• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gingiva

1. Pengertian Gingiva

Gusi (Gingiva) adalah bagian mukosa didalam rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva berfungsi melindungi jaringan dibawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut (Manson&Eley, 2013). Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar (Herijulianti, 2009).

2. Anatomi Gingiva

Berikut merupakan bagian-bagian dari gingiva menurut Manson &

Elley (2013).

Gambar 1. Anatomi Gingiva

Mukosa alveolar Pertautan mukogingiva

Perlekatan Gingiva Alur Gingiva Bebas Gingiva Interdental

5

(2)

a. Mukosa Alveolar

Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang alveolar dibawahnya. Mukosa alveolar terpisah dari periosteum melalui perantara jaringan ikat longgar yang sangat vaskular sehingga umumnya berwarna merah tua.

b. Pertautan Mukogingiva

Pertautan mukogingiva atau mucogingival junction adalah pemisah antara perlekatan gingiva dengan mukosa alveolar.

c. Perlekatan Gingiva

Perlekatan gingiva atau attached gingiva meluas dari alur gingiva bebas ke pertautan mukogingiva yang akan bertemu dengan mukosa alveolar. Permukaan attached gingiva berwarna merah muda dan mempunyai stippling yang mirip seperti kulit jeruk.

d. Alur Gingiva Bebas

Alur gingiva bebas atau free gingival groove dengan batas dari permukaan tepi gingiva yang halus dan membentuk lekukan sedalam 1-2 mm di sekitar leher gigi dan eksternal leher gingiva yang mempunyai kedalaman 0-2 mm.

e. Interdental gingiva

Interdental gingiva adalah gingiva antara gigi-geligi yang umumnya konkaf dan membentuk lajur yang menghubungkan papila labial dan papila lingual. Epitelium lajur biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Daerah interdental berperan

(3)

sangat penting karena merupakan daerah pertahanan bakteri yang paling persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka yang biasanya timbul lesi awal pada gingivitis.

3. Gambaran Klinis Gingiva

Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.

Menurut Herijulianti,(2009) gambaran klinis gingiva normal terdiri dari:

a. Warna Gingiva

Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.

b. Ukuran Gingiva

Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal.

(4)

c. Kontur Gingiva

Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi, keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental gingiva sehingga tampak lancip.

d. Konsistensi Gingiva

Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.

e. Tekstur Gingiva

Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk.

Bintik-bintik ini biasanya disebut Stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva dikeringkan.

Gambar 2. Keadaan gingiva yang sehat

(5)

B. Gingivitis

1. Pengertian Gingivitis

Menurut Nevil, gingivitis adalah Inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva. Gingivitis adalah akibat proses peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer gingivitis adalah plak, sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi kebersihan mulut yang buruk, sisa- sisa makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor sistemik, meliputi faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson & Eley, 2013).

2. Karakteristik Gingivitis

Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (2013) adalah sebagai berikut:

a. Perubahan Warna Gingiva

Tanda klinis dari peradangan gingiva adalah perubahan warna. Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi dan pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang. Warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan gingiva kronis. Pembuluh darah vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan

(6)

warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan.

Perubahan warna terjadi pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached gingiva.

b. Perubahan Konsistensi

Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.

c. Perubahan Klinis dan Histopatologis

Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif sehingga dapat menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva.

d. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva

Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling terdapat pada daerah subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara dominan, tetapi meluas sampai ke papila interdental. Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik.

(7)

Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.

e. Perubahan Posisi Gingiva

Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol dan bahan endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang salah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas. Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis

f. Perubahan Kontur gingiva

Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan peradangan gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan akar. Penebalan pada gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction disebut sebagai istilah McCall festoon.kronis terjadi dalam bentuk resesi gingiva.

(8)

Gambar 3. Gingivitis 3. Klasifikasi Gingivitis

Menurut Rosad (2008) klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Gingivitis Marginalis Akut, gambaran klinis pada gingivitis marginalis akut adalah pembengkakan yang berasal dari peradangan akut dan gingiva yang lunak. Debris yang berwarna keabu- abuan dengan pembentukan membran yang terdiri dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan degenarasi epitel fibrous. Pada gingivitis akut terjadi pembentukan vesikel dengan edema interseluler dan intraseluler dengan degenarasi nukleus dan sitoplasma serta rupture dinding sel. 2) Gingivitis Marginalis Kronis, gambaran gingivitis marginalis kronis adalah pembengkakan lunak yang dapat membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan. Pada saat dilakukan probing terjadi perdarahan dan permukaan gingiva tampak kemerahan. Degenerasi jaringan konektif dan epitel dapat memicu peradangan dan perubahan pada jaringan tersebut. Jaringan konektif yang mengalami pembengkakan dan peradangan sehingga meluas sampai ke

(9)

permukaan jaringan epitel. Penebalan epitel, edema dan invasi leukosit dipisahkan oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap jaringan konektif. Konsistensi kaku dan kasar dalam mikroskopis nampak fibrosis dan proliferasi epitel adalah akibat dari peradangan kronis yang berkepanjangan.

4. Faktor Etiologi Gingivitis

Menurut Manson & Eley (2013) gingivitis disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut

Plak gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan bakteri di dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan adalah salah satu contohnya. Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri (Daliemunthe, 2006).

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun semprotan air, tetapi dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Plak gigi tidak dapat terlihat jika jumlahnya sedikit kecuali diberi dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen- pigmen yang berada dalam rongga mulut. Plak gigi akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning jika terjadi penumpukan (Daliemunthe, 2006).

(10)

Lapisan plak pada peradangan gingiva memiliki ketebalan 400 µm.

Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar marginal gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp. Selama perkembangan gingivitis, mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah spesies.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium spp. dan spirochete pada gingiva yang mengalami peradangan (Daliemunthe, 2006).

Menurut Manson & Eley (2006) faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak yang menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor tersebut adalah restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik, pesawat orthodonti, susunan gigi-geligi yang tidak teratur, merokok tembakau dan mikroorganisme. Faktor lokal tersebut merupakan proses mulainya peradangan gingiva.

Lang NP. et al., (2008) menyatakan bahwa apabila gigi geligi dibersihkan dengan interval 48 jam tidak akan terjadi gingivitis, tetapi apabila pembersihan gigi geligi ditunda sampai 72 jam akan terjadi inflamasi gingiva. Faktor sekunder gingivitis yang kedua adalah faktor sistemik. Faktor sistemik dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.

(11)

Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, misalnya: asam yang meningkat.

a. Faktor Genetik

Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary gingival fibromatosis dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva. Hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang-kadang menutupi sebagian besar permukaan atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif. Macam-macam lesi yang dapat mempengaruhi adalah lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris dan erythema multiforme. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor genetik. Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival fibromatosis) dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines. Peradangan tergantung pada perluasan plak.

b. Faktor Nutrisional

Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingiva dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena saling ketergantungan berbagai elemen diet yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik pada seorang manusia. Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan

(12)

gingiva tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan untuk melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen

c. Faktor Hormonal

Perubahan hormon endokrin berlangsung semasa pubertas, kehamilan, menopouse dan diabetes. Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons terhadap produk- produk plak. Insidens gingivitis pada masa pubertas mencapai puncaknya dan tetap terjadi walaupun dilakukan kontrol plak.

Penemuan Sutclife menyatakan bahwa peningkatan keparahan gingivitis tidak berhubungan dengan meningkatnya deposit plak.

Jaringan lunak di dalam rongga mulut pada masa pubertas terjadi inflamasi yang bereaksi lebih hebat terhadap jumlah plak yang tidak terlalu besar yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Setelah melewati masa pubertas keparahan inflamasi gingiva cenderung berkurang (Jeffrey et al)

d. Faktor Hematologi

Penyakit darah tidak menyebabkan gingivitis, tetapi dapat menimbulkan perubahan jaringan yang merubah respons jaringan terhadap plak. Penyakit hematologi yang menyebabkan perdarahan gingiva, diantaranya adalah anemia, leukemia dan leukopenia.

Presentase epitel jaringan ikat gingiva yang terkena radang mengalami

(13)

perdarahan lebih besar bila dibandingkan dengan gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Perdarahan pada gingiva adalah sejalan dengan perubahan histopatologis yang terjadi pada jaringan ikat periodonsium.

5. Indeks Gingiva

Menentukan derajat inflamasi gingiva atau gingivitis dipakai indeks gingiva yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness. Pengukuran dilakukan pada gigi indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke dalam empat unit penilaian gingiva, papila distal-labial, margin gingiva labial, papila mesial-labial dan margin gingiva lingual keseluruhan.

(Daliemunthe, 2006)

Tabel 1. Kriteria Penilaian Pemeriksaan Gingiva

No. Kriteria Nilai

1 Gingival Sehat 0

2

Inflamasi gingiva ringan, yang ditandai dengan perubahan warna terjadi edem dan palpasi tidak terjadi pendarahan

1

3

Inflamasi gingiva sedang, berwarna kemerarahan edema dan mengikat, palpasi terjadi pendarahan

2

4

Inflamasi gingiva parah, berwarna merah menyolok, edema, terjadi ulser berdarah spontan

3

Skor setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa. Skor

(14)

setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa). Jumlah skor semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang

diperiksa maka diperoleh skor indeks gingiva.

Gingival indeks (GI) adalah derajat keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukam dari skor indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Skor Indeks Gingiva Skor Indeks gingival Kondisi Gingiva

0,1 – 1,0 Gingivitis Ringan

1,1 – 2,0 Gingivitis Sedang

2,1 – 3,0 Gingivitis Parah

6. Pencegahan Gingivitis.

Langkah terbaik yang Anda dapat lakukan untuk mencegah gingivitis meliputi:

a. Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi, pada jadwal yang direkomendasikan oleh dokter gigi Anda.

b. Gunakan sikat gigi yang lembut dan menggantinya setidaknya setiap tiga sampai empat bulan.

c. Sikat gigi Anda dua kali sehari, atau lebih baik lagi, setiap sehabis makan.

d. Floss setidaknya sekali sehari.

(15)

e. Gunakan obat kumur antiseptik, jika direkomendasikan oleh dokter gigi.

Jika Anda konsisten dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap hari, maka anda akan melihat kembalinya warna gusi yang sehat yakni merah muda (pink) dalam waktu beberapa hari atau minggu. Anda harus melatih dan membiasakan diri dalam menjaga kebersihan mulut yang baik agar masalah gusi atau pun masalah kesehatan gigi dan mulut lainnya tidak berulang.Pengobatan yang tepat biasanya dapat memperbaiki gejala gingivitisdan mencegah perkembangan penyakit gusi yang lebih serius dan tanggalnya gigi. Pengobatan yang efektif membutuhkan perawatan oleh tenaga profesional seperti dokter gigi diikuti dengan peningkatan penjagaan kebersihan gigi dan mulut harian di rumah .

7. Perawatan Gingivitis oleh Tenaga Profesional

a. Evaluasi awal dan pembersihan gigi secara menyeluruh untuk menghilangkan plak dan tartar dengan metode scaling.

b. Instruksi perawatan gigi harian, seperti cara menggosok gigi yang tepat dan efektif serta anjuran penggunaan dental flossing, obat kumur serta membersihkan lidah.

c. Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi untuk membersihkan karang gigi.

Bila diperlukan, maka dapat dilakukan perbaikan atau penambalanan (restorasi gigi) pada gigi yang rusak dan berlubang yang membuat penjagaan kebersihan gigi menjadi sulit. Scaling mungkin tidak nyaman,

(16)

terutama jika gusi Anda sudah sensitif atau Anda memiliki plak yang meluas dan penumpukan tartar. Kesejajaran posisi gigi, kondisi tambalan atau restorasi gigi lainnya dapat mengiritasi gusi Anda dan membuat lebih sulit untuk menghilangkan plak selama perawatan di rumah sehari-hari.

Jika masalah dengan gigi atau restorasi gigi berkontribusi gingivitis Anda, dokter gigi Anda dapat merekomendasikan untuk memperbaiki masalah ini.Gingivitis biasanya akan hilang setelah pembersihan secara menyeluruh oleh tenaga profesional disertai dengan pemeliharaan kebersihan mulut dengan baik di rumah. Dokter gigi akan membantu Anda merencanakan program efektif program di rumah Scaling mungkin tidak nyaman, terutama jika gusi Anda sudah sensitif atau Anda memiliki plak yang meluas dan penumpukan tartar. Kesejajaran posisi gigi, kondisi tambalan atau restorasi gigi lainnya dapat mengiritasi gusi Anda dan membuat lebih sulit untuk menghilangkan plak selama perawatan di rumah sehari-hari. Jika masalah dengan gigi atau restorasi gigi berkontribusi gingivitis Anda, dokter gigi Anda dapat merekomendasikan untuk memperbaiki masalah ini hari atau minggu. Anda harus melatih dan membiasakan diri dalam menjaga kebersihan mulut yang baik agar masalah gusi atau pun masalah kesehatan gigi dan mulut lainnya tidak berulang.

Pengobatan yang tepat biasanya dapat memperbaiki gejala gingivitis dan mencegah perkembangan penyakit gusi yang lebih serius dan tanggalnya gigi. Pengobatan yang efektif membutuhkan perawatan oleh tenaga

(17)

profesional seperti dokter gigi diikuti dengan peningkatan penjagaan kebersihan gigi dan mulut harian di rumah.

C. Scalling

Scalling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi baik yang subgingiva maupun supragingiva kalkulu dengan menggunakan scaller.

1. Jenis-jenis Scaller

Scaller adalah alat untuk melakukan pembersihan karang gigi Scaller mempunyai 2 ukuran yaitu : Scaller yang berukuran besar (makro scaller) digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva, yaitu kalkulus yang terletak di atas permukaan gusi ; dan Scaller yang berukuran kecil (mikro scaller) digunakan untuk mengambil kalkulus subgingival yaitu kalkulus yang terletak di bawah permukaan gusi dan jaringan-jaringan mati disekitar kalkulus yaitu semen atau gusi yang nekrotik. Berdasarkan cara penggunaannya, scaller dibedakan menjadi scaller manual dan scaller elektrik. Scaller manual digerakkan dengan tangan biasa sedangkan scaller elektrik dalam penggunaannya memerlukan tenaga listrik.

a. Scaller Manual 1) Periodontal Probe

Merupakan instrumen dalam kedokteran gigi umum digunakan dalam armamentarium gigi . Hal ini biasanya panjang, tipis, dan tumpul pada akhir. Tujuan utama dari probe periodontal adalah untuk mengukur kedalaman saku sekitar gigi dalam rangka

(18)

membangun kondisi kesehatan periodonsium ada tanda-tanda tertulis ke kepala instrumen untuk akurasi dan mudah dibaca.

Penggunaan yang tepat dari probe periodontal diperlukan untuk menjaga akurasi. Ujung instrumen ditempatkan dengan tekanan ringan dari 10-20 gram [1] ke dalam sulkus gingiva, yang merupakan area ruang potensial antara gigi dan jaringan sekitarnya Hal ini penting untuk menjaga periodontal penyelidikan sejajar dengan kontur akar gigi dan untuk memasukkan probe ke dasar saku. Hal ini menyebabkan menutupi bagian ujung probe periodontal ini, yang pertama menandai terlihat diatas saku menunjukkan pengukuran kedalaman poket, telah ditemukan bahwa rata-rata, kedalaman poket sehat adalah sekitar 3 mm tanpa perdarahan pada probing. Kedalaman lebih dari 3 mm dapat dikaitkan dengan "kehilangan perlekatan" gigi ketulang alveolar sekitarnya, yang merupakan karakteristik yang ditemukan dalam periodontitis. Pocket kedalaman lebih dari 3 mm juga bisa menjadi tanda hiperplasia gingiva. Probe periodontal juga dapat digunakan untuk mengukur instrumen gigi lainnya, persiapan gigi selama prosedur restoratif, resesi gingiva, terpasang gingiva, dan lesi oral atau patologi. Perdarahan setelah menyelidik, bahkan dengan sentuhan lembut, juga dapat terjadi dalam situasi ini. Hal ini karena probe periodontal merusak pembuluh darah meningkat pada pleksus kapiler lamina propria, yang dekat dengan permukaan karena

(19)

ulserasi epitel junctional (JE). Kehadiran perdarahan adalah salah satu dari tanda-tanda klinis pertama dari penyakit periodontal aktif pada kasus tanpa komplikasi dan harus dicatat per gigi individu dan permukaan gigi dalam catatan pasien. Namun, pada pasien yang merokok , jaringan gingiva jarang berdarah karena faktor yang tidak diketahui yang tidak tampak berhubungan dengan biofilm gigi dan pembentukan kalkulus. Ada berbagai jenis probe periodontal, dan masing-masing memiliki cara sendiri untuk menunjukkan pengukuran di ujung instrumen. Misalnya, probe Michigano memiliki tanda di 3 mm, 6 mm dan 8 mm [2] dan probe Williams memiliki garis-garis melingkar pada 1 mm, 2 mm 3 mm, 5 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, dan 10 mm [3]. Penyelidikan PCP12 dengan tanda Marquis telah bolak nuansa setiap 3 mm. Berbeda dengan dua sebelumnya disebutkan, probe Naber adalah melengkung dan digunakan untuk mengukur ke daerah pembelahan antara akar gigi.

2) Sickle Scaller

Adalah scaller kasar untuk menyingkirkan kalkulus supragingival.

Permukaan sickle scaller adalah datar dengan dua cutting edge yang menyatu membentuk ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus supragingival. Apabila digunakan untuk instrumentasi subgingival akan mencederai jaringan gingiva

(20)

Banyak sekali jenis sickle scaller. Ada scaller yang khusus untuk regio anterior dan adayang khusus untuk regio posterior. Masing- masing jenis scaller ada yang lurus dan ada yang melengkung lehernya. Pada scaller sabit untuk regio anterior, baik yang lurus maupun yangmelengkung, mata pisau, leher dan gagangnya berada dalam satu bidang. Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk regio posterior tidak berada dalam satu bidang, karenatangkainya membengkok agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior.

3). Curret Scaller

Adalah alat periodontal halus yang digunakan untuk scaling dan root planning.Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret khusus (area-specific / Gracey curette). Ciri khas kuret adalah:

bentuk penampang melintang seperti sendok,ujungnya membulat/tumpul. Sisi pemotongnya adalah ganda pada kuret universal dan tunggal pada kuret khusus. Ukurannya lebih halus dibandingkan dengan sickle scaller. Oleh sebab itu alat ini mudah dimasukkan dan diadaptasikan pada pocket yang dalam tanpa menimbulkan cedera pada jaringan. Kuret yang dipasarkan ada yang bermata pisau tunggal (pada salah satu ujung gagang sa ja), tetapi ada juga yang bermata pisau ganda (mata pisau pada masing-masing ujung gagang).

(21)

Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah:

a) Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/permukaan sedangkan kuret khusus hanya pada daerah dan sisi tertentu.

b) Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret khusus tunggal.

c) Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret khusus melengkung kearah atas dan kesamping.

d) Permukaan mata pisau kuret universal tegak lurus terhadap leher alat, sedangkan mata pisaukuret khusus membentuk sudut 60° terhadap leher alat.

Gracey Curette memiliki 14 ukuran yang digunakan spesifik untuk tiap gigi dan permukaannya. Kuret nomor 1-4 digunakan untuk gigi anterior, kuret nomor 5-6 digunakan untuk gigi anterior dan premolar, kuret nomor 7-10 digunakan untuk bagian fasial dan lingual gigi posterior, kuret nomor 11-12 digunakna untuk bagian mesial gigi posterior, serta kuretnomor 13- 14 digunakan untuk bagian distal gigi posterior.

3) Hoe Scaller

Mata hoe scaller membengkok membentuk sudut 99°-100°

terhadap leher alat. Alat ini didesain untuk setiap permukaan gigi, artinya pada setiap permukaan gigi digunakan satu jenis hoe scaller.

(22)

4) Chisel Scaller

Didesain khusus untuk permukaan proksimal gigi anterior yang terlalu rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bisa lurus atau membengkok, dengan sisi pemotong membentuk sudut 45°.

5) File scaller

Scaller yang mempunyai bentuk seperti kikir,Alat ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan permukaan akar gigi menjadi kasar.

6) Wing Scaller

Untuk mengambil supra calculus gigi posterior. ketika dipakai, maksudnya supaya tidak menjadi panas. Ujung yang tipis dipakai untuk bagian approximal. Ujung yang permukaannya lebar, dipakai untuk bagian buccal. Untuk membersihkan karang gigi, baik sub maupun supra gingival calculus serta debris dan stain.

b. Scaller Elektrik

1) Cavitro / supersonic scaller

Adalah Suatu alat yang dipakai untuk membersihkan karang gigi yang dijalankan dengan listrik/ultrasonic. Bagian ujung dari alat ini dapat diganti-ganti disesuaikan dengan bentuk yang kita butuhkan. Pada bagian ujung dari alat ini ada lubang yang gunanya untuk mengeluarkan air ketika dipakai, maksudnya supaya tidak menjadi panas.

(23)

Kegunaanya ;

a) Ujung yang tipis dipakai untuk bagian aproximal.

b) Ujung yang permukaannya lebar pd bagian bucal.

c) Untuk membersihkan karang gigi, baik sub maupun supra gingival calculus serta debris dan stain.

2) Dental scaller tip Scaller ultrasonic

Digunakan untuk membuang plak, scalling, membuang stain, dan kuretase. Ada 2 tipe gerakan pada scaller ultrasonic ini, yaitu magnetostrictive, pergerakannya ellips ; dan piezoelectric, pergerakannya linear. Gambar: ultrasonic scaller Sonic dan Ultrasonic Instrumentasi Komponen penting dari perawatan periodontal adalah membersihkan biofilm dan kalkulus yang terdapat di subgingival. Metode sederhana untuk perawatan permukaan akar menggunakan hand instruments seperti kuret.

Namun dengan teknik yang sederhana memerlukan keterampilan operator yang lebih, memakan waktu yang lama, dan menimbulkan ketidaknyamanan baik untuk operator dan pasien, sehingga saat ini dikembangkan scaller yang digerakan oleh mesin. Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengefisiensikan tenaga yang dikeluarkan oleh operator.Sonic Scallers, Magnetostrictive, dan Piezoelectric Ultrasonic ScallersSistem pergerakkan scaller dibagi menjadi sonic scallers, magnetostrictive, piezoelectric ultrasonic scaller.

(24)

Pengoperasiansonic scaller oleh kompres udara yang berasal dari dental chair.Memiliki frekuensi 6000Hz samapi 9000 Hz dengan amplitudo sampai dengan 1000µm hampir disetiap pergerakannya sehingga tidak memiliki ketergantungan terhadap angulasi permukaan akar untuk kestabilan pergerakan scaller ini.

Jadi menggunakan sonic scaller lebih menguntungkan daripada ultrasonic scaller. Magnetostrictive ultrasonic scallers memiliki amplitudo 13 hingga 72 µm dan frekuensinya 20.000 Hz hingga 45.000 Hz Pizoelectric scallers juga memiliki frekuensi pergerakan 20.000 hingga 45.000 Hzdan amplitude sampai dengan 72 µm. Dengan frekuensi dan amplitodo sebesar itu magnetostrictive dan piezoelectric scaller memiliki ketergantungan angulasi terhadap permukaan akar untuk kestabilannya. Ultrasonik scaling dapat menghilangkan kalkulus dan mengurangi jumlah bakteri berbahaya di bawah garis gusi. Alat ini penting dalam pencegahan dan perawatan dari penyakit periodontal. Skaling dengan alat ultrasonic sekarang sudah banyak dilakukan di Indonesia. Pengaruh dan pemakaian alat ultrasonic serta pemolesan permukaan dengan mesin kecepatan tinggi (jet) mengakibatkan jaringangigi turut terambil sehingga bakteri dapat masuk ke dalam tubulus yang terbuka.

Jadi penggunaannya harus dengan tekanan ringan dan mengenai sedikit mungkin daerah. Pada ujung alat ultrasonic terdapat

(25)

semprotan air yang bertujuan untuk menghilangkan panas yang umumnya terjadi akibat vibrasiultrasonic. Selain itu juga berfungsi sebagai pembersih permukaan gigi. Posisi pasien dan operator pada penggunaan alat sonic dan ultrasonic sama saja dengan posisi pada penggunaan hand instrument. Pada instrumentasi untuk rahang atas, pasien tidur terlentang dengan posisi dagu agak diangkat. Sedangkan pada mandibula, posisi senderan dari dental chair kira-kira 45 derajat dari lantai.

Namun, jangan dilupakan bahwa penggunaan kaca mulut tetaplah penting.Sebelum setiap prosedur skaling seorang terapis gigi harus mengevaluasi terlebih dahulu bagian yang akan dilakukan perawatan. Evaluasi tersebut termasuk melakukan probing kedalaman poket, anatomi dari permukaan akar, dan morfologinya. Terkadang gambaran radiografi juga dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Pada saat melakukan skaling, diperhatikan juga kecepatan dari agen pendingin. Kecepatan agen pendingin paling tidak 14 ml/min sampai 23ml/min dianjurkan untuk mencegah adanya kerusakan termal pada poket periodontal.Setting dari kecepatan sonic dan ultrasonic scaller mempengaruhi amplitude dari osiliasi tip.Namun, pada pemakaian instrument berkecepatan tinggi akan meningkatkan aerosol dan pembentukkan splatter yang akan mengakibatkan berkurangnya agen pendingin yang masuk ke

(26)

dalam poket periodontal. Sehingga akan lebih ba ik apabila dala m pengaturan kecepatannya pada kecepatan rendah atau medium. Hal ini dilakukan untuk menghindari pembuangan jaringan akar yang seharusnya tidak terbuang.

D. Profil Lembaga Kedokteran Gigi R.E Martadinata 1. Sejarah

Dinas Kedokteran Gigi (DKG) secara resmi berdiri pada tahun 1950, berfungsi di bawah Djawatan Kesehatan Angkatan Laut (DKAL) berkedudukan di Surabaya, dengan kepala DKG yang pertama Mayor Laut (K) drg. Soewito Martoprajogo. Tiga tahun kemudian, DKG resmi pindah ke Jakarta dengan Mayor Laut (K) drg. M.Nainggolan sebagai kepala DKG. Tahun 1954 semua DKG-komando Daerah Maritim (KDM) berada di bawah Dinas Kesehatan (DK) tidak berdiri sendiri.

Pada tanggal 5 September 1953 keputusan KASAL No.C11/6/6 menyatakan, Angkatan Laut RI memerlukan tenaga spesialis sendiri.

DKAL mulai mengirimkan para perwira dokter AL mengikuti tugas belajar spesialis karena tuntutan kebutuhan akan tenaga spesialis dokter gigi belum ada. DKAL mengeluarkan instruksi No.P. 53/21/Kr/2 untuk mendirikan poliklinik spesialis, termasuk gigi yang berada di Jl. Elang Nomor 3, Jakarta.

Pada tahun 1954 pembangunan Rumah Sakit TNI AL dimulai, dan diresmikan pada tahun 1957. Sekarang berdiri RS TNI AL Dr.

Mintoharjo di jalan Bendungan Hilir Jakarta Pusat. Tanggal 18 Februari

(27)

1960 dengan Keppres RI No.21 Angkatan Laut menjadi sebuah Departemen dan kedudukan KASAL berubah menjadi Menteri/Panglima Angkatan Laut (Men/Pangal) Djawatan Kesehatan Angkatan Laut (DKAL) berubah menjadi Biro Kesehatan AL (BKAL). Kemudian diubah menjadi Direktorat Kesehatan Angkatan Laut (Ditkesal) dan Dinas Kedokteran Gigi menjadi Djawatan Kedokteran Gigi Ditkesal.

Pada bulan Mei 1963 Direktorat Kesehatan Angkatan Laut yang berada di Jl. Gunung Sahari 67 Jakarta Pusat pindah ke Jl. Farmasi Nomor 1. Pada tanggal 28 Agustus 1963 keluar keputusan Men/Pangal No.

5030.23 tentang berlakunya struktur kejuruan Bintara dan Tamtama Angkatan Laut kesehatan umum dan kesehatan gigi. Tahun 1964, sekolah perawatan gigi diresmikan menjadi Sekolah Kesehatan Gigi Angkatan Laut (Sekesgial). Perkembangan selanjutnya, dengan keputusan Men/Pangal No. 5401.27 tanggal 22 Oktober 1964 dibentuk Lembaga Kedokteran Gigi TNI AL (LKG TNI AL) yang lebih dikenal dengan sebutan Ladokgi RE Martadita..

2. Lokasi

Lembaga Kedokteran Gigi TNI AL R.E Martadinata (LADOKGI REM) berlokasi di Jalan Farmasi No.1 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

3. V i s i

Memantapkan Ladokgi sebagai pusat rujukan di bidang kesehatan gigi dan mulut dan sebagai lembaga studi serta pusat kajian ilmu kedokteran gigi.

(28)

4. M i s i

Memberikan dukungan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara komprehensif dan spesialistik bagi anggota TNI.

a. Jenis Pelayanan yang ada di Ladokgi R.E Martadinata

Ladokgi R.E Martadinata berusaha memberikan pelayanan antara lain.

1) Klinik VVIP

Khusus melayani Presiden, wakil presiden serta keluarganya.

2) Klinik Eksekutif

Dikhususkan bagi para pejabat tinggi negara dan umum.

3) Klinik VIP

Pelayanan khusus bagi perwira menengah TNI dan masyarakat 4) Klinik Lansia

Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia 5) Klinik Penca (penyandang cacat)

Diperuntukan untuk pasien dengan keterbatasan fisik/cacat 6) Klinik Reguler

Pelayanan bagi anggota TNI dengan strata kepangkatan perwira pertama sampai prajurit serta masyarakat umum menengah bawah mendapatkan pelayanan di klinik regular. Keberhasilan klinik pelayanan kesehatan gigi dan mulut Ladokgi R.E Martadinata tidak lepas dari adanya dukungan sarana dan prasarana penunjang baik layanan medis maupun layanan publik.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar yang akhirnya ditugaskan untuk membuat tugas mandiri ini dapat disimpulkan dengan berbagai macam hasil yang diperoeh diantaranya

Mengingat kebutuhan dana GOTA yang meningkat, mulai Minggu 6 Agustus 2017 Majelis Jemaat GKI KP memberi kesempatan kepada anggota jemaat/ simpatisan GKI KP untuk

Suatu matriks dapat digunakan dengan indeks tunggal untuk memberukan nilai untuk koleksi elemen yang tidak beraturan dalam array tersebut, atau untuk mengekstraksi koleksi yang

Pemanfaatan tajuk secara horizontal oleh burung di habitat ekoton dan hutan primer ditemukan lebih banyak menggunakan tajuk tepi jika dibandingkan dengan tajuk dalam, yaitu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara mengenai hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas

Dalam Pasal 57 berbunyi sebagai berikut :“ayat.(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis dan harus menggunakan bahasa indonesia dan huruf latin; ayat

Pelayanan rekam medis di unit rawat inap bertujuan untuk memyediakan informasi hasil anamnesa pemeriksaan fisik, diagnosa, terapi, dan tindakan rawat inap, waktu

Dengan demikian, jika dalam hal terdapat hubungan perjanjian (privity of contract), dan prestasi memberi jasa tersebut terukur sehingga merupakan perjanjian