Masalah mahasiswa saat ini
Oleh Syawal Gultomhttp://tikakurnianingrum.blogspot.com/2009/09/masalah-mahasiswa-saat-ini.html (16 -08-2011)
Memahami potensi mahasiswa negeri ini, muncul rasa bangga. Masih banyak yang gigih belajar, arif menyikapi perbedaan dan peduli terhadap berbagai krisis yang terjadi. Cukup tangguh menciptakan pressure sehingga menjadi ide bersama dan tidak bisa dianggap remeh segenap elemen bangsa ini. Namun demikian, melirik tantangan dan persaingan global di masa depan, tampaknya perlu ditata ulang segenap aktivitas belajar mahasiswa, baik di kampus maupun di luar kampus.
Sebaiknya aktivitas belajar mahasiswa di kampus harus gayut dengan persoalan riil masyarakat. Aktivitas utama di kampus adalah belajar dalam arti yang luas. Hasil penelitian yang dilakukan Tim Ditjen Dikti pada 12 PTN dan 5 PTS beberapa tahun lalu, menunjukkan, 75 persen
mahasiswa cendrung tidak mampu belajar mandiri (sangat tergantung pada dosennya). Mungkin keadaan sekarang belum jauh bergeser.
Idealnya, menurut Kepmendiknas 232/2000, aktivitas belajar mahasiswa meliputi Tatap Muka (Teori), Kegiatan Praktikum, Kegiatan Lapangan, Tugas Terstruktur, dan Tugas Mandiri. Proporsi Teori, Praktek dan Lapangan berturut-turut : 1 : 2 : 4. Artinya 1 SKS setara dengan 1 jam teori, atau 2 jam praktek, atau 4 jam lapangan, masing-masing diikuti dengan kegiatan 1-2 jam tugas terstruktur dan 1-2 jam tugas mandiri. Atas formula ini, jika beban studi 20 SKS, dibutuhkan waktu sekitar 90 jam perminggu atau rata-rata 15 jam perhari untuk melakukan semua aktivitas tersebut (1 minggu = enam hari efektif). Jika asumsi 1 hari 24 jam, maka hanya ada waktu istirahat 9 jam perhari dan untuk semua aktivitas lainnya.
Secara matematis dapat dikatakan, jika jumlah jam belajar mahasiswa di bawah 15 jam per hari, dapat diprediksi, yang bersangkutan cendrung mengalami kegagalan. Ini kalkulasi matematis, jadi tidak berbasis etnik, suku dan atribut lainnya. Sejauh ini belum ada penelitian yang akurat tentang rata-rata waktu belajar yang digunakan mahasiswa di Indonesia, namun diduga relatif lebih rendah dibanding negara-negara ASEAN.
"A Week in the Life of a Hong Kong Student" Project, mendeskripsi bagaimana mahasiswa menggunakan waktu dalam 1 minggu (168 jam). Belajar di kelas formal 15,7 jam; belajar
mandiri 21,8 jam; berdiskusi dan bersosialisasi 33,2 jam; bekerja paruh waktu 3,8 jam; bepergian dan makan 27,3 jam; tidur 49 jam (7 jam per hari); lain-lain 17,2 jam. Tampak, waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk aktivitas belajar tidak kurang dari 11 jam perhari. Tentu disamping durasi waktu yang cukup besar, kualitas belajar mahasiswa di Hongkong juga berbeda dengan mahasiswa di Indonesia sebab terbukti, lulusan mereka mampu mendorong negaranya menjadi negara maju.
Di Amerika, hasil studi di beberapa universitas oleh National Survey of Student Engagement menunjukkan, aktivitas belajar mahasiswa sangat bervariasi. Setiap aktivitas dikerjakan
sedikitnya 61 % mahasiswa. Dalam laporan survey ditulis bahwa (1) 87 % melakukan penulisan paper berdasarkan berbagai informasi terbaru (2) 79 % mahasiswa berkomunikasi dengan dosen berbasis e-mail (3) 75 % aktif bertanya di kelas dan berkontribusi pada setiap diskusi di kelas, (3) 66 % mahasiswa aktif mensosialisasikan hasil bacaan kepada sesama mahasiswa kelas sendiri
atau kelas lain atau keluarga, (4) 67 % mahasiswa memperoleh dorongan dan umpan balik dari sivitas akademika atas prestasi akademik secara lisan maupun tertulis, (5) 61 % mahasiswa aktif terlibat dalam diskusi kelompok yang berbeda ras, suku, aliran politik, dan gender. Bandingkan dengan sebagian mahasiswa kita. Tugas kelompok cenderung hanya dikerjakan sendirian, sementara tugas mandiri dikerjakan secara berkelompok.
Apa Akar Masalahnya ?
Pola penggunaan waktu yang kurang efisien diduga merupakan akar masalahnya. Masalah ini tidak berdiri sendiri. Persoalan negeri ini secara makro juga merupakan faktor yang menentukan, meski dalam ulasan kali ini tidak menjadi fokus kajian.
Ada permasalahan yang segera perlu diatasi. Pertama masalah yang cendrung melekat pada diri mahasiswa yang terkait dengan rendahnya motivasi, konsep diri, etos belajar, ekspektasi, dan rendahnya daya juang mahasiswa. Sampai saat ini belum ada upaya yang terstruktur dan
sistematis yang dilakukan dosen untuk mengatasinya. Ketulusan, kesabaran dan konsistensi sikap serta perilaku dosen untuk mengintegrasikannya dalam mata kuliah masih perlu dipertanyakan. Portofolio mahasiswa yang secara akurat dapat digunakan untuk memonitor kemajuan belajar mahasiswa sampai saat ini belum dikembangkan. Kedua kreativitas dosen untuk "memaksa" mahasiswa belajar mandiri. Standar critical book report, problem solving, cooperative learning,
review of research findings, case study tidak jelas dipahami mahasiswa. Akibatnya mahasiswa
mengerjakannya "apa adanya". Masalah lain, masih jarang dosen yang mereview tugas-tugas dalam bentuk komentar yang memandu perbaikan. Ketiga desain proses pendidikan yang terjadi kurang sesuai dengan harapan dan keinginan mahasiswa. Kemonotonan pendekatan, metoda dan teknik pembelajaran bisa saja mematikan hormon adrenalin belajar mahasiswa. Keempat pola, sistem, mekanisme dan prosedur evaluasi yang tidak konsisten pada standar kompetensi dapat memudarkan semangat belajar mahasiswa, sebab tanpa kerja keras juga mahasiswa tetap memperoleh nilai yang tinggi. Kondisi ini akan semakin suram bila sistem evaluasi yang diterapkan dosen akrab dengan ketidakobjektifan. Kelima ketidakpastian lapangan kerja juga dapat menurunkan semangat belajar mahasiswa. Keseluruhan permasalahan dapat diatasi secara perlahan, jika kemampuan mahasiswa untuk mengelola waktu dapat ditingkatkan secara gradual. Manajemen Waktu oleh Mahasiswa.
Kathleen Riepe mengatakan, time is a non renewable resource, once it is gone, it is gone. Gerakan membangkitkan kesadaran mahasiswa akan manajemen waktu harus diintegrasikan dalam seluruh aktivitas pendidikan. Perlu ada kesadaran, yesterday is history, tomorrow is a
mistery, but today is a gift that's why we call it the present. "The present" dalam hal ini
merupakan hadiah dari Yang Maha Kuasa, oleh sebab itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Andaikan satu hari yang terdiri dari 86.400 detik, identik dengan sejumlah uang yang harus dihabiskan dalam satu hari dan tidak dapat ditabung untuk hari berikutnya, maka kita akan mengalami kerugian besar andaikan kita tidak dapat membelanjakannya dengan baik. Sama halnya dengan waktu, tentu kita tidak akan ikhlas jika terbuang sia-sia.
Begitu pentingnya manajemen waktu meski sampai saat ini belum dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Indonesia. Mencermati persoalan rendahnya kemampuan mahasiswa untuk
menggunakan waktu, tampaknya wajar dimasukkan dalam kurikulum universitas. Pada
umumnya sekolah di negara maju memiliki prinsip-prinsip penggunaan waktu yang sangat ketat. Meniru sebuah kebaikan tentulah berbuah kebaikan juga. Untuk itu sudah saatnya disusun sebuah pola pengunaan waktu bagi mahasiswa dan dipublikasi secara terbuka di seluruh sudut kampus.
Secara umum prinsip pembagian waktu yang relevan bagi insan kampus adalah (1)
mengidentifikasi waktu terbaik untuk belajar. Are you a "morning person", or a "night person"?, (2) pelajari hal-hal yang berat dikala stamina masih segar, (3) gunakan tipe belajar distributed learning and practice sehingga terhindar dari kelelahan dan pemborosan waktu, (4) pastikan lingkungan sekitar kondusif untuk belajar, (5) alokasikan waktu untuk memanjakan indera, (6) tidur dan makanlah sesuai kebutuhan dengan dosis dan jadwal yang tepat (mengurangi waktu tidur yang mengakibatkan konsentrasi belajar menurun bukanlah pilihan yang bijak), (7) kombinasikan aktivitas lain dengan belajar, misalnya membaca buku di angkutan umum, mendengarkan CD pembelajaran saat antri di bank, dan lain-lain.
Membangun aktivitas belajar mahasiswa dimulai dengan menghimpun aspirasi dan pendapat mahasiswa tentang pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pikiran mahasiswa, seorang dosen adalah (1) orang yang ahli dan sangat menguasai ilmunya, (2) memiliki pengalaman yang cukup dan sangat menghayati ilmunya, (3) mampu mendeskripsi dan merasakan segala kesulitan dan keluh kesah mahasiswa, (4) mampu menolong mahasiswa memecahkan berbagai masalah, (5) terampil bertanya, (6) mengajak berpikir, dan (7) memiliki empati dan ketulusan. Kepemilikan dosen akan keinginan dan harapan mahasiswa secara alami akan dapat mendorong peningkatan aktivitas belajar mahasiswa.
Secara singkat, perlu dirumuskan upaya-upaya internal kampus yang mendesak untuk
mendorong aktivitas belejar mahasiswa. Upaya di bawah ini harus menjadi gerakan massal oleh segenap sivitas akademika.
Pertama, menyamakan persepsi segenap sivitas akademika tentang jenis, tahapan dan mekanisme peningkatan aktivitas belajar mahasiswa. Fenomena perbedaan persepsi biasanya akan
menimbulkan prasangka. Lazimnya prasangka menjadi siluman yang kontraproduktif terhadap percepatan perolehan program-program yang bersentuhan dengan mahasiswa, sebab seusia mereka sangat tanggap dengan contoh-contoh terbaik yang tidak pantas ditiru. Sebagian mahasiswa senang berargumen yang tidak argumentatif.
Kedua, perlu publikasi "besar-besaran" dalam berbagai bentuk tentang manajemen waktu belajar dalam diksi yang berbeda sesuai ciri khas fakultas. Kata-kata bijak produk ilmuwan fakultas tersebut tentang aktivitas dan manajemen waktu belajar perlu dipublikasi di tempat-tempat yang strategis.
Ketiga, desain seluruh aktivitas dan tugas-tugas perkuliahan harus secara kreatif dapat
"memaksa" mahasiswa untuk membaca yang diikuti dengan indikator-indikator yang terukur. Keempat, tugas-tugas aktivitas pendidikan perlu diciptakan bervariasi dalam bentuk critical book
report, problem solving, cooperative learning, review of research findings, step by step
mini, studi kasus, simulasi, permainan, dan sindikasi.
Kelima, menerapkan manajemen kelas dan manajemen universitas yang memungkinkan dosen mengendalikan seluruh aktivitas belajar mahasiswa. Perilaku organisasi pada semua level, mulai dari prodi sampai tingkat universitas perlu ditata sehingga kondusif terhadap suasana belajar bagi mahasiswa. Seluruh sarana dan prasarana, berupa gedung kuliah, perpustakaan, laboratorium bahkan prasarana lingkungan berupa taman dan trotoar ditata sedemikian rupa sehingga tampak mendukung efisiensi dan optimalisasi waktu belajar mahasiswa. Buku teks dan jurnal online yang relevan tampaknya menjadi kebutuhan yang mendesak untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas aktivitas belajar mahasiswa dengan pengelolaan waktu yang proporsional.
* Penulis adalah Rektor Unimed
Diposkan oleh tikakurnianingrum di 02:41 Bimbingan Konseling
Mahasiswa
Pendahuluan
Tujuan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Program Layanan
Galeri BKM
http://ak.ibii.ac.id/index.php?view=article&id=89&option=com_content&Itemid=114
Pendahuluan
Bimbingan Konseling Mahasiswa (BKM-IBII) merupakan wadah yang memberikan bantuan psikologis kepada mahasiswa IBII yang menghadapi masalah baik yang bersifat akademis, pribadi, maupun keluarga. Saat ini BKM-IBII berada di bawah naungan Pembantu Rektor Bidang Akademik dan diketuai oleh seorang psikolog sebagai kepala bagian BKM-IBII, yang berkoordinasi dengan semua dosen wali serta dosen pengajar.
Bantuan psikologis yang dilakukan dalam bentuk bimbingan adalah berupa pemberian informasi akademik, sosial, budaya, dan lainnya yang diperlukan secara individual maupun kelompok dengan tujuan agar mahasiswa dapat belajar lebih baik dan mampu membina hubungan sosial secara optimal.
Bantuan psikologis yang dilakukan dalam bentuk konseling adalah berupa kegiatan membantu mahasiswa yang memiliki masalah pribadi yang menggangu kelancaran kegiatan belajarnya. Tujuan konseling adalah membantu mahasiswa memahami masalah yang sebenarnya serta memperoleh cara pemecahan.
Mahasiswa yang datang ke BKM-IBII memiliki masalah yang beragam:
1. Masalah akademik antara lain: Indeks prestasi rendah, sulit berkonsentrasi belajar, kesulitan mengikuti pelajaran
2. Masalah pribadi antara lain: Rendah diri, kurang mampu bergaul, masalah dengan pacar, mengalami stres dan kecemasan
3. Masalah keluarga antara lain: Orang tua bercerai, komunikasi dengan orang tua terputus, hubungan dengan keluarga tidak harmonis, ketidakmampuan ekonomi
Biasanya mahasiswa yang bermasalah akademik maupun dalam hubungannya dengan orang lain disarankan atau durujuk oleh dosen wali atau dosen pengajar untuk berkonsultasi dengan BKM-IBII. Selain itu masalah mahasiswa secara pribadi datang ke BKM-IBII dengan kemauan sendiri untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya.
kembali ke atas ^
Tujuan Bimbingan dan Konseling Mahasiswa
Secara umum, Bimbingan dan konseling Mahasiswa (BKM) adalah proses pemberian bantuan secara sistematis dan intensif kepada mahasiswa dalam rangka pengembangan pribadi, sosial, studi dan karirnya demi masa depannya. Secara khusus, BKM bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam:
1. Membantu mahasiswa dalam mewujudkan potensi dirinya secara optimal, baik untuk kepentingan dirinya maupun masyarakat.
2. Membantu mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntunan lingkungan secara konstruktif.
3. Membantu mahasiswa dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya secara realistis. 4. Membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan mengenai berbagai pilihan secara
rasional.
5. Membantu mahasiswa dalam melaksanakan keputusan secara konkrit dan bertanggung jawab atas keputusan yang ditetapkan.
6. Membantu mahasiswa dalam menyusun rencana untuk masa depan yang lebih baik. kembali ke atas ^
Program Layanan
Adapun program layanan BKM meliputi:
1. Pemberian informasi kepada mahasiswa tentang berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi, sosial, studi dan karir mahasiswa. Diterbitkan per 2 minggu di Majalah Dinding BKM-IBII lantai 2.
2. Pemberian pelatihan-pelatihan kecil kepada mahasiswa secara berkelompok (10-15 orang) untuk pengembangan pribadi, sosial, studi dan karirnya, dengan tema-tema seperti tips sukses studi, pengembangan kepribadian yang menyenangkan, bagaimana
meningkatkan kecerdasan emosional, dsb
3. Pelayanan bantuan pemecahan masalah, baik yang bersifat akademik maupun non akademik melalui konseling / konsultasi.
4. Pemberian layanan rujukan kepada mahasiswa yang permasalahannya tidak teratasi oleh BKM-IBII
5. Pemberian layanan rujukan kepada dosen wali untuk mahasiswa dengan permasalahan akademis.
6. Menyediakan alat-alat tes psikologis seperti tes kepribadian, tes watak, tes minat dan potensi, tes gaya belajar, dan lainnya sebagai alat bantu dan penunjang proses belajar mahasiswa
BKM-IBII berada di kampus IBII lantai 2, dekat ruang kelas 2E. Jadwal konsultasi adalah hari Senin sampai Jumat, pukul 09.00-12.00 dan 13.00-16.00. Untuk mengatur janji berkonsultasi, bisa berkunjung langsung atau menghubungi no telepon IBII di 6530-7062 pesawat 235, saat ini BKM-IBII dilayani oleh Ibu Michelle Tunggono, S.Psi.
Informasi mengenai waktu diadakan pelatihan-pelatihan dan terbitnya alat tes psikologis baru, biasanya disebarluaskan di majalah dinding (mading) BKM-IBII dan beberapa papan
pengumuman yang ada di IBII. Mahasiswa yang berminat dapat mendaftarkan diri langsung ke BKM-IBII
Tidak ada persyaratan khusus untuk berkonsultasi di BKM-IBII, cukup menunjukkan kartu mahasiswa IBII pada saat ia ingin berkonsultasi, kemudian mengisi data pribadi yang sudah disediakan. Mahasiswa yang datang atas saran atau rujukan dosen wali biasanya disertai dengan surat pengantar.
Beberapa manfaat yang diperoleh mahasiswa bila berkonsultasi di BKM-IBII: 1. Masalah ditangani oleh ahli yang kompeten di bidangnya
2. Memberikan solusi yang lebih terarah dan profesional 3. Kerahasiaan identitas dan masalah terjaga