ R/ Becom C 500 mg MF. Pulv dtd No X S2dd Pulv I. PC ___________________________ Pro : …………. Paraf drg. Dwi Putri

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Dalimunte, S.H, Pengantar Periodontitis. Universitas Sumatera Utara Ed-1, 1996. Medan

Langlais RP, Miller Cs, Atlas Berwarna Kelainan Rongga mulut yang Lazim. Hipokrates, 1998. Jakarta

Leung W.K, Daniel. C, dkk. Toot Loss in Treated Periodntitis Patient Responsible for Their Suportive Care Arragement. Journal of Clinical Periodontologi, Ed-33, 2006. Hongkong

Gambar

Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart  Crate 51 Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut,  hal
Gambar  2.  Papila-papila  berkawah  :  Gingivitis  Ulseratif  Akut  yang  Nekrosis  (ANUG)  (Robert  P

Referensi

Dokumen terkait

Munculnya gejala klinis pada pasien lansia yang menderita anemia penyakit kronik dan anemia defisiensi besi kemungkinan ada hubungannya dengan berat–ringannya anemia yang

Kunjungan rumah sebanyak dua kali yaitu pada kunjungan rumah pertama, bayi Ny ”M” setelah dilakukan penimbangan berat badan, dan pemantauan tanda- tanda vital,

Pada kunjungan kedua ini juga dilakukan perencanaan intervensi edukasi pada ibu dan keluarga pasien tentang penyakit skabies, memberikan dukungan pada keluarga

laboratorium. Lama menderita hipertiroidsme secara klinis. Waktu dimana pasien mengalami keadaan hipertiroidisme dimulai dari awal menderita gejala klinis berdasarkan

pernah dilakukan tidak terjadi penularan sebelum muncul tanda dan gejala gejala klinis, dan diduga masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas klinis, dan diduga

ulserasi epitel junctional (JE). Kehadiran perdarahan adalah salah satu dari tanda-tanda klinis pertama dari penyakit periodontal aktif pada kasus tanpa komplikasi

Perbedaan ini menunjukkan bahwa pada kunjungan bulan pertama saat pasien terdiagnosa mengalami penyakit TB secara kualitas hidup kondisi pasien buruk yang ditandai

$emakin lama seseorang menderita penyakit ini, semakin besar kemungkinannya akan mengalami neuropati yang umumnya secara klinis tertampak dalam & tahun pertama setelah diagnosis