• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Keywords: Diet, Knowledge, Overnutrition, Physical Activity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Keywords: Diet, Knowledge, Overnutrition, Physical Activity"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS

KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

Chelsea Andini Marpaung 1 , Zulhaida Lubis 2 , Ernawati Nasution 2 1. Mahasiswa Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU

2. Staf Pengajar Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU

ABSTRACT

Nutrition problem has been the main of health problem in Indonesia. In the globalization era, Indonesia faces a double nutrition problems, they are the problem of malnutrition and over nutrition. As a developing country, cases of malnutrition have long existed in Indonesia, but with diet changing, economic progress, and lack of nutritional knowledge has made the increasing number of overnutrition in Indonesia. In FKM USU, student having overnutrition because of diet, knowledge dan physical activity. The aim of the research was looking for the relation among knowledge, diet, physical activity, and overnutrition on students of FKM USU.

The design of research used a cross sectional method for looking the relation knowledge, diet, and physical activity on the incidence of overnutrition students of the Public Health Faculty, University of North Sumatera. The population in this study is all students in semester 3 until 7 at FKM USU as many as 1978 people, with a sample of 108 people.

Results of research by chi-square test showed that the variables diet consists of the types of food that seen from the completeness food and number of meals as seen from the adequacy of fat significantly to the incidence of obesity related and nutritional status, p = 0.001 <0.005 and physical activity with p = 0.001 <0.005.

Factors related to the occurrence of nutrition in students of FKM USU the diet that is the type of food which is viewed by the completeness and adequacy fat meal and physical activity. FKM is advisable for adding some lecture meterials and having some discussion about overnutrition to increase student warning about it.

(2)

Pendahuluan

Masalah gizi masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Pada era globalisasi Indonesia meng-hadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih. Status gizi merupakan salah satu tolak ukur sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara maju atau berkembang. Sebagai negara berkembang, kasus gizi kurang telah lama ada di Indonesia, tetapi dengan berubahnya pola konsumsi, kemajuan ekonomi, disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi menyebabkan semakin meningkatnya angka gizi lebih di Indonesia.

Perubahan pola makan ini dipercepat oleh besarnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Berkurangnya aktivitas fisik karena perbaikan ekonomi akan menyababkan banyaknya penduduk golongan tertentu yang akan mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan atau obesitas (Almatsier, 2009).

Meningkatnya angka over-weight dan obesitas secara global di

seluruh dunia dianggap akibat dari beberapa faktor antara lain peningkatan makanan padat energi, tinggi lemak, dan gula namun rendah vitamin dan mineral (Hasdinah, 2014). Mengonsumsi energi yang berlebihan akan diubah menjadi dalam lemak tubuh (Almatsier, 2009).

World of Healty Organitation

(WHO), menyatakan masalah kelebihan bobot tubuh ini sudah menjadi epidemi dunia. Laporan Newsweek edisi 11 Agustus 2003, kasus obesitas di dunia meningkat 2 50% dalam sepuluh tahun terakhir ini. Lembaga obesitas

internasional di London, Inggris, memperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American

Journal of Epidemiology

mengungkap-kan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.

Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang diantaranya meninggal. Hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian.

Kejadian obesitas di negara – negara maju seperti di negara – negara Eropa, Amerika, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Kejadian ini tidak hanya terjadi di negara – negara maju saja, obesitas di beberapa negara berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas (WHO, 1998).

Angka gizi lebih berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 pada perempuan 26,9% dan laki-laki sebanyak 16,3%, pada tahun 2013 terjadi peningkatan lagi, yaitu pada kelompok umur lebih dari 18 tahun untuk perempuan sebanyak 32,9% dan laki-laki sebanyak 19,7%. Penelitian Sartika (2011) yang dilakukan di

(3)

Depok menemukan prevalensi gizi lebih anak usia 5-15 tahun sebesar 13,9% dan obesitas sebanyak 8,3%, sementara penelitian yang dilakukan di Surabaya siswa mengalami obesitas sebanyak 10,5% lebih tinggi dari angka prevalensi obesitas di Surabaya sebesar 7,8% (Suryaputra dan Nadhiroh, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013 pria sebanyak 19,7% dan wanita sebanyak 32,9%.

Obesitas atau gizi lebih erat hubungannya dengan penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel-sel tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk dan berlangsung secara kronis (Hasdinah, 2014). Meningkatnya gizi lebih akan meningkatkan penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, penyakit hati dan beberapa jenis kanker (Khomsan, 2004).

Budiyanto (2002) menyebutkan beberapa penyebab gizi lebih adalah ketidakseimbangan asupan dari pola makan dengan aktivitas fisik sehari-hari. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Simatupang (2008), yang menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan aktivitas fisik.

Menurut Purwati (2007) faktor resiko yang menyebabkan gizi lebih antara lain, faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang tidak teratur, kurang aktifitas fisik, dan faktor lainnya. Pola makan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang tidak

tepat. Kurang mengonsumsi serat dan lebih banyak mengonsumsi makanan berlemak.Pola makan mahasiswa juga tidak teratur dan biasanya tidak sarapan pagi.

Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tentunya lebih mengenai hal yang bersifat preventif. Gaya hidup yang kurang gerak disebabkan oleh banyaknya alat transportasi dan berkembangnya teknologi membuat banyak orang lebih suka memainkan

gadget daripada berolahraga. Hal-hal

seperti ini yang akan menjadikan angka status gizi lebih meningkat.

Berdasarkan survei pen-dahuluan yang telah dilakukan di Fakulatas Kesehatan Masyarakat 25% mahasiswa mengalami gizi lebih dan obesitas, 19% mengalami kurang gizi dan 54% lainnya normal. Beberapa penyebab gizi lebih seperti pola makan, pengetahuan, dan aktivitas fisik yang kurang.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

(4)

Manfaat Penelitian

Sebagai upaya peningkatan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat agar melakukan hal preventif untuk menghindari gizi lebih dan obesitas.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.

Penelitian ini bersifat deskriptif observasional yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Februari 2016.

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa stambuk 2012 – 2014 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 1978 orang. jumlah sampel 54 orang mahasiswa yang memiliki gizi lebih dan 54 orang yang memiliki gizi normal. Data primer dalam penelitian ini adalah status gizi yang di dapat dengan menghitung rumus IMT. Pola makan diukur dengan menggunakan formulir food frequency untuk melihat frekuensi makan, sedangkan food recall 24 jam digunakan untuk melihat jenis makan dan jumlah makan mahasiswa, pengetahuan yang didapat dengan menggunakan kuesioner, dan formulir aktivitas fisik.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (variabel dependen dan independen) dengan menggunakan uji statistik. Analisis bivariat yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

untuk mencari hubungan pengetahuan dengan kejadian gizi lebih, hubungan pola makan dengan kejadian gizi lebih, dan hubungan aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih. Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan uji chi-square. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin sebagian besar jenis kelamin mahasiswa adalah perempuan yaitu sebanyak 79 mahasiswa (73,1%). Pada kategori umur mahasiswa terbanyak berada pada kategori umur 20-23 tahun yaitu sebanyak 65 mahasiswa (60,2%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin n % 1 Laki-laki 29 26,9 2 Perempuan 79 73,1 Jumlah 100,0 No Umur n % 1 17-19 43 39,8 2 20-23 65 60,2 Jumlah 100,0

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kategori pengetahuan dari 108 mahasiswa sebanyak 35 mahasiswa (32,4%) berada pada kategori baik dan sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 73 mahasiswa (67,6%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

(5)

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Mahasiswa FKM USU No Kategori Pengetahuan n % 1 Baik 35 32,4 2 Cukup 73 67,6 Jumlah 100,0

Pada tabel 3 dibawah ini menunjukkan distribusi frekuensi pola makan berdasarkan jenis makanan, berdasarkan hasil penelitian ini diketahui pada variabel pola makan terdiri dari tiga faktor yaitu jenis makanan, jumlah makan, dan frekuensi. Kategori jenis makanan dari 108 mahasiswa sebagian besar pada kategori lengkap yaitu sebanyak 89 mahasiswa (82,4%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Jenis Makanan

No Jenis Makanan n % 1 Lengkap 89 82,4 2 Tidak Lengkap 19 17,6

Jumlah 100,0

Untuk jumlah makan mahasiswa dilihat dari jumlah kecukupan energi, protein, dan lemak. Untuk tingkat kecukupan energi mayoritas mahasiswa berada pada kategori kurang terdapat sebanyak 64 mahasiswa (59,3%). Untuk tingkat kecukupan protein yang terbanyak berada pada kategori lebih sebanyak 67 mahasiswa (62%). Untuk tingkat kecukupan protein paling banyak pada kategori lebih sebanyak 52 mahasiswa (48,1%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi, Protein, dan Lemak No Kecukupan Energi n % 1 2 3 Kurang Baik Lebih 64 9 35 59,3 8,3 32,4 No Kecukupan Protein n % 1 2 3 Kurang Baik Lebih 37 6 47 34,4 3,7 62,0 No Kecukupan Lemak n % 1 2 3 Kurang Baik Lebih 47 9 52 43,5 8,3 48,1 Aktivitas fisik dari 108 mahasiswa, sebagian besar aktivitas fisik mahasiswa berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 55 mahasiswa (50,9%). Untuk memperjelas pemahaman dapat dilihat tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Mahasiswa FKM USU No Kategori Aktivitas Fisik n % 1 Ringan 49 45,4 2 3 Sedang Berat 55 4 50,9 3,7 Jumlah 100,0

Untuk melihat hubungan variabel-variabel penelitian digunakan uji chi-square. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mahasiswa dengan pengetahuan baik sebanyak 60% memiliki status gizi

(6)

normal dan 40% memiliki status gizi lebih. Sedangkan mahasiswa dengan pengetahuan sedang sebanyak 50,7% status gizi normal dan 49,3% gizi lebih. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gizi lebih p= 0,364 > 0,005. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.

Hasil penelitian Yani (2013) menunjukkan hasil bahwa dari uji

chi- square diperoleh hasil bahwa

antara pengetahuan dan obesitas pada mahasiswa ini tidak terdapat hubungan signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sada yang dilakukan di Makassar, mendapatkan hasil uji bahwa tidak ditemukan hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi.

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gizi Lebih

No Pengetahuan

Status Gizi

P Normal Gizi Lebih Total

n % n % n %

1 Baik 21 60 14 40 35 100

0,364

2 Cukup 37 50,7 36 49,3 73 100

Kenyataan ini sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa seseorang yang tingkat pengetahuan baru ke tingkat awal yaitu tahu (know) dapat di artikan seseorang mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya, namun belum berarti seseorang itu berada ditingkat aplikasi (aplication) yang artinya seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan materi yang di pelajari pada situasi atau kondisi nyata dalam kehidupannya (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa

mahasiswa dengan jenis makanan lengkap sebanyak 62,9% memiliki status gizi normal dan 37,1% memiliki status gizi lebih. Sedangkan mahasiswa dengan jenis makanan tidak lengkap sebanyak 10,6% normal dan 89,4% memiliki status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square diketahui bahwa terdapat hubungan antara jenis makanan dengan kejadian gizi lebih p = 0,0001 < 0,005. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hubungan Jenis Makanan dengan Kejadian Gizi Lebih

No Jenis Makanan

Status Gizi

P Normal Gizi Lebih Total

n % n % n %

1 Lengkap 56 62,9 33 37,1 89 100

0,0001 2 Tidak Lengkap 2 10,6 17 89,4 19 100

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa mahasiswa dengan jumlah kecukupan energi pada kategori kurang sebanyak

54,7% memiliki status gizi normal 45,3% memiliki status gizi lebih. Sedangkan mahasiswa dengan kategori baik sebanyak 44,4% normal

(7)

dan 55,6% memiliki status gizi lebih. Pada kategori lebih terdapat 54,2% untuk status gizi normal dan 45,8% untuk status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji

pearson chi square diketahui bahwa

tidak terdapat hubungan antara kecukupan energi dengan kejadian gizi lebih p= 0,844 > 0,005.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa mahasiswa dengan jumlah kecukupan protein pada kategori kurang sebanyak 50% memiliki status gizi normal dan 50% memiliki status gizi lebih. Sedangkan semua mahasiswa dengan jumlah kecukupan protein pada kategori memiliki status gizi normal. Untuk kategori lebih pada status gizi normal terdapat sebanyak 52,9% dan pada status gizi lebih terdapat sebanyak 47,1%. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square

diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara kecukupan protein dengan kejadian gizi lebih p= 0,160 > 0,005.

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa semua mahasiswa dengan kecukupan lemak pada kategori kurang memiliki status gizi normal. Sedangkan mahasiswa dengan kecukupan lemak pada kategori baik sebanyak 33,3% normal dan 66,7% gizi lebih. Dan mahasiswa dengan kecukupan lemak pada kategori baik sebanyak 15,4% status gizi normal dan 84,6% status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square diketahui bahwa terdapat hubungan antara kecukupan lemak dengan kejadian gizi lebih p = 0,0001 < 0,005.

Tabel 8. Hubungan Kecukupan Energi, Protein, dan Lemak dengan Kejadian Gizi Lebih

No Kecukupan Energi

Status Gizi

P Normal Gizi Lebih Total

n % n % n % 1 2 3 Kurang Baik Lebih 35 4 19 54,7 44,4 54,2 29 5 16 45,1 55,6 45,8 64 9 35 100 100 100 0,844 No Kecukupan Protein Status Gizi P Normal Gizi Lebih Total

n % n % n % 1 2 3 Kurang Baik Lebih 18 4 36 50 100 52,9 18 0 32 50 0 47,1 36 4 68 100 100 100 0,160 No Kecukupan Lemak Status Gizi P Normal Gizi Lebih Total

n % n % n % 1 2 3 Kurang Baik Lebih 47 3 8 100 33,3 15,4 0 6 44 0 66,7 84,6 47 9 52 100 100 100 0,0001

Berdasarkan penelitian se-banyak 55,6% mahasiswa memiliki gizi lebih tetapi asupan energinya

pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena mereka sedang mengurangi asupan makanan agar mendapatkan berat yang ideal. Pada

(8)

kategori asupan energi lebih terdapat sebanyak 54,2% mahasiswa bergizi normal. hal ini disebabkan karena mahasiswa selalu mengonsumsi nasi bungkus dengan frekuensi 1-2 kali sehari. Seperti yang kita ketahui, nasi bungkus terdiri dari nasi yang banyak dan kuah-kuah dari santan, serta sayuran yang sedikit dan porsi lauk yang kecil. Alasan mahasiswa mengonsumsi nasi bungkus karena harganya yang ekonomis dan gampang dibeli di daerah sekitar kampus.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kharismawati, hasil uji statistik didapat hubungan antara tingkat energi dan obesitas tidak bermakna, asupan protein dengan status obesitas secara statistik tidak

bermakna. Ada hubungan antara tingkat asupan lemak dengan status obesitas.

Menurut penelitian yang dilakukan diketahui bahwa semua mahasiswa yang aktivitasnya ringan status gizi normal. Dari mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang sebanyak 9,1% memiliki status gizi normal dan 90,9% memiliki status gizi lebih. Sedangkan semua yang beraktivitas fisik berat memiliki status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi

square diketahui bahwa terdapat

hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih p = 0,0001 < 0,005.

Tabel 9. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih

No Aktivitas Fisik

Status Gizi

P Normal Gizi Lebih Total

n % n % n % 1 2 3 Ringan Sedang Berat 49 5 4 100 9,1 100 0 50 0 0 90,9 0,0 49 55 4 100 100 100 0,0001 Moehyi (2003) mengatakan bahwa penyebab terjadinya kegemukan kurangnya aktivitas fisik, kemudahan hidup atau kemajuan teknologi yang membuat pekerjaan menjadi mudah dan tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.

Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya

energi yang dipergunakan (Putri, 2011). Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot – otot rangka yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari – hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila di lakukan secara teratur. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang mengguna-kan energi yang tersimpan di dalam tubuh (Rahmawati, 2009).

(9)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara mengenai hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang berhubungan terhadap kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara adalah pola makan yaitu jenis makanan yang dilihat berdasarkan kelengkap-an makan dan kecukupan lemak.

2. Faktor akitivitas fisik juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Faktor pengetahuan tidak

berhubungan dengan kejadian gizi lebih, hal ini disebabkan sebagian besar tingkat pengetahuan mahasiswa dalam kategori cukup sehingga belum dapat menerapkan pola makan yang baik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan untuk : 1. Menambah materi perkuliahan tentang gizi lebih agar meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara untuk mencegah meningkatnya kejadian gizi lebih.

2. Melakukan kegiatan – kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengadakan seminar kesehatan tentang gizi untuk meningkatkan kewaspadaan mahasiswa dengan gizi lebih.

Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar

Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia

Pustaka.

Budiyanto, M.A.K., 2002. Dasar –

Dasar Ilmu Gizi. Malang.

Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Hasdinah. H., Sitoyo, S., Peristyowati, Y. 2014.

Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta. Nuha

Medika.

Khomsan, A. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan -1,

Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Kharismawati, R.S. 2010. Hubungan

Tingkat Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Dan Serat Dengan Status Obesitas Pada Siswa SD. Skripsi. Surabaya:

Universitas Airlangga.

Moehyi. 2003. Pengaturan makanan

dan diet untuk penyembuhan penyakit. Jakarta

Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Purwati, S. 2007. Perencanaan Menu

untuk Penderita Kegemukan.

Cetakan VIII. Penebar Swadaya, Jakarta.

Putri C.M. 2011. Prevalensi Obesitas

Pada siswa SD Harapan 3 Medan tahun Ajaran 2011-2012

(Skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rahmawati, N. 2009. Hubungan

(10)

Obesitas Pada Siswa Sekolah SD Islam Al- Azhar I Jakarta

Selatan. Skripsi.Jakarta:

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Riskesdas (2007). Riset Kesehatan

Dasar 2007. Gizi.depkes.co.id.

Akses: 23 Februari 2015

Riskesdas (2010). Riset Kesehatan

Dasar 2010.

http://www.litbang.depkes.go.id Akses: 23 Februari 2015.

Riskesdas (2013). Riset Kesehatan

Dasar 2013.

http://www.litbang.depkes.go.id Akses: 23 Februari 2015.

Sartika, R.A.D. 2011. Faktor Risiko

Obesitas Pada Anak 5 – 15 Tahun Di Indonesia. Jurnal: 15(1) 37 – 43. Universitas

Indonesia. Fakultas

Kesehatan Masyarakat.

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

Sembiring, R.A. 2012. Hubungan

Perilaku Konsumsi Pandan dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara 2012.

Skripsi. Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Gizi Masyarakat. Simatupang, R.M. 2009. Pengaruh

Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik

dan Keturunan Terhadap

Kejadian Obesitas Pada Siswa

Sekolah Dasar Swasta di

Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Tesis. Medan. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Suryaputra Kartika dan Siti Rahayu,

N. 2012. Perbedaan Pola

Makan Dan Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas Dan Non Obesitas. Jurnal: 16(1) 45 –

50. Universitas Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi Kesehatan. WHO, 1998, Obesity : Preventing

and Managing the Global

Epidemic, WHO Technical

Report Series 894, Geneva. Yani, Sri. 2013. Hubungan

Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Overweight dan

Obesitas Pada Mahasiswa

Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Jurnal. Ilmu Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran 1 Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat dengan indikator Skor Pola Pangan Harapan telah mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar

maka dengan ini kami tetapkan Pemenang Pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Puskesmas Sukamerindu pada lingkungan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma adalah sebagai berikut

Majelis hakim dalam persidangan sudah mendengarkan keterangan terdakwa, saksi- saksi, Jaksa Penuntut Umum dan telah memperhatikan beberapa hal yang memberatkan dan

Hal yang layak diperhatikan adalah realitas mengenai tidak dijumpainya seorang pun di antara para pengikut Khawa &gt; rij yang berasal dari keturunan suku Quraisy sehingga

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Simarmata (2010) bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana ibu dengan tingkat

Dalam mengatasi ketidakakuratan tersebut maka akan dilakukan analisa dan pengidentifikasian citra objek tulang manusia dengan beberapa tahapan analisa yaitu proses threshold,

[r]

Data-data spasial yang dimaksud ini adalah informasi mengenai keadaan geografis yang kemudian akan diproses lebih lanjut sehingga menjadi informasi yang dapat dipahami oleh