• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal 2 (Dermatitis Seboroik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal 2 (Dermatitis Seboroik)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TATALAKSANA

1. Antijamur Topikal

 Obat antijamur topikal adalah lini pertama pada pengobatan dermatitis seboroik. Obat antijamur yang telah terbukti efektiv yaitu ketoconazole, bifonazole, dan ciclopiroxolamine (Ciclopirox), yang tersedia dalam sediaan yang berbeda seperti krim, gel, foam, dan shampoo.

 Ada setidaknya 10 percobaan acak dari ketoconazole. Beberapa terbatas pada perawatan kulit kepala dan beberapa area tubuh yang lain.

(4)

a. Ketokonazole

 Dalam percobaan double-blind terbesar, sampel 1.162 orang

dengan dermatitis seboroik ringan - berat yang mengenai beberapa area ditubuh.

 Dievaluasi 4 minggu pada 56% pasien diberikan ketoonazole

foam 2x sehari, dibandingkan dengan 42% diberikan placebo (P <0,001) hasilnya serupa. Hasil yang sama diperoleh dalam studi membandingkan obat dengan plasebo dalam sediaan krim.

 Dalam percobaan membandingkan ketokonazol 2% pada

sediaan gel, digunakan 1x sehari dengan plasebo pada 459 subyek dengan sedang – parah, di daerah yang berbeda dari kulit tubuh 25% dari subyek  untuk pengobatan aktif dan 14% ditugaskan untuk plasebo dianggap sudah bersih pada

(5)

Penggunaan intermiten ketokonazol dapat

mempertahankan remisi. Dalam satu studi,

312 pasien dengan lesi kulit kepala beberapa

di

antaranya

dermatitis

yang

awalnya

dibersihkan dengan sampo yang mengandung

ketokonazol 2x seminggu 2% yang kemudian

terdaftar dalam plasebo 6 bulan dikontrol

percobaan profilaksis, tingkat kekambuhan

adalah

47%

di

antara

pasien

yang

menggunakan plasebo, 31% di antara pasien

yang menggunakan ketoconazole shampoo

sekali seminggu.

(6)

b. Bifonazole

 Bifonazole juga telah terbukti efektif dalam

pengobatan dermatitis seboroik. Dalam uji coba secara acak yang melibatkan 100 pasien, 43% dari pasien yang menggunakan cream bifonazole 1% sekali sehari, dibandingkan dengan 23% dari mereka yang menggunakan plasebo, terbukti dapat mengobati dermatitis seboroik pada 4 minggu menurut perkembangan global scale.

 Bishampoo fonazole digunakan 3x seminggu juga

telah terbukti signifikan menghasilkan lebih besar  peningkatan kesembuhan pada lesi kulit kepala dari pada placebo

(7)

c. Ciclopiroxolamine

Pada uji coba acak membandingkan shampoo

ciclopiroxolamine, digunakan 1 atau 2x

seminggu, dengan plasebo pada 949 pasien

dengan lesi kulit kepala, tingkat pembersihan

selama 4 minggu adalah 45% dan 58%

dengan perawatan aktif 1x seminggu dan 2x

seminggu,

masing-masing,

dibandingkan

dengan 32% dengan plasebo (P <0,001 untuk

kedua perbandingan dengan placebo).

(8)

Di antara 428 pasien dengan respon yang

kemudian secara acak ditugaskan untuk

menggunakan ciclopiroxolamine profilaksis

sekali seminggu, ciclopiroxolamine profilaksis

setiap 2 minggu, atau plasebo selama 4 bulan,

tingkat kekambuhan masing-masing adalah

15%, 22%, dan 35%.

(9)

Data terbatas yang tersedia untuk perbandingan

agen antijamur yang berbeda

 Penelitian dengan 303 pasien noninferiority dengan

dermatitis seboroik di wajah, menggunakan krim ciclopiroxolamine 2x sehari selama 28 hari, dilanjutkan dengan sekali sehari, hingga penggunaan untuk 28 hari, menghasilkan secara signifikan tingkat remisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan ketoconazole dengan sediaan gel atau foam yang digunakan 2xseminggu untuk 28 hari pertama dan kemudian 1x seminggu (57% vs 44% pada 56 hari dalam analisa pengobatan, P = 0,03).

 Namun, hasil ini sulit diinterpretasikan karena

(10)

2. Kortikosteroid Topikal

 Membandingkan efek kortikosteroid topical jangka

pendek, dalam rangka perkiraan peningkatan potensi seperti: hidrokortison, betametason dipropionat, clobetasol 17 butirat, dan dipropionat clobetasol dengan antijamur topikal.

 Ada konsensus bahwa kortikosteroid topikal yang

berguna dalam jangka pendek untuk mengontrol eritema dan gatal-gatal.

 Satu uji coba secara acak, plasebo terkontrol

menunjukkan bahwa lotion desonide 0,05% lebih terbukti dengan plasebo pada 81 pasien dengan lesi wajah baik dermatitis atopik atau seboroik, namun tingkat respon antara pasien dengan dermatitis seboroik tidak dilaporkan.

(11)

Tidak ada data yang tersedia untuk menjawab

pertanyaan apakah kombinasi kortikosteroid

topikal dan obat antijamur topikal memberikan

manfaat lebih besar daripada terapi dosis

tunggal.

Kulit

atrofi

dan

hipertrikosis

adalah

kontraindikasi

dengan

penggunaan

kortikosteroid jangka panjang.

(12)

3. Preparat Selenium Sulfida

 Dalam uji coba secara acak yang melibatkan 246 pasien

ketombe sedang - berat, masing-masing diberikan 2,5% shampoo selenium sulfida, sampo ketokonazol 2%, dan plasebo  dibandingkan.

 Semua shampoo digunakan dua kali seminggu.

 Setelah evaluasi pada minggu ke 4, skor untuk kesembuhan

ketombe adalah 67% dengan selenium sulfida, 73% dengan ketokonazol, dan 44% dengan plasebo; kesembuhan secara signifikan lebih besar dengan kedua shampoo obat

dibandingkan dengan placebo.

 Gatal dan sensasi terbakar yang lebih berkurang dengan

pemberian sampo sulfida dibandingkan dengan ketokonazol.

 Penggunaan selenium sulfida daerah lain selain kulit kepala

(13)

4. Garam Lithium Topikal

 Lithium suksinat topikal dan lithium glukonat adalah

obat alternatif yang efektif untuk pengobatan

dermatitis seboroik di daerah lain selain kulit kepala. Mekanisme aksi mereka kurang dipahami. Dalam uji coba, crossover plasebo terkontrol lithium suksinat yang melibatkan dua periode selama 4 minggu

pengobatan, dipisahkan oleh seminggu 2 washout

periode, dua kali sehari salep lithium suksinat terbukti dapat mengobati eritema, krusta, dan luas lesi yang terlibat . D

 Dalam sebuah percobaan secara acak yang

melibatkan 12 pasien, lithium suksinat terbukti signifikan lebih efektif daripada plasebo untuk

(14)

5. Calcineurin Inhibitor Topikal

Kalsineurin Inhibitor mencegah aktivasi sel T

dengan turun mengatur aktivitas tipe 1 dan 2

T-helper sel.

Dalam uji coba secara acak yang melibatkan 96

pasien dengan dermatitis seboroik sedang

-berat diwajah, menunjukan perubahan berarti

dari awal sampai 4 minggu dalam skor daerah

target total dengan pimekrolimus 1% dua kali

sehari lebih signifikan dibandingkan dengan

plasebo dalam analisis perprotocol tapi tidak

dalam tujuan untuk analisa pengobatan.

(15)

6. Terapi Topikal Lainnya

 Data terbatas yang tersedia untuk penggunaan zinc

pyrithione topikal. Dalam satu percobaan, zinc pyrithione 1% kurang efektif dibandingkan ketokonazol 2% (baik

digunakan sebagai sampo dua kali seminggu) dalam mengurangi keparahan ketombe pada 4 minggu (67%

peningkatan dalam skor keparahan vs peningkatan 73%, P <0,02) .

 Data yang terbatas juga tersedia untuk metronidazole gel,

dengan percobaan terbesar gagal untuk menunjukkan

perbedaan signifikasi Hasil dibandingkan dengan placebo.

 Coaltar shampoo kadang-kadang disarankan pada

dermatitis seboroik, meskipun data pendukung penggunaan masih jarang. Dalam satu uji coba secara acak, shampoo

(16)

7. Fototerapi (Terapi dengan

cahaya)

Fototerapi ultraviolet B kadang-kadang

dianggap sebagai pilihan untuk dermatitis

seboroik luas atau sulit, tapi belum dilakukan

studi acak terhadapnya karena efeknya dapat

menyebabkan pembakaran dan gatal dan

dengan pengobatan jangka panjang, efek

(17)

8.Antifungal Sistemik

 Data pemberian obat antijamur sistemik untuk dermatitis

seboroik terbatas. Dalam uji coba secara acak yang

melibatkan 63 pasien dengan dermatitis seboroik ringan sampai sedang, pemberian fluconazole dosis tunggal 300 mg seminggu sekali  setelah 2 minggu evaluasi, tidak lebih baik dibandingkan plasebo.

 Pada plasebo terkontrol secara acak yang melibatkan

174 pasien, diberikan Oral terbinafine dosis 250 mg/hari selama 4 minggu  tidak lebih baik dibandingkan

plasebo pada pasien dengan lesi terutama yang melibatkan daerah terkena kulit, seperti wajah.

 Pemberian antijamur sistemik harus dipertimbangkan

dalam perencanaan pengobatan untuk dermatitis seboroik yang kronis.

(18)

HAL-HAL YANG MERAGUKAN

:

 Untuk meningkatkan bukti kualitas pengobatan pada

dermatitis seboroik, diperlukan yaitu kriteria yang

divalidasi untuk diagnosis dan menentukan keparahan serta diperlukannya ukuran hasil klinis yang relevan.

 Kebanyakan uji coba terapi adalah jangka pendek

dengan kontrol, dalam kasus pengobatan topikal atau plasebo. Ada kebutuhan untuk jangka panjang studi yang membandingkan strategi manajemen yang

berbeda, termasuk perawatan non-pharmacologic (fototerapi, dan intervensi sederhana untuk

menghilangkan sisik, seperti pengobatan dengan anti keratolitik)

 Keterbatasan data untuk pengobatan pada bayi dengan

dermatitis seboroik. Demikian pula, data pengobatan pasien dengan HIV dan pasien yang tidak memiliki respon terhadap

(19)

Kesimpulan dan Saran

Pasien harus diberikan informasi bahwa

penyakit dermatitis seboroik ini penyakit yang

dapat kambuh dan bersifat kronis, sehingga

pengobatan tidak dapat membersihkan

bekas100%.

Untuk pasien seperti yang dijelaskan

sebelumnya, akan direkomendasikan

pengobatan lesi kulit kepala dengan shampoo

yang mengandung ketokonazol 2% dua kali

seminggu selama 1 bulan, dengan tujuan

mempercepat remisi, diikuti dengan

(20)

 Demikian pula, lesi wajah dapat dikendalikan

dengan menggunakan krim yang mengandung ketokonazol 2% 2x sehari selama 4 minggu, kemudian 2x seminggu atau lebih sering,

tergantung pada respon pasien.

 Alternatif yang lainnya seperti sampo yang

mengandung selenium sulfida 2,5% atau

ciclopiroxolamine untuk lesi kulit kepala, dan busa ketoconazole atau gel, krim ciclopiroxolamine,

atau salep yang mengandung garam lithium untuk lesi wajah.

 Pengambilan keputusan harus

mempertimbangkan biaya dan preferensi pasien untuk menentukan bentuk pengobatan apa yang akan diberikan.

Referensi

Dokumen terkait

• Fungsi getche() dipakai untuk membaca sebuah karakter dengan sifat karakter yang dimasukkan tid perlu diakhiri dengan menekan tombol ENTER dan karakter

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif dengan pendekatan survei, yang mendiskripsikan karakteristik butir soal dan kemampuan siswa pada mata

Tujuan penelitian Perancangan sistem informasi Praktek Kerja Lapangan ini adalah dapat membantu tugas BAK untuk mempermudah melakukan pengelolaan data kegiatan PKL

Berdasarkan presentase hasil tes kemampuan memahami ketepatan struktur kalimat dalam karangan narasi siswa kelas XI SMA Negeri 11 Halmahera Utara pada keseluruhan

Ketika kubuka video tersebut, ber-setting di sebuah peternakan, aku dapat melihat hewan-hewan yang terluka maupun cacat pada foto-foto sebelumnya, kini mereka

Adanya proses adsorpsi reaktan pada situs aktif katalis padat ini akan melepaskan energi dalam bentuk panas sehingga akan mempermudah molekul reaktan melewati energi aktivasi

• Tingkat Pengaruh ádalah factor utama yang menentukan apakah investor dan investee akan menyajikan laporan keuangan konsolidasi*) atau menggunakan metode biaya atau ekuitas. *)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas guessing adalah peluang menebak benar pada tes objektif yang dilakukan oleh peserta tes yang tidak memiliki